Seminar Audit
9
Ekonomi & Bisnis Akuntansi S1 Dr. Rita Yuniarti. SE., MM., AK., CA
Perusahaan jasa ialah perusahaan yang menawarkan atau memperdagangkan layanan atau
produk yang tak berwujud dan memiliki tujuan meraih keuntungan. Perusahaan jasa melakukan
kegiatan usaha sebagai berikut:
• Jasa profesi seperti dokter, peguam, akuntan, konsultan keuangan, konsultan pajak.
• Jasa travel seperti penjualan tiket perjalanan, angkutan umum.
• Layanan instalasi dan reparasi seperti reparasi ponsel, bengkel.
• Jasa pendidikan/ kursus seperti bimbingan belajar, kursus bahasa, sekolah.
• Penginapan seperti hotel, asrama, mess.
• Penyedia layanan komunikasi seperti televisi, radio, telefon.
• Jasa perawatan tubuh seperti salon, spa.
Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan barang dagang untuk dipasarkan karena produk
mereka bersifat tidak berwujud seperti perusahaan dagang atau manufaktur. Produk perusahaan
jasa berupa hasil kasa mereka.
Perusahaan dagang memperoleh produk barang persediaan dari supplier dalam bentuk bahan jadi
untuk dijual kembali pada konsumen. Perusahaan dagang kegiatannya hanya melakukan penjualan
kembali dengan tidak merubah baik bentuk dan memperoleh keuntungan dari selisih penjualan.
Perusahaan manufaktur memperoleh produk persediaan yang dibuat dari bahan mentah menjadi
bahan setengah jadi maupun barang jadi. Bisa jadi perusahaan manufaktur mengolah bahan baku
untuk perusahaan lain.
Jadi untuk perbedaan ketiga jenis perusahaan ini secara spesifik hanya pada bagian persediaan dan
pembeliannya saja. Berikut ini adalah gambaran perbedaan ketiga jenis perusahaan tersebut:
3. Perusahaan Jasa
• Tidak menjual barang atau produk tetapi menjual dalam bentuk jasa.
• Tujuannya memperoleh laba keuntungan yang ditetapkan.
• Tidak memiliki persediaan barang.
• Tidak menentukkan harga pokok barang.
• Tidak memerlukan pembuatan laporan harga pokok produksi.
Kemudian terkadang muncul pertanyaan, ketika terdapat dua jenis perusahaan dalam satu
manajemen misalnya perusahaan servis kendaraan (Bengkel) yang juga menjual sparepart
kendaraan.
Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:
1. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian (existence or
occurance) berhubungan dengan apakah aktiva atau uang entitas ada pada
tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode
tertentu. sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi
yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula,
manajemen mambuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi
menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain
(misalnya piutang) dengan pelanggan.
2. Asersi tentang kelengkapan (completeness) berhubungan dengan apakah
semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan
telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi
bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam
laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang
usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas
Tingkat materialitas kedua terjadi jika salah saji di dalam laporan keuangan dapat
mempengaruhi keputusan pemakai, tetap bpi keseluruhan laporan keuangan tersebut
tersaji dengan benar, sehingga tetap berguna. Jika auditor menyimpulkan bahwa
salah saji tersebut cukup materialtetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara
keseluruhan, pendapat yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian
(menggungakn “kecuali untuk”)
c) Jumlah sangat material atau pengaruhnya sangat meluas sehingga kewajaran lapora
keuangan secara keseluruhan diragukan.
Tingkat materialitas dikatakan tertinggi terjadi apabila para pengguna informasi
laporan keuangan dapat membuat keputusan yang salah jika mereka mengandalkan
laporan keuangan secara keseluruhan. Semakin meluas pengaruh salah saji,
kemungkinan untuk menerbitkan pendapat tidak wajar akan lebih besar daripada
pendapat wajar dengan pengecualian. Tabel mengenai tingkatan materialitas dan
hubungannya dengan jenis opini Auditor dapat di lihat dari Tabel 1.
Standar Umum Auditing ketiga berhubungan dengan dengan materialitas karena
menyangkut professional judgement seorang Auditor. Suatu pemeriksaan atau audit
harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan