Anda di halaman 1dari 14

MODUL 2

KOMPETENSI STRATEGI PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan:
1. Latar belakang strategi Pembelajaran
2. Kompetensi guru dalam implementasi pembelajaran
3. Kekeliruan guru dalam implementasi PMB

Alokasi Waktu: 4 x 50 menit (2 x Pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi pembelajaran modul ini, mahasiswa


diharapkan dapat:

1. Memahami latar belakang strategi pembelajaran kejuruan


2. Menjelaskan cara menciptakan kondisi yang efektif dalam proses pembelajaran
yang berbasis keaktifan siswa.
3. Memahami kompetensi guru dalam implementasi pembelajaran yang kreatif
dan menyenangkan
4. Memahami kekeliruan guru selama ini dalam implementasi PMB

B. Kegiatan Belajar
Agar mahasiswa mempelajari modul ini dengan baik, ikuti petunjuk beajar
di bawah ini:
1. Bacalah dengan cermat setiap bagian modul hingga dapat memahami setiap
komponen yang disajikan.
2. Setelah mempelajari materi pembelajaran modul ini, diharapkan menjawab
soal-soal latihan yang disediakan.
C. Materi Pembelajaran
1. Latar Belakang Strategi Pembelajaran
Guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan
maupun pelaksanaan pembelajaran kejuruan. Guru adalah perencana,
pelaksana dan pengembang pembelajaran di kelasnya. Karena itu, guru
merupakan barisan terdepan dalam penciptaan pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan. Menyadari hal itu, betapa pentingnya untuk menciptakan
aktifitas, kreatifitas, kualitas dan peofesionalisme guru kejuruan. Hal tersebut
lebih tampak lagi dalam pendidikan yang dikembangkan secara desentralisasi
sejalan dengan kebijaksanaan otonomi daerah, oleh karena itu guru disini
diberi kebebasan untuk memilih dan mengembangkan materi standar dan
kompetensi untuk disajikan dalam proses pembelajaran.
Hasil penelitian di negara-negara berkembang menunjukkan adanya
dua kunci penting dari peran guru yang berpengaruh terhadap prestasi
peningkatan prestasi belajar siswa, yaitu jumlah waktu efektif yang digunakan
guru untuk melakukan pembelajaran di kelas, dan kualitas kemampuan guru.
Dalam hal ini, guru hendaknya memiliki standar kemampuan profesional
untuk melakukan pembelajaran kejuruan yang berkualitas, kreatif dan
menyenangkan.
Kualitas guru kejuruan dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses
dan segi hasil pembelajaran. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila
mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental
maupun sosial dalam proses pembelajaran. Disamping itu, dapat dilihat dari
gairah dan semangat mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan
dari segi hasil, guru dikataka berhasil apabila pembelajaran yang dilaksanakan
mampu mengubah perilaku sebagian besar siswa ke arah penguasaan
kompetensi dasar yang lebih baik. Untuk memnuhi tuntutan tersebut
diperlukan berbagai kompetensi pembelajaran.
Pengembangan kualitas guru merupakan suatu proses yang kompleks,
dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari para ahli
terhadap pengembangan kompetensi guru, tetapi juga harus dipahami berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru dalam pengembangan
berbagai aspek pendidikan dan pembelajaran. Hal tersebut lebih terfokus lagi
dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang masih
tetap menerapkan pola berbasis kompetensi dengan manajemen berbasis
sekolah, dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah.
Pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut secara benar dan transparan dapat
meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Dalam penerapan berbagai kebijakan di atas, guru dituntut menjadi
ahli penyebar informasi yang baik, karena tugas utamanya antara lain
menyampaikan informasi (materi pelajaran) kepada siswa. Guru juga berperan
sebagai perencana (planner), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator)
pembelajaran. Apabila pembelajaran ajaran diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi para peserta didik dengan penyediaan ilmu yang tepat dan
latihan keterampilan yang mereka perlukan, maka diperlukan ketergantungan
terhadap materi standar yang efektif dan terorganisasi. Untuk itu, diperlukan
peran baru dari para guru, mereka dituntut memiliki keterampilan-
keterampilan teknis yang memungkinkan untuk mengorganisasi materi
standar serta mengelolanya dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi
siswa
Dalam implementasi KTSP yang berbasis kompetensi, guru terutama
berperan dalam mengembangkan materi standar dan membentuk kompetensi
peserta didik. Sehubungan dengan itu, guru harus kreatif, profesional, dan
menyenangkan dalam pengembangan materi pembelajaran. Guru harus kreatif
dalam memilih dan memilih serta mengembangkan materi standar sebagai
bahan untuk membentuk kompetensi peserta didik. Guru harus profesional
dalam membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik
individual masing-masing. Guru juga harus menyenangkan, tidak saja bagi
peserta didik, tetapi juga terhadap dirinya. Artinya, belajar dan pembelajaran
harus menjadi makanan pokok guru sehari-hari, harus dicintai agar dapat
membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan gairah belajar peserta didik.
Dalam kondisi dan perubahan yang bagaimanapun dahsyatnya, guru harus
tetap guru, jangan terpengaruh. Oleh issu, dan jangan bertindak terburu-buru.

2. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi


Keberhasilan dalam pembelaiaran KBK sangat tergantung kepada
guru. Sebab guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran.
Bagaimanapun sempurnanya sebuah kurikulum, tanpa diaukung oleh
kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu yang tertulis dan tidak
memiliki makna. Oleh karena itu, guru memiliki peran yang sangat penting
dalam proses implementasi kurikulum. Selanjutnya, peran apa saja yang harus
dilakukan oleh guru? Dalam implementasi KBK, peran guru dapat ditinjau
dari beberapa aspek yaltu: (1) peran guru sebagai perencana, (2) peran guru
sebagai pengelola, (3) peran guru sebagai fasilitator dan (4) peran guru
sebagai evaluator
a. Guru sebagai perencana pembelajaran
Keberhasilan dalam implementasi KBK dapat dipengaruhi oleh
perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru. Oleh sebab itu,
kepiawaian guru dalam menyusun rencana pembelajaran (Instruction al
design) dapat menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi. KBK
adalah kurikulum yang memberikan peluang kepada guru untuk
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik serta kondisi daerah masing-masing. Oleh karena itu, dalam proses
penyusunan perencanaan, guru dituntut agar memahami kebutuhan dan
kondisi daerah setempat, di samping memahami karakteristik peserta didik.
Melaluii pemahaman itu, selanjutnya guru mendesain pembelajaran sesuai
dengan kondisi lapangan dan kebutuhan.
b. Guru sebagai pengelola pembelajaran
Tujuan dari pengelolaan pembelajaran adalah terciptanva kondisi
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga dalam
proses pembelajaran peserta dldik tidak merasa terpaksa apalagi tertekan.
Oleh karena itulah, peran dan tanggung jawab guru sebagai pengelola
pembelajaran (manager of leraning) menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif, baik iklim sosial maupun iklim psikologis. Iklim sosial yang baik
ditunjukkan dengan terciptanya hubungan yang harmonis antara guru dan
peserta didik, antara peserta didik dan peserta didik, serta antara guru dan
pengelola sekolah. Sedangkan iklim psikologis ditunjukkan dengan adanya
saling kepercayaan dan saling menghormati antara sesama unsur sekolah.
Melalui iklim yang demikian, memungkinkan peserta didik untuk
berkembang secara optimal, terbuka, dan demokratis.
c. Guru sebagai fasilitator
Sebagai seorang fasilitator, tugas guru adalah membantu untuk
mempermudah peserta didik belajar. Dengan demikian, guru perlu
memahami karakteristik peserta didik, termasuk gaya belajar, kebutuhan
kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik. Melalui pemahaman itu,
guru dapat melayani dan memfasilitasi setiap peserta didik. Sebagai
seorang fasilitator, guru harus menempatkan diri sebagai orang yang
memberi pengarahan dan petunjuk agar peserta didik dapat belajar secara
optimal. Dengan demikian, yang menjadi sentral kegiatan pembelajaran
adalah peserta didik, bukan guru. Guru tidak berperan sebagai sumber
belajar yang dianggap serba bisa dan serba tahu segala macam hal.
d. Peran guru sebagai evaluator
Guru sebagai seorang evaluator tidak kalah pentingnya dengan
peran yang lain. Dilihat dari fungsinya, evaluasi bisa berfungsi sebagai
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif berfungsi untuk melihat berbagai
kelemahan guru dalam mengajar. Artinya, hasil dari evaluasi itu digunakan
sebagai bahan masukan untuk memperbaiki kinerja guru. Evaluasi sumatif
digunakan sebagai bahan untuk menentukan keberhasilan peserta didik
dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, peran guru sebagai
evaluator, menunjuk ke dua hal, yaitu untuk melihat keberhasilan dalam
melakukan proses pembelajaran dan peran untuk menentukan ketercapaian
peserta didik dalam menguasai kompetensi sesuai dengan kurikulum.

3. Kompetensi Guru dalam Implementasi Pembelajaran


Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional. Sebagai pekerjaan
profesional, seorang guru harus memiliki sejumlah kompetensi tertentu yang
tidak dimiliki oleh profesi lain. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan (Mc. Leod, 1999). Kompetensi guru merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan perannya secara bertanggung jawab dan
layak
Kompetensi apa yang harus dimiliki guru dalam hubungannya dengan
implementasi KBK? Sesuai dengan perannya, kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru dalam hubungannya dengan implementasi KBK meliputi tiga hal,
yaitu:
a. Kompetensi yang berhubungan dengan proses perencanaan pembelajaran.
b. Kompetensi yang berhubungan dengan proses implementasi pembelajaran.
c. Kompetensi yang berhubungan dengan proses evaluasi pembelajaran.
1) Kompetensi proses perencanaan pembelajaran
Kompetensi dalam hal penyusunan rencana pembelajaran,
berhubungan dengan kemampuan guru dalam menyusun program
pembelajaran termasuk menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi
sekolah tempat melaksanakan tugas mengajar. KBK adalah kurikulum
yang memberikan peluang kepada guru untuk mengembangkan proses
pembelajaran sesuai dengan kondisi daerah. Oleh sebab itu, guru dituntut
untuk mampu menjabarkan kompetensi dasar ke dalam sejumlah kegiatan
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan kemampuan peserta didik dan
kondisi daerah. Dalam hal inilah letak perbedaan KBK dengan kurikulum
sebelumnya. Sesuai dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi
pendidikan, guru dapat merencanakan proses pembelajaran sesuai dengan
kondisi daerahnya dan kondisi peserta didik yang dihadapinya. KBK
kemudian dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP).
2) Kompetensi proses implementasi pembelajaran
Kompetensi dalam implementasi kurikulum berhubungan dengan
kemampuan guru mengelola proses pembelajaran. KBK adalah kurikulum
yang menekankan kepada aktivitas peserta didik secara optimal. Asumsi
dasar proses pembelajaran dalam KBK adalah bahwa pengetahuan itu akan
bermakna manakala dicari, ditemukan, dan dikonstruksi oleh peserta didik
sendiri. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran, guru bukan satu-
satunya sumber belajar seperti selama ini, akan tetapi guru harus berperan
sebagai pengelola atau pengatur lingkungan agar peserta didik belajar.
Guru harus mampu memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia,
di samping menggunakan berbagai strategi pembelajaran.
3) Kompetensi proses evaluasi pembelajaran,
Kompetensi dalam melakukan evaluasi, berhubungan dengan
kemampuan guru untuk melakukan evaluasi sebagai fungsi formatif dan
evaluasi sebagai fungsi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dirancang dan dilakukan guru untuk menilai dirinya sendiri dalam
melakukan proses pembelajaran. Artinya, hasil evaluasi ini digunakan
untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai kelkurangan kekurangan
guru dalam mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk
memperbaiki kinerjanya. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dirancang dan dilakukan guru untuk menilai keberhasilan peserta didik
dalam mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Melalui evaluasi ini, guru dapat menilai sejauh mana
kompetensi yang telah dicapai peserta didik, disamping guru dapat melihat
kemampuan peserta didik dibanding dengan kelompok belajarnya.
Untuk menunjang ketiga kompetensi guru dalam implementasi
pembelajaran tentu saja guru harus memahami berbagai ilmu pengetahuan.
Sebab, salah satu persyaratan sebagai profesi adalah adanya keterampilan
yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam
sesual dengan bidang keahliannya (Moh. Ali, 1995), Bidang pengetahuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional untuk melaksanakan
tugasnya diantaranya pengetahuan tentang: (1) psikologi perkembangan
anak, (2) berbagai pendekatan dalam pembelajaran, (3) pengetahuan
tentang media dan sumber belajar, (4) pengetahuan mengenai teknik
penilaian, dan lain sebagainya. Tanpa pengetahuan yang memadai tentang
hal-hal tersebut, tidak mungkin kompetensi itu dapat dimiliki setiap guru.
4) Empat Kekeliruan Guru dalam Implementasi PBM
Untuk mempercepat pemahaman terhadap kekeliruan yang
mungkin pernah dilakukan guru, maka dikemukakan sebuah ilustrasi
pelaksanaan proses pembelajaran di suatu kelas sebagai berikut:
Telah hampir satu jam pelajaran seorang guru menghabiskan
waktunya untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya.
Tentu saja materi yang ia sampaikan adalah materi pelajaran yang ia
pelajari pada malam harinya. Sebagian besar peserta didik sama sekali
tidak merasa tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikannya, karena
mereka merasa apa yang disampaikan sang guru sama persis dengan apa
yang ada dalam buku yang telah mereka pelajari di rumah. Oleh karena
itulah mereka merasa gelisah selama mendengarkan penjelasan guru. Di
antara merelka ada yang asyik membaca buku, mengobrol, dan ada juga
yang mengantuk. Memperhatikan gejala yang tidak mengenakkan itu, guru
segera bereaksi. Sambil memukul-mukul mistar panjang ke papan tulis ia
berkata: "Anak-anak tolong perhatikan....." Materi yang bapak sampaikan
ini adalah materi yang sangat penting untuk kalian kuasai. Nanti soal-soal
ulangan tidak akan jauh dari apa yang saya sampaikan. Oleh karena itu,
tolong perhatikan apa yang bapak sampaikan.
Anak-anak diam sebentar. Yang sedang mengobrol segera
menghentikan obrolannya, yang sedang membaca melipat buku bacaannya,
demikian juga yang kantuknya. Sang guru segera melanjutkan
"mengajarnya", bertutur menyampaikan informasi. Suara sedikit lemah,
karena kehabisan energi, sehingga yang duduk di bangku bagian belakang
semakin membuat bosan peserta didik. Mereka kembali dengan
aktivitasnya semula: mengobrol, membaca, dan mengantuk.
"membosankan....."Gerutu seorang peserta didik yang duduk di belakang.
Hari ini memang membosankan, balk bagi guru maupun bagi
peserta didik. Guru menganggap anak didiknya bandel-bandel. la merasa
disepelekan oleh peserta didik yang tidak mau mendengarkan
penjelasannya. Demikian juga peserta didik, ia merasa guru tidak mampu
mengajar, karena ia hanya menyampaikan informasi yang sebetulnya sudah
mereka kuasai.
Oleh sebab itu ketika bel berbunyi tanda pelajaran berakhir, baik
bagi guru maupun peserta didik seakan-akan keluar dari mimpi buruk yang
menegangkan. Peserta didik pun bersorak kegirangan menyambut bel;
sementara guru keluar dari kelas dengan langkah gontai karena kelelahan.
Kita sering melihat bahkan mungkin merasakan peristiwa semacam
itu. Bagi seorang guru, peristiwa itu sering dianggap sebagai peristiwa yang
menjengkelkan, sehingga ia menganggap kalau kelas tersebut adalah kelas
yang bandel, kelas yang tidak bisa diurus dan lain sebagainya. Bagaimana
menurut Anda, bijaksanakah tindakan guru yang demikian? Sebelum Anda
menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita tinjau beberapa hal yang
dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di atas.
Pertama, ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi,
apakah materi yang diajarkannya sudah dipahami peserta didik atau belum.
Kurangnya perhatian peserta didik seperti dalam peristiwa belajar mengajar
di atas, jelas disebabkan oleh peserta didik, karena sudah memahami
informasi yang disampaikan guru, sehingga menganggap materi itu tidak
penting lagi.
Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha berpikir
untuk peserta didik. Komunikasi terjadi satu arah, yaitu dari guru ke
peserta didik. Guru menganggap bahwa bagi peserta didik menguasai
materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan
kemampuan berpikir.
Ketiga, guru tidak berusaha mencari umpan balik, mengapa peserta
didik tidak mau mendengarkan penjelasannya.
Keempat, guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling
mampu dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan peserta didik.
Peserta didik dianggap sebagai "tong kosong" yang harus diisi dengan
sesuatu yang dianggapnya sangat penting.
Keempat hal tersebut di atas, merupakan kekeliruan guru dalam
mengajar. Mengapa demikian? Mari kita analisis ke empat hal di atas.
a. Guru tidak berusaha mengetahui kemampuan awal siswa
Sebagai seorang Mekanik yang profesional misalnya, sebelum ia
melakukan perbaikan dan pengerjaan serta tindakan kendaraan yang
rusak, terlebih dahulu ia akan melakukan diagnosis, misalnya ia akan
bertanya kepada pemilik mobil, apa gejala mobil anda, apakah
kendaraan anda susah bunyi? sejak kapan mobil anda mengalami
gangguan? dan sebagainya, sambil memeriksa bagian kendaraan yang
dikerjakan.
Begitu pula dokter yang professional, sebelum ia melakukan
treatment atau tindakan kepada pasien, terlebih dahulu ia akan
melakukan diagnosis, misalnya ia akan bertanya, bagian mana yang
sakit, apakah anda sudah makan obat sebelumnya? dan sebagainya,
sambil memeriksa bagian tubuh pasien. Setelah dokter menemukan
gejala-gejala sumber penyakit, baru ia menentukan apa yang harus
dilakukannya; Apakah pasien cukup berobat jalan, harus diopname dan
lain sebagainya.
Demikian juga seorang pengacara, sebelum melakukan tindakan
hukum ia akan mempelajari kasus yang dihadapi kliennya, termasuk
perundang-undangan sesuai dengan kasus yang sedang ditanganinya.
Apakah seorang arsitek bangunan, sebelum ia membangun sebuah
gedung bertingkat, atau membangun sebuah jembatan, tidak didahului
survei tentang struktur tanah serta aspek-aspek pendukung lainnya?
Tidak, bukan? Ya, seorang profesional, sebelum ia melakukan tindakan
selamanya akan didahului oleh langkah diagnosis, sehingga langkah ini
merupakan bagian dari pekerjaan profesionalnya. Kemudian bagaimana
dengan guru dalam illustrasi di atas? Tampaknya ia tidak melakukan
diagnosis tentang keadaan peserta didik, sehingga ia tidak mengetahui
apakah peserta didik sudah faham tentang materi yang akan
dijelaskannya; demikian juga ia tidak mengetahui apakah peserta didik
sudah membaca buku yang ia baca. Jangan-jangan peserta didik lebih
faham dari gurunya tentang materi pelajaran yang akan diajarkannya,
karena selain peserta didik membaca buku yang menjadi rujukan guru,
peserta didik pun mambaca buku lain yang dianggap relevan.
b. Guru tidak pernah mengajak siswa untuk berpikir
Pernahkah seorang yang sedang bermain catur mengantuk?
Tidak bukan? Ya, tentu tidak, sebab bermain catur membutuhkan
konsentrasi dan motivasi, demikian juga halnya dengan seseorang yang
sedang bermain kartu. Kita tidak akan menemukan mereka yang
mengantuk atau melakukan aktivitas lain. Seorang yang sedang bermain
catur akan memusatkan perhatiannya kepada bidak caturnya; seorang
yang bermain kartu akan mengonsentrasikan pikirannya pada kartu yang
sedang dimainkannya.
Demikian juga halnya dalam mengajar. Mengajar bukan hanya
menyampaikan materi pelajaran akan tetapi melatih kemampuan peserta
didik untuk berpikir, menggunakan struktur kognitifnya secara penuh
dan terarah. Materi pelajaran semestinya digunakan sebagai alat untuk
melatih kemampuan berpikir, bukan sebagai tujuan. Mengajar yang
hanya menyampaikan informasi akan membuat peserta didik kehilangan
motivasi dan konsentrasinya. Mengajar adalah mengajak peserta didik
untuk berpikir, sehingga melalui kemampuan berpikir akan terbentuk
peserta didik yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan
yang dihadapinya.
c. Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik
Proses mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu
apa yang dilakukan oleh seorang guru seharusnya mengarah pada
pencapaian tujuan. Apa bedanya antara seorang guru dengan seorang
tukang obat? Ya, perbedaannya terletak pada tujuan yang ingin dicapai.
Walau keduanya sama-sama bicara, tapi bicaranya tukang obat tidak
lebih dari keinginannya untuk menarik perhatian orang; sedangkan apa
yang keluar dari mulut guru selalu diarahkan untuk mencapai tujuan
belajar, yakni perubahan tingkah laku. Oleh karena itu dalam setiap
proses mengajar, guru perlu mendapatkan umpan balik, apakah tujuan
yang ingin dicapai sudah dikuasai oleh peserta didik atau belum, apakah
proses atau gaya bicara guru dapat dimengerti atau tidak. Hal ini sangat
diperlukan untuk proses perbaikan mengajar yang telah dilakukannya.
d. Guru menganggap paling mampu dan menguasai pelajaran.
Dewasa ini, berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama teknologi informasi setiap orang bisa memperoleh pengetahuan
lewat berbagai media. Anda ingin belajar bahasa Inggris? Silahkan
Anda belajar melalui kaset atau melalui video dan radio. Anda ingin
belajar matematika atau lainnya? Silahkan Anda belajar melalui VCD
dan CD-nya sudah banyak dijual di pasaran. Apakah Anda ingin
mengetahui peristiwa-peristiwa aktual? Silahkan Anda berkomunikasi
lewat internet. Dewasa ini setiap orang bisa belajar dari berbagai sumber
belajar. Dengan demikian, kalau sekarang ini ada guru yang
menganggap dirinya paling pintar, paling menguasai sesuatu, itu sangat
keliru. Bila terjadi dewasa ini peserta didik lebih menguasai materi
pelajaran dibandingkan dengan gurunya merupakan hal yang wajar. Hal
ini bisa terjadi karena kemungkinan peserta didik yang di rumahnya
banyak membaca koran, majalan, buku-buku, banyak mempelajari
berbagai pengetahuan lewat internet, maka peserta didik yang demikian
akan lebih hebat dibanding guru yang tidak pernah membaca koran,
tidak mengikuti perkembangan dunia, tidak pernahbberkomunikasi
dengan internet karena tidak memiliki fasilitas untuk itu dan lain
sebagainya.
Jadi dengan demikian dalam era informasi sekarang ini
seharusnya telah terjadi perubahan peranan guru. Guru tidak lagi
berperan sebagai satu-satunya sumber belajar (learning resources), akan
tetapi lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran (manager of
instruction). Dalam posisi semacam ini bisa terjadi guru dan peserta
didik saling membelajarkan. Salahkah kalau guru belajar dari peserta
didik?

D. Soal-soal Latihan
1. Uraikan latar belakang penerapan strategi pembelajaran!
2. Bagaimana pendapat saudara tentang penciptaan kondisi belajar mengajar
yang efektif sehingga tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya proses
pembelajaran berbasis keaktifan siswa?.
3. Tuliskan peran guru bila ditinjau dari beberapa aspek dalam implementasi
KBK!
4. Uraikan kompetensi guru dalam impelementasi pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan!.
5. Tuliskan bidang pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang guru
profesional untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengajar!.
6. Tuliskan kekeliruan yang dilakukan implementasi PBM! guru selama ini
dalam implementasi PBM!

Anda mungkin juga menyukai