0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan5 halaman
Dokumen ini membahas tentang permasalahan perilaku sosial terkait HIV/AIDS di masyarakat, dengan fokus pada kelompok risiko tinggi seperti usia produktif dan remaja. Data penelitian diperoleh dari basis data pasien HIV/AIDS dan menunjukkan prevalensi tertinggi di Kalimantan Timur pada usia 20-29 tahun dan laki-laki. Upaya yang ditempuh untuk penanganannya antara lain edukasi masyarakat oleh Komisi Penangg
Deskripsi Asli:
Judul Asli
SHAFIRA SHAMARADINA LESTARI (1911102413060) TUGAS SURVEILANS KESMAS
Dokumen ini membahas tentang permasalahan perilaku sosial terkait HIV/AIDS di masyarakat, dengan fokus pada kelompok risiko tinggi seperti usia produktif dan remaja. Data penelitian diperoleh dari basis data pasien HIV/AIDS dan menunjukkan prevalensi tertinggi di Kalimantan Timur pada usia 20-29 tahun dan laki-laki. Upaya yang ditempuh untuk penanganannya antara lain edukasi masyarakat oleh Komisi Penangg
Dokumen ini membahas tentang permasalahan perilaku sosial terkait HIV/AIDS di masyarakat, dengan fokus pada kelompok risiko tinggi seperti usia produktif dan remaja. Data penelitian diperoleh dari basis data pasien HIV/AIDS dan menunjukkan prevalensi tertinggi di Kalimantan Timur pada usia 20-29 tahun dan laki-laki. Upaya yang ditempuh untuk penanganannya antara lain edukasi masyarakat oleh Komisi Penangg
NIM : 1911102413060 Mata Kuliah : Surveilans Kesehatan Masyarakat Kelas : C (Semester 3)
Permasalahan Perilaku Sosial di Masyarakat Terkait
HIV/AIDS
1. Siapa kelompok risiko tingginya ?
Jawab : Usia produktif dan remaja
2. Data apa yang diukur rutin pada variabel orang ?
Jawab : Variabel pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, dan status marital. Data penelitian yang diambil adalah data sekunder yang diambil dari data pasien HIV/AIDS berbasis komputer. Analisa data dengan analisis univariat, yang ditampilkan dalam bentuk diagram, tabel.
3. Gambarkan kasus di Indonesia pada kelompok risti tersebut !
Jawab : HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ini memungkinkan munculnya berbagai jenis infeksi oportunistik. AIDS dimulai dari tubuh terinfeksi oleh Human Immunodeficiency Virus HIV, kemudian HIV menyerang sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh dan menghacurkan sistem kekebalan tubuh setelah menginfeksi host manusia. Pada tahun 2005-2015, kejadian kasus HIVsemakin meningkat, pada 10 tahun terakhir ditemukan ada 184.929 kasus HIV/AIDS yang dilaporkan. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104 kasus), Papua (20.147 kasus), Jawa Barat (17.075 kasus), dan Jawa Tengah (12.267 kasus), sedangkan di wilayah Riau menduduki urutan ke 14 dari 34 provinsi di Indonesia (Kepmenkes, 2016). Berdasarkan usia kasus HIV/AIDS di Indonesia paling banyak diderita oleh usia produktif 25 – 49 tahun, dan usia remaja 15-19 tahun menduduki posisi kelima (Infodatin, 2014). Usia remaja merupakan usia yang sangat rentang untuk terinfeksi HIV. Lebih dari setengah infeksi baru HIV didunia ditemukan pada usia 15-19 tahun, dan mayoritas remaja terinfeksi karena hubungan seksual (Guindo et al., 2014).
4. Cari referensi mengenai lokasi berisiko terjadinya
permasalahan yang anda angkat, dukung dengan data Jawab : Jumlah kasus HIV di Kalimantan Timur tahun 2017 sebanyak 1.202 orang, dengan jumlah total kumulatif kasus HIV hingga tahun 2017 sebanyak 5.257 orang. Kalimantan Timur termasuk peringkat 8 tertinggi di Indonesia dengan 439 laporan kasus HIV pada triwulan keempat tahun 2017. Sementara itu, jumlah kasus AIDS di Kalimantan Timur tahun 2017 sebanyak 358 orang, dengan jumlah total kumulatif kasus AIDS hingga tahun 2017 sebanyak 1.401 orang. Kalimantan Timur termasuk peringkat 5 tertinggi di Indonesia dengan 230 laporan kasus AIDS pada triwulan keempat tahun 2017. Saat ini, di Kalimantan Timur terdapat 1.116 kasus hidup AIDS dan 285 kasus meninggal AIDS, dengan case rate 30,9 per 100.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Tabel 1 menyatakan frekuensi usia pasien HIV/AIDS terbanyak ditemukan pada usia antara 20-29 tahun, yaitu sebanyak 159 pasien (47,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalalo, Tjitrosantoso, & Goenawi (2012) di Manado bahwa jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak pada kelompok usia 20-29 tahun (39,43%). Infeksi HIV lebih banyak terjadi pada usia muda (12-35 tahun) daripada usia tua (36-65 tahun), ini disebabkan karena kurangnya pencegahan penularan HIV pada usia muda yang mungkin lebih banyak melakukan perilaku seks tidak aman yang berisiko terhadap penularan HIV (Kambu, Waluyo, & Kuntarti, 2016).
Gambar 1 menunjukkan bahwa dari 333 pasien, sebanyak 236
pasien adalah laki-laki (70,87%) dan perempuan sebanyak 97 pasien (29,13%). Berdasarkan angka tersebut, diperoleh rasio laki- laki dan perempuan adalah 2,4:1. Artinya, pasien HIV/AIDS pada laki-laki 2,4 kali lebih banyak dibandingkan pada perempuan. Tingginya proporsi laki-laki yang menderita HIV/AIDS diasumsikan karena banyaknya laki-laki yang melakukan hubungan seksual berisiko dan menggunakan napza suntik dibandingkan perempuan yang lebih sering mendapatkannya dari pasangan seksual mereka (Saktina & Satriyasa, 2017).
Tabel 2 menunjukkan bahwa pasien dengan status belum menikah
lebih banyak dibanding pasien dengan status telah menikah dan status janda/duda. Pasien dengan status belum menikah sebanyak 157 pasien (47,1%), status telah menikah sebanyak 132 pasien (39,6%), dan status janda/duda sebanyak 44 pasien (13,2%).
5. Bagaimana rencana tindak lanjut dalam menangani
permasalahan tersebut? Jawab : Peranan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Kota Samarinda yaitu harus di dukung dengan adanya usaha dari KPA dalam membantu masyarakat dalam mengatasi dan mengatahui bahaya dari HIV/AIDS. Jadi dengan adanya kegiatan-kegiatan dan yang dilakukan oleh KPA diharap dapat membantu masyarakat untuk lebih mengetahui tentang dampak dan bahaya dari HIV/AIDS itu sendiri. Sehingga pencegahan dapat diatasi dengan langkah- langkah yang diberikan oleh KPA kepada masyarakat. Dalam penanggulangan bahaya HIV AIDS kota Samarinda perlu adanya peran dari KPA untuk membantu merubah prilaku, sikap dan pola pikir masyarakat yang cenderung bebas. Sehingga bahaya HIV AIDS dapat di sampaikan dengan baik kepada masyarakat sebagai sasaran dari penelitian ini. Hal ini didukung dengan adanya program kontiyu yang berkaitan dengan penanggulangan HIV AIDS seperti ceramah, seminar, konseling kepada masyarakat.
6. Pihak mana saja yang terkait dengan permasalahan tersebut
dan jelaskan perannya masing masing dalam mengitervensi masalah. Jawab : 1. KPA ( Komisi Penanggulangan AIDS ) membantu masyarakat untuk mengatahui bahaya dan cara mengatasai HIV/AIDS. 2. Masyarakat berperan untuk menghindari seks bebas, jangan menggunakan jarum suntik secara bergantian, dan lakukan vaksin.