Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KEGIATAN PRODUKSI MADU

Dosen Pengampu :

DR.FAHRIAL.,SP,SE,ME,CRBD

Oleh Kelompok 5 :

DONI PRAMONO ( )

NELMA BR BARUS (194110187)

NICO ANDRISIAHAAN ( )

MUHAMMAD ZORIF ( )

RAJA TOGA URAT ( )

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang “KEGIATAN PRODUKSI
MADU” dengan lancar dan tepat waktu. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Pertanian yang dibimbing oleh Bapak DR.FAHRIAL.,SP,SE,ME,CRBD

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan makalah, serta pihak-pihak yang telah memberi saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik.Dan juga, penulis berharap dengan pembahasan yang ada di makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan pada
makalah ini.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan demi tercapainya
makalah yang layak di konsumsi seluruh pihak.

Pekanbaru, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sector yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Pembangunan
pertanian yang berbasis agribisnis, dalam pengembanganya memerlukan keterpaduan unsur-unsur sub
sistem. Mulai dari budidaya sampai pada pemasaran hasil. Membangun pertanian hendaknya tidak
diartikan hanya untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dan perkebunan saja,melainkan meliputi
semua kegiatan usaha dalam meningkatkan kesejahteraan, derajad dan martabat kaum tani. Salah satu
kegiatan usaha yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah budidaya lebah madu. Pertimbangan untuk
membudidayakan lebah madu ini selain menguntungkan, juga memberikan dampak positif dalam
penyerapan tenaga kerja.

Budidaya lebah madu ialah salah satu kegiatan usaha yang tidak memerlukan lahan, sehingga tidak
menjadi pesaing bagi usaha pertanian pada umumnya. Perlebahan mempunyai peranan dalam optimalisasi
sumberdaya alam melalui pemanfaatan nectar dan serbuksari, yakni dua produk tumbuhan yang sebagian
besar akan terbuang sia-sia apabila tidak dimanfaatkan untuk pakan lebah madu.Perlebahan merupakan
jenis kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah terhadap budidaya tanaman. Pengembangan
perlebahan tersebut dinilai penting karena potensinya yangbesar seperti kondisi iklim Indonesia yang
berada di wilayah iklim tropis dengan suhu udara rata-rata 26±35° Csangat ideal untuk
pengembangbiakkan dan pembudidayaan lebah madu. Selain itu, tersedianya sumber pakan (bee forage)
sepanjang tahun dan aneka jenis lebah madu sangat mendukung usaha budidaya lebah. Potensi pasar
produk perlebahan, khususnya madu, masih terbuka luas, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
maupun permintaan luar negeri. Menurut Salmah dalam Asmanah dan Kuntadi (2012), budidaya lebah
madu telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di
pedesaan dan sekitar hutan. Mereka mengenal dengan baik tradisi budidaya lebah madu, khususnya jenis
local Apis cerana, meskipun dalam bentuk dan teknik sederhana.

Lebah Apis cerana termasuk serangga sosial yang hidup dalam satu koloni.Satu koloni lebah madu
terdiri dari satu lebah ratu (queen), ratusan lebah jantan (drone), dan ribuan lebah pekerja (worker).Setiap
anggota koloni memiliki spesialisasi tugas dalam tingkatan sosial lebah madu. Lebah madu ratu dan lebah
madu jantan merupakan anggota koloni yang melakukan aktivitas reproduksi. Sedangkan lebah madu
pekerja melakukan aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan koloni seperti mencari pakan, membuat sarang
dan mempertahankan koloni (Rosdiana, 2008). Lebah madu Apis cerana dapat dipelihara baik di dataran
tinggi, maupun dataran rendah. Menurut Murtidjo (1991), pada temperatur 20°C lebah madu mulai aktif
dalam usahanya memperoleh nectar dan polen, namun waktu yang dibutuhkan dalam memperoleh nektar
dan polen relative pendek, sedangkan pada temperatur sekitar 30°C lebah sangat aktif mencari nektar atau
polen namun waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkannya relatif lama.

Pembudidayaan lebah madu menghasilkan madu yang merupakan bahan makanan yang istimewa
karena rasa, nilai gizi dan khasiatnya yang tinggi. berabad-abad lamanya madu memiliki peranan penting
bukan saja sebagai bahan makanan dan pemanis, tapi juga sebagai penangkal berbagai penyakit. Karena
nilai gizinya yang tinggi, madu bagus untuk dikonsumsi, baik oleh anak-anak maupun orang dewasa,
malahan bagi orang-orang yang telah lanjut usia. Oleh karena itu, secara tradisional, madu telah lama
digunakan untuk tujuan medis dan therapis, serta perawatan kecantikan dan keperluan industry. Terjadi
perubahan dari sisi harga input (peralatan produksi) akibat perubahan ekonomi dalam negeri (inflasi
bahan pokok) dan global (penurunan nilai tukar rupiah) sehingga berpengaruh pada kemampuan produksi
madu dan ketidakpastian harga. Perubahan dalam kemampuan produksi dan ketidakpastian harga (input
dan output) akan mempengaruhi Margin of Safety (batas minimum turunnya penjualan produk madu
sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ingin dicapai dari penyusunan Makalah Laporan kegiatan produksi madu
adalah sebagai berikut:

1. Apa saja proses penanganan proses produksi madu


2. Apa saja standar harga (input dan output ) madu
3. Apa saja bentuk pelestarian budidaya madu

C. Tujuan Dan Manfaat


1. untuk mengetahui besarnya penerimaan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan,
2. untuk mengetahui besarnya produksi yang dihasilkan dan nilai penjualan yang diterima,
3. serta mengetahui Margin of Safety pada usaha budidaya lebah madu tetap memperoleh
II. PEMBAHSAN

A. Peroses Kegiatan Produksi Madu

Sumbur energy
Tersedianya Adanya koloni
Dan protein lebah
nectar dan lebah madu
polen

Jumlah Tingkat kualitas


produksi madu modul

Waktu Tingkat Nectar dan


pemanena kadar air polen
n terkontanima
Input kimia si Jumlah
sintesis kondisi dan
jenis
Jumlah dan
aktifitas
koloni
Poli nator

Polen merupakan sumber energi yang mempengaruhi karakteristik koloni untuk


melakukan aktifitas-aktifitas koloni. Ketersediaan polen pada ekosistem akan mempengaruhi
tingkat produksi dan kualitas dari sperma jantan, sedangkan ketersediaan nektar pada ekosistem
akan mempengaruhi jumlah pejantan yang muncul pada suatu koloni (Kuntadi, 2007). Air bagi
lebah madu merupakan hal yang sangat vital karena dalam pembuatan madu dari bahan nektar
memerlukan air dalam prosesnya. Air juga diperlukan dalam kehidupan koloni. Pemberian air
dengan cara menyemprot pada stup koloni dilakukan pada saat musim kemarau dan panas
tujuannya untuk mengurangi tingkat karakter koloni hijrah dan agresif. Kecepatan angin
merupakan faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi aktifitas koloni dalam menghasilkan
produk-produk dari lebah madu. Kecepatan angin yang besar sangat mengganggu aktifitas lebah
pekerja dalam mengumpulkan bahan makananya, yaitu: nektar dan polen. Lebah madu sangat
menyukai habitat yang teduh, karena keteduhan habitat akan mempengaruhi temperature yang
sesuai bagi kehidupakan koloni, yaitu: berkisar 26oC–37o

1. Faktor-faktor lingkungan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi karakteristik dan


aktifitas dari koloni lebah madu yang dilakukan dalam proses pemuliaan.
2. Seleksi, penangkaran, dan pembuatan sarang koloni lebah madu Seleksi koloni lebah madu
ditentukan dari lebah pekerja dan ratu lebah karena kedua factor tersebut menentukan sifat
prilaku dan karakter dari koloni.
3. Basis penyeleksian lebah madu dalam menentukan calon koloni induk diwakilkan pada
prilaku lebah pekerja. Sifat prilaku dan sifat karakter; lebah pekerja menjadi dasar
menentukan seleksi koloni. Kehadiran dan keadaan lebah pekerja pada koloni sangat
dipengaruhi pada ekosistem sebagai habitat koloni lebah madu.
4. Ratu lebah bagi koloni merupakan pemimpin sekaligus ibu dalam kehidupan lebah madu.
Ratu lebah sebagai pemimpin sangat menentukan kekuataan dan karakter koloni, sedangkan
sebagai ibu koloni secara genetis akan menurunkan sebagian sifat/prilaku koloni, seperti:
kerajinan, agresivitas, keaktifan bekerja, dan sifat/prilaku koloni lainnya.
5. Feromon sebagai kunci dari kekuatan kepemimpinan lebah madu. Keharmonisan,
kekompakan, dan keseimbangan koloni ditentukan oleh kekuatan dan produksi feromon yang
tercium dan dirasakan oleh seluruh atau sebagian dari anggota koloni. Feromon jika tidak
tercium dan 92 Vol. 15 No. 2 J

B. Pemberian Pakan Buatan

Nektar dan polen merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kegiatan produksi komoditas madu.
Nektar dan polen dari bunga pada system agroforestri tidak setiap musimnya tersedia. Kelangkaan nektar
dan polen dapat berakibat hijrahnya koloni lebah madu dan turunnya populasi koloni lebah madu yang
pada akhirnya menimbulkan penurunan jumlah produksi madu. Pemilihan jenis bunga untuk ketersediaan
nektar dan polen merupakan suatu usaha dalam mengatasi kelangkaan nektar dan polen di alam.
Pemilihan atau Vol. 15 No. 2 J.Ilmu Pert. Indonesia 93 penambahan jenis vegetasi pada sistem
agroforestry seperti menanam kaliandra (Calliandra callothyrsus) yang mempunyai bunga setiap
musimnya merupakan suatu alternatif mengatasi kelangkaan nektar dan polen di alam dan meningkatkan
kualitas produksi madu seperti yang dilakukan oleh masyarakat lokal.

Masyarakat lokal pada umumnya memberikan pakan buatan untuk mengatasi kelangkaan nektar dan
polen di alam menggunakan sirup gula. Sirup gula dibuat oleh masyarakat lokal dengan cara merebus
gula pasir dengan perbandingan satu kilogram gula pada setiap satu liter air selanjutnya didinginkan dan
diberikan ke koloni lebah. Pemberian pakan buatan koloni lebah madu di rekam dalam model teknologi,

1. waktu pemanenan, dan pengemasan

Masyarakat lokal mempersiapkan alat dan bahan sebelum melakukan pemanenan, persiapan dalam
pemanenan, yaitu:

a. penyemprot air, yaitu: air yang sudah dicampur madu bertujuan untuk mengurangi tingkat
agresifitas koloni
b. alat pengiris, yaitu: alat yang terbuat dari kayu atau bambu dengan tujuan menghindari
kontaminasi sifat korosif pada madu dan menghindari bahaya bagi petani yang memanen
madu;
c. Asap, yaitu: asap dari hasil dari pembakaran ranting kering dan daun basah, bertujuan
mengurangi tingkat agresifitas dan menjauhkan lebah dari stup.
d. Masyarakat lokal pada kelompok responden B melakukan teknik potong habis dalam memanen
madu dan waktu pemanenan dilakukan pada malam hari. kelompok responden A melakukan
system potong sunat dan waktu pemanenan dilakukan pada siang hari dengan tujuan
memudahkan proses pemanenan dengan teknik potong sunat.
e. Potong sunat dilakukan dengan cara mengambil 3 frame dari 7-6 frame setiap stup. Setiap
frame diambil bagian sarang yang berisi madu saja sedangkan tempat anakan lebah (brood)
dibiarkan.
f. Waktu pemanenan madu yang dilakukan oleh kelompok responden A pada usia koloni 27 hari
hal ini menurut mereka berkaitan dengan kadar air yang terkandung di dalam madu. Usia
koloni 27 hari memiliki kadar air madu berkisar 20%.
g. Kelompok responden B, pemanenan dilakukan usia koloni 21 hari yang dilakukan dengan
tujuan memperoleh jumlah madu yang lebih banyak karena belum dimakan oleh lebah, tetapi
kadar airnya berkisar 27%. Waktu pemanenan tidak dilakukan umur koloni di atas 30 hari hal
ini disebabkan madu sudah habis di makan oleh lebah dan anakan (brood), meskipun kadar air
madu pada waktu ini bisa mencapai 16%.
h. Madu yang bersifat higroskopis, yaitu: menyerap air yang ada disekitarnya menyebabkan
peningkatan kadar air pada madu, bila tidak di kemas dengan baik dan rapat. Kondisi
kelembapan di Indonesia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingginya kadar air
madu (Sri, 2006). Kelompok responden A melakukan ekstraksi madu dengan cara ditiriskan,
madu mengalir dengan sendirinya dengan disayat dan langsung dimasukkan ke dalam botol.
Kelompok responden B melakukan ekstraksi madu dengan cara diperas dengan kain
pembungkus menyebabkan madu keruh dan berbusa sehingga mudah terjadi fermentasi, hal ini
dilakukan untuk mempercepat proses ekstraksi. Setelah dilakukan ekstraksi kemudian di
masukkan ke dalam botol. Madu kemudian dijual ke konsumen setelah madu dimasukkan ke
dalam botol.
Teknik
pemanenan
madu

Ekstrasi
madu

Alat/bahan
Jumlah produksi Tingkat Tingkat
panen
madu kekeruhan madu kebersihan madu

Tingkat
permentasi
Waktu pemanenan Tingkat kualitas
madu madu
Tingkat
kadar air

Tingkat kelembapan
Madu bersipat
udara
higroskopis

2. Produksi Madu

Dalam budidaya lebah madu, biasanya menggunakan kotak, setup atau yang paling sederhana
menggunakan glodok. Chandra pun menginformasikan, budidaya lebah madu dibagi menjadi dua metode,
yaitu menetap dan berpindah atau migratori. Budidaya menetap umumnya dilakukan oleh lebah lokal,
yaitu Apis cerana dan kelulut yang masuk ke dalam kelompok lebah tidak bersengat. Sementara itu,
budidaya lebah migratori umumnya dilakukan oleh lebah eropa, yaitu Apis mellifera. Budidaya lebah
madu migratori ini, memang mengaharuskan lebah untuk mengikuti masa pembuahan dari tanaman
sebagai pakan lebah itu sendiri. Guna mendapatkan produksi madu yang maksimal, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas, maka harus mengetahui faktor penentu produksinya. Inilah yang paling penting, faktor
produksi pertama adalah sumber pakan lebah.

Anda mungkin juga menyukai