Makalah Hukum Pemda
Makalah Hukum Pemda
DOSEN:
SAWIRMAN
OLEH:
YUDI GUSTIAN 1110003600116
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS EKA SAKTI PADANG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT, karena
berkat rahmat dan karuniaNYA penulis dapat menyelesaikan Makalah ini.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode
pembelajaran pada mata kuliah Sistem Peradilan Pidana Fakultas Hukum
Universitas Eka Sakti.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan
kepada penulis dalam menyusun makalah ini baik dari segi moril dan
materil.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
sempurna, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya
konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………....... i
Daftar Isi............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 4
3.1 Kesimpulan................................................................................... 11
3.2 Saran............................................................................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Tabuhan genderang perlawanan itu meruntuhkan nyali kekuasaan
negara yang selama ini tanpa tentangan senantiasa menempatkan
masyarakat dalam ketertindasan. Semangat baru bergemerincing hebat:
demokratisasi. Dan, seperti telah dapat diduga dengan pasti, bersamaan
dengan semangat desentralisasi itu, menyeruak kembali mimpi-mimpi
yang sejak era 1990-an dengan hati-hati dan sedikit ragu telah mulai
mencari bentuk: desentralisasi menjadi wacana penting dalam hiruk pikuk
reformasi.(1)
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah menjadi dasar
bagi daerah-daerah untuk bangkit dari ketidakberdayaannya. Daerah
diberi wewenang yang luas untuk mengatur dan mengurus daerahnya
dalam segala bidang selain yang menjadi wewenang pemerintah pusat.
(2) Dalam kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah ini, daerah-daerah
diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya demi
kesejahteraan masyarakat setempat. Filosofi dasar yang kiranya
mendasari kebijakan ini adalah “mendekatkan pemerintah kepada
masyarakat yang dilayaninya”.(3)
Ditemui di beberapa daerah, aula sederhana disekat-sekat papan
triplek untuk ditempati beberapa dinas. Dalam hal Sumber Daya Manusia
secara kuantitatif relatif tidak ada masalah, walaupun masih juga ditemui
ada Kantor Bappeda yang hanya diisi oleh 2 (dua) orang, yaitu 1 (satu)
orang Kepala Bappeda dan 1 (satu) orang staf. Secara kualitas yang
menonjol adalah penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikan, misalnya ditemui ada Kepala Dinas Perhubungan
berlatar belakang Sarjana Sastra.1
1
(1) Abdul Gaffar Karim (ed.), Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2006, xvii
(2)Urusan-urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemrintah Pusat adalah: 1) Politik luar negeri, 2)
Pertahanan, 3) Keamanan, 4) Yustisi, 5) Moneter dan fiscal nasional dan 6) agama. Hal ini digariskan dalam
UU No. 32 tahun 2004, pasal 10, ayat 3.
(3) Parwoto, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Bahan Kuliah pada Pasca Sarjana Ilmu Pemerintahan
STPMD ‘APMD’, Yogyakarta, 2008.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah?
1.2.2. Apa devinisi dari pemekaran daerah?
3.
BAB II
PEMBAHASAN
4.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004) memberikan definisi otonomi daerah
sebagai berikut.4 Indonesia (a), Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, ps. 18.3 Rizky Argama Desember 2005“Otonomi
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”5
UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan
kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan
terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan
daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
3.2. SARAN
Penyusun menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masihlah
jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penyusun sangat mengharapkan kritik dan sarannya demi kesempurnaan
makalah ini.
11.