Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DASAR-DASAR IMAN KRISTEN

Disusun Oleh:
Melsy Patricia Anggelina E f55121026
Dian Uli Gustiani Ngkale f55121014

Jurusan Teknik Informatika


A. Pendahuluan
Kata "iman" dan kata kerjanya "percaya" sering muncul dalam
Alkitab dan merupakan istilah penting yang menggambarkan
hubungan antara umat atau seseorang dengan Allah. Iman Kristen
menjadi hal yang harus dimiliki oleh umat Kristen. Iman juga menjadi
syarat untuk mendapat keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Tanpa
iman, kehidupan rohani akan mati dan seseorang tidak dapat berkenan
di hadapan Allah. Pada dasarnya, iman Kristen adalah keyakinan yang
diajarkan oleh Yesus Kristus. Iman Kristen merupakan tindakan percaya
dan penyangkalan diri. Di mana seseorang tidak lagi mengandalkan
kekuatan sendiri, namun hanya bergantung kepada Yesus.

B. TUHAN ALLAH
1. Beberapa Argumentasi tentang Adanya Tuhan Allah
Pada esensinya ,Tuhan dipahami sebagai mahakuasa. Beragam
Konsep tentang Tuhan yang tidak mengarah kepada kesepakatan
konsesus ini yang mengarahkan kepada banyaknya gagasan tentang
siapa sosok Tuhan dari beragam kalangan atau prespektif dalam
sejarah babakan manusia. Dalam diskursus wacana filsafat agama
sendiri ada bebagai proposisi argumentatif dengan beberapa
karakteristik dalam upaya membuktikan keberadaan sosok Tuhan, di
antaranya argumen dalam aspek ontologis, kosmologis, teologis dan
argumen moral. Berikut akan dijelaskan mengenai argumen yang
telah disebutkan

ARGUMEN ONTOLOGIS
Argumen ontologis ini pertama kali di pelopori oleh Plato (428-
348 SM) dengan teori alam idenya. Alam semesta ini merupakan
memesis (peniruan) dari alam ide. Alam ide berada di luar alam nyata
dan ide-ide itu kekal. Benda-benda yang tampak di alam nyata dan
senantiasa berubah, bukanlah sebuah hakikat tetapi hanya bayangan.
Yang mutlak baik (the absolute good ) itu adalah sumber, tujuan dan
sebab dari segala yang ada. Yang mutlak baik itu disebut Tuhan.
Argumen ontologis kedua dikembangkan oleh Agustinus (354-430
M). Menurut Agustinus, manusia mengetahui dari pengalamannya
bahwa dalam alam ini ada kebenaran. Akal manusia mampu
mengetahui adanya kebenaran. Dengan kata lain, akal manusia
mengetahui bahwa diatasnya masih ada suatu kebenaran tetap.
Dalam pembuktiannya, ada 3 tahap yang ditulis oleh Augustinus di
dalam bukunya De Liberto Arbitrio: 1) Manusia menilai dunia, sebagai
makhluk hidup yang memegang tuasnya sendiri, manusia harus terjun
ke dalam kesadaran dirinya sendiri untuk merengkuh sifatnya yang
dapat mengatasi alam, 2)Manusia harus berhadapan dengan sebuah
misteri untuk dapat mengerti suatu kebenaran. di satu sisi manusia
tahu bahwa diirnya dapat menentukan kebenaran dengan sewenang-
wenangnya, di sisi lain dia adalah tuan atas seluruh ciptaan, 3) Maka
menurut Agustinus, ada kebenaran yang lebih besar daripada
kebenaran yang berasal dari manusia. Manusia menemukan
kebenaran dan manusia tidak menentukan kebenaran. dan kebenaran
ini yang disebut sebagai Tuhan oleh Agustinus.
Selanjutnya, menurut Anselmus dari Canterbury (1033-1109 M)
argumen ontologis keberadaan Tuhan ini, bahwasannya manusia
dapat memikirkan sesuatu yang kebesarannya tidak dapat melebihi
dan diatasi oleh segala yang ada, konsep sesuatu yang Maha Besar,
Maha Sempurna, sesuatu yang tidak terbatas. Menurut Anselmus ada
2 cara untuk membuktikan adanya Tuhan, yakni: 1) Ketika Anselmus
melihat adanya hal-hal yang terbatas, serentak ia juga mengandaikan
adanya hal-hal yang tidak terbatas. Dengan begitu ia hendak
mengatakan bahwa, akal manusia hanya mampu untuk sampai kepada
pemahaman yang biasa-biasa saja, tidak sepenuhnya mendalam dan
sungguh-sungguh mendasar, 2) Untuk membuktikan adanya Tuhan
ialah penguraian. Menurut Anselmus, apa yang kita sebut Tuhan
memiliki suatu pengertian yang lebih besar dari segala sesuatu yang
bisa kita pikirkan. Teori ini ingin mengutarakan bahwa Allah yang
dipahami berbeda dengan pengertian-pengertian ataupun
pemahaman yang lain. Tidak dipahami seperti suatu pemahaman yang
semu, seperti pulau yang terindah yang dipikirkan orang atau
dikhayalkan, belum tentu benar-benar ada dalam kenyataan.

ARGUMEN KOSMOLOGIS
Argumen kosmologis adalah salah satu argumen yang sering
digunakan dalam ilmu teologi dan filsafat. Argumen ini digunakan
untuk membuktikan eksistensi Tuhan berdasarkan fakta atau klaim
yang berhubungan dengan alam semesta.
Dari sekian argumen yang dilayangkan oleh para filsuf, mungkin
yang paling terkenal datang dari Thomas Aquinas, seorang filsuf-
pendeta yang hidup pada Abad Pertengahan. Pemikiran Aquinas
sendiri dipengaruhi oleh Agustinus dari Hippo, Aristoteles, dan Plato.
Dalam Summa Theologiae, Thomas Aquinas menyajikan “Bukti"
Keberadaan Tuhan untuk menguatkan argumennya, di mana salah
satunya adalah argumen sebab-pertama (First Cause). Singkatnya,
argumen kosmologis dapat dijelaskan seperti berikut:

1. Setiap ciptaan memiliki awal mula


2. Tidak ada makhluk yang bisa menciptakan dirinya sendiri
3. Hukum sebab-akibat tak bisa ada sejak awal penciptaan
4. Oleh karena itu, sebab-pertama (sesuatu yang di luar rantai sebab-
akibat) harus ada untuk menciptakannya

ARGUMEN TEOLOGIS

Argumen teologis merupakan pembuktian yang lebih spesifik dari


pembuktian kosmologis. Pembuktian ini pada dasarnya berangkat dari
kenyataan tentang adanya aturan-aturan yang terdapat dalam alam
semesta yang tertib, rapih dan bertujuan. Secara sederhana
pembuktian ini beranggapan bahwa: 1) Serba teraturnya alam memiliki
tujuan, 2) Serba teraturnya dan keharmonisan alam ini tidaklah oleh
kemampuan alam itu sendiri, 3) Di balik alam ini ada sebab yang Maha
Bijak.
William Paley (1743 – 1805 M.), seorang teolog Inggris, menyatakan
bahwa alam ini penuh dengan keteraturan. Di balik itu semua ada
Pencipta Yang Maha Kuasa. Tuhan menciptakan itu semua ada tujuan
tertentu. Seperti halnya Tuhan menciptakan mata bagi makhluknya.
Dalam paham teleologi, segala sesuatu dipandang sebagai
organisasi yang tersusun dari bagian – bagian yang mempunyai
hubungan erat dan saling bekerja sama. Tujuan dari itu semua adalah
untuk kebaikan dunia dalam keseluruhan. Alam ini beredar dan
berevolusi bukan karena kebetulan, tetapi beredar dan berevolusi
kepada tujuan tertentu, yaitu kebaikan universal, dan tentunya ada
yang menggerakkan menuju ke tujuan tersebut dan membuat alam ini
beredar maupun berevolusi ke arah itu. Hal inilah yang dinamakan
Tuhan.

ARGUMEN MORAL

Argumen ini bertanya tentang tujuan dari hukum moral:


Kemanakah keberlakuan mutlak hukum ini terarah? Oleh karena
makna dari suatu tindakan pada akhirnya ditentukan oleh tujuannya
juga, maka kiranya bisa dikatakan bahwa argumen kedua ini mau
bertolak dari makna tindakan kita yang bebas dan bertanggungjawab.
Ia bertanya tentang makna hidup manusia secara keseluruhan sebagai
hidup yang berada di bawah hukum kebebasan. Dalam kaitannya
dengan masalah ini, di dalam buku Kritik der reinen Vernunft (Kritik
atas Rasio Murni, 1781) Kant untuk pertama kali mengembangkan
cara yang khas bagi pembuktian eksistensi Tuhan lewat jalan moral.
Secara garis besar argumen Kant tersebut, yakni: 1) Adanya
hukum moral yang secara mutlak memerintahkan kewajiban kita, 2)
Dengan menaati hukum moral tersebut maka manusia akan
mengalami keadaan batin (kebahagiaan) yang kepuasannya akan
dialami secara penuh dibandingkan jika kita menaati hokum moral
tersebut hanya sekedar paksaan atau di luar kehendak manusia, 3)
Dengan demikian, hukum moral dan kebahagiaan bersifat niscaya
atau mutlak diupayakan, sebab keduanya berhubungan secara hakiki,
4) Tetapi, kebahagiaan yang manusia alami tentunya tidak terisi
secara penuh di kehidupan kita ini, lantaran keterbatasan manusiawi,
seperti penyakit, kematian, dsb. Berhadapan dengan fakta adanya
blokiran subjektif dan objektif semacam ini, bagaimana kebahagiaan
yang harus diupayakan ini bisa tercapai? Kant menjawab, agar
perintah moral mencapai kebahagiaan ini bisa mencapai tujuannya,
kita perlu mengandaikan dua hal, yakni, pertama, adanya Ada-
Tertinggi (Tuhan) yang menjamin kesatuan dari moral dan
kebahagiaan ini, serta, kedua, kehidupan kekal, di dalamnya kesatuan
bisa terealisiasi, hal yang tak mungkin terjadi di alam fana, 5)
Sebagaimana manusia wajib bertindak berdasarkan hukum moral baik
pada ranah rasio praktis dan rasio teoritis, maka itu manusia harus
menerima eksistensi Tuhan dan adanya kehidupan kekal. Dengan
demikian, tujuan hidup manusia menurut Kant ialah untuk mencapai
moral yang luhur, bukan berdasarkan belas kasihan, karena nilai belas
kasihan ini tidaklah bernilai, melainkan kesadaran akan kebebasannya
sebagai manusia di semasa hidupnya. Tuhan membuat manusia
sebagai makhluk sempurna dan setiap individu ini memiliki bagian dari
kebahagiaan yang harus ia capai.

2. Siapakah Tuhan Allah itu?

Fakta tentang keberadaan Allah sangat nyata terlihat, baik melalui


ciptaan-Nya maupun melalui hati nurani manusia. Saking jelasnya,
Alkitab menyebut orang yang memilih sebagai ateis sebagai suatu
“kebodohan” (Maz 14:1). Karenanya, Alkitab tidak pernah mencoba
membuktikan keberadaan Allah; melainkan menyatakan Allah itu ada
dari sejak semula (Kej 1:1). Apa yang Alkitab lakukan ialah
menyingkapkan sifat, karakter, dan pekerjaan Allah. Mengenal Allah
secara benar merupakan hal yang terpenting karena anggapan yang
salah tentang Allah sama saja dengan memuja berhala. Dalam Maz
50:21, Allah menegur orang fasik dengan tuduhan: “engkau menyangka
, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau.” Sebagai permulaan, definisi
singkat yang baik mengenai Allah ialah “Yang Mahatinggi; Pencipta dan
Penguasa segala hal; Sosok yang sempurna dalam kekuasaan, kebaikan,
dan kebijaksanaan.”

Berikut ini adalah karakteristik Allah yang terungkap dalam


Alkitab: Allah itu adil (Kis 17:31), penuh kasih (Ef 2:4-5), penuh
kebenaran (Yoh 14:6), dan kudus (1 Yoh 1:5). Allah menunjukkan belas
kasihan (2 Kor 1:3), pengampunan (Rom 9:15), dan rahmat (Rom 5:17).
Allah menghakimi dosa (Maz 5:5) namun juga menawarkan
pengampunan (Maz 130:4). Kita tidak dapat memisahkan Allah dari
pekerjaan-Nya, karena apa yang Allah lakukan menyatakan siapa Dia
sesungguhnya. Berikut adalah ringkasan pekerjaan Allah, di masa lalu,
saat ini, dan masa mendatang: Allah menciptakan dunia (Kej 1:1; Yes
42:5); menopang dunia (Kol 1:17); menggenapi rencana-Nya yang kekal
(Ef 1:11) menebus manusia dari kutukan dosa dan maut (Gal 3:13-14);
membawa orang pilihan-Nya kepada Kristus (Yoh 6:44); mendisiplinkan
anak-anak-Nya (Ibr 12:6); dan akan menghakimi dunia (Wah 20:11-15).
Dalam Pribadi Allah Anak, Allah menjadi manusia (Yoh 1:14). Anak
Allah menjadi Anak Manusia dan menjadi “jembatan” antara Allah dan
manusia (Yoh 14:6; 1 Tim 2:5). Hanya melalui Allah Anak, barulah
manusia dapat memperoleh pengampunan (Ef 1:7), berdamai dengan
Allah (Yoh 15:15; Rom 5:10), dan memperoleh keselamatan kekal (2
Tim 2:10). Jadi, untuk benar-benar mengenal siapakah Allah itu, yang
harus kita lakukan hanyalah dengan memandang kepada Yesus.

3. Sifat-sifat Tuhan Allah


Beberapa sifat ini adalah unik bagi Allah, sedangkan yang lain tampak
juga di dalam diri manusia sebagai akibat penciptaan-Nya menurut
rupa Allah.

SIFAT SIFAT ALLAH YANG UNIK :


1) Allah itu mahahadir yaitu, Dia ada di mana-mana pada saat yang
bersamaan. Pemazmur mengatakan bahwa ke manapun kita pergi,
Allah ada di situ (Mazm 139:7-12; bd. Yer 23:23-24; Kis 17:27-28); Allah
melihat segala sesuatu yang kita lakukan.

2) Allah itu mahatahu yaitu, Ia mengetahui segala sesuatu (Mazm


139:1-6; 147:5). Dia mengetahui bukan saja perbuatan kita tetapi juga
pikiran kita (1Sam 16:7; 1Raj 8:39; Mazm 44:22; Yer 17:9-10).

3) Allah itu mahakuasa yaitu, Allah itu sangat berkuasa dan memiliki
kekuasaan mutlak atas segala sesuatu dan semua ciptaan (Mazm
147:13-18; Yer 32:17; Mat 19:26; Luk 1:37). Istilah ini mengambarkan
sifat Allah yang tidak terbatas
4) Allah itu mahatinggi yaitu, kekuasaan tertinggi atas segala bumi ada
pada Allah sebab Ia adalah yang empunya kerajaan sorga dan yang
berkuasa diatasnya ( Matius 6:9-13; Lukas 11:2-4). Tuhan Allah lebih
besar dan lebih tinggi daripada segala hal yang diciptakan-Nya . Istilah
yang digunakan oleh manusia untuk menggambarka sifat-sifat Allah
adalah transenden dan imanen. Kedua istilah itu mengandung arti
bahwa Allah yang Mahatinggi bersedia untuk tetap tinggal di dalam
ciptaan-nya.

5) Allah itu kekal yaitu, Dia ada dari selama-lamanya sampai selama-
lamanya (Mazm 90:1-2; 102:13; Yes 57:15). Tidak pernah ada waktu,
baik di masa lalu maupun di masa depan, ketika Allah tidak ada atau
takkan ada; Ia tidak terikat dengan waktu manusia ( Mazm 90:4; 2Pet
3:8) dan oleh karena itu kata paling baik dapat dilukiskan dengan "Aku
ada" (kel 3:14; Yoh 8:58).

6) Allah tidak berubah yaitu, sifat-sifat Allah tidak berubah, dalam


berbagai kesempurnaan atau dalam maksud-Nya bagi umat manusia
(Bil 23:19; Mazm 102:27-28; Yes 41:4; Mal 3:6; Ibr 1:11-12; Yak 1:17);
akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa Allah tidak pernah mengubah
maksud-maksud-Nya yang sementara sebagai tanggapan atas tindakan
manusia. Misalnya, Ia mungkin mengubah maksud-Nya untuk
menghukum karena pertobatan sungguh-sungguh dari orang berdosa
(bd. Yun 3:6-10).

7) Allah itu sempurna dan kudus yaitu, Dia sama sekali tanpa dosa dan
benar (Im 11:44-45; Mazm 85:13; 145:17; Mat 5:48). Adam dan Hawa
diciptakan tanpa dosa (Kej 1:31) tetapi dengan kemampuan untuk
berbuat dosa. Pada pihak lain, Allah tidak dapat berbuat dosa (Bil
23:19; 2Tim 2:13; Tit 1:2; Ibr 6:18). Kekudusan-Nya juga mencakup
pengabdian-Nya untuk melaksanakan maksud-maksud dan rencana-
Nya.

8) Allah itu Tritunggal yaitu, Dia adalah Allah yang Esa (Ul 6:4; Yes
45:21; 1Kor 8:5-6; Ef 4:6; 1Tim 2:5), yang telah menyatakan diri-Nya
dalam tiga oknum ilahi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus (mis. Mat 28:19;
2Kor 13:14; 1Pet 1:2). Setiap oknum sepenuhnya ilahi, setara dengan
dua oknum yang lain; namun mereka bukan tiga Allah tetapi satu.

SIFAT-SIFAT ALLAH YANG MORAL:


Banyak ciri khas dari Allah yang esa dan benar, khususnya sifat-sifat
moral-Nya, memiliki kesamaan dengan sifat-sifat manusia; akan tetapi,
sifat-sifat Allah semua berada dalam taraf yang jauh lebih tinggi
daripada di dalam diri kita. Misalnya, sekalipun Allah maupun manusia
memiliki kemampuan untuk mengasihi, tidak ada manusia yang
mampu mengasihi sampai ke taraf dan intensitas kasih Allah. Selain itu,
harus ditekankan bahwa kemampuan kita untuk mengamalkan sifat ini
terkait dengan penciptaan kita menurut gambar Allah (Kej 1:26-27);
dengan kata lain, kita seperti Allah, bukan Allah seperti kita.

1) Allah itu baik. Segala yang pada mulanya diciptakan Allah itu baik
adanya, suatu perluasan dari sifat Allah sendiri. Allah tetap baik kepada
ciptaan- Nya dengan menopangnya demi semua makhluk-Nya. Allah
bahkan memelihara orang fasik (Mat 5:45; Kis 14:17). Allah baik secara
khusus kepada umat-Nya yang berseru kepada-Nya di dalam kebenaran
(Mazm 145:18-20).

2) Allah itu kasih (1Yoh 4:8). Kasih-Nya adalah kasih yang tidak
mementingkan diri sehingga merangkul seluruh dunia. Ungkapan
utama dari kasih tersebut ialah pengutusan Anak-Nya yang tunggal
Yesus untuk mati karena orang berdosa (1Yoh 4:9-10).
3) Allah itu penyayang dan pengasih Ia tidak memusnahkan umat
manusia seperti yang patut kita terima karena dosa kita (Mazm
103:10), tetapi menawarkan pengampunan sebagai karunia yang cuma-
cuma untuk diterima melalui iman kepada Yesus Kristus

4) Allah itu berbelaskasihan (2Raj 13:23; Mazm 86:15; 111:4).


Berbelaskasihan berarti ikut merasa sedih karena penderitaan orang
lain, disertai keinginan untuk menolong. Karena mengasihani umat
manusia, Allah menyediakan pengampunan dan keselamatan

5) Allah itu sabar (Kel 34:6; Bil 14:18; Rom 2:4; 1Tim 1:16). Allah
pertama kali mengungkapkan sifat ini di Taman Eden setelah Adam dan
Hawa berbuat dosa, ketika Ia tidak membinasakan umat manusia
sebagaimana hak-Nya. Dan Allah masih sabar dengan umat manusia
yang berdosa. sekarang ini Ia tidak menghakimi untuk membinasakan
dunia, karena dengan sabar Ia memberikan kesempatan pada setiap
orang untuk berbalik dan bertobat (2Pet 3:9).

6) Allah adalah kebenaran (Ul 32:4; Mazm 31:6; Yes 65:16; Yoh
3:33).Yesus menyebut diri-Nya sendiri "kebenaran" (Yoh 14:6), dan Roh
Kudus dikenal sebagai "Roh Kebenaran" (Yoh 14:17; bd. 1Yoh 5:6).
Karena Allah sepenuhnya dapat diandalkan dan benar di dalam segala
sesuatu yang dikatakan dan dilakukan-Nya, firman-Nya juga dilukiskan
sebagai kebenaran (2Sam 7:28; Mazm 119:43; Yes 45:19; Yoh 17:17).

7) Allah itu setia, Allah akan melaksanakan apa yang telah dinyatakan-
Nya dalam Firman- Nya, melaksanakan semua janji dan peringatan.
Kesetiaan Allah seharusnya mendatangkan hiburan yang tak terkatakan
kepada orang percaya dan ketakutan besar akan hukuman atas semua
orang yang tidak bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus (Ibr 6:4-8;
Ibr 10:26-31).
8) Akhirnya, Allah itu adil (Ul 32:4; 1Yoh 1:9); bersifat adil berarti bahwa
Allah menopang tatanan moral semesta alam, dan dalam perlakuan-
Nya terhadap umat manusia Ia bersikap benar dan tidak berdosa (Neh
9:33; Dan 9:14). keadilan Allah tidak bertentangan dengan kasih-Nya.
Sebaliknya, untuk memuaskan keadilan-Nyalah Dia mengutus Yesus ke
dalam dunia sebagai karunia kasih-Nya dan sebagai korban-Nya karena
dosa demi kita dan supaya memperdamaikan kita dengan diri-Nya
sendiri

C. MANUSIA
1. Manusia dalam Kaitannya dengan Tuhan Allah
Hubungan Manusia dengan Tuhan dimulai ketika Tuhan menciptakan
Adam dan Hawa. Sebelum Adam dan Hawa melanggar perintah Allah
(Kejadian pasal 3), baik Adam maupun Hawa mengenal Allah pada
tingkatan yang pribadi dan intim. Mereka dapat berjalan dengan-Nya di
Taman Eden dan berbicara langsung kepada-Nya. Tetapi karena dosa,
manusia menjadi terpisah dan terputus dari Allah.
Apa yang kebanyakan orang tidak ketahui, sadari, atau peduli,
adalah Yesus menganugerahkan kepada kita karunia yang paling
menakjubkan yaitu kesempatan untuk menghabiskan kekekalan
bersama-sama dengan Allah jika kita beriman-percaya kepada-Nya (Rom
6:23). Allah menjadi manusia dalam Pribadi Yesus Kristus untuk
menebus dosa kita. Ia rela dibunuh, dan kemudian bangkit untuk hidup
kembali, membuktikan kemenangan-Nya atas dosa dan kematian (Rom
8:1).
Memiliki hubungan pribadi dengan Allah berarti kita harus
melibatkan Allah dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus berdoa
kepada-Nya, membaca firman-Nya, dan merenungkan ayat-ayat Alkitab
dalam upaya untuk mengenal Dia dengan lebih baik. Yesus adalah
Pribadi yang begitu mengasihi kita sehingga Dia rela memberikan
nyawa-Nya bagi kita (Rom 5:8). Membangun hubungan pribadi dengan
Allah tidak sesulit yang kita pikirkan. Segera setelah kita menjadi anak-
anak Allah, maka kita akan menerima Roh Kudus. Ia akan mulai bekerja
di dalam hati kita. Kita harus berdoa tanpa henti, membaca Alkitab, dan
menjadi jemaat tetap di gereja yang berpegang teguh pada Alkitab.
Seluruh hal ini akan membantu kita untuk bertumbuh secara rohani.
Percaya pada Allah untuk menyertai kehidupan kita setiap harinya dan
percaya bahwa Dia adalah Pemelihara kita merupakan cara untuk
memiliki hubungan pribadi dengan-Nya.

2. Manusia dalam kaitannya dengan sesama


Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan
sesama. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, tapi
sangat membutuhkan peran orang lain. Hanya manusialah yang
diciptakan Allah untuk dapat memenuhi kepuasan dan kebutuhan dasar
manusia, oleh sebab itu, Allah menciptakan manusia, laki-laki dan
perempuan (Kejadian 1:27). Manusia diciptakan untuk berelasi dan
saling melengkapi dalam kasih. Kedua-duanya sama derajat di hadapan
Allah. Dalam kejadian 2:18 Allah menyatakan bahwa tidak baik bagi
manusia untuk seorang diri saja, sehingga Ia menjadikan penolong bagi
manusia, yang sepadan dengannya. Perkawinan diperkenalkan oleh
Allah kepada manusia sebagai lembaga yang utama dan monogami (laki-
laki dan perempuan), keduanya menjadi satu daging.
Dalam Perjanjian Lama, manusia tidak dilihat secara terpisah atau
sendiri-sendiri, tetapi sebagai anggota-anggota yang bertanggung jawab
dari satu keluarga atau suku bangsa.
Seorang individu adalah seorang anggota keluarga atau suku bangsa,
yang termasuk dalam satu marga, dipersatukan dalam satu suku, yang
semuanya berada dalam kesatuan dari seluruh kaum Israel (Yosua 7:16-
18). Panggilan Allah juga datang kepada individu-individu untuk demi
kepentingan kelompok. Abraham dipanggil untuk meninggalkan
kesenangan hidup keluarga dan negerinya agar menjadi sarana berkat
bagi banyak orang (Kejadian 12:1-3). Musa dipanggil untuk hidup dekat
dengan Allah agar menjadi berkat bagi bangsa Israel (Keluaran 24:2).
Imam Besar masuk ke dalam ruang maha kudus seorang diri demi tugas
untuk banyak orang (Imamat 16:17-19). Para nabi dipanggil untuk
melayani bangsa Israel dan Yehuda .
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena pada diri manusia
ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau
tidak hidup di tengah-tengah manusia(Kej 2:18). Tanpa bantuan
manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
karena beberapa alasan, yaitu :
1). Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2). Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
3). Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain.
4). Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah
manusia.
Manusia memang makhluk sosial namun kita harus berhati-hati,
karena ada pandangan yang hanya mementingkan dan mengunggulkan
dimensi sosial dan mengabaikan dimensi individu. Sebaliknya ada pula
pandangan yang begitu mengutamakan dimensi individu di banding
dimensi sosial. Seharusnya sebagai manusia kita harus mampu
menyeimbangkan kepentingan individu dan sosial.

3. Manusia dalam kaitannya dengan alam sekitar


Satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi adalah
manusia. Alam merupakan lingkungan kehidupan atau segala sesuatu
yang ada di langit dan di bumi seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Manusia dan alam mempunyai hubungan yang saling tergantung dan
saling membutuhkan.
Allah adalah pemilik alam semesta ini, kata pemazmur. ”Tuhanlah yang
empunya bumi dan segala isinya dan dunia serta diam di dalamnya”
(Mazmur 24:1). Tuhan telah menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan,
creation ex nihilo. Jika manusia ingin menciptakan sesuatu, harus
menggunakan apa yang telah diciptakan oleh Allah. Manusia mencipta
dan membangun senantiasa menggunakan yang tersedia di alam yang
merupakan ciptaan Allah.
Alkitab berbicara tentang ciptaan yang baru dan bumi yang baru
(Wahyu 21:1), dimana bumi yang baru tersebut adalah bebas dari polusi
(pencemaran), destruksi (pengrusakan). Manusia ditugaskan oleh Allah
untuk menciptakan keharmonisan antara manusia dengan alam.
Menurut (Kejadia 1:28), ciptaan terakhir yakni manusia, mendapatkan
mandat untuk bertanggung jawab atas seluruh ciptaan. Tanggung jawab
terhadap alam sebagai ciptaan Allah, juga telah dipertegar lewat
kehadiran Kristus Yesus.
Seiring berjalannya waktu, alam berubah dari awalnya diciptakan.
Pengembangan aspek kehidupan, tidak terlepas dari kemajuan pola pikir
manusia yang dititikberatkan kepada keadaan sekarang, usaha
mempermudah kehidupan manusia karena kebutuhan hidup. Penyebab
dari lingkungan hidup yang kian menjadi rusak adalah dikarenakan cara
pandang dan sikap manusia yang salah terhadap alam. Karena memang
benar pemahaman dan cara pandang orang terkait lingkungan hidup
akan mempengaruhi sikap mereka, dan bagaimana mereka akan
memperlakukan alam.
Krisis lingkungan hidup yang dialami manusia di era globalisasi ini
merupakan akibat dari kurang pedulinya manusia terhadap lingkungan
hidup mereka. Krisis lingkungan hidup yang dialami manusia berakar
pada krisis moral. Manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan
dan lebih peduli pada kepentingan diri sendiri. Kita melihat dan
merasakan sendiri bagaimana perubahan lingkungan telah terjadi dan
berdampak langsung pada kehidupan kita.
Secara teologis dapat dikatakan bahwa manusia dan alam adalah
ciptaan, properti dan bait Allah, semuanya itu berada dalam suatu
hubungan perjanjian dengan Allah. Barangsiapa yang merusak alam,
maka ia merusak hubungan perjanjian itu. Di samping itu, segala
kegiatan pengrusakan alam akan mendatangkan kerusakan pada hidup
umat manusia. Alam merupakan pemberian Allah untuk manusia untuk
memelihara dan dipergunakan (Kejadian 1). Oleh karena itu, etika
lingkungan tidak berpusat pada manusia atau alam, melainkan berpusat
kepada Allah.
Sebagai Pencipta, Allah sesuai rencana-Nya yang agung telah
menciptakan segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya
masing-masing dalam hubungan harmonis yang terintegrasi dan saling
memengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Sebab semua
ciptaan berharga di mata Tuhan. Jadi, sikap eksploitatif terhadap alam
merupakan bentuk penodaan dan perusakan terhadap karya Allah yang
agung itu.
Berdasarkan pandangan umum maupun pandangan agama Kristen
tentang alam semesta lingkungan hidup, maka setiap orang memiliki
tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan hidup berdasarkan
pemahamannya. Setiap pandangan memiliki dasar tanggung jawab etis
terhadap kerusakan lingkungan hidup.
Di akhir kata, menjadi Kristen, berarti menjadi bagian dari karya Allah
untuk menata kehidupan yang harmonis. Keikutsertaan dalam
melestarikan alam, bukan lagi harus dilakukan sebagai bentuk formalitas
taat negara, atau ikut-ikutan masyarakat sekitar. Tetapi dilaksanakan
sebagai bentuk kesadaran dan tanggung jawab umat Kristen sebagai
umat ciptaan Allah. Yang bisa dimulai dari menyadarkan diri sendiri,
berlanjut ke lingkungan sekitar dan lalu masyarakat luas. Semua itu
tentu saja, diperbuat untuk memuliakan Allah Sang Pencipta.

D. DOSA DAN KESELAMATAN

1. Dosa
Dosa merupakan tindakan manusia yang melanggar perintah atau
aturan Tuhan. Dosa adalah pelanggaran cinta kasih terhadap Tuhan atau
sesama yang dapat mengakibatkan putusnya relasi antara manusia
dengan Allah.

ASAL MULA DOSA


Sehubungan dengan asal usul dosa, Alkitab mengajarkan kita pada
kejatuhan manusia kedalam dosa . Si penggoda yang datang dalam
wujud ular secara fisik, mencoba menggoda Hawa, istri Adam seorang
wanita yang dibuat Tuhan sebagai penolong sepadan untuk Adam,
untuk memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat . Tidak ada
yang tahu mengenai pohon ini, termasuk jenis buah apa atau tipe
tertentu. Namun dengan jelas dikatakan bahwa ular men-sugesti Hawa
dengan mengatakan jika Hawa mau memakan buah itu maka dia akan
menjadi sama seperti Allah . Hawa malah menjawab Tuhan tidak
katakan seperti itu (ak.a Hawa mendengar melalui suaminya, Adam),
Tuhan katakan bahwa jika kami memakan buah itu, maka kami akan
mati . Hawa tetap tergoda dan ia meraba buah itu lalu memakannya,
setelah itu ia memberikannya pada suaminya Adam.
Mungkin banyak orang yang percaya bahwa buah itulah yang
membuat manusia berdosa. Kenyataannya, manusia berdosa bukan
karena buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu, melainkan
manusia berdosa karena ketidaktaatannya pada otoritas Allah. Manusia
tergoda ingin menjadi sama seperti Allah. Saat mereka makan buah
pengetahuan yang baik dan yang jahat bukan berarti mereka baru tahu
tentang yang baik dan yang jahat.
Maksud dari pernyataan itu adalah mereka yang dahulu tunduk pada
otoritas kebenaran Allah mengenai yang baik dan yang jahat , sekarang
menentukan sendiri menurut kehendak mereka tentang yang baik dan
yang jahat . Karena ketidaktaatan Adam, maka oleh karena satu
pelanggaran semua manusia ikut berdosa. Inilah sifat dari dosa mula-
mula yaitu dosa warisan. Dosa yang diturunkan melalui satu orang dari
generasi ke generasi, syukurlah kepada Tuhan Yesus yang sudah
membayar seluruh utang dosa ini.

AKIBAT DOSA
Pada awalnya manusia diciptakan diselubungi dengan kemuliaan
Allah, tetapi jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Allah
dengan kehendak bebas yang mereka miliki (Kejadian 3:1-6). Sejak saat
itu, semua manusia yang lahir ke dunia ini telah berdosa. Sebab akibat
dosa, maka terputuslah relasi manusia dengan Allah. Akibat yang
dialami manusia karena dosa ialah :
 Kematian Rohani (Efesus 2:1)
 Kematian Fisik (Kejadian 2:17)
 Kematian Kekal (Wahyu 21:8)

2. Keselamatan
Keselamatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang.
Didalam dunia kerja, setiap organisasi memiliki sarana untuk menunjang
keselamatan setiap karyawannya. Keselamatan kerja merupakan sarana
utama untuk pencegahan kecelakaan saat melakukan pekerjaan. Di
dalam Kekristenan konsep keselamatan merupakan salah satu pokok
utama dan menempati kedudukan yang berpusat dalam teologi Kristen.
Keselamatan di dalam Kekristenan juga merupakan pelepasan atau
penebusan dari dosa dan pengaruh dosa. Kekristenan percaya bahwa
tidak mungkin orang diselematan kalau tidak percaya kepada Kristus,
yang telah mati di kayu salib. Keselamatan tidak bisa diperoleh melalui
usaha sendiri, baik dengan berbuat baik, persembahan, meditasi atau
melalui cara-cara yang diluar Kristus, Paulus mengajarkan bahwa
keselamatan bukanlah hasil upah dari perbuatan baik yang kita lakukan,
melainkan karunia atau rahmat dari Allah di dalam Titus 3:5-6.
Keselamatan hanya diterima dan beri oleh Kristus melalui kematian-Nya
di kayu salib. Syarat untuk menerima keselamatan dari Kristus harus
mengakui keberadaannya yang berdosa terlebih dahulu, kemudian
dengan menerima karya penebusan Kristus yang disebut sebagi
pertobatan.

ARTI DISELAMATKAN
a. Terlepas dari hukuman dosa, terhindar dari murka Allah.
Orang berdosa,dosanya telah di tetapkan meskipun belum segera
mendapat hukuman,mereka hanya menunggu hari penghukuman
saja.murka Allah tetap ada di atas orang itu,karena Alah adalah Allah
yang senantiasa murka kepada orang berdosa(yoh 3:36: maz 7:11).
Orang yang diselamatkan adalah orang yang terhindar dari hukuman
dosa.
b. Terlepas dari kuasa dosa- di bebaskan dan beroleh kemerdekaan
Setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa (yoh 8:34).
Meskipun manusia mengetahui bahwa berdosa adalah tidak
baik,namun mereka tidak mempunyai kekuatan untuk melepaskan
diri dari kuasa dosa dan hanya dengan bersandar pada anugrah Tuhan
sajalah kita dapat melepaskan diri dari belenggu dosa.
c. Terlepas dari lingkungan dosa
Dunia ini adalah tempat iblis bertahta, sehingga kehidupan kita dalam
tubuh banyak mengalami pencobaan dan godaan. Namun bagi
mereka yang sudah diselamatkan,mereka mempunyai suatu
pegangan/jaminan bahwa pada suatu hari akan terlepas dari
dunia yang penuh dengan dosa ini, dan akan menikmati hidup kekal
bersama Allah selama-lamanya di surga ( 2 korintus 5: 1 ).

JAMINAN KESELAMATAN
Keselamatan adalah sesuatu yang pasti, tidak berubah, dan tidak
dapat hilang selama lamanya (yohanes 10:28,29 : Roma 11:29 ; Filipi
1:6 ; II Tesalonika 3:3 ; II Timotius 1:12, 4:18 ; Yudas 24-25 : Efesus 1:13-
14). Jadi , barangsiapa percaya dan bersandar pasti beroleh anugerah
keselamatan. Ini bukan karena perasaan saja atau bersandarkan
perkataan orang lain, melainkan berdasarkan pada yaitu :
1. Janji Allah didalam Alkitab ( Roma 10:9,10,13 ; Yohanes
10:18,19 ).
2. Materai dari Roh Kudus ( Efesus 1:13-14 ; Roma 8:14-16 ;
Galatia 4:6 ).
3. Pengharapan yang teguh ( I Timotius 1:12 ; II Korintus 1:10)

E. LANDASAN ALKITABIAH
Ibrani 11:6
“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa
Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang
sungguh-sungguh mencari Dia.”

F. KESIMPULAN
Dalam menjalani kehidupan, pasti tidak terlepas dari berbagai
macam pencobaan. Jika kita tidak menguatkan iman, maka iblis akan
mudah menjatuhkan dan membuat kita berbalik dari Tuhan. Untuk itu
perlunya dasar iman yang kuat, kita harus mengenal Tuhan dalam
hidup kita agar dapat mengerti apa maksud Tuhan dalam menciptakan
manusia. selain itu, sebagai anak Tuhan kita juga harus mengetahui
bahwa melakukan dosa dapat mendatangkan maut, walaupun
sebenarnya manusia tidak terlepas dari dosa tetapi karena kasih Tuhan
yang begitu besar Dia rela menebus Manusia dan memberikan
keselamatan bagi siapa yang percaya dan bersandar hanya kepada-
Nya.

G. REFERENSI
http://repository.paramadina.ac.id/41/1/ARTIKEL
%20PENELITIAN- ARGUMEN%20EKSISTENSI%20TUHAN.pdf

https://www.idntimes.com/science/discovery/shandy-
pradana/argumen- eksistensi-tuhan-c1c2

https://alkitab.sabda.org/article.php?id=8424

https://teologialkitab.blogspot.com/2017/01/siapakah-allah-itu.html

https://id.kingdomsalvation.org/testimonies/have-true-faith-in-
God.html?gclid=CjwKCAjw4qCKBhAVEiwAkTYsPIqaPbNeN-
R6q295QYyYAGhUWrm1gBjbo6HKHqT6nZAsjm633A5AUxoCtYAQAvD_Bw
E

http://nickosbolhuy.blogspot.com/2013/04/dosa-dan-keselamatan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Dosa_(Kristen)

https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/07/123000469/manusia-
sebagai-makhluk-sosial-dan-cirinya?page=all

http://ndymondigir.blogspot.com/2012/11/makalah-manusia.html

https://ancinoviagmailcom.wordpress.com/2016/07/21/keselamatan-
menurut-alkitab/

Anda mungkin juga menyukai