Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG

DIRI (APD) DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(APD) PADA PERAWAT DI UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS
TAHUN 2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian

Disusun oleh:

AI NURAENI
2013277001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alat Pelindung Diri (APD) merupakan suatu perangkat yang digunakan


oleh pekerja demi melindungi dirinya dari potensi bahaya serta kecelakaan kerja
yang kemungkinan dapat terjadi di tempat kerja. Penggunaan APD oleh pekerja
saat bekerja merupakan suatu upaya untuk menghindari paparan risiko bahaya
di tempat kerja. Walaupun upaya ini berada pada tingkat pencegahan terakhir,
namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan (Tarwaka,2019).
Pokok pikiran: Pengertian alat pelindung diri (APD).
Perangkat yang digunakan pekerja untuk melindungi dirinya dari bahaya
kecelakaan kerja di tempat kerja dan sangat dianjurkan pemakaiannya
sebagai pencegahan terakhir merupakan pengertian alat pelindung diri.
( Tarwaka, 2019).

Penggunaan alat pelindung diri sudah seharusnya menjadi keharusan,


namun tidak digunakan oleh pekerja. Hal ini disebabkan masih lemahnya
kedisiplinan dan kesadaran para pekerja. Berdasarkan temuan bahaya di
perusahaan yang ada di Indonesia bahwa 60% tenaga kerja cedera kepala
karena tidak menggunakan helm pengaman, 90% tenaga kerja cedera wajah
karena tidak menggunakan alat pelindung wajah, 77% tenaga kerja cedera kaki
karena tidak menggunakan sepatu pengaman, dan 66% tenaga kerja cedera mata
karena tidak menggunakan alat pelindung mata (Jamsostek, 2019).
Pokok pikiran: Presentase bahaya kurang disiplinnya penggunaan APD.
Bahayakurang disiplin menggunakan APD di perusahaan yang ada di
Indonesia 60% tenaga kerja cedera kepala karena tidak menggunakan
helm pengaman, 90% tenaga kerja cedera wajah karena tidak
menggunakan alat pelindung wajah, 77% tenaga kerja cedera kaki karena
tidak menggunakan sepatu pengaman, dan 66% tenaga kerja cedera mata
karena tidak menggunakan alat pelindung mata (Jamsostek, 2019).
Kurangnya pengetahuan yang dimiliki perawat tentang alat pelindung
diri dan risiko-risiko penyebab kecelakaan kerja juga cara pencegahannya
menyebabkan perawat mengabaikan penggunaan APD dan menganggap risiko
di tempat kerja sebagai tantangan yang harus dihadapi (Ramlah, 2019).
Pokok pikiran: Penyebab perawat mengabaikan penggunaan APD.
Penyebab perawat mengabaikan penggunaan APD diantaranya adalah
karena kurang pengetahuan mengenai resiko penyebab kecelakaan kerja dan cara
pencegahannya (Ramlah, 2019).

Perawat sangat beresiko terinfeksi penyakit yang diderita oleh pasien yang
dirawatnya jika tidak berhati-hati atau waspada dalam menjaga kesehatannya.
Perawat harus menggunakan APD yang standar sebagai bentuk pelaksanaan
kewaspadaan universal di pelayanan kesehatan. Kewaspadaan universal
merupakan upaya pencegahan infeksi nosokomial (infeksi yang ditimbulkan dari
tindakan medis) yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan (Nani,
2019).
Pokok pikiran: Pencegahan infeksi nosokomial bagi perawat.
Penggunaan APD sesuai standar harus selalu digunakan oleh perawat
sebagai upaya pencegahan infeksi nosokomial atau infeksi dari tindakan medis.
(Nani, 2019).

Selain Rumah Sakit, puskesmas juga memiliki kebijakan pelaksanaan


pencegahan dengan penyakit infeksi. Berdasarkan peraturan mentri KES RI
No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas yang mana tugasnya adalah pengetahuan
infeksi yang berkoordinasi dengan tim manajemen mutu pengendalian infeksi
nosokomial, sehingga dalam rangka pemenuhan akreditasi puskesmas diharapkan
puskesmas dapat memenuhi standar pengendalian infeksi tersebut.
Pokok pikiran: Kebijakan pelaksanaan pencegahan dengan penyakit infeksi.
Peraturan menteri KES RI No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas yang
mana tugasnya adalah pengetahuan infeksi yang berkoordinasi dengan tim
manajemen mutu pengendalian infeksi nosokomial.
Petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien selalu
terkena infeksi maka dari itu perlu digunakan APD untuk pencegahannya.
Dasar kewaspadaan universal ini meliputi, pengelola alat kesehatan cuci tangan
guna mencegah infeksi silang kemudian pemakaian APD untuk mencegah kontak
darah serta cairan infeksi lainnya, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk
mencegah perlukaan dan pengelolaan limbah (Depkes RI 2020).
Pokok pikiran: Dasar kewaspadaan terjadinya infeksi.
Pengelola alat kesehatan cuci tangan guna mencegah infeksi silang
kemudian pemakaian APD untuk mencegah kontak darah serta cairan
infeksi lainnya, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah
perlukaan dan pengelolaan limbah merupakan dasar kewaspadaan
terjadinya infeksi. (Depkes RI 2020).

Salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Ciamis dengan layanan


UGD tertinggi setiap tahunnya disertai kasus kecelakaan dan lain-lain yang
membutuhkan penanganan khusus untuk bantuan UGD adalah UPTD Puskesmas
Cimaragas. UPTD Puskesmas Cimaragas adalah Unit pelayanan Teknis Dinas
Kesehatan (UPTD) Kabupaten Ciamis, yang bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di Kecamatan Cimaragas. Pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan bertujuan mewujudkan pelayanan pelayanan kesehatan
bermutu, hidup dalam lingkungan sehat dan memiliki derajat kesehatan yang
optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berkat kerjasama Pimpinan beserta Staf, sekarang Puskemas Cimaragas
telah terakreditasi pada tahun 2016 dengan akreditasi Madya, selain itu
Puskesmas Cimaragas merupakan Puskesmas Berprestasi untuk tingkat
Kabupaten Ciamis pada tahun 2017 dan memiliki tenaga kesehatan lingkungan
teladan untuk tingkat nasional pada tahun 2017, serta dokter teladan untuk tingkat
Kabupaten Ciamis Tahun 2017. (Data Puskesmas Cimaragas 2017).
Pokok pikiran: UPTD Puskesmas Cimaragas

Akreditasi Madya diperoleh Puskesmas Cimaragas pada tahun 2016


dikarenakan pelayanan kesehatan yang bermutu, hidup dalam lingkungan sehat
dan memiliki derajat kesehatan optimal. (Data Puskesmas Cimaragas 2017).
Data yang diperoleh di Puskesmas Cimaragas jumlah seluruh perawat
yang ada di Puskesmas Cimaragas adalah 12 orang. Berdasarkan survey awal
yang peneliti lakukan pada 10 orang perawat di Puskesmas Cimaragas diketahui
bahwa 6 orang (60%) perawat jarang menggunakan APD karena melihat kondisi
atau kasus yang dialami pasien, jika pasien hanya mengalami luka ringan,
perawat tidak menggunakan APD saat menangani pasien. Sedangkan 4 orang
(40%) menggunakan APD karena mereka tahu akan bahaya yang di timbulkan
jika tidak patuh menggunakan APD. (Data UPTD Puskesmas Cimaragas 2021).
Pokok pikiran: Data Perawat UPTD Puskesmas Cimaragas

Perawat UPTD Puskesmas Cimaragas berjumlah 12 orang dan dilakukan


survey pada 10 orang. Enam diantaranya menggunakan APD tergantung
pada kondisi pasien dan empat lainnya selalu menggunakan APD pada
kondisi pasien apapun. (Data UPTD Puskesmas Cimaragas 2021).

Dampak yang terjadi jika perawat tidak menggunakan APD ketika sedang
memberikan tindakan kepada pasien adalah terjadinya risiko penularan penyakit
infeksi yang diderita oleh pasien terhadap petugas kesehatan serta begitu pula
sebaliknya, akan menyebabkan pasien tertular penyakit lain dari pasien
sebelumnya atau disebut dengan istilah infeksi nosokomial terhadap tindakan
petugas yang tidak menggunakan peralatan yang steril terhadap pasien baru.
Pokok pikiran: Dampak penggunaan APD.
Penggunaan APD dapat meminimalisir terjadinya infeksi baik dari petugas
kesehatan ke pasien maupun sebaliknya.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan tentang Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) pada Perawat di UPTD Puskesmas Cimaragas Tahun 2021”.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2019).
Pokok pikiran: Definisi pengetahuan.
Hasil tahu seseorang setelah mengamati objek tertentu yang
sebagian besar didapat melalui mata dan telinga merupakan definisi
pengetahuan. (Notoatmodjo, 2019).
b. Jenis Pengetahuan
Menurut (Budiman dan Agus 2019), Pemahaman masyarakat
mengenai pengetahuan dalam bidang kesehatan sangat bervariasi.
Pengetahuan merupakan bagian dari perilaku kesehatan. Adapun jenis
pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut :
Pokok pikiran: Jenis pengetahuan.
Beragamnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan
menjadikan pengetahuan terdiri dari beberapa jenis (Budiman dan Agus
2019).
1) Pengetahuan Implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih
tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor- faktor
yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif,
dan prinsip. Contoh sederhananya adalah seseorang mengetahui
bahaya merokok bagi kesehatan namun dia tetap merokok.
Pokok pikiran: Pengertian pengetahuan implisit.
Pengetahuan bersifat tidak nyata dan masih berbentuk pengalaman
merupakan pengertian dari pengetahuan implisit (Budiman dan Agus
2019).
2) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang disimpan dalam
wujud nyata. Pengetahuan yang nyata dideskripsikan dalam tindakan-
tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh sederhananya
adalah seseorang yang telah mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan,
dan dia tidak merokok.
Pokok pikiran: Pengertian pengetahuan eksplisit.
Pengetahuan bersifat nyata dan dideskripsikan dalam tindakan
merupakan pengertian dari pengetahuan eksplisit (Budiman dan Agus
2019).

2. Kepatuhan
a. Definisi Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh. Definisi patuh menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah menuruti perintah, taat
kepada perintah, atau aturan dan disiplin. Sedangkan menurut Niven
(2019) kepatuhan adalah ketaatan seseorang pada tujuan yang telah
ditentukan.
Pokok pikiran: Definisi kepatuhan
Menaati perintah merupakan definisi kepatuhan. (KBBI)
Kepatuhan meupakan suatu permasalahan bagi semua disiplin
kesehatan, salah satunya pelayanan perawatan di rumah sakit. Kepatuhan
merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati
peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (G Notoatmodjo, 2020).
Pokok pikiran: Definisi kepatuhan
Kepatuhan adalah perubahan dari tidak mentaati aturan menjadi
mentaati peraturan. (G Notoatmodjo, 2020).
Menurut Bastable (2019) kepatuhan adalah istilah yang dipakai
untuk menjelaskan ketaatan pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan
menyiratkan adanya suatu upaya untuk mengendalikan. Kepatuhan dalam
program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan dengan
begitu dapat langsung diukur. Karakteristik pribadi dan situasi memainkan
suatu peran penting dalam menentukan kepatuhan.
Pokok Pikiran: Istilah kepatuhan
Kepatuhan adalah istilah untuk menjelaskan ketaatan pada tujuan
yang ditentukan. (Bastable, 2019).
3. Alat Pelindung Diri (Depkes, 2019)
a. Definisi APD
APD merupakan peralatan pelindung yang digunakan
oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya dari kontaminasi
lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan
Personal Protective Equipment (PPE). Dengan melihat kata
"personal" pada kata PPE terebut, maka setiap peralatan yang
dikenakan harus mampu memperoteksi pemakainya. APD dapat
berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap. APD merupakan
solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam
kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia.
Pokok pikiran: Pengertian APD
Peralatan pelindung yang digunakan untuk melindungi
dirinya dari kontaminasi lingkungan dengan peralatan sederhana
hingga relative lengkap. (Depkes, 2019).
Alat Pelindugan Diri adalah seperangkat alat keselamatan
yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya
lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
faktor fisik berupa suara, suhu, getaran,dan radiasi. faktor kimia
berupa debu, uap, gas, dan larutan. Serta faktor biologis berupa
Hepatitis B, Tubercolosis (TBC), ataupun Human
Immunodeviciencyvirus(HIV).
Pokok pikiran: Pengertian APD
APD adalah alat yang digunakan pekerja untuk
melindungiseluruh atau sebagian tubuh untuk keselamatn diri.
(Depkes, 2019).
APD terdiri dari sarung tangan, masker, alat pelindung
mata, topi, gaun, apron, dan pelindung kaki. APD yang paling baik
adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik
yang tidak tembus air atau cairan seperti darah dan cairan tubuh.
Bahan yang paling umum digunakan untuk pakaian bedah (masker,
topi, dan gaun) adalah kain katun ringan, namun kain ini kurang
efektif karena karena cairan masih dapat menembusnya sehingga
memungkinkan terjadinya kontaminasi.
Pokok pikiran: Bahan pembuatan APD
Bahan sintetik merupakan bahan terbaik dalam pembuatan
APD karena tidak tembus air atau cairan seperti darah dan cairan
tubuh. (Depkes, 2019).
B. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori dalam tinjauan pustaka diatas, maka penulis


mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut:

Variable Independen Variable Dependen

Pengetahuan perawat Kepatuhan perawat


tentang APD dalam penggunaan

APD

Variabel Pengganggu

1. Masa kerja

2. Pendidikan

3. Sikap

4. Tanggungjawab
Keterangan:
5. Pengawasan
= variabel diteliti
6. Beban kerja

7. Faktor organisasi
= variabel tidak diteliti
C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan


Alat Pelindung Diri pada perawat di UPTD Puskesmas Cimaragas.
2. Semakin tinggi pengetahuan petugas mengenai Alat Pelindung Diri,

maka semakin tinggi pula kepatuhan petugas terhadap penggunaan Alat

Pelindung Diri pada perawat di UPTD Puskesmas Cimaragas.

Anda mungkin juga menyukai