Anda di halaman 1dari 2

KONSEP DASAR ANTENATAL PADA IBU HIV

A. Definisi/Pengertian
Kehamilan merupakan serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau
pertemuan antara ovum dan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan
implantasi. Lama kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 10 hari) (Sulistyawati, 2012).
Salah satu penyakit yang dialami selama masa kehamilan akan berdampak kurang
menguntungkan bagi bayi dan sangat ditakuti oleh ibu hamil adalah penyakit Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV menurut World Health Organization (WHO)
disebabkan karena belum ada vaksin untuk mencegah HIV/AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) dan untuk pengobatannya juga belum ditemukan (WHO, 2017).
Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrom merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh retrovirus yaitu
HIV yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh secara simtomatis atau
asimtomatis (Irianto, 2013).
Antenatal care merupakan suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi
dan penanganan medik pada ibu hamil untuk memperoleh suatu proses kehamilan yang
baik dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Ekasari & Natalia, 2019).
Antenatal care mencakup pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk mengoptimalkan
fisik dan mental ibu pada masa kehamilannnya. Diharapkan pada saat nifas dan
selanjutnya, kesehatan reproduksi ibu dapat berjalan seperti sediakala. Pelayanan antenatal
care merupakan pelayanan yang bersifat preventif, dimana diperlukan untuk mencegah hal-
hal yang tidak diinginkan selama kehamilan, dan dapat mendeteksi dini masalah-masalah
yang abnormal yang timbul pada masa kehamilan (Ekasari & Natalia, 2019).

B. Epidemiologi
Masalah yang dialami oleh perempuan salah satunya adalah masalah pada
kesehatan reproduksi, salah satunya adalah kehamilan yang terpapar Human Imuno
Defisiensi Virus (HIV) (Depkes RI 2006). Kehamilan dengan infeksi HIV sangat
berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya (Kinzie, & Gomez, 2004). Janin dapat
tertular oleh virus yang ada dalam tubuh ibunya mulai dari masa kehamilan, persalinan
maupun selama periode post partum pada saat ibu menyusui melalui ASI (Gilbert, &
Harmon, 2003). Jumlah penderita penduduk dunia terinfeksi HIV yang tercatat dari 33
negara menurut data WHO, UNAIDS dan UNICEF tahun 2010 sebesar 2,9 Juta jiwa,
sedangkan di Indonesia, jumlah penderita HIV/ AIDS menurut data dari Ditjen PP dan PL
Kemenkes RI tahun 2011 terdapat 76.879 penderita HIV positif , 29.879 diantaranya telah
menderita AIDS penderita sebagian besar terjadi pada rentang usia 20-29 tahun yaitu
sebanyak 13.053 penderita dan sebanyak 8.122 berjenis kelamin perempuan serta terdapat
662 balita positif HIV yang tertular dari ibunya. Data dari Balai Kesehatan Paru
Masyarakat (BKPM) semarang tahun 2013 menyebutkan terdapat 49 wanita usia subur
(usia 20 - 40 tahun) yang berada dalam binaan. Mereka sebagian besar aktif mengikuti
program konseling, penyuluhan dan program terapi, namun ada beberapa wanita usia subur
yang tidak aktif mengikuti program dari BKPM sementara mereka tetap menjalankan
fungsi reproduksinya dengan aktif seperti hamil dan menyusui.
C. Patofisiolog

Infeksi HIV dibagi menjadi 4 fase. Fase awal atau masa inkubasi terjadi 2-4 minggu
pertama setelah terinfeksi, tidak ada gejala yang terjadi. Beberapa minggu kemudian,
pasien masuk ke fase infeksi akut yang ditandai oleh gejala mirip flu, termasuk fatigue,
demam, sakit kepala, limfadenopati. Karakteristik dari fase ini adalah viral load tinggi,
berlangsung selama 28 hari sampai beberapa minggu. Fase ini diikuti oleh fase laten
panjang yaitu 5 sampai 10 tahun, gejala hampir tidak ada tetapi virus tetap aktif
berkembang dan menghancurkan sistem imun tubuh. Seiring dengan menurunnya jumlah
CD4, penurunan imun juga terjadi dan AIDS terdiagnosis saat CD4 <200/ml. Pasien akan
menghadapi ancaman hidup dari infeksi oportunistik, seperti Pneumocystis Carinii
pneumonia (PCP), Micobacterium avium complex (MAC), tuberkulosis pulmonari,
toksoplasmosis, kandidiasis, dan infeksi cytomegalovirus (CMV) atau keganasan seperti
sarkoma Kaposi dan limfoma non-Hodgkin.Hampir 90% kasus infeksi HIV pada anak
disebabkan oleh transmisi perinatal. Transmisi perinatal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen. Beberapa penelitian melaporkan tingginya kasus terjadi akibat terpaparnya
intrapartum terhadap darah maternal seperti pada kasus episiotomi, laserasi vagina atau
persalinan dengan forsep, sekresi genital yang terinfeksi dan ASI. Frekuensi rata-rata
transmisi vertikal dari ibu ke anak dengan infeksi HIV mencapai 25-30%.2,3Faktor lain

Anda mungkin juga menyukai