Anda di halaman 1dari 16

PUSAT PENYEBARAN TANAMAN JAGUNG

PAPER

OLEH :
SEKAR ENDAH PARAWANSYAH
190301091
AGROTEKNOLOGI 2

MATA KULIAH DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
PUSAT PENYEBARAN TANAMAN JAGUNG

PAPER

OLEH :
SEKAR ENDAH PARAWANSYAH
190301091
AGROTEKNOLOGI 2
Paper Sebagai Salah Satu Komponen Untuk Melengkapi Penilaian Ujian Akhir
Semester Mata kuliah Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

MATA KULIAH DASAR PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT Tuhan

Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah “Pusat Penyebaran Tanaman

Jagung” yang merupakan salah satu syarat dalam memenuhi komponen penilaian

Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Dasar Pemuliaan Tanaman Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis berterimakasih kepada Ir. Eva Savitri Bayu, M.P., selaku dosen

mata kuliah Dasar Pemuliaan Tanaman serta kepada teman-teman kelas

agroteknologi 2 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam

kesempurnaan paper ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih. Semoga paper ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan terkhusus bagi penulis sendiri.

Medan, Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………….... 1
Tujuan Praktikum…………………………………………………………... 2
Kegunaan Penulisan………………………………………………………....2

BAB II : PEMBAHASAN
Strategi Pemuliaan Jagung………………..………………………………… 3
Jenis Varietas Jagung yang Sudah Dirilis…………………………………... 5
Koleksi Plasma Nutfah Jagung………………………………………….….. 6
Perbaikan Varitas Jagung Berdasarkan Karakter, Qualitas
(Morfologi, Biokimia) serta Hibridisasinya……………………………….. 9

BAB III : KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jagung (zea mays) merupakan komoditi kedua strategis

setelah tanaman padi (oryza sativa), karena di beberapa daerah jagung merupakan

bahan makanan pokok setelah beras dan jagung juga memiliki atau mempunyai

arti yang penting dalam pengembangan industri di dindonesia. Proporsi

penggunanaa tanaman jagung adalah 67% untuk bahan pakan, 25% untuk bahan

pangan, sedangkan di negara berkembang paling banyak digunakan sebagai bahan

pangan.

Tanaman jagung adalah tanaman yang memiliki tingkat fotosintesis

yang tinggi, jadi sangat membutuhkan cahaya matahari. Maka lokasi areal

budidaya tanaman jagung adalah di areal yang terbuka berupa sawah atau ladang

yang tidak terlindung. Secara nasional pengembanngan jagung pada lahan kering

menempati urutan terluas. Namun akhir-akhir ini pengembangan jagung pada

lahan sawah tadah hujan mendekati luasan pengembangan jagung pada lahan

kering.

Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji

yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama

penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang

rendah karena tidak memiliki gen opaque-2 yang mengendalikan kadar protein.

Adanya gen opaque-2, dapat meningkatkan kandungan protein, tetapi dilain pihak

menyebabkan biji jagung lunak, dan rapuh. Ahli pemuliaan mulai

mengembangkan tanaman jagung yang memiliki kadar protein yang tinggi dengan
2

cara menginduksi gen opaque-2 kedalam suatu varietas, tetapi cara tersebut

memunculkan sifat yang tidak diinginkan seperti rendahnya produksi dan sifat

kerapuhan biji.

Perbaikan Sifat genetik dan agronomik tanaman dapat dilakukan

melalui pemuliaan. Secara konvensional, perbaikan sifat dilakukan dengan

persilangan antarspesies, varietas, genera atau kerabat yang memiliki sifat yang

diinginkan. Persilangan dapat diterapkan pada tanaman berbunga, berbuah, berbiji

dan berkembang untuk melanjutkan keturunannya. Untuk tanaman yang tidak

dapat diperbaki melalui persilangan, perbaikan sifat diupayakan dengan cara lain,

di antaranya mutasi induksi yang disebut pula mutasi buatan atau imbas.

Perubahan sifat karena pengaruh alam disebut mutasi spontan.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui

strategi pemuliaan jagung, jenis varietas jagung yang telah dirilis, koleksi plasma

nutfah jagung, dan juga perbaikan varietas jagung berdasarkan karakter, qualitas

(morfologi, biokimia) serta hibridisasinya.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan paper ini adalah sebagai salah satu

komponen pelengkap nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah Dasar Pemuliaan

Tanaman, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan.


3

BAB II

PEMBAHASAN

Strategi Pemuliaan Jagung

Strategi pemuliaan tanaman jagung untuk mendapatkan varietas

unggul baru adalah dengan cara persilangan, introduksi dari luar negeri, dan

seleksi untuk stabilitas hasil. Varietas yang dihasilkan dari kegiatan tersebut akan

berdampak pada peningkatan produksi dan nilai tambah usaha tani jagung

(Mejaya et al.,2007).

Perakitan varietas unggul dimulai dengan membentuk galur atau lini

inbred sebagai calon tetua. Inbred dapat dibentuk menggunakan bahan dasar

varietas bersari bebas, hibrida dan inbred lain. Pembentukan inbred pada dasarnya

melalui seleksi tanaman dan tongkol selama silang diri (Takdir et al.,2007).

Strategi penelitian dan pemuliaan jagung khusus hendaknya mengarah

kepada program yang menghasilkan galur-galur/inbrida unggul untuk

menghasilkan varietas sintetik dan atau hibrida. Keuntungan program jagung

khusus berorientasi hibrida adalah sebagai berikut: (a) Dengan memanfaatkan

fenomena heterosis, potensi genetik hibrida lebih tinggi dibandingkan dengan

varietas bersari bebas. (b) Kemurnian mutu genetik jagung khusus, terutama yang

dikendalikan oleh gen resesif, akan lebih mudah terjaga jika berupa varietas

hibrida karena kemurnian genetik inbridanya lebih mudah dikontrol. (c)

Penampilan tanaman dan biji lebih seragam dan stabil pada jagung hibrida

(Azrai et al.,2005).

Dalam hal produksi benih jagung khsusus mesti dilakukan dengan

hati- hati dan secermat mungkin, terutama yang sifat kekhususannya dikendalikan
4

oleh gen resesif. Walaupun teknik produksi benih jagung khusus tidak berbeda

dengan produksi benih jagung biasa (dalam hal isolasi), tetapi secara berkala perlu

dilakukan analisis laboratorium (sekali setahun) terutama untuk benih kelas

penjenis dan benih dasar untuk memastikan mutunya, misalnya analisis

kandungan lisin dan triptofan, kandungan amilopektin, kadar gula pada jagung

manis, proksimat pada jagung biomas, dan jaringan jagung yang efisien

pemupukan nitrogen (Azrai et al.,2005).

perlunya pemuliaan alternatif secara tidak langsung melalui

pengubahan sifat fisiologis, antara lain: (a) pengubahan bentuk tanaman menuju

bentuk tanaman ideal yang sama sekali baru; (b) perbaikan arah, letak, bentuk dan

warna daun; (c) perbaikan perkembangan perakaran; (d) peningkatan hasil bersih

fotosintesis; (e) pengurangan tingkat respirasi; (f) mengubah tanaman C3 menjadi

C4, (g) optimalisasi proporsi sink-source, (h) memasukkan gen yang dapat

menstimulasi tanaman membentuk nitrogen (simbiose dengan bakteri, cendawan)

pada tanaman nonleguminose, dan (i) menghasilkan tanaman yang dapat dipanen

berulangkali (Azrai et al.,2005).

Agar varietas unggul baru yang diperoleh dari program pemuliaan

jagung khsusus dapat berkembang dan dimanfaatkan oleh masyarakat, perlu

dukungan berbagai pihak dalam hal diseminasi dan promosi secara terarah dan

terpadu. Hal ini dapat dilakukan melalui jaringan penelitian dan pengkajian

(litkaji) di setiap provinsi di Indonesia. Pada saat yang sama, promosi varietas

unggul jagung khusus kepada pihak industri yang memerlukan bahan baku jagung

dapat dilakukan melalui berbagai forum dan media komunikasi lainnya

(Azrai et al.,2005).
5

Jenis Varietas Jagung yang Sudah Dirilis

Sejarah pengembangan jagung Balitsereal dimulai pada awal tahun

1990-an, dan selama periode 1992- 2001, Balitesereal telah merilis 10 hibrida

silang tiga jalur yaitu varietas Semar 1 – Semar 10 dan 1 hibrida silang tunggal

yaitu varietas Bima 1. Sejak itu perkembangan rilis varietas jagung hibrida unggul

baru berjalan agak lambat dan baru dirilis lagi pada tahun 2007 dengan nama

Bima 2 Bantimurung dan Bima 3 Bantimurung. Pada tahun 2008 Balitsereal

merilis lagi tiga varietas jagung hibrida unggul baru yaitu Bima 4, Bima 5 dan

Bima 6. Untuk tahun 2010 sebanyak 5 varietas jagung hibrida unggul baru yang

dirilis yaitu , Bima 7, Bima 8, Bima 9, Bima 10 Bima 11. Pada akhir tahun 2011

Balitsereal akan merilis varietas jagung hibrida unggul baru berumur sedang (90-

100 hari) dan berpotensi hasil tinggi (>13 t/ha) toleran kekeringan dan

kemasaman tanah serta jagung hibrida umur genjah umur ± 85 hst dan potensi

hasil 11 t/ha (Azrai dan Adnan,2011).

Dari sejumlah varietas jagung hibrida yang telah dirilis oleh

Balitsereal, dua varietas tergolong berumur genjah ( Umur ≤ 90 hst) yaitu Bima 7

dan Bima 8. Jagung umur genjah merupakanprogram salah satu program stragis

Badan Litbang Pertanian untuk menghadapi perubahan iklim global dan menjadi

tugas Balitsereal untuk mewujudkannya. Hal ini penting karena pertanaman

jagung di Indonesia sekitar 79% terdapat di lahan tegal dan 10% di lahan sawah

tadah hujan yang memerlukan varietas umur genjah (<90 hari) toleran kekeringan.

Jagung berumur genjah berpeluang dapat terhindar dari kekeringan sehingga dapat

mengurangi resiko kegagalan panen. Tanaman jagung pada lahan tegal sering

mengalami kekeringan pada fase pengisian biji. Dalam keadaan kekeringan akan
6

menurunkan hasil biji, berat tongkol, memperlambat waktu berbunga dan

memperbesar interval berbunga (perbedaan antara antesis dan keluarnya rambut

tongkol), memperpendek tanaman dan memperbesar tanaman yang mandul

(Azrai dan Adnan,2011).

Varietas unggul jagung berumur genjah diperlukan oleh banyak petani

terutama untuk menyesuaikan pola tanam dan ketersediaan air. Di lahan sawah,

tanaman jagung biasanya diusahakan setelah panen padi, sehingga diperlukan

varietas-varietas jagung berumur genjah. Selain itu, tanaman jagung umur genjah

juga berpotensi untuk dimanfaatkan oleh petani sebagai tanaman antar musim

tanaman tembakau. Namun demikian, varietas-varietas genjah yang ada saat ini

pada umumnya berupa varietas lokal dan komposit seperti lokal Ciamis, kodok,

Pool-2, Florida plint synt yang potensi hasilnya sangat rendah sehingga perlu juga

dibuat varietas hibridanya. Hal ini didasari oleh karena varietas hibrida

mempunyai potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lokal

dan bersari bebas. Untuk mempercepat perakitan varietas hibrida umur genjah

yang toleran kekeringan dilakukan seleksi dengan bantuan marka molekuler.

Dengan marka molekuler, dapat dilakukan deteksi dini pasangan-pasangan galur

jagung umur genjah dengan jarak genetik yang luas sehingga memiliki peluang

besar mendapatkan jagung hibrida genjah unggul baru (Azrai dan Adnan,2011).

Koleksi Plasma Nutfah Jagung

Koleksi plasma nutfah jagung di Indonesia telah dilakukan sejak akhir

abad XIX di Lembaga Penelitian Pertanian di Bogor, yang pada tahun 1990an

diteruskan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Bogor dan Balai Penelitian
7

Tanaman Serealia (Balitsereal), Maros. Koleksi plasma nutfah jagung berasal dari

varietas lokal, varietas komposit, hibrida, dan introduksi. Kekayaan koleksi

plasma nutfah jagung nasional yang tersimpan di BB Biogen dan Balisereal

masing-masing 886 dan 660 aksesi, relatif sedikit dibandingkan dengan koleksi

plasma nutfah jagung di lembaga penelitian negara lain atau lembaga

internasional. Lembaga penelitian jagung internasional (CIMMYT) di Meksiko

memiliki koleksi plasma nutfah jagung sebanyak 11.000 aksesi dan Amerika

Serikat mempunyai lebih dari 15.000 aksesi. Total plasma nutfah jagung di

seluruh dunia diperkirakan mencapai 100.000 aksesi, sementara Meksiko dan

Amerika Selatan memiliki 40.000 aksesi (Hawkes 1981). Bukti empiris

menunjukkan bahwa semakin banyak pemilikan plasma nutfah jagung, semakin

baik varietas unggul yang dapat dihasilkan dari program pemulia

(Sutoro dan Zuraida,2013).

Koleksi plasma nutfah jagung yang dimiliki Indonesia merupakan

sumber kekayaan genetik untuk perbaikan sifat-sifat tanaman yang diinginkan,

seperti daya hasil tinggi, tahan terhadap penyakit bulai, umur genjah dan sifat-sifat

baik lainnya. Untuk konservasi dan rekombinasi gen-gen unggul dalam upaya

pemanfaatan plasma nutfah secara menyeluruh, telah dikembangkan gene pool

jagung (Subandi 1984). Dalam hal ini, koleksi plasma nutfah dibagi berdasarkan

umur dan warna biji sebagai berikut: kuning < 80 hari (Pool 1), 80-90 hari (Pool

2), 90-100 hari (Pool 3), > 100 hari (Pool 4), dan putih 80-100 hari (Pool 5).

Masing-masing kelompok dikawinkan dengan pejantan Arjuna untuk Pool-1,

Pool-2, dan Pool-3; dikawinkan dengan Suwan 1 untuk Pool-4 dan dengan Bromo

untuk Pool-5. Kelima pool disilangkan dengan populasi dari CIMMYT yang
8

berfungsi sebagai galur uji, untuk menentukan pool yang menunjukkan heterosis

tinggi. Pool terpilih digunakan sebagai sumber pembentukan jagung hibrida

maupun varietas komposit (Sutoro dan Zuraida,2013).

Perbaikan Varitas Jagung Berdasarkan Karakter, Qualitas (Morfologi,

Biokimia) serta Hibridisasinya

Perbaikan populasi dimaksudkan untuk meningkatkan mutu genetik

sifat tertentu (agronomis, mutu) supaya menjadi lebih baik, dan hasil biji lebih

tinggi dibanding populasi awal. Jika populasi awal hasil bijinya 4,0 t/ha, umur

panen 110 hari dan rentan penyakit tertentu, setelah dilakukan seleksi untuk

perbaikan sifat dalam beberapa siklus/daur, populasi dapat menghasilkan biji lebih

dari 4,0 t/ha umur panen lebih genjah dan tahan penyakit. Karakter yang muncul

dari suatu tanaman merupakan hasil interaksi antara sifat genetik dan lingkungan

(P=G x E). Untuk seleksi karakter kuantitatif, pemulia menggunakan kriteria

ragam fenotipe individu dalam populasi, artinya dipilih individu tanaman yang

memiliki sifat seperti yang diinginkan. Perbaikan populasi membutuhkan waktu

minimal tiga musim tanam dalam satu siklus (siklus dilambangkan Ci , i =1, 2, 3, .

. ., n). Perbaikan populasi jagung dapat dibedakan atas dua strategi yaitu: (1)

perbaikan dalam populasi (intra population improvement) dan (2) perbaikan

antarpopulasi (inter population improvement) Jika perbaikan sifat dilakukan

terhadap satu populasi disebut perbaikan dalam populasi, sedangkan jika serentak

pada dua atau lebih populasi disebut perbaikan antarpopulasi (Yasin et al.,2014).

Program pemuliaan tanaman merupakan salah satu faktor penting

dalam peningkatan produktivitas tanaman. Salah satu kendala program pemuliaan

tanaman adalah kurang informasi tentang karakter fenotip. Informasi tentang


9

karakter fenotip varietas jagung lokal sangat dibutuhkan dalam menentukan sifat

unggul yang berguna untuk meningkatkan produktivitas jagung. Hal ini tentu akan

berpengaruh terhadap produksi berbagai varietas jagung bersifat khusus misalnya

jagung protein mutu tinggi, jagung manis, jagung pulut, jagung biomassa tinggi,

dan jagung genjah. Identifikasi menggunakan ciri morfologi yang dalam hal ini

karakter fenotip banyak digunakan dalam determinasi dan identifikasi variasi atau

keragaman tanaman karena mudah dilakukan dan dapat diamati secara langsung

(Bani,2018).

Langkah awal dalam program hibrida adalah mencari populasi-

populasi superior yang merupakan pasangan heterotik (heterotic pattern) dan atau

melakukan pembentukan populasi baru. Pembentukan populasi dan program

seleksi bertujuan untuk memaksimalkan karakter penting, selain mempertahankan

karakter lain pada tingkat yang sama, atau di atas standar minimum untuk diterima

sebagai varietas komersial. Misalnya, kalau karakter hasil yang menjadi tujuan

utama, maka populasi harus memiliki daya hasil yang beragam, tetapi karakter

lainnya seperti saat berbunga, umur panen, ketahanan terhadap penyakit, dan

kualitas hasil harus lebih seragam. Hal tersebut dapat dicapai dengan prosedur

berikut: (1) Persilangan dilakukan hanya di antara populasi yang terseleksi, yakni

populasi dengan fenotipe sama untuk karakter kedua (saat berbunga, umur panen,

dan lain-lain), tetapi dengan fenotipe yang berbeda untuk karakter yang

diutamakan (seperti hasil). (2) Persilangan antarpopulasi dibatasi oleh individu-

individu dari populasi tetua yang mempunyai fenotipe yang sama, dengan

memperhatikan karakter kedua terpenting. (3) Memperbaiki populasi-populasi

asal yang berbeda dalam karakter kedua terpenting sebelum dilakukan persilangan
10

di antara populasi tersebut, kemudian dilanjutkan dengan program utama seleksi

(Takdir et al.,2006).

Hibridisasi atau persilangan merupakan proses penyerbukan silang

antara tetua yang berbeda susunan genetiknya. Kegiatan ini adalah langkah awal

pada program pemuliaan tanaman. Proses ini dapat berlangsung setelah

dilakukannya pemilihan tetua atau parental terutama pada tanaman menyerbuk

sendiri. Sedangkan pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk

menguji potensi tetua dalam pembentukan varietas hibrida (Dewi,2016).

Pemilihan tetua baik jantan maupun betina sangatlah penting dalam

penentuan keberhasilan hibridisasi. Berikut beberapa teknik yang dapat digunakan

untuk menentukan tetua dalam hibridisasi: (1) Pemilihan tetua berdasarkan data

fenotip. (2) Pemilihan tetua berdasarkan kombinasi data morfologi dan analisis

molekuler. Penentuan tetua berdasarkan data fenotip umumnya dapat

menggunakan data dari penampilan genotipe individu tanaman, adaptabilitas dan

stabilitas, persilangan diallel, persilangan atas, data pedigree, dan penanda DNA.

Kombinasi data ini sering digunakan untuk memperkirakan jarak genetik. Namun

sering dikritik karena jumlah data morfologi umumnya lebih banyak

dibandingkan dengan data molekuler sehingga sering sering memunculkan bias

terhadap analisis data molekuler (Dewi,2016).


11

BAB III

KESIMPULAN

1. Strategi pemuliaan tanaman jagung untuk mendapatkan varietas unggul baru

adalah dengan cara persilangan, introduksi dari luar negeri, dan seleksi

2. Hingga tahun 2010 Balitesereal telah merilis varietas jagung Bima 1, Bima 2,

Bima 3, Bima 4, Bima 5, Bima 6, Bima 7, Bima 8, Bima 9, Bima 10 dan

Bima 11

3. Kekayaan koleksi plasma nutfah jagung nasional yang tersimpan di BB

Biogen dan Balisereal masing-masing 886 dan 660 aksesi, relatif sedikit

dibandingkan dengan koleksi plasma nutfah jagung di lembaga penelitian

negara lain atau lembaga internasional

4. Perbaikan populasi jagung dapat dibedakan atas dua strategi yaitu: (1)

perbaikan dalam populasi (intra population improvement) dan (2) perbaikan

antarpopulasi (inter population improvement)

5. Teknik yang dapat digunakan untuk menentukan tetua dalam hibridisasi: (1)

Pemilihan tetua berdasarkan data fenotip. (2) Pemilihan tetua berdasarkan

kombinasi data morfologi dan analisis molekuler


12

DAFTAR PUSTAKA

Azrai dan Adnan. 2011. Jagung Hibrida Unggul Nasional. Agroinovasi. Sinartani.
Balitsereal.

Azrai, Muhammad., Made J. Mejaya, dan M.Yasin H.G., 2005. Pemuliaan Jagung
Khusus. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hal 96.

Bani, P.W. 2018. Karakterisasi Fenotipe dan Kekerabatan Varietas Jagung Lokal
Kabupaten Timor Tengah Utara. Universitas Timor. NTT.

Dewi, E.S. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman. Universitas
Malikussaleh. Aceh.

Mejaya, M.J., M. Azrai, dan R.N. Iriany. 2007. Pembentukan varietas unggul
jagung bersari bebas. Jagung. Teknik Produksi dan Pengembangan.
Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. p.55.

Sutoro dan Zuraida N. 2013. Pengelolaan Plasma Nutfah Jagung. Bogor: Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya
Genetik.

Takdir, A., S. Sunarti, dan M.J. Mejaya. 2007. Pembentukan Varietas Jagung
Hibrida dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai
Penelitian tanaman Serealia. Sulawesi Selatan.

Takdir A. S Sunarti, dan M J. Mejaya. 2006. Pembentukan Varietas Jagung


Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Yasin, Sumarno dan Nur. 2014. Perakitan Varietas Unggul Jagung Fungsional.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. IAARD Press.

Anda mungkin juga menyukai