Anda di halaman 1dari 11

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU UNTUK SMP/MTs BERBASIS


EKSPERIMEN PADA TEMA FOTOSINTESIS UNTUK MEMBERDAYAKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS

Anggitalina Pramilia Dewi1, Sarwanto2, dan Baskoro Adi Prayitno3


1
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS
Surakarta, 57126, Indonesia
anggitalina@yahoo.co.id
2
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS
Surakarta, 57126, Indonesia
sar1to@yahoo.com
3
Program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS
Surakarta, 57126, Indonesia
baskoro_ap@uns.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan modul IPA Terpadu berbasis eksperimen pada tema
fotosintesis; 2) menganalisis kelayakan modul IPA Terpadu berbasis eksperimen pada tema fotosintesis; 3)
menganalisis efektivitas modul IPA Terpadu berbasis eksperimen pada tema fotosintesis terhadap keterampilan
proses sains siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model pengembangan 4-D yang
diawali dengan define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), disseminate
(penyebaran). Kelayakan modul dinilai oleh validator ahli berdasarkan kelayakan isi, bahasa, penyajian,
kegrafikaan, keterpaduan, basis eksperimen, dan keterampilan proses sains. Modul kemudian diuji coba terbatas
pada 10 siswa. Setelah direvisi, modul diuji coba lapangan pada 32 siswa. Keefektifan modul terhadap
keterampilan proses sains dianalisis menggunakan gain score dinormalisasikan untuk pretest-postest kelas uji
coba lapangan. Hasil penelitian ini adalah: 1) modul IPA Terpadu berbasis eksperimen pada tema fotosintesis
memiliki karakteristik sebagai modul yaitu bahan ajar, utuh, berdiri sendiri, adaptif, dan bersahabat, sedangkan
karakteristik materi IPA Terpadu yaitu holistik, bermakna, otentik, dan aktif, yang disertai sintaks pembelajaran
berbasis eksperimen untuk melatih keterampilan proses sains; 2) modul IPA Terpadu berbasis eksperimen pada
tema fotosintesis memiliki kelayakan isi, bahasa, penyajian, kegrafikaan, keterpaduan, basis eksperimen, dan
keterampilan proses sains pada kategori sangat baik; 3) modul IPA Terpadu berbasis eksperimen pada tema
fotosintesis efektif meningkatkan keterampilan proses sains berdasarkan hasil N-gain score kelas uji coba
lapangan yang menunjukkan kategori sedang.

Kata Kunci: penelitian pengembangan, modul, IPA terpadu, eksperimen, keterampilan proses sains

Pendahuluan anak pada usia 7-14 tahun masih dalam


tingkat transisi dari tingkat berpikir
Pembelajaran terpadu merupakan operasional konkret ke berpikir abstrak
salah satu pembelajaran yang dianjurkan dan masih melihat dunia sekitarnya
oleh pemerintah untuk diaplikasikan secara holistik atau menyeluruh (Puskur
pada semua jenjang pendidikan, mulai Balitbang Depdiknas, 2009), namun
dari SD, SMP, dan SMA. Di tingkat pada kenyataannya pembelajaran IPA
SMP/MTs, pembelajaran IPA diharap- belum dapat diterapkan secara terpadu
kan ditekankan pada pembelajaran di SMP/MTs karena masih diajarkan
salingtemas secara terpadu (Permendik- secara terpisah antara konten fisika,
nas nomor 22 tahun 2006). Hal tersebut kimia, dan biologi. Menurut Nisa’
didasarkan pada temuan para ahli (2011), pembelajaran IPA Terpadu baru
psikologi yang mengemukakan bahwa bisa dilaksanakan jika ada koordinasi

30
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

lebih lanjut mulai dari perangkat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


pembelajaran, jadwal, materi, sampai berkaitan dengan cara mencari tahu
penilaian yang terintegrasi dari ketiga tentang alam secara sistematis sehingga
konten tersebut. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
Pembelajaran IPA yang terpadu di pengetahuan, tetapi juga merupakan
SMP/MTs dapat dilakukan dengan suatu proses penyelidikan dan
menerapkan berbagai model penemuan. Menurut Permendiknas
keterpaduan (Fogarty, 1991). Salah nomor 22 tahun 2006, proses
satunya adalah dengan membelajarkan pembelajaran IPA menekankan pada
sebuah KD, lalu konsep-konsep pada pemberian pengalaman langsung untuk
KD tersebut dipertautkan dengan konsep mengembangkan kompetensi agar
pada KD yang lain, model keterpaduan menjelajahi dan memahami alam sekitar
yang dimaksud adalah model ke- secara ilmiah. Pengetahuan IPA yang
terhubungan (connected) (Kemendiknas, bersifat “ilmiah” berarti telah
2010). Penggunaan model keterpaduan mengalami uji kebenaran melalui
connected pernah digunakan oleh Nisa’ metode ilmiah.
(2011) dalam mengembangkan Kegiatan eksperimen merupakan
perangkat pembelajaran IPA Terpadu bagian dari pelaksanaan metode ilmiah
tipe connected topik peredaran darah untuk membandingkan hasil prediksi
yang hasilnya baik atau layak digunakan siswa dengan teori. Toplis (2012)
dalam proses pembelajaran. memperkenalkan ide kepada siswa UK
Hasil angket analisis kebutuhan school untuk menjadi ilmuwan dalam
guru dan siswa di SMP Negeri 6 Sragen sehari melalui kegiatan eksperimen
menunjukkan bahwa materi IPA yang menggunakan metode ilmiah. Bozdogan
diajarkan masih terpisah satu sama lain, (2009) menuturkan bahwa prinsip dasar
sehingga isi bahan ajar yang berupa sains tercermin dalam kegiatan
LKS juga masih terpisah antara konten eksperimen.
biologi, fisika, dan kimia. Ketersediaan Hasil angket analisis kebutuhan
bahan ajar yang bersifat terpadu (tidak guru dan siswa di SMP Negeri 6 Sragen
terpisah) sangat diperlukan untuk memperlihatkan bahwa proses
menunjang kegiatan pembelajaran IPA pembelajaran IPA masih dilakukan
Terpadu di SMP/MTs. dengan metode ceramah disertai dengan
Pengembangan bahan ajar terpadu tanya jawab dan hanya berpegang pada
berupa modul IPA Terpadu pernah LKS. Siswa merasakan keterbatasan
dilakukan oleh Husaen (2012) pada dalam penggunaan LKS, karena berisi
tema penglihatan dan implementasinya materi yang kurang lengkap dan kurang
di SMP Negeri 4 Magelang yang mengarahkan siswa untuk melakukan
menunjukkan bahwa modul pem- kegiatan seperti bereksperimen. Carin
belajaran IPA Terpadu tema penglihatan dan Sund cit. Puskur Balitbang
layak digunakan dalam proses Depdiknas (2009) mendefinisikan IPA
pembelajaran karena dapat meningkat- sebagai pengetahuan yang sistematis dan
kan hasil belajar kognitif siswa. tersusun secara teratur, berlaku umum
Kelemahan modul IPA Terpadu yang (universal), dan berupa kumpulan data
dikembangkan oleh Husaen (2012) hasil observasi dan eksperimen yang
hanya berisi kumpulan pengetahuan bertujuan untuk “mencari tahu” dan
berupa produk saja, seperti konsep, “berbuat”. Keterampilan dalam mencari
teori, hukum, yang bertujuan tahu dan berbuat dalam pembelajaran
meningkatkan hasil belajar kognitif sains tersebut dinamakan keterampilan
siswa, sedangkan pengetahuan siswa proses sains. Pendapat Chabalengula
berupa proses penyelidikan atau (2012), melalui kegiatan eksperimen,
penemuan, tidak terdapat di dalam siswa mendapatkan pengalaman untuk
modul IPA Terpadu tersebut. mengasah keterampilan proses sains

31
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

yang nantinya dapat dipraktikkan dalam membutuhkan adanya cahaya matahari.


pembelajaran sains. Jarangnya siswa Apabila eksperimen dilakukan di
melakukan kegiatan eksperimen sekolah saat jam pelajaran pagi hari,
membuat keterampilan proses sains maka hasilnya akan kurang maksimal.
siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan cahaya matahari
Tema fotosintesis dapat yang digunakan belum maksimal pada
dihubungkan dengan materi struktur dan waktu pagi hari.
fungsi jaringan tumbuhan, reaksi kimia, Upaya untuk menghindari kendala
dan cahaya. Permasalahan yang sering tersebut, diperlukan adanya panduan
ditemukan dalam kegiatan eksperimen eksperimen secara mandiri agar
pada tema fotosintesis di SMP Negeri 6 eksperimen dapat dilaksanakan
Sragen diantaranya, siswa merasakan dimanapun dan kapanpun secara
keterbatasan pada panduan eksperimen berulang-ulang apabila situasi dan
yang diberikan oleh guru. Panduan kondisi sudah mendukung dalam
eksperimen yang diberikan kurang jelas pelaksanaan kegiatan eksperimen
dan kurang mengeksplorasi tersebut. Panduan eksperimen tersebut
keterampilan proses sains berupa dapat dibuat dalam bentuk modul IPA
merumuskan hipotesis, merancang Terpadu berbasis eksperimen.
eksperimen, mendefinisikan variabel, Tujuan penelitian ini adalah: 1)
mengontrol variabel, membuat untuk mengembangkan modul IPA
grafik/tabel, dan mengajukan Terpadu berbasis eksperimen pada tema
pertanyaan. fotosintesis; 2) untuk menganalisis
Panduan eksperimen hanya kelayakan modul IPA Terpadu berbasis
memuat materi yang terbatas, hal ini eksperimen pada tema fotosintesis; 3)
mengakibatkan siswa mengalami untuk menganalisis efektivitas modul
kesulitan dalam melakukan eksperimen IPA Terpadu berbasis eksperimen pada
lalu menghubungkannya dengan materi tema fotosintesis terhadap keterampilan
fotosintesis secara keseluruhan. Panduan proses sains siswa.
eksperimen yang dikemas dalam bentuk
modul dapat memadukan kegiatan Metode Penelitian
eksperimen dengan aplikasi dan
penjelasan konseptualnya, sehingga Penelitian ini merupakan
siswa dapat bereksperimen sekaligus penelitian pengembangan (research and
mempelajari materi secara mandiri development). Model pengembangan
untuk mengasah keterampilan proses yang digunakan adalah model 4-D
sains. dengan prosedur pengembangan yaitu:
Keterampilan proses sains akan 1) define (pendefinisian); 2) design
terbentuk hanya melalui kegiatan (perancangan); 3) develop (pe-
eksperimen secara berulang-ulang. ngembangan); 4) disseminate (pe-
Siswa tidak akan terampil apabila tidak nyebaran). Uji produk pada tahap
difasilitasi untuk melakukan sendiri develop terdiri dari uji validasi ahli dan
eksperimen tersebut secara terus- revisi I, uji coba terbatas dan revisi II,
menerus, namun ada kendala yang serta uji coba lapangan dan revisi III.
dihadapi di dalam penerapannya, antara Uji validasi ahli memperhatikan
lain waktu yang terbatas, dan banyaknya kelayakan isi, bahasa, penyajian,
materi yang harus dipelajari (Trianto, kegrafikaan, keterpaduan, basis
2012). Hal ini sesuai dengan eksperimen, dan keterampilan proses
permasalahan yang ditemui ketika sains yang terdapat di dalam modul,
melaksanakan kegiatan eksperimen dengan subjek ahli sebanyak tiga orang.
fotosintesis di SMP Negeri 6 Sragen. Uji coba terbatas dilakukan untuk
Permasalahan yang lain muncul ketika memperoleh masukan langsung terhadap
melakukan eksperimen yang modul IPA Terpadu berbasis

32
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

eksperimen, dengan subjek uji coba menggunakan gain score dinormali-


terbatas sebanyak 10 siswa kelas VIIIH sasikan (<g>) untuk pretest-postest kelas
SMP Negeri 6 Sragen. uji coba lapangan. Perhitungan gain
Uji coba lapangan menggunakan score dinormalisasikan menurut Hake,
metode Pre-Experimental Design Richard R (1999) adalah:
dengan desain One Group Pretest-
Postest Design. Subjek uji coba <g> = (1)
lapangan sebanyak 32 siswa kelas VIIIF ( )

SMP Negeri 6 Sragen. Sebelum


dilaksanakan uji coba lapangan, dengan <Sf> adalah rerata score final
dilakukan pretest. Pemakaian modul (postest) dan <Si> adalah rerata score
IPA Terpadu berbasis eksperimen yang initial (pretest). Modul IPA Terpadu
telah direvisi digunakan setelah pretest. berbasis eksperimen dikatakan efektif
Setelah dilakukan pemakaian modul meningkatkan keterampilan proses sains
kemudian dilaksanakan postest. Desain jika hasil N-gain score pretest-postest
penelitian ini sebagai berikut (Sugiyono, menunjukkan kategori sedang atau
2008): tinggi.
O1 x O2 Perbedaan skor keterampilan
Keterangan: proses sains sebelum penggunaan modul
x : penggunaan modul IPA Terpadu (pretest) dan sesudah penggunaan modul
berbasis eksperimen (postest) dianalisis menggunakan
O1 : nilai pretest statistik uji-t melalui program SPSS 16.0
O2 : nilai postest for Windows yaitu Paired Samples T-
Test. Data respon guru MGMP terhadap
Jenis data yang diambil yaitu data modul IPA Terpadu berbasis eksperimen
analisis kebutuhan modul IPA Terpadu dianalisis dengan mencari skor rata-rata
berbasis eksperimen dengan metode lalu diubah menjadi data kualitatif.
angket, data validasi ahli terhadap
modul IPA Terpadu berbasis eksperimen
dengan metode angket, data masukan
siswa uji coba terbatas dan siswa uji
coba lapangan terhadap modul IPA Hasil Penelitian dan Pembahasan
Terpadu berbasis eksperimen dengan
metode angket, data keterampilan proses 1. Define (pendefinisian)
sains dengan metode tes, data respon Angket analisis kebutuhan guru
guru MGMP terhadap modul IPA diberikan kepada guru IPA kelas VIII
Terpadu berbasis eksperimen dengan yang pernah mengajar materi
metode angket. fotosintesis, sedangkan angket analisis
Data tentang analisis kebutuhan kebutuhan siswa disebarkan kepada
modul IPA Terpadu berbasis eksperimen siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Sragen
di SMP Negeri 6 Sragen dianalisis yang berjumlah 32 anak. Hasil angket
dengan teknik deskriptif kualitatif. Data analisis kebutuhan guru memperlihatkan
validasi ahli, masukan siswa uji coba bahwa: 1) konten biologi, fisika, dan
terbatas, dan masukan siswa uji coba kimia berada dalam satu paket mata
lapangan terhadap modul IPA Terpadu pelajaran yaitu IPA Terpadu, tetapi
berbasis eksperimen dianalisis dengan bahan ajarnya masih terpisah satu sama
mencari skor rata-rata lalu diubah lain; 2) tema fotosintesis hanya
menjadi data kualitatif. Data diajarkan dari konten biologi; 3)
keterampilan proses sains dianalisis pembelajaran IPA Terpadu mengguna-
untuk mengetahui keefektifan modul kan metode ceramah disertai tanya
IPA Terpadu berbasis eksperimen jawab, bapak guru merasakan
terhadap keterampilan proses sains keterbatasan pada penggunaan metode

33
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pembelajaran tersebut; 4) bahan ajar adanya kegiatan eksperimen yang dapat


yang digunakan untuk membelajarkan dilakukan secara mandiri.
tema fotosintesis adalah LKS yang Karakteristik siswa SMP Negeri 6
dibuat oleh tim MGMP tingkat Sragen adalah siswa yang berumur 13-
kabupaten dan memiliki keterbatasan 14 tahun. Ahli psikologi mengemukakan
yaitu materi serta kegiatan siswa yang bahwa anak pada usia 7-14 tahun masih
kurang; 5) belum ada penggunaan dalam tingkat transisi dari tingkat
sumber belajar atau media pembelajaran berpikir operasional konkret ke berpikir
lain (misalnya modul, video, alat peraga, abstrak dan masih melihat dunia
dll) untuk menjelaskan tema sekitarnya secara holistik atau
fotosintesis; 6) panduan eksperimen menyeluruh (Puskur Balitbang
yang diberikan kepada siswa memiliki Depdiknas, 2009). Berdasarkan alasan
kekurangan yaitu materi yang terbatas tersebut, hendaknya pembelajaran IPA
dan kurang mengeksplorasi di SMP/MTs disajikan dalam bentuk
keterampilan proses sains; 7) yang utuh dan tidak terpisah.
permasalahan yang ditemukan saat Pembelajaran IPA yang terpadu di
bereksperimen pada tema fotosintesis SMP/MTs dapat dilakukan dengan
adalah ketika melakukan eksperimen menerapkan berbagai model
yang membutuhkan adanya cahaya keterpaduan (Fogarty, 1991). Salah
matahari dilaksanakan di sekolah saat satunya adalah dengan membelajarkan
jam pelajaran pagi hari, maka hasilnya sebuah KD, lalu konsep-konsep pada
akan kurang maksimal karena cahaya KD tersebut dipertautkan dengan konsep
matahari yang digunakan belum pada KD yang lain, model keterpaduan
maksimal pada waktu pagi hari; 8) yang dimaksud adalah model
metode pembelajaran yang digunakan keterhubungan (connected) (Kemendik-
hanya dapat melatih keterampilan proses nas, 2010). Menurut Rustaman (2005),
sains yaitu menentukan masalah; 9) model keterhubungan memiliki
keterampilan proses sains yang lain kelebihan yaitu siswa dapat melihat
dapat dilatih secara optimal melalui permasalahan tidak hanya dari satu
kegiatan eksperimen secara berulang- bidang kajian dan siswa lebih mudah
ulang, akan tetapi tidak ada waktu bagi menemukan keterkaitan antar konsep.
siswa dalam melakukannya. Hasil angket analisis kebutuhan
Hasil angket analisis kebutuhan guru dan siswa di SMP Negeri 6 Sragen
siswa mencerminkan bahwa: 1) tema menunjukkan bahwa proses
fotosintesis yang dipelajari siswa hanya pembelajaran IPA masih dilakukan
berkaitan dengan materi biologi; 2) dengan metode ceramah disertai dengan
siswa belum pernah menggunakan tanya jawab dan hanya berpegang pada
modul dalam mempelajari tema LKS. Rustaman (2005) mengemukakan
fotosintesis; 3) siswa mempelajari tema bahwa penggunaan metode ceramah
fotosintesis menggunakan LKS dan membuat siswa kurang kreatif dan
merasakan keterbatasannya, yaitu materi kurang aktif mengemukakan pendapat
yang terbatas dan kegiatan siswa yang serta tidak dibiasakan mencari dan
kurang; 4) siswa diberikan panduan mengolah informasi sendiri. Hal tersebut
eksperimen yang memiliki keterbatasan didukung dengan penggunaan bahan ajar
yaitu kurang jelas dan kurang berupa LKS yang tidak dibuat oleh guru
mengeksplorasi keterampilan proses sendiri sehingga tidak sesuai dengan
sains; 5) siswa mengalami kesulitan saat kebutuhan siswa.
mempelajari tema fotosintesis disertai Siswa merasakan keterbatasan
kegiatan eksperimen karena materi yang dalam penggunaan LKS, karena hanya
didapat terbatas sehingga sulit untuk berisi materi yang kurang lengkap dan
menghubungkannya dengan kegiatan latihan soal, sehingga kurang
eksperimen; 6) siswa menghendaki mengarahkan siswa untuk melakukan

34
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

kegiatan seperti bereksperimen. Beck Tahap perancangan bertujuan


(2010) berpendapat bahwa pembelajaran untuk merancang modul IPA Terpadu
berbasis eksperimen dapat memperkaya berbasis eksperimen. Media yang dipilih
metode pembelajaran inovatif yang bisa untuk dikembangkan adalah modul IPA
diterapkan oleh guru. Terpadu berbasis eksperimen. Format
Permasalahan yang ditemukan yang dipilih ditunjukkan dalam
dalam kegiatan eksperimen pada tema kerangka modul menurut Sukiman
fotosintesis diantaranya, siswa (2012) yang sudah dimodifikasi.
merasakan keterbatasan pada panduan Sistematika kerangka modul adalah:
eksperimen yang diberikan oleh guru. Halaman Sampul
Panduan eksperimen yang diberikan Halaman Francis
kurang jelas dan kurang mengeksplorasi Kata Pengantar
keterampilan proses sains berupa Daftar Isi
merumuskan hipotesis, merancang I. PENDAHULUAN
eksperimen, mendefinisikan variabel, 1. Deskripsi
mengontrol variabel, membuat grafik/ 2. Prasyarat
tabel, dan mengajukan pertanyaan. 3. Standar Kompetensi
Panduan eksperimen hanya 4. Kompetensi Dasar
memuat materi yang terbatas, hal ini 5. Peta Konsep
mengakibatkan siswa mengalami 6. Peta Kedudukan Modul
kesulitan dalam melakukan eksperimen 7. Petunjuk Penggunaan Modul
lalu menghubungkannya dengan materi
fotosintesis secara keseluruhan. Panduan
eksperimen yang dikemas dalam bentuk
modul dapat memadukan kegiatan II. KEGIATAN BELAJAR I
eksperimen dengan aplikasi dan 1. Rumusan Kompetensi Dasar dan
penjelasan konseptualnya, sehingga Indikator
siswa dapat bereksperimen sekaligus 2. Pembelajaran Berbasis
mempelajari materi secara mandiri Eksperimen pada Materi Struktur
untuk mengasah keterampilan proses Jaringan Daun
sains. 3. Rangkuman Materi
Permasalahan yang lain muncul 4. Evaluasi
ketika melakukan eksperimen yang III.KEGIATAN BELAJAR II
membutuhkan adanya cahaya matahari. 1. Rumusan Kompetensi Dasar dan
Apabila kegiatan eksperimen Indikator
dilaksanakan di sekolah saat jam 2. Pembelajaran Berbasis
pelajaran pagi hari, maka hasilnya akan Eksperimen pada Materi Reaksi
kurang maksimal. Hal ini dikarenakan Fotosintesis
cahaya matahari yang digunakan belum 3. Rangkuman Materi
maksimal pada waktu pagi hari. Untuk 4. Evaluasi
menghindari kendala tersebut, IV. KEGIATAN BELAJAR III
diperlukan adanya panduan eksperimen 1. Rumusan Kompetensi Dasar dan
secara mandiri agar eksperimen dapat Indikator
dilaksanakan dimanapun dan kapanpun 2. Pembelajaran Berbasis
secara berulang-ulang apabila situasi Eksperimen pada Materi Cahaya
dan kondisi sudah mendukung dalam dan Fotosintesis
pelaksanaan kegiatan eksperimen 3. Rangkuman Materi
tersebut. Panduan eksperimen tersebut 4. Evaluasi
dapat dibuat dalam bentuk modul IPA Rubrik Evaluasi
Terpadu berbasis eksperimen. Umpan Balik
Glosarium
2. Design (perancangan) Daftar Pustaka

35
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

kegiatan seorang ilmuwan (professor).


Kegiatan belajar berisi sintaks Susilana, R dan Riyana, C (2007)
pembelajaran berbasis eksperimen yaitu, mengemukakan bahwa simbol adalah
demonstrasi, pengamatan, hipotesis bentuk sajian grafis yang memperjelas
awal, verifikasi, aplikasi konsep, sajian ide. Pemberian simbol ini
rangkuman materi, dan evaluasi, dengan bertujuan untuk menarik perhatian siswa
masing-masing simbolnya. Keterampil- dan mempermudah siswa dalam
an proses sains yang dilatih berada pada mengingat serta menemukan sintaks
kegiatan pengamatan, hipotesis awal yang dimaksud.
(perumusan hipotesis), verifikasi
(merancang eksperimen, menggunakan 3. Develop (pengembangan)
alat dan bahan, mendefinisikan variabel Tahap pengembangan adalah
secara operasional, pengontrolan tahap untuk menghasilkan produk
variabel, interpretasi data, pengembangan yang dilakukan melalui
mengkomunikasikan, mengajukan dua langkah, yakni validasi ahli (expert
pertanyaan, menyimpulkan), dan appraisal) dan uji coba pengembangan
evaluasi. (developmental testing) yang terdiri dari
Yulianti, D dan Herlina, L (2008) uji coba terbatas dan uji coba lapangan.
berpendapat bahwa pemanfaatan media
erat kaitannya dengan tahapan berpikir
pengguna sebab melalui media, hal-hal a. Validasi ahli
yang abstrak dapat dikonkritkan, Hasil penilaian validasi ahli
sedangkan hal-hal yang kompleks dapat dianalisis untuk mengetahui seberapa
disederhanakan. Tahapan berpikir besar nilai validasi yang menentukan
pengguna modul IPA Terpadu berbasis kelayakan modul IPA Terpadu berbasis
eksperimen yaitu siswa SMP yang eksperimen. Hasil validasi modul
masih dalam tingkat transisi dari tingkat dimuat pada Tabel 1.
berpikir operasional konkret ke berpikir
Tabel 1: Hasil validasi modul
abstrak, sehingga modul yang dibuat
menyajikan pesan melalui huruf dan Aspek kelayakan Rata-rata Kriteria
gambar-gambar yang diilustrasikan Isi 3,75 Sangat baik
untuk lebih memperjelas pesan atau Bahasa 3,67 Sangat baik
informasi yang disajikan sesuai tahapan Penyajian 3,67 Sangat baik
berpikir pengguna modul. Kegrafikaan 3,8 Sangat baik
Keterpaduan 3,71 Sangat baik
Gambar yang melengkapi format Basis eksperimen 3,83 Sangat baik
modul akan memberikan uraian menjadi Keterampilan
lebih jelas, dapat menambah variasi 3,7 Sangat baik
proses sains
penyajian, dan membantu dalam
menciptakan imajinasi siswa terhadap Kesimpulan dari ketiga validator tentang
materi pembelajaran (Sukiman, 2012). kelayakan modul adalah modul layak
Pendapat tersebut diperkuat oleh digunakan dengan revisi sesuai saran.
Susilana, R dan Riyana, C (2007) bahwa Masing-masing validator memberikan
gambar mempunyai kelebihan yaitu komentar dan saran untuk diperbaiki
bersifat konkret, dapat menunjukkan pada tahap revisi I.
perbandingan yang tepat dari objek yang Perbaikan modul berdasarkan
sebenarnya, dan pembuatannya mudah. masukan dan saran dari validator
Kegiatan belajar dalam modul berkaitan dengan materi tentang struktur
berisi sintaks pembelajaran berbasis kloroplas yang diperbaiki dengan materi
eksperimen yang diberi simbol tertentu. yang lebih tepat. Glosarium yang
Simbol semua sintaks karakternya sama, memuat istilah dan pengertiannya dari
yaitu professor karena basis modul satu halaman ditambah menjadi tiga
adalah eksperimen yang mencerminkan halaman. Pada judul modul, warna huruf

36
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dibuat lebih jelas dan ukuran huruf yang telah disusun. Hasil uji coba
diperbesar. Yulianti, D dan Herlina, L terbatas tertuang pada Tabel 2.
(2008) menyarankan untuk
memperhatikan ukuran huruf, jarak Tabel 2: Hasil uji coba terbatas
Rata- Kategori
pandang, dan bentuk dalam merancang Indikator
rata
modul, semakin besar ukuran huruf Aspek 3,4 Baik
maka semakin baik karena semakin pengorganisasian
mudah untuk dilihat. Aspek keterbacaan 2,8 Baik
Konsep penting pada uraian Aspek kemenarikan 3,8 Sangat baik
Aspek keterpaduan 3,1 Baik
materi diganti dengan warna huruf yang materi
berbeda yaitu biru. Tulisan “contoh” Aspek kegiatan 3,2 Baik
ditulis dengan warna hitam tebal. eksperimen
Adakalanya bagian-bagian tertentu pada Aspek pemberdayaan 3,3 Baik
keterampilan proses
modul ditekankan untuk memusatkan sains
perhatian, penekanan dapat ditunjukkan
melalui penggunaan seni misalnya Berbagai data dan masukan yang
ukuran tertentu, warna yang berbeda, diperoleh dari angket dalam uji coba
atau gambar yang menarik (Yulianti, D terbatas ini dijadikan sebagai bahan
dan Herlina, L 2008). revisi II.
Masukan dan saran yang Perbaikan modul atas masukan
berkaitan dengan gambar pada modul siswa pada uji coba terbatas adalah
diantaranya gambar pada sampul modul mengganti gambar pada gambar
diganti dengan gambar yang resolusinya pembuka KB I, gambar demonstrasi KB
lebih tinggi agar tidak pecah ketika I, gambar demonstrasi KB II, gambar
diperbesar. Gambar daun pada struktur kloroplas, dan gambar pembuka
demonstrasi KB I tidak di pres. Gambar KB II. Selain itu, perbaikan pada
KB I, gambar KB II, gambar gambar juga dilakukan dengan
fotosintesis, dan gambar penguraian memperbesar dan memperjelas
cahaya diganti dengan gambar yang keterangan pada gambar struktur
lebih jelas. Sukiman (2012) menuturkan jaringan daun, gambar spektrum
bahwa penggunaan gambar pada modul elektromagnetik, dan gambar interaksi
hendaknya terdapat keterangan, sumber cahaya dalam kloroplas.
gambar, serta kejelasan gambar agar Adanya istilah yang kurang
siswa mudah mempelajarinya. dimengerti oleh siswa ditambahkan pada
Tata tulis yang perlu diperbaiki glosarium. Tampilan modul dikurangi
yaitu kata “prasarat” diganti “prasyarat”, penggunaan warna pada rounded
kalimat “3 variabel” diganti “sejumlah 3 rectangle dan gambar animasi yang
variabel”. Penulisan kalimat dalam berlebihan. Hal tersebut senada dengan
modul disajikan dengan kalimat yang pendapat Yulianti, D dan Herlina, L
sederhana, menggunakan ejaan yang (2008) bahwa pemilihan warna jangan
baku, dan istilah yang benar (Sukiman, terlalu banyak agar tak berkesan norak
2012). Simbol tokoh diganti karena dan ramai sebab akan mengganggu
terlihat menakutkan, dari simbol pandangan dan dapat menimbulkan
professor diganti dengan simbol anak salah persepsi pada pesan yang
laki-laki. Petunjuk penggunaan modul disampaikan. Susilana, R dan Riyana, C
diberi urutan nomor agar lebih jelas (2007) juga menambahkan bahwa
urutan kegiatannya. penggunaan gambar yang berlebihan
b. Uji coba terbatas akan mengganggu konsentrasi dan fokus
Uji coba terbatas dilakukan untuk perhatian siswa akan terbagi kepada
memperoleh masukan langsung terhadap gambar-gambar tersebut.
modul IPA Terpadu berbasis eksperimen

37
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

c. Uji coba lapangan kategori sedang. Untuk hasil N-gain


Tahap uji coba lapangan score tiap jenis keterampilan proses
menghasilkan modul IPA Terpadu sains dapat dilihat pada Tabel 3.
berbasis eksperimen hasil
pengembangan. Tes pada uji coba Tabel 3: Hasil N-gain score tiap jenis
keterampilan proses sains
lapangan disusun berdasarkan indikator Jenis KPS N-gain Kategori
keterampilan proses sains berupa tes score
awal (pretest) dan tes akhir (postest) Pengamatan 0.571 Sedang
dalam bentuk soal pilihan ganda. Soal Menyimpulkan 0.407 Sedang
pilihan ganda diujicobakan terlebih Mengkomunikasi 0.471 Sedang
kan
dahulu di kelas VIIIG SMP Negeri 3 Menggunakan alat 0.571 Sedang
Sragen untuk menentukan validitas, atau bahan
reliabilitas, daya pembeda dan taraf Mengontrol 0.222 Rendah
kesukaran. Soal yang dapat digunakan variabel
Interpretasi data 0.385 Sedang
sebagai alat ukur yaitu soal-soal yang Mengajukan 0.444 Sedang
valid, reliabel, dan mempunyai daya pertanyaan
pembeda sangat baik, baik, atau cukup. Merumuskan 0.263 Rendah
Berdasarkan hasil analisis butir soal, hipotesis
diperoleh bahwa dari 20 soal pilihan Mendefinisikan 0.37 Sedang
variabel secara
ganda yang diujicobakan, 12 soal operasional
dipakai dan 8 soal tidak dipakai. Merancang 0.60 Sedang
Sebelum pembelajaran dimulai, eksperimen
dilakukan pretest untuk mengetahui skor
keterampilan proses sains sebelum Hasil perhitungan N-gain score
menggunakan modul IPA Terpadu tiap jenis keterampilan proses sains
berbasis eksperimen. Pembelajaran menunjukkan bahwa semua jenis
diawali dengan kegiatan demonstrasi keterampilan proses sains memiliki
berkaitan dengan teori yang akan kategori sedang kecuali mengontrol
dipelajari lalu siswa melakukan variabel dan merumuskan hipotesis yang
pengamatan. Siswa kemudian memiliki kategori rendah. Hasil tersebut
merumuskan dugaan awal (hipotesis memperlihatkan bahwa modul IPA
awal) berdasarkan hasil pengamatannya Terpadu berbasis eksperimen kurang
lalu menguji dugaan awal melalui efektif meningkatkan keterampilan
kegiatan verifikasi. Selanjutnya, siswa proses sains dalam mengontrol variabel
memantapkan konsep yang telah dan merumuskan hipotesis. Hal tersebut
dipelajari melalui kegiatan aplikasi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
konsep. Pembelajaran diakhiri dengan eksperimen yang biasa dilakukan oleh
kegiatan evaluasi yang dikerjakan siswa siswa sebelumnya.
berdasarkan hasil kegiatan verifikasi. Siswa kurang dilatih untuk
Setelah semua pembelajaran selesai, menemukan kondisi yang digunakan
dilakukan postest yang bertujuan untuk sebagai pembeda sehingga siswa kurang
mengetahui skor keterampilan proses mengetahui cara mengontrol variabel.
sains setelah menggunakan modul IPA Selain itu, siswa juga tidak dilatih untuk
Terpadu berbasis eksperimen. merumuskan dugaan awal untuk
Analisis untuk mengetahui menjawab permasalahan sementara
keefektifan modul terhadap sebelum melakukan pembuktian. Hal
keterampilan proses sains menggunakan inilah yang menyebabkan peningkatan
gain score dinormalisasikan untuk keterampilan proses sains dalam
pretest-postest kelas uji coba lapangan. mengontrol variabel dan merumuskan
Berdasarkan perhitungan N-gain score hipotesis yang belum optimal.
kelas uji coba lapangan didapatkan Keterampilan proses sains tersebut akan
sebesar 0,428 yang menunjukkan meningkat lebih optimal apabila modul

38
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

lebih menekankan pada keterampilan Perbaikan modul atas masukan


dalam mengontrol variabel dan siswa kelas uji coba lapangan adalah
merumuskan hipotesis. Untuk perolehan gambar demonstrasi KB I dan gambar
N-gain score tertinggi terjadi pada demonstrasi rancangan eksperimen KB
keterampilan proses sains dalam III diganti dengan gambar yang lebih
merancang eksperimen. Keterampilan tepat. Selain itu, bahan kegiatan
merancang eksperimen adalah verifikasi KB II yaitu daun, diberi
keterampilan proses terpadu yang paling keterangan daun singkong sehingga
komplek. Keterampilan tersebut ternyata lebih spesifik.
berhasil ditingkatkan secara optimal
melalui penggunaan modul IPA Terpadu 4. Disseminate (penyebaran)
berbasis eksperimen. Produk disebarkan kepada guru
Analisis data untuk mengetahui MGMP IPA SMP kecamatan Sragen.
perbedaan skor keterampilan proses Guru memberikan respon berupa
sains pada pretest-postest menggunakan komentar dan saran. Komentar dan saran
uji prasyarat uji normalitas dan uji guru terhadap modul ini antara lain: 1)
homogenitas kemudian uji-t. Hasil uji modul sangat bagus dan menarik
normalitas menunjukkan bahwa data sehingga anak lebih senang dalam
berdistribusi normal, hasil uji melakukan kegiatan; 2) modul
homogenitas menyimpulkan bahwa data mencakup biologi, kimia, dan fisika
homogen. Selanjutnya, dilakukan uji t yang sangat kompleks; 3) modul sudah
yang memperlihatkan bahwa terdapat sesuai untuk dipelajari siswa SMP/MTs;
perbedaan secara signifikan antara skor 4) cara penyajian modul baik; dan 5)
pretest dan skor postest. kegiatan eksperimen sudah memenuhi
Hasil analisis skor keterampilan standar. Skor rerata respon guru untuk
proses sains pretest-postest menunjuk- semua item pada skala 4 adalah 3,46
kan bahwa terdapat perbedaan secara yang artinya baik.
signifikan antara keterampilan proses
sains sebelum penggunaan modul dan Kesimpulan dan Rekomendasi
keterampilan proses sains sesudah
penggunaan modul. Hasil masukan Kesimpulan penelitian ini adalah:
siswa kelas uji coba lapangan terhadap 1) modul IPA Terpadu berbasis
modul IPA Terpadu berbasis eksperimen eksperimen pada tema fotosintesis
melalui angket termuat dalam Tabel 4. memiliki karakteristik sebagai modul
yaitu bahan ajar, utuh, berdiri sendiri,
Tabel 4: Hasil masukan siswa kelas uji coba adaptif, dan bersahabat, sedangkan
lapangan
Indikator Rata- Kategori
karakteristik materi IPA Terpadu yaitu
rata holistik, bermakna, otentik, dan aktif,
Aspek 3,4 Baik disertai sintaks pembelajaran berbasis
pengorganisasian eksperimen untuk melatih keterampilan
Aspek keterbacaan 3,3 Baik proses sains; 2) modul IPA Terpadu
Aspek kemenarikan 3,6 Sangat baik
berbasis eksperimen pada tema
Aspek keterpaduan 3,3 Baik
materi
fotosintesis memiliki kelayakan isi,
Aspek kegiatan 3,3 Baik bahasa, penyajian, kegrafikaan,
eksperimen keterpaduan, basis eksperimen, dan
Aspek pemberdayaan 3,6 Sangat baik keterampilan proses sains pada kategori
keterampilan proses
sangat baik; 3) modul IPA Terpadu
sains
berbasis eksperimen pada tema
fotosintesis efektif meningkatkan
Proses pembelajaran pada kelas uji coba
keterampilan proses sains berdasarkan
lapangan juga menghasilkan catatan
hasil N-gain score pretest-postest
yang menjadi bahan pertimbangan
untuk melakukan revisi III.

39
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 3, No. III, 2014 (hal 30-40)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

sebesar 0,428 yang menunjukkan Kemendiknas. 2010. Panduan Pengembangan


kategori sedang. Pembelajaran IPA Secara Terpadu.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Rekomendasi yang diajukan Menengah Pertama.
adalah: 1) guru melakukan
pendampingan pada saat pembelajaran Nisa’, Inayatun. (2011). Pengembangan
modul karena pembelajaran mandiri ini Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu
Tipe Connected dengan Topik Peredaran
merupakan hal yang masih asing; 2) Darah untuk Kelas VIII SMP. Pensa E-
penelitian ini dapat digunakan sebagai Jurnal. 26-38.
acuan peneliti lain untuk melakukan
penelitian berikutnya dengan tema yang Permendiknas Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
berbeda; 3) pengelola pendidikan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
hendaknya memberi kesempatan untuk
melakukan penelitian pengembangan, Puskur Balitbang Depdiknas. (2009). Panduan
terutama penelitian tentang Pengembangan Pembelajaran IPA
pengembangan modul. Terpadu. Jakarta: Depdiknas.

Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar


Daftar Pustaka Biologi. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Beck, K, Witteck, T, & Eilks, I. (2010). Open
Experimentation on Phenomena of Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif,
Chemical Reactions via the Learning Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Company Approach in Early Secondary
Chemistry Education. Eurasia Journal of Sukiman. (2012). Pengembangan Media
Mathematics, Science, & Technology Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.
Education, 2010. 6(3), 163-171.
Susilana, R & Riyana, C. (2007). Media
Bozdogan, AE & Yalcin, Necati. (2009). Pembelajaran. Bandung: CV Wacana
Determining the Influence of a Science Prima.
Exhibition Center Training Program on
Elementary Pupils’ Interest and Toplis, Rob & Allen, Michael. (2012). I do and I
Achievement in Science. Eurasia Journal Understand, Practical Work and
of Mathematics, Science, & Technology Laboratory Use in United Kingdom
Education, 2009. 5(1), 27-34. Schools. Eurasia Journal of Mathematics,
Science, & Technology Education, 2012.
Chabalengula, VM, Mumba, F, & Mbewe, 8(1), 3-9.
Simeon. (2012). How Pre-Service
Teachers’ Understand and Perform Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu.
Science Process Skills. Eurasia Journal Jakarta: Bumi Aksara.
of Mathematics, Science, & Technology
Education, 2012. 8(3), 167-176. Yulianti, D & Herlina, L. (2008). Pemanfaatan
Media dalam Pembelajaran. Semarang:
Fogarty. (1991). Ten Ways to Integrate Universitas Negeri Semarang.
Curriculum. Association for Supervision
and Curriculum.

Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain


Scores. Indiana University 24245
Hatteras Street. USA, 12 November 2013,
online:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Ana
lyzingChange-Gain.pdf

Husaen, MS. (2012). Pengembangan Modul


Pembelajaran IPA Terpadu Tema
Penglihatan dan Implementasinya pada
Siswa SMP Negeri 4 Magelang. Abstr.
Online at http://lib.unnes.ac.id/15187/
[diakses tanggal 15 Desember 2012].

40

Anda mungkin juga menyukai