Anda di halaman 1dari 5

Nama : Shafira Shamaradina Lestari

NIM : 1911102413060
Mata Kuliah : Surveilans Kesehatan Masyarakat
Kelas : C (Semester 3)

Permasalahan Perilaku Sosial di Masyarakat Terkait


HIV/AIDS

1. Siapa kelompok risiko tingginya ?


Jawab : Usia produktif dan remaja

2. Data apa yang diukur rutin pada variabel orang ?


Jawab : Variabel pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, dan
status marital. Data penelitian yang diambil adalah data sekunder
yang diambil dari data pasien HIV/AIDS berbasis komputer.
Analisa data dengan analisis univariat, yang ditampilkan dalam
bentuk diagram, tabel.

3. Gambarkan kasus di Indonesia pada kelompok risti tersebut !


Jawab :
HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia ini memungkinkan
munculnya berbagai jenis infeksi oportunistik. AIDS dimulai dari
tubuh terinfeksi oleh Human Immunodeficiency Virus HIV,
kemudian HIV menyerang sel-sel tertentu dari sistem kekebalan
tubuh dan menghacurkan sistem kekebalan tubuh setelah
menginfeksi host manusia.
Pada tahun 2005-2015, kejadian kasus HIVsemakin meningkat,
pada 10 tahun terakhir ditemukan ada 184.929 kasus HIV/AIDS
yang dilaporkan. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta
(38.464 kasus), diikuti Jawa Timur (24.104 kasus), Papua (20.147
kasus), Jawa Barat (17.075 kasus), dan Jawa Tengah (12.267
kasus), sedangkan di wilayah Riau menduduki urutan ke 14 dari 34
provinsi di Indonesia (Kepmenkes, 2016). Berdasarkan usia kasus
HIV/AIDS di Indonesia paling banyak diderita oleh usia produktif
25 – 49 tahun, dan usia remaja 15-19 tahun menduduki posisi
kelima (Infodatin, 2014). Usia remaja merupakan usia yang sangat
rentang untuk terinfeksi HIV. Lebih dari setengah infeksi baru HIV
didunia ditemukan pada usia 15-19 tahun, dan mayoritas remaja
terinfeksi karena hubungan seksual (Guindo et al., 2014).

4. Cari referensi mengenai lokasi berisiko terjadinya


permasalahan yang anda angkat, dukung dengan data
Jawab :
Jumlah kasus HIV di Kalimantan Timur tahun 2017 sebanyak
1.202 orang, dengan jumlah total kumulatif kasus HIV hingga
tahun 2017 sebanyak 5.257 orang. Kalimantan Timur termasuk
peringkat 8 tertinggi di Indonesia dengan 439 laporan kasus HIV
pada triwulan keempat tahun 2017. Sementara itu, jumlah kasus
AIDS di Kalimantan Timur tahun 2017 sebanyak 358 orang,
dengan jumlah total kumulatif kasus AIDS hingga tahun 2017
sebanyak 1.401 orang. Kalimantan Timur termasuk peringkat 5
tertinggi di Indonesia dengan 230 laporan kasus AIDS pada
triwulan keempat tahun 2017. Saat ini, di Kalimantan Timur
terdapat 1.116 kasus hidup AIDS dan 285 kasus meninggal AIDS,
dengan case rate 30,9 per 100.000 penduduk (Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
Tabel 1 menyatakan frekuensi usia pasien HIV/AIDS terbanyak
ditemukan pada usia antara 20-29 tahun, yaitu sebanyak 159 pasien
(47,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kalalo, Tjitrosantoso, & Goenawi (2012) di
Manado bahwa jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak pada
kelompok usia 20-29 tahun (39,43%). Infeksi HIV lebih banyak
terjadi pada usia muda (12-35 tahun) daripada usia tua (36-65
tahun), ini disebabkan karena kurangnya pencegahan penularan
HIV pada usia muda yang mungkin lebih banyak melakukan
perilaku seks tidak aman yang berisiko terhadap penularan HIV
(Kambu, Waluyo, & Kuntarti, 2016).

Gambar 1 menunjukkan bahwa dari 333 pasien, sebanyak 236


pasien adalah laki-laki (70,87%) dan perempuan sebanyak 97
pasien (29,13%). Berdasarkan angka tersebut, diperoleh rasio laki-
laki dan perempuan adalah 2,4:1. Artinya, pasien HIV/AIDS pada
laki-laki 2,4 kali lebih banyak dibandingkan pada perempuan.
Tingginya proporsi laki-laki yang menderita HIV/AIDS
diasumsikan karena banyaknya laki-laki yang melakukan
hubungan seksual berisiko dan menggunakan napza suntik
dibandingkan perempuan yang lebih sering mendapatkannya dari
pasangan seksual mereka (Saktina & Satriyasa, 2017).

Tabel 2 menunjukkan bahwa pasien dengan status belum menikah


lebih banyak dibanding pasien dengan status telah menikah dan
status janda/duda. Pasien dengan status belum menikah sebanyak
157 pasien (47,1%), status telah menikah sebanyak 132 pasien
(39,6%), dan status janda/duda sebanyak 44 pasien (13,2%).

5. Bagaimana rencana tindak lanjut dalam menangani


permasalahan tersebut?
Jawab :
Peranan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dalam
Penanggulangan HIV/AIDS di Kota Samarinda yaitu harus di
dukung dengan adanya usaha dari KPA dalam membantu
masyarakat dalam mengatasi dan mengatahui bahaya dari
HIV/AIDS. Jadi dengan adanya kegiatan-kegiatan dan yang
dilakukan oleh KPA diharap dapat membantu masyarakat untuk
lebih mengetahui tentang dampak dan bahaya dari HIV/AIDS itu
sendiri. Sehingga pencegahan dapat diatasi dengan langkah-
langkah yang diberikan oleh KPA kepada masyarakat. Dalam
penanggulangan bahaya HIV AIDS kota Samarinda perlu adanya
peran dari KPA untuk membantu merubah prilaku, sikap dan pola
pikir masyarakat yang cenderung bebas. Sehingga bahaya HIV
AIDS dapat di sampaikan dengan baik kepada masyarakat sebagai
sasaran dari penelitian ini. Hal ini didukung dengan adanya
program kontiyu yang berkaitan dengan penanggulangan HIV
AIDS seperti ceramah, seminar, konseling kepada masyarakat.

6. Pihak mana saja yang terkait dengan permasalahan tersebut


dan jelaskan perannya masing masing dalam mengitervensi
masalah.
Jawab :
1. KPA ( Komisi Penanggulangan AIDS ) membantu masyarakat
untuk mengatahui bahaya dan cara mengatasai HIV/AIDS.
2. Masyarakat berperan untuk menghindari seks bebas, jangan
menggunakan jarum suntik secara bergantian, dan lakukan
vaksin.

Anda mungkin juga menyukai