Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KASUS I MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

PENYELESAIAN PANDEMI COVID 19

Oleh :
KELAS G747 KELOMPOK 7
1. Rayhan Favian Al Gaffar 21082010162
2. Muhammad Nail Hadi 21082010163
3. Yudha Perwira Bima Sakti 21082010164
4. Miftah Rahmaddani 21082010165
5. Robby Alamsyah Satriya Putra 21082010166
6. Muhammad Surya Adhi Setiawan 21082010167
7. Ahmad Azwin Asyrafi 21082010168

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


SURABAYA
2021
Artikel 1

Mahfud Md: 86 Persen Koruptor Lulusan Sarjana

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan


Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md menyoroti tingginya jebolan perguruan
tinggi yang terjerumus ke dalam tindak pidana korupsi. Mahfud mengatakan, 86
persen koruptor merupakan lulusan perguruan tinggi.

Pernyataan Mahfud Md ini menyadur dari riset Anti-Corruption Clearing


House (ACCH) 2018, yang mengungkapkan 86 persen koruptor merupakan lulusan
sarjana atau tingkatan di atasnya.

"Itu yang korupsi di Indonesia itu lulusan perguruan tinggi semua. 86 persen koruptor
itu lulusan perguruan tinggi. Sisanya itu ada yang berhenti sampai SMA, SMP ada
yang tidak lulus sekolah," ujar Mahfud dalam acara Kuliah Umum di Universitas
Semarang (USM), Rabu (20/10/2021).

"Nah semakin rendah sekolahnya, semakin kecil korupsinya," lanjut Mahfud.

Menurutnya, hal itu lantaran jebolan sekolah dengan jenjang yang lebih
rendah cenderung sulit mengakses kekuasaan. Kalaupun korupsi hanya kecil-
kecilan.

"Tapi kalau (lulusan) perguruan tinggi itu korupsinya sudah berdigit-digit," ujar dia.

Tanggung Jawab pada Kemajuan

Mahfud menilai, perguruan tinggi menjadi penyumbang koruptor di Indonesia.


Namun begitu dia mengingatkan bahwa perguruan tinggi pula yang membuat
kemajuan di bangsa ini.

"Siapa yang mengurus bangsa ini? kan lulusan perguruan tinggi semua. Dari waktu
ke waktu terjadi kemajuan," ucap Mahfud.

Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/4689372/mahfud-md-86-persen-
koruptor-lulusan-sarjana

ARTIKEL 2

Rugikan Negara Rp 8 Miliar, Dua Tersangka Korupsi RSUD Bangkinang


Ditahan

Tanggal : 13 November 2021

Penyidik Pidana Khusus Kejati Riau menahan RHA dan My. Keduanya
merupakan tersangka korupsi pembangunan ruangan instalasi rawat inap Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang.
Keduanya sebelum ditahan menjalani pemeriksaan sebagai tersangka di
Kejati Riau. Mengingat ancaman pidananya lima tahun penjara dan merupakan hak
penyidik, keduanya langsung ditahan di Rutan Sialang Bungkuk, Kota Pekanbaru.

My dalam proyek bernilai Rp 46 miliar pada tahun 2019 ini merupakan


pejabat pembuat komitmen. Sementara tersangka kedua merupakan leader
manajemen konstruksi.

Menurut Asisten Pidana Khusus Kejati Riau Trijoko, perbuatan keduanya


dalam korupsi RSUD Bangkinang telah merugikan negara Rp 8 miliar lebih.
Keduanya diduga tidak melaksanakan tugas dengan baik sehingga bangunan itu
tidak selesai.

Adapun selaku manajemen konstruksi dilaksanakan oleh PT FNK. Sesuai


kontrak, proyek dimulai pada 17 Mei 2019 dan berakhir pada 22 Desember 2021.

Hingga tanggal itu, pekerjaan tidak selesai sehingga dilakukan adendum


selama 90 hari kalender atau sampai 22 Maret 2020.

"Namun pembangunan tetap tidak dapat diselesaikan," kata Trijoko.

Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh ahli fisik, terdapat item-item pekerjaan


yang tidak dikerjakan oleh penyedia. Di antaranya kamar mandi, lift, dan beberapa
ruangan lainnya.

"Banyak pekerjaan tidak sesuai spek dan banyak yang tidak terpasang," kata
Trijoko.

Hingga kini, bangunan di Jalan Lingkar Bangkinang itu tidak bisa dipakai
masyarakat. Selain belum serah terima, bangunan tidak mampu dikerjakan oleh
kontraktor.

Sumber : https://www.liputan6.com/regional/read/4709661/rugikan-negara-rp8-miliar-
dua-tersangka-korupsi-rsud-bangkinang-ditahan

ARTIKEL 3

Kejari Pandeglang Bidik Dugaan Korupsi Hibah-Bansos Rp 65 M

Pandeglang - Kejaksaan Negeri (Kejari) Pandeglang tengah membidik


dugaan kasus korupsi dana hibah dan bantuan sosial (bansos) senilai Rp 65 miliar.
Bantuan tersebut, diketahui bersumber dari APBD Pemkab Pandeglang yang
disalurkan pada tahun 2019 silam.

Kasi Intelejen Kejari Pandeglang Liberty Saur Martuah Purba mengatakan


pihaknya sudah menerima laporan mengenai dugaan penyalahgunaan anggaran
negara tersebut. Kini, Korps Adhiyaksa tengah melakukan penyelidikan untuk
mengungkap aliran dana yang diduga telah disalahgunakan itu.
"(Dugaan korupsi hibah dan bansos) itu sedang kami dalami dan pelajari lagi lebih
lanjut," katanya kepada wartawan saat dihubungi di Pandeglang, Banten, Senin
(15/11/2021).

Kasus ini mencuat setelah adanya temuan BPK pada pengalokasian dana
hibah dan bansos tahun anggaran 2019. Dalam catatannya, BPK menyatakan
belanja hibah sebesar Rp 45,3 miliar dan belanja bansos Rp 19,7 miliar tidak
dilaksanakan sesuai dengan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari APBD.

Adapun OPD yang menerima aliran dana tersebut di antaranya Dinas


Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DPKPP), Dispora, Dinsos,
Disdikbud, Kesbangpol dan Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Pandeglang.
Liberty memastikan akan segera memanggil beberapa pihak terkait untuk
kepentingan penyelidikan kasus ini.

"Intinya kami dalami semuanya, nanti akan kami periksa beberapa pihak terkait
untuk keperluan klarifikasi," ungkapnya.

Liberty menegaskan,pihaknya akan bertindak profesional saat mengusut


kasus tersebut. Untuk itu, ia meminta semua pihak kooperatif agar penanganan
kasus ini bisa segera dirampungkan oleh kejaksaan.

"Kalau ada bukti dan terbukti, kita lanjut tangani kasus ini. Intinya, kita lihat nanti
seperti apa hasil pendalaman dan pemeriksaannya terlebih dahulu," ujarnya.

Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5811683/kejari-pandeglang-
bidik-dugaan-korupsi-hibah-bansos-rp-65-m?
_ga=2.69868944.1253837071.1636958481-1877820897.1634971121

ARTIKEL 4

Kejagung Periksa Aset Rampasan Kasus Korupsi PT Jiwasraya

Kejaksaan Agung melakukan penilaian terhadap aset yang dirampas dalam


kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Kepala Pusat Penerangan Hukum
Kejaksaan Agung Leonard Eben Ezer Simanjuntak menyampaikan tim Pusat
Pemulihan Aset Kejaksaan Agung bekerjasama dengan Tim Penilaian dari Kanwil
DJKN Provinsi Banten dan KPKNL Serang dan Kantor Pertanahan Kabupaten
Lebak dalam melakukan penilaian barang rampasan negara tersebut.
Barang rampasan dari kasus korupsi Jiwasraya tersebut berada di Wilayah
Kejaksaan Tinggi Banten yang terdapat di beberapa daerah.

Pertama adalah aset atas nama terpidana Joko Hartono Tirto dan Hary
Prasetyo berupa dua bidang tanah dan bangunan di kawasan Kota Tangerang
Selatan. Kemudian terdapat aset atas nama Benny Tjokrosaputro, Hary Prasetyo
dan Heru Hidayat yang berada di kawasan Kabupaten Tangerang. Secara rinci aset-
aset tersebut berupa 37 bidang dengan luas keseluruhan 281.993 m2 dan 1 unit
apartemen yang berada di 5 kecamatan yang tersebar di 14 desa. Selanjutnya di
Kabupaten Serang terdapat aset atas nama Benny Tjokrosaputro berupa 1 bidang
tanah dengan luas 35.100 m2 di Kecamatan Tanara. Serta 654 bidang
tanah/bangunan bidang tanah dengan luas seluruhnya sekitar 300 hektar yang
tersebar secara sporadik di 6 kecamatan di Kabupaten Lebak atas nama Benny
Tjokrosaputro. Sebanyak 139 bidang tanah yang berada di Rangkasbitung, Lebak
juga telah disurvei.

Korps Adhyaksa juga sedang mengkaji kemungkinan untuk memberikan


hukuman mati kepada para tersangka tindak pidana korupsi. Hal ini karena kasus
tipikor seperti di Jiwasraya tidak hanya menimbulkan kerugian yang besar, tetapi
juga berdampak luas kepada masyarakat. Kajian penerapan hukuman mati tersebut
diharapkan dapat memberi rasa keadilan dalam penuntutan perkara. Namun, tentu
dengan memperhatikan hukum positif yang berlaku serta nilai-nilai Hak Asasi
Manusia.

Sumber : https://katadata.co.id/rezzaaji/berita/617c02a15e1bf/kejagung-
periksa-aset-rampasan-kasus-korupsi-pt-jiwasraya 

ARTIKEL 5

ICW: Ada 444 Kasus Korupsi Sepanjang 2020, Negara Rugi Rp18 T

Wakil Koordinator Indonesian Corruption Watch (ICW) Siti Juliantari mencatat


sepanjang tahun 2020 terdapat 444 kasus korupsi dengan nilai kerugian negara
ditaksir Rp18,6 triliun telah ditindak oleh penegak hukum di Indonesia.

Tari mencatat sebagian besar pelaku tindakan pidana korupsi tahun 2020 itu
ditindak dengan Pasal 2 dan 3 UU tentang Tipikor mengenai perbuatan melawan
hukum untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain/korporasi. Pasal tersebut, kata
dia, pelaku memiliki motif untuk memperkaya kepentingan pribadi maupun
kelompoknya. Ia menilai tindakan korupsi tersebut karena bermula dari konflik
kepentingan.

"Bagaimana kemudian dia terlihat lebih loyal terhadap partai politiknya, mendukung
partai politiknya, dianggap setia dengan partai politik atau bahkan dianggap
membantu teman untuk memenangkan," Kata Tari.

Selain itu, Tari juga menyoroti beberapa kebijakan yang berpotensi menimbulkan
konflik kepentingan di masa pandemi Covid-19 ini.

Salah satunya potensinya terjadi di program kartu Prakerja. Ia menilai Kartu


Prakerja diduga menguntungkan sejumlah pihak, bukan berdasarkan
menguntungkan semua rakyat. Ia menyoroti satu staf khusus presiden yang memiliki
kegiatan usaha terlibat dalam Kartu Prakerja. Eks Staf Khusus Presiden, Adamas
Belva Syah Devara sempat dikaitkan dalam polemik keterlibatan Ruangguru dalam
program kartu prakerja. Belva lantas memutuskan mundur dari jabatannya di
lingkaran kepresidenan menyusul polemik tersebut. Tak hanya itu, Tari juga menilai
kebijakan Kartu Prakerja tidak transparan dalam proses pemilihan platform digital.
Pasalnya, program tersebut tidak terbuka mengenai dasar pemilihan vendor yang
ditunjuk untuk memfasilitasi program Kartu Prakerja.

Selain itu, Tari juga menyoroti proses pengadaan barang/jasa di tengah


pandemi yang minim transparansi. Proses pengadaan barang seperti tender
dipastikan tidak akan dilalui pemerintah karena situasi darurat. Tari mengatakan
kondisi demikian bisa dimanfaatkan sejumlah pihak untuk.melakukan
penyelewengan imbas tak ada transparansi kepada publik.

"Ini ruang abu-abu yang sangat amat mungkin terjadinya penyelewengan


kewenangan, apalagi berlindung dengan keadaan darurat dan harus cepat.
Pemerintah ini melihat dengan keadaan darurat ini bahwa tranparansi itu jadi nomor
urut dua," tutur dia.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210815163442-12-680645/icw-
ada-444-kasus-korupsi-sepanjang-2020-negara-rugi-rp18-t4

ARTIKEL 6

Korupsi Hambalang, Siapa Saja Penerima Dana Haram Hambalang?

TEMPO.CO, Jakarta - Andi Zulkarnain Mallarangeng alias Choel, yang


ditahan KPK pada 6 Februari 2017, terkait dengan dugaan keterlibatannya pada
kasus korupsi pembangunan Stadion Hambalang, membuka kembali serangkaian
perjalanan korupsi proyek Pusat Pelatihan dan Pendidikan Olahraga di Hambalang
ini.

Dalam dokumen yang salinannya diterima Tempo, miliaran rupiah dana


Hambalang diduga mengalir ke sejumlah pejabat tinggi, pengusaha, dan anggota
parlemen. Uang haram tersebut ada yang disalurkan melalui subkontraktor, ada pula
yang dikirim langsung oleh konsorsium PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya Karya
Tbk.

Tempo.co pernah memuat tulisan mengenai daftar para penerima dana


haram Hambalang tersebut, yang ditayangkan pada Kamis, 7 November 2013.
Berikut ini siapa saja yang diduga kecipratan 'duit panas' itu.

1. Kementerian Pemuda dan Olahraga


Pada 2010-2011, mencairkan uang pembayaran kepada Kerja Sama Operasi
(KSO) PT Adhi Karya-PT Wijaya Karya senilai Rp 471 miliar.
2. KSO Adhi-Wika
a. Sebelum KSO terbentuk, dari 2009 hingga 2010, Adhi dan Wika telah
mengalirkan ongkos komitmen Rp 19,32 miliar ke banyak orang
b. Setelah KSO terbentuk dikeluarkan lagi Rp 15,22 miliar. Sehingga total
dana yang mengalir ke pihak tertentu paling sedikit Rp 34,54 miliar.
3. Subkontraktor
a. PT Global Daya Manunggal
i. Mendapat kontrak pekerjaan struktur dan arsitektur asrama
junior dan gedung serba guna senilai Rp 142,4 miliar.
Perusahaan ini telah menerima pembayaran Rp 60,2 miliar. Dari
Global dana mengalir kepada:
ii. Mantan Menteri Olahraga Andi Alifian Mallarangeng (Rp 4 miliar
dan US$ 550 ribu).
iii. Adik Menpora, Andi Zulkarnain Mallarangeng (Rp 4 miliar).
iv. Mantan Kepala Biro Perencanaan Kementerian Olahraga Deddy
Kusdinar (Rp 250 juta).
b. PT Dutasari Citralaras
Mendapat kontrak pekerjaan mekanikal elektrikal dan
penyambungan listrik PLN senilai Rp 328 miliar. Perusahaan ini telah
mendapat pembayaran Rp 170,3 miliar. Tidak disebutkan aliran dana
dari perusahaan milik istri Anas Urbaningrum, Athiyyah Laila, ini.
4. Kiriman Langsung
a. Perusahaan
i. Commitment fee PT Dutasari (Rp 28 miliar).
ii. Ganti rugi terhadap Grup Permai, perusahaan milik M.
Nazaruddin (Rp 10 miliar).
b. Pribadi
i. Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum (Rp
2,2 miliar).
ii. Direktur Utama Dutasari Mahfud Suroso (Rp 28,8 miliar)
iii. Mantan Ketua Komisi Olahraga Dewan Perwakilan Rakyat
Mahyudin (Rp 500 juta).
iv. Anggota Badan Anggaran DPR Olly Dondokambey (Rp 2,5
miliar).
v. Mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto (Rp 3
miliar).
vi. Mantan Sekretaris Kementerian Olahraga Wafid Muharam (Rp
6,5 miliar).
vii. Deddy Kusdinar (Rp 1 miliar).
viii. Mantan Direktur Operasi Adhi Karya, Teuku Bagus M. Noor (Rp
4,5 miliar).
ix. Beberapa pejabat Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 135 juta).

Sumber: https://nasional.tempo.co/read/848109/korupsi-hambalang-siapa-saja-
penerima-dana-haram-hambalang/full&view=ok
.

Solusi Penyelesaian

Dari sekian artikel yang telah kami kumpulkan terkait dengan kasus korupsi yang
muncul di Indonesia bahwa Tindakan korupsi yang menyalahgunakan kewenangan
dan merugikan keuangan negara masih menjadi persoalan yang tak kunjung tuntas.
Namun korupsi tak hanya dilakukan oleh pejabat negara. Setiap orang bisa saja
secara tidak sadar sudah terlibat dalam tindak korupsi. Memberi hadiah untuk
penyuapan dan menerima gratifikasi menjadi praktik korupsi yang sering ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah solusi penyelesaian menurut kelompok 7 :

 Menanamkan Rasa Nasionalisme dan Moralitas Sejak Dini


Rasa nasionalisme danmoralitas bagi Indonesia merupakan urutan
kedua untuk dipelajari, sedangkan ilmu dari rasa nasionalisme, moralitas dan
agama merupakan pondasi atau sandaran untuk menimba ilmu-ilmu umum
lainnya. Mengapa begitu? Sebab tanpa adanya pondasi maka ilmu yang kita
pelajari pasti akan roboh, robohnya ilmu tersebut seperti korupsi, yang
dimana orang yang berjabatan tinggi
 Beri hukuman berat kepada tersangka koruptor
Salah satu penyebab tinggi nya angka korupsi adalah ringannya
hukuman yang diberikan kepada koruptor hal ini membuat bahwa korupsi hal
yang biasa saja. Memberikan hukuman berat dapat memberi efek jera dan
memberikan pelajaran apa hukumannya bagi para calon - calon koruptor.
 Memperkuat sistem hukum
Kekuatan hukum sangat diperlukan dalam menegakkan keadilan.
Dengan membangun sistem hukum yang kuat, maka pelaku koruptor tidak
akan menemukan celah dalam sistem untuk melakukan tindakan korupsi.
Dengan perlakuan adil tanpa pilih kasih dari sistem hukum yang kuat akan
mengurangi oknum - oknum yang kebal hukum.
 Meningkatkan pemberdayaan perangkat perangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi
Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat
budaya hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses
pemberantasan korupsi.
 Jangan Memberi Celah kepada Para Pelaku Korupsi
Kegiatan korupsi dapat terjadi karena terdapat celah – celah yang
dimana hal tersebut dapat dimanfaatkan para Pelaku korupsi itu sendiri.
Dengan memperketat segala peredaran materi yang terjadi dalam sebuah
aktivitas yang berbau dengan transaksi antara beberapa pihak. Tentu akan
mengurangi tindakan – tindakan korupsi tersebut
 Menjunjung Tinggi Transparansi Dalam Seluruh Rangkaian Kegiatan
Transparansi yang dimaksud tujuannya agar seluruh komponen yang
terlibat dalam hal tersebut dapat mengetahui apa saja aktivitas yang terjadi
dalam kegiatan yang sudah mereka lakukan
 Memberikan Perlindungan kepada Para Pelapor Tindakan Korupsi
Seringkali kita jumpai bahwa terdapat suatu individu ataupun kelompok
yang menyadari bahwa tindakan korupsi telah terjadi di sekitar mereka.
Adapun Individu ataupun kelompok tersebut tidak segera melaporkannya
kepada pihak yang berwajib karena takut akan mendapatkan sesuatu yang
tidak mereka inginkan jika melaporkan tindakan korupsi yang mereka jumpai.
Pihak berwajib harus merahasiakan hal tersebut dan memberikan
perlindungan agar mereka mendapatkan rasa aman jika melaporkan tindakan
tersebut dan mendorong pribadi lain untuk melaporkan tindakan korupsi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai