Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI NUMERASI PADA KELAS VII DI

SMP ISLAM AZ – ZARAH 2 PALEMBANG

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :
DESY RAMADANI
NIM. 1810206006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kepribadiaan, peradaban dan kemajuan bangsa demi masa yang akan datang
sehingga pendidikan adalah komponen utama dalam memajukan suatu bangsa
dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus mengalami perubahan.
Evaluasi dalam pendidikan sering menjadi baromer perkembangan suatu
negara. Jika pendidikan disuatu negara berkualitas baik maka negara tersebut
tergolong negara-negara maju. Salah satu bidang studi yang selalu ada pada
tiap jenjang pendidikan yaitu matematika. Depdiknas menjelaskan bahwa
matematika berfungsi mengembangkan peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan berhitung, menganalisis, mengukur dan menggunakan rumus,
dalam proses berfikir matematika memiliki tujuan untuk memperluas
pengetahuan pada kemampuan peserta didik untuk mampu
mengkomunikasikan dengan bahasa berupa model matematika, kalimat
matematika, diagram, grafik atau tabel. (1)
Matematika berkembangan pesat dibidang teknologi, informasi dan
komunikasi berdasarkan bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang
dan matematika diskrit sehingga penguasa matematika pada bidang
pendidikan perlu diperkuat sejak dini. Hal ini memotivasi setiap negara untuk
berlomba membentuk sistem pendidikan yang berkualitas.(2) Kementrian
pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) sejak tahun 2016 telah
berupayah merencanakan Gerakan Literasi Nasional (GLN) untuk
mewujudkan budaya literasi pada siswa. Hal tersebut merupakan
implementasi dari penumbuhan Budi Pekerti dalam Permendikbud Nomor 23
tahun 2015.(3) Selanjutnya, GLN yang direncanakan oleh pemerintah akan
dilanjutkan pada setiap sekolah melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) guna
mewujudkan generasi yang literat. Gerakan Literasi sekolah dapat di artikan
sebagai upaya yang dilakukan untuk mewujudkan organisasi pembelajaran
yang literat dan menumbuhkan budi pekerti warga sekolah melalui berbagai
aktivitas meliputi kegiatan membaca buku non pembelajaran selama 15
menit(Prihartini,2017)
Kemampuan dalam membaca dapat menjadi langkah awal dalam
memahami literasi dasar lainnya, seperti literasi sains, litetasi numerasi,
literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewarganegaraan.(4)
Literasi numerasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
menggunakan penalaran. Penalaran berarti menganalisis dan memahami suatu
persyaratan, melalui aktivitas dalam memanipulasi symbol atau bahasa
matematika yang ditentuka dalam kehidupan sehari-hari, dan mengungkapkan
pertanyaan tersebut melalui tulisan maupun lisan (Abidin, dkk 2017). Literasi
numerasi merupakan bagian dari matematika. Sehingga, komponen-
komponen dalam pelaksanaan literasi tidak lepas dari materi cakupan yang
ada dalam matematika.(5) kemampuan literasi matematis merupakan
kemampuan seorang yang mampu merumuskan, menguraikan dan
menggunakan matematika ke dalam berbagai konteks. Termasuk bernalar
secara matematis dan mampu menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat
matematika dalam menjelaskan serta memprediksi suatu kejadian. Dengan
demikian literasi matematis membantu seorang mengenal peran matematika
di dalam dunia dan akan membuat pertimbangan dan atau keputusan yang
membutuhkan sebagai warga negara untuk pengambilan keputusan. Namun
pada kenyataan di lapangan terlihat bahwa banyak kurangnya kemampuan
literasi matematika peserta didik. Saat ini terdapat organisasi internasional
yang menilai kemampuan literasi matematika siswa, yaitu PISA (Programme
for Internasional Student Assesment).(8) Lembaga penelitian Organizatin
For International Student Assesment (OECD PISA) melakukan penelitian
bahwa walaupun terdapat kenaikan, indonesia tidak dapat mencapai standar
kemampuan literasi matematis internasional.(6)
PISA adalah studi internasional tentang prestasi kemampuan literasi
dalam berbagai aspek antara lain membaca, aspek membaca, aspek
matematika dan aspek sains. Program tersebut bertujuan mengukur sejauh
mana pendidikan dasar disuatu negara mampu menyiapkan siswa (warga
negara) untuk menghadapi dunia nyata, menggapai pengetahuan yang lebih
tinggi, bersosialisasi di kancah global, dan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Menurut Pakpahan (2016). “ PISA bukan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam menguasai kurikulum sekolah, melainkan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam menguasai kurikulum sekolah, melainkan untuk
mengukur kompetensi siswa usia 15 tahun dalam mengimplementasikan
masalah-masalah kompetensi di kehidupan nyata.” (6) Oreintasi PISA adalah
lebih memperhatikan apa yang dapat dilakukan siswa dari pada apa yang
mereka pelajari di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan siswa dapat memiliki
kemampuan untuk literasi (Literacy)(8)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Pada
Kelas VII Di SMP Islam Az – Zarah 2 Palembang”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
diperoleh rumusan masalah yaitu: bagaimana Kemampuan Literasi Numerasi
pada Kelas VII di SMP Islam Az – Zarah 2 Palembang?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusanmasalah yang diuraikan diatas maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai yaitu Mendeskripsikan kemampuan Literasi
Numerasi pada Kelas VII di SMP Islam Az – Zarah 2 Palembang

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini yang diharapkan yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam merancang proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kemampuan kemampuan
Literasi Numerasi pada Kelas VII
2. Bagi siswa
Sebagai pembiasaan untuk mengetahui, mengevaluasi, dan
mengontrol proses berpikirnya sendiri, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan Literasi Numerasi pada Kelas VII
3. Bagi peneliti
Sebagai pengalaman dan wawasan baru mengenai kemampuan
Literasi Numerasi pada Kelas VII
4. Bagi peneliti lain
Sebagai acuan maupun perbandingan dalam melakukan penelitian
yang relevan.

II .TINJAUAN PUSTAKA
A. Literasi
UNESCO mendefinisikan literasi sebagai kemampuan untuk
mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, menciptakan, mengomunikasikan,
dan menghitung mengunakan materi cetak dan tertulis dengan berbagai
konteks.

B. Literasi Numerasi
Literasi numerasi berhubungan erat dengan kemampuan menggunakan
angka, data, dan simbol matematika (De Lange, 2006).1 Literasi numerasi
merupakan salah satu bagian dari matematika sehingga komponen dalam
literasi numerasi tidak dapat dipisahkan dari kajian materi matematika
(Ekowati dkk, 2019).2 Literasi numerasi merupakan pengetahuan dan
kemampuan untuk : 1. Menggunakan angka dan simbol yang berhubungan
dengan matematika dasar sebagai solusi dari permasalahan praktis di
kehidupan sehari-hari, 2. Menganalisis informasi dengan bermacam-macam
bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb), dan 3. Padar dan jelas dalam membuat
informasi infografik dan numeric (han dkk, 2017:3; mubak 2019:264).3
Mahmud dan pratiwi (2019)4 mendefinisikan literasi numerasi sebagai
kemampuan untuk mengimplementasikan konsep dan keterampilan operasi
hitung bilangan di kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat
sebelumnya, maulidina dan hartatik (2019)5 menyebutkan bahwa literasi
numerasi merupakan kemampuan pemahaman dan penggunakan matematika
untuk memecahkan masalah, serta mampu menjabarkan bagiamana
menggunakan matematika.
Literasi numerasi dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah di m
atematika maupun di kehidupan sehari-hari dengan menganalisis informasi
serta menginterpretasi hasil analisis untuk memperhitung dan mengambil
keputusan (Han dkk, 2017; Widyastuti dkk, 2020).6 Literasi numerasi yang
baik akan melahirkan siswa yang terampil menggunakan matematika dengan
percaya diri di pembelajaran sekolah maupun di kehidupan sehari-hari(Tout,
2020).7 Literasi numerasi penting untuk memprediksi pencapaian pendidikan
dan pekerjaan seseorang (Hanushek & Woessmann, 2008).8

C. PISA
Definisi PISA (Organisation For Economic Cooperaton And Development)
OECD (the organization for economic cooperation and development)
2006 mengatakan bahwa pisa merupakan program internasional yang
sangat komprehensip untuk menilai kinerja siswa dan mengumpulkan data
tentang siswa, keluarga dan faktor sekolah yang dapat membantu
menjelaskan perbedaan kinerjanya. Hasil-hasil PISA antara lain digunakan
untuk: (1) Orientasi kebijakan, untuk menginformasikan kebijakan dan
pelaksanaanya; (2) pendekatan inovatif untuk mengukur literasi yang
memperhatikan kapasitas siswa. Relevansi pengetahuan dan keterampilan
yang diukur oleh PISA kemudian dikonfirmasikan dengan jalur yang
ditepuh siswa beberapa tahun setelah pengukuran PISA(3) Relevansi
untuk belajar sepanjang hayat, yang dibatasi oleh pengetahuan dan
keterampialan tetapi juga menayakan tenang motivasi, kepercayaan
mereka tentang dirinya sendiri dan sikap terhadap apa yang mereka
pelajari(Puspitasari,2015)9
Pada tahun 2019 Draf assessmen framework menyatakan bahwa PISA
merupakan kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan, dan
menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan
melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep
prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan, atau
memperkirakan fenomena/kejadian. (OECD,2019). 10
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa PISA adalah penilaian
kemampuan tematik siswa berumur 15 tahun berskala internasional yang
dilaksanakan setiap tiga tahun sekali dengan fokus penilian literasi
matematika, literasi sanis, dan literasi membaca. Kemampuan tematik
tersebut berupa perumusan, penerapan, dan penfsiran berbagai konteks
yang dapat diterapakan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Materi Aritmetika Sosial
1. Definisi dan karakteristik Aritmetika Sosial
Aritmetika Sosial adalah salah satu materi yang diajarkan dikelas VII
semester 2 pada kurikulum 2013. Materi ini mencangkup menghitung nilai
keseluruhan, per unit dan nilai sebagai serta harga beli, harga jual, untung,
rugi, diskon (Rabat) dan bunga bank
(Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Matematika SMP/Mts Kelas
VII, (Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan,2013).
a. Nilai Suatu Barang
Berikut ini contoh alternatif penyelesaian untuk menyelesaikan
permasalahan tentang nilai suatu barang
Contoh permasalahan
Rani ingin membeli 3kg buah jeruk dan 1kg buah apel, akan tetapi dia
ragu apakah uangnya cukup untuk membeli 3kg buah jeruk dan 1kg
buah apel tersebut. Uang yang ada di saku Rani hanyalah Rp. 50.000.
karena keraguannya kemudian dia memperhatikan orang yang
membeli 1kg buah jeruk dan dibayar kepenjual sebesar Rp. 8000.
Beberapa waktu kemudia dia memperhatikan seseorang membeli 2kg
buah apel dan membeyar kepada penjual sebesar Rp. 60.000. berikan
saran kepada Beni untuk memutuskan apa yang harus dilakukannya!
Alternatif penyelesaian
Diketahui :
Jumlah uang Rani : Rp 50.000
Harga 1kg jeruk : Rp. 8000
Harga 2kg apel : Rp. 60.000
Ditanya
Buah apakah yang bisa di beli oleh Rani dengan uang Rp. 50.000
Jawaban
Harga 1kg jeruk : Rp. 8000
Misal Harga 1 Kg jeruk adalah A maka harga 3kg buah jeruk
3A = 3 x 8000
3A = 24000
sehingga harga 3kg buah jeruk adalah Rp. 24000
harga 2kg buah apel Rp. 60.000
menentukan 1kg harga buah apel
misalkan B adalah harga 1kg buah apel
2B = Rp. 60.0000
60.000
B=
2
B = 30.000
Sehingga harga 1kg buah apel adalah Rp. 30.000
Apabila Rani ingin membeli 2kg buah jeruk dan 1kg buah apel maka
uang yang harus di bayar Rani adalah
3A + 1B = 24000 + 3.0000
= Rp. 54000
Sehingga jika Rani hanya memiliki uang Rp. 50.000, Rani tidak bisa
memebeli 3kg jeruk dan 1kg buah apel karena total harganya sebesar
Rp. 54000, mungkin yang hanya bisa di beli Rani adalah 2kg buah
jeruk dan 1kg buah apel
b. Harga penjual, pembeli keuntungan dan rugi
 Harga atau biaya pembeli adalah harga atau biaya dari suatu
barang yang dibeli
 Harga penjual adalah harga dari sesuatu barang yang dijual
 Untung adalah harga penjual-harga pembeli, dengan syarat
harga penjual lebih dari harga pembel. Sedangkan
persentase keuntungan dapat dicari menggunakan rumus.
untung
x 100
harga pembeli
 Rugi adalah harga pembeli dikurangi harga penjual dengan
syarat harga penjual kurang dari harga pembeli. Sedangkan
persentase kerugian dapat dicari menggunakan rumus :
besar kerugian
x 100
harga pembeli
Berikut ini adalah alternatif penyelesaian untuk contoh
permasalahan dari keuntungan dan kerugian serta persentase
keuntung dan kerugian.
Contoh permasalahan :
Budi membeli sebuah motor secon dengan harga Rp.
3500.000,00. Setelah dua bulan, Budi menjual motornya
dengan harga Rp. 4000.000,00 karena membutuhkan uang
mendesak. Apakah Budi mengalami keuntungan atau kerugian
dari penjualan sepeda motor tersebut? Hitunglah besar
persentase keuntungan dan kerugian yang dialami Budi!
Alternatif penyelesaian
Diketahui :
Harga pembeli : Rp. 3500.000,00
Harga penjual : Rp. 4000.000,00
Ditanya :
Apakah Budi mengalami keuntungan atau kerugian dari
penjualan sepeda tersebut ? Hitunglah besar persentase
keuntungan dan kerugian yang dialami Budi!
Jawab :
Karena harga penjualan lebih besar dari harga pembelian,
maka Budi mengalami keuntungan. Besar keuntungan yang
didapat Budi adalah sebagai berikut :
Selisi harga pejual dengan pembeli adalah
Rp. Rp. 4000.000,00 - Rp. 3500.000,00 = Rp. 500.000,00
Keuntungan yang didapat Budi adalah sebesar Rp. 500.000,00
Besar keuntungan presentase
untung
= x 100
harga pembeli
500.000,00
= x 100%
4000.000,00
1
= x 100%
8
= 12,5 %
 Bunga Tunggal
Bunga tunggal adalah bunga uang yang diperoleh pada
setiap akhir jangka panjang waktu tertentu yang tidak
mempengaruhi besarnya modal. Modal dalam hal ini
besarnya tetap dan tidak berubah. Artinya, yang
mendapatkan bunga hanya modalnya saja, sedangkan
bunganya tidak akan berbunga lagi. Apabila bunganya turut
berbunga maka jenis bunga tersebut bunga majemuk.
Besarnya bunga berbanding senilai pula dengan besarnya
modal. Jika modal sebesar M ditabung dengan bunga b %
setahun, maka besarnya bunga tunggal (B) dirumuskan
sebagai berikut :
a) Setelah t tahun, besarnya bunga:
b
B=Mx xt
100
b) Setelah t bulan, besarnya bunga:
b t
B=Mx x
100 12
c) Setalah t hari (satu tahun adalah 365 hari), besarnya
bunga:
b t
B=Mx x
100 365
Berikut ini alternatif penyelesaian dari contoh permasalahn
untuk bunga bank.
Contoh permasalahan
Pada tanggal 12 Desember 2020 Naila menabung di Bank
sebesar Rp. 600.000,00 dengan bunga tunggal 10% per
tahun. Empat bulan kemudian, Naila ingin mengambil
tabungannya untuk membeli scooter seharga Rp.
800.000,00 tapi Naila takut tabunganya tidak akan cukup
untuk membeli scooter tersebut. Apakah scooter tersebut
dapat dibeli oleh Naila dengan uang tabungannya ?
berapakah uang Naila setelah 4 bulan menabung?
Alternatif penyelesaian:
Diketahui:
Uang Naila (modal) = Rp. 600.000,00
Bunga tunggal = 10%
Ditanya:
Apakah scooter tersebut dapat dibeli oleh Naila dengan
uang tabungannya? Berapakah uang Naila setelah 4 bulan
menabung?
Jawab:
Besar bunga
b t
=Mx x
100 12
10 4
= 600.000,00 x x
100 12
1
= 60.000 x
3
= 20.000
Jumlah uang Naila setelah menabung selama 4 bulan di
Bank adalah
= Tabungan + besar bunga
= 600.000 + 20.000
= 800.000
Jumlah uang setelah menabung di bank selama 4 bulan
sebesar Rp. 800.000, maka Naila bisa membeli scooter saat
ini.

III. Metodologi Penelitian


A. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Az-Zahra 2 Kota Palembang yang
beralamat di jalan Parameswara Komplek Poligon Bukit Sejahtera Polygon
Palembang. Peneliti melakukan penelitian pada kelas VII Semester 2, jumlah
siswa yang akan diteliti kurang lebih 20 siswa.
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan kegiatan menganalisis
kemampuan literasi numerasi siswa untuk menggambarkan dan menjelaskan
mengenai kemampuan literasi siswa yang ada di kelas VII SMP Islam Az-
Zahra 2 Kota Palembang. Jenis metode dalam penelitian ini adalah jenis
metode kualitatif. Berdasarkan pendapat M. Ramadhan (2021), jenis penelitian
kualitatif memiliki sifat deskripsi dan cenderung menggunakan analisis. Proses
dan makna lebih ditonjolkan dalam jenis penelitian ini dengan landasan teori
yang dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus peneliti sesuai dengan fakta di
lapangan. Oleh karena itu metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk
penelitian yang akan dilakukan yakni: menganalisis kemampuan literasi
numerasi siswa pada kelas VII di SMP Islam Az-Zahra 2 Kota Palembang

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan
data memenuhi standar data yang telah diterapkan (Sugiyono,2012, h. 208).
Berbagai macam teknik pengumpulandata,peneliti menggunakan 4 macam
teknik pengumpulan data, yaitu tes tertulis, wawancara, dokumentasi, dan
triangulasi.
1. Observasi

2. Tes Tertulis
Tes yang digunakan pada peneliti ini berupa soal essay sebagai bahan
menganalisa kemampuan literasi matematika siswa. Hasil tes tersebut
dijadikan sebagai standar level pada setiap tingkat kemampuan literasi
matematika siswa.
3. Wawancara
Menurut Esterberg (2002), wawancara merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi
wawancara juga digunakan jika peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam (Sugiyono,2012, h. 317), wawancara
dilakukan untuk mengetahui cata penyelesaian tes kemampuan literasi
matematika siswa.

D. Teknik Analisis Data


DAFTAR PUSTAKA
4. Muhammad Syahrul Kahar, “ Analisis Kemapuan Berpikir Matematis
Peserta Didik SMA Kota Sorong Terdapat Butir Soal Dengan Graded Response
Model,” Tadris Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah 2, No 1(2017):12

5. Silvia, E, Y. (2011,4 2). Pengembangan soal matematika model PISA


pada konten Uncertainly untuk mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa sekolah menegah pertama.

6. Kementrian pendidikan dan kebudayaan . materi pendukung Litersi


Numerasi, (jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayan,2017).iv

7. Direktor jendral pendidikan dasar dan menegah, kementrian pendidikan


dan kebudayaan, Desain induk Gerakan Literasi Sekolah ,(Jakarta:
Kementrian pendidikan dan kebudayaan ,2016)

8. Abidin, Yunus, Tita Mulyani, Hana Yunansah.2017. Pembelajaran Literasi


Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca
Dan Menulis. Jakarta : Bumi Aksara

9. Data base OEXD(PISA indonesia)

10. Pakpahan, R. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Capaian Literasi


Matematika Siswa Indonesia Dalam PISA 2012. Pusat penelitian
pendidikan, Balitbang, kemendikbud, 332

11. Setiawan, Harianto; Dafik, Nurcholif Diah Sri Lestari. 2014. Soal
matematika dalam PISA kaitannya dengan literasi matematika dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Prosiding seminar nasional
matematika. Universitas jember, 19 november 2014. Hal. 244-250.

UNESCO education sector. 2004. The Plarality of literacy and its implications for
policies and programs. Paris: UNESCO.

Tinjau pustaka

1. De Lange, J. (2006). Mathematical Literacy For Living From OECD-PISA


Perspective. Tsukuba Journal Of Educational Study In Mathematics, 25,13-35.
Retrieved From Http://Www.Human.Tsukuba.ac.jp/Mathedu/2503.pdf

2. Ekowati, D. W., astuti, Y.P., Utami, I. W. P., Mukhlishina, I., & Suwandayani,
B. I. (2019). Literasi Numerasi di SD Muhammadiyah. ELSE (Elementary
School Education Journal) : Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah
Dasar, 3(1), 93-103. http://doi.org/10.30651/else.v3il.2541

3. Mubarak, A. Z. (2019). Sistem Pendidikan Di Negeri Kengguru: Studi


Komparatif Ausralia Dan Indonesia. Depok: Ganding Pustaka Depok
4. Mahmud, M. R., & Pratiwi, I. M. (2019). Literasi Numerasi Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Tidak Terstruktur. KALAMATIKA jurnal Pendidikan
Matematika. 4(1), 69-88
http://doi.org/10.22236.kalamatika.vol4no1.2019pp69-88

5. Maulidina, A. P., & Hartatik, S. (2019). Profil Kemampuan Numerasi Siswa


Sekolah Dasar Berkemampuan Tinggi Dalam Memecahkan Masalah
Matematika. Jurnal Bidang Pendidikan Dasar, 3(2), 61-66.
http://doi.org/10.21067/jbpd.v3i2.3408

6. Widyastuti, A., Simamarta, J., Meirista, E., Susanti, S. S., Dwiyanto, H.,
Rosyidah, M., ... Wula, P. (2020). Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep,
Strategi, Dan Perencanaan. Medan: Yayasan Kita Menulis

7. Tout, D. (2020). Critical Connections Between Numeracy And Mathematics.


Retrieved December 3, 2020, From Department Of Education And Training
website: https://research.acer.edu.au/learning_processes/29

8. Hanushek, E. A., & Woessmann, L. (2008). The Role Of Cognitive Skills In


Economic Development. Journal Of Economic Literature, 46(3), 607-668.
https://doi.org/10.1257/jel.46.3.607

9. Puspitasari, A. (2015). Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas


X MIPA 5 SMA Negeri 1 Ambulu Berdasarkan Kemampuan Matematika.
Digatal Repository Universitas Jember, 11

10. Oecd. (2019, Desember 28). Pisa 2018 Result. Combined Executive
Summaries, pp. 17-18

11.

Ramadhan, M. (2021). Metode Penelitian. Surabaya; cipta media nusantara


(CMN).

Anda mungkin juga menyukai