Anda di halaman 1dari 5

Nama : Citra Amelya

Nim : 21119008

Kelas : Psik 3A

Nama : Citra Amelya

Nim : 21119008

Kelas : Psik 3A

ASUHAN KEPERAWATAN PEKA BUDAYA

Seorang perawat dituntut untuk memiliki kompetensi kultural sehingga memiliki kepekaan terhadap
kebutuhan budaya pasien.

a. Definisi Budaya Budaya bisa diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya
misalnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
nonmaterial. Respon masyarakat terhadap suatu peristiwa dalam kehidupan berbeda-beda bergantung
pada bagaimana kebiasaan sekelompok masyarakat tersebut dalam menangani masalah. Setiap individu
memiliki budaya baik disadari maupun tidak disadari, budaya merupakan struktur dari kehidupan.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pemikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan seharihari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditunjukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

b. Karakteristik Budaya

Dincker (1996), menyimpulkan pendapat Boyle dan Andrews (1989), yang menggambarkan empat ciri
esensial budaya yaitu :

1. dipelajari dan dipindahkan, orang yang mempelajari budaya mereka sendiri sejak lahir.

2. budaya berbagi bersama, anggota-anggota kelompok yang sama membagi budaya baik secara sadar
maupun tidak sadar, perilaku dalam kelompok merupakan bagian dari identitas budayanya.

3., budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus pada sekelompok
manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya. Adaptasi budaya pada negara maju diadopsi
sesuai dengan tehnologi yang tinggi.

4. budaya adalah proses yang selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan
kelompoknya, misalnya tentang partisipasi wanita dan sebagainya. c. Perilaku Budaya Kesehatan
Indonesia merupakan sebuah negara mempunyai berbagai suku dan daerah dimana tiap suku atau
daerah tersebut mempunyai adat kebiasaan yang berbeda-beda dalam menangani masalah
kesehatannya di masyarakat. Ada perilaku manusia, cara interaksi yang dipengaruhi kesehatan dan
penyakit yang terkait dengan budaya, diantaranya adalah perilaku keluarga dalam menghadapi
kematian.

d. Definisi Keperawatan Transkultural

Keperawatan transkultural merupakan istilah yang sering digunakan dalam crosscultural atau lintas
budaya, intercultural atau antar budaya, dan multikultural atau banyak budaya (Andrews,1999).
Tujuan dari transkultural dalam keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan
kultur. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang humanis
sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal (leininger,1978).

e. Konsep Utama Keperawatan Transkultural

1) Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara culture satu tempat dengan tempat yang lainnya.

2) Caring act dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu
secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan pada manusia sejak lahir , masa perkembangan , masa
pertumbuhan , masa pertahanan sampai dikala meninggal.

3) Caring adalah esensi dari keperawatan dan membedakan, mendominasi serta mempersatukan
tindakan keperawatan. Keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi
dengan klien, staff dan kelompok lain.

4) Identifikasi universal dan nonuniversal kultur dan perilaku caring profesional, kepercayaan dan
praktek adalah esensi untuk menemukan epistemology dan ontology sebagai dasar dari ilmu
keperawatan.

5) Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan transmisi nilai, kepercayaan norma dan
praktek kehidupan dari sebuah kelompok yang dapat terjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil
keputusan, bertindak dan berbahasa.

6) Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola
ekspresi yang mana membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu lain atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, meningkatkan kondisi kehidupan atau kematian serta keterbatasan.

7) Nilai kultur berkenaan dengan keputusan/kelayakan yang lebih tinggi atau jalan yang diinginkan untuk
bertindak atau segala sesuatu yang diketahui yang mana biasanya bertahan dengan kultur pada periode
tertentu.

8) Perbedaan kultur dalam keperawatan adalahvariasidari pengertian pola, nilai atau simbol dari
perawatan,kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan atau untuk
kematian.9) Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk dari pemahaman
terhadap pola, nilai atau simbol dari perawatanyang mana kiltur mempengaruhi kesehatan atau
memperbaiki kondisi manusia.

10) Etnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki, kepercayaan dan prakteknya lebih
tinggi untuk kultur yang lain.

11) Cultural imposition berkenaan dengan kecendrungantenaga kesehatan untuk memaksakan


kepercayaan, praktik dan nilai diatas kultur lain karena mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi
dari pada kelompok lain.

g. Definisi Keperawatan KomunitasKeperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan professional


yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
dan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan
(CHS, 1997).Asuhan keperawatan komunitas langsung dengan fokus pemenuhan kebutuhan dasar
komunitas yang terkait kebiasaan atau perilaku dan pola hidup tidak sehat sebagai akibat
ketidakmampuan masyarakat beradaptasi terhadap lingkungan internal dan eksternal.

h. Aplikasi Keperawatan Transkultural Dalam Keperawatan KomunitasContoh Kasus:

Klien nama Ny.W,30 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan petani, suku jawa,
diagnosis medis abortus. Klien hamil 12 minggu, klien sangat mengharapkan memiliki anak. Klien
mengeluh mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari. Klien dianjurkan untuk
kuratase. Klien memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan di sana. Klien
mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua. Klien masih percaya pada sihir dan halhal gaib,
mereka percaya banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa abortus merupakan perbuatan dosa.
Setelah di diagnosis abortus, klien tidak menerima dan merencanakan akan berobat ke dukun. Mereka
menganggap hal itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji. Hubungan
kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak laki-laki, pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki.
Pantangan makanan jantung pisang, gurita, dan air kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat
pohon kelapa atau pohon yang tinggi. Aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri.
Ada tabungan yang sudah di persiapkan oleh keluarga untuk persalinan ini.

1) Pengkajian

a) Faktor teknologi

Dari kasus diatas, faktor teknologinya yaitu Ny W di anjurkan untuk kuratase. Alasannya yaitu karna
merupakan salah satu pilihan Ny W dalam memecahkan masalah kesehatannya. Ny.W pergi ke dukun
menggunakan motor, berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia,tidak mengenal alat-alat teknologi
kesehatan,mempunyai pantangan menolak dilakukan transfuse, menolak tindakan kuretase karena
bertentangan dengan keyakinannya dan mengatakan hal tersebut berdosa. Ny W tidak pernah
memeriksakan kesehatan dan perkembangan kehamilannya di pelayanan kesehatan. Dan ini merupakan
kehamilan pertama dari Ny W dan umur kehamilannya 12 minggu.b) Faktor sosial dan ketertarikan
keluarga

Dari kasus diatas,klien yang bernama Ny W,berumur 30 tahun, tipe keluarganya hubungan kekerabatan
yang lebih dominan pihak laki-laki, hubungan Ny. W dengan kepala keluarga adalah suami istri, pola
pengambilan keputusan di pihak laki-laki, Ny W mendapat informasitentang kehamilan dari mertua.

c) Faktor agama dan falsafah hidupAdapun agama yang dianut Ny W adalah islam, status pernikahannya
resmi, cara pandang Ny W terhadap penyakit yaitu di sebabkan oleh sihir dan hal-hal gaib, Ny W percaya
bahwa abortus yang dideritanya itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji, dan
Ny W berobat rencananya ke dukun.d) Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidupPantangan Ny W yaitu
memakan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat pohon
kelapa atau pohon yang tinggi, alasannya yaitu jika memakan jantung pisang dapat membahayakan
tinggi kehamilannya, dan jika memakan gurita mungkin dapat menggugurkan kehamilannya karna gurita
itu licin, sedangkan air kelapa memang kehamilan usia muda tidak di perbolehkan meminum air kelapa.
Dan pada suami di larang memanjat pohon yang tinggi karena takut kehamilannya gugur karna di
ibaratkan jatuh dari pohon.

e) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

Aturan dan kebijakan disana diatur oleh pemuka agama dan para santri. Alasannya karena di sana
memang budayanya seperti itu, agamanya kental sehingga aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka
agama dan para santri.

f) Faktor ekonomi

Pekerjaan Ny W adalah petani,serta ada tabungan yang sudah dipersiapkan oleh keluarga untuk
persalinan ini. Karena ada tabungan yang telah di persiapkan oleh keluarga sehingga Ny W sudah agak
lega dan senang untuk persiapan kelahirannya.

g) Faktor pendidikanTingkat pendidikan Ny W adalah SMP. Dan karena tingkat SMP itu di negara kita di
bawah rata-rata pendidikan yang seharusnya jadi pandangan Ny W terhadap kesehatan pun tidak sama
dengan orang yang berpendidikan tinggi sehingga dia cendrung lebih memilih berobat ke dukun dari
pada ke medis.2) Analisa data dan diagnosis keperawatannyaa. Analisa data Data subyektif1. Keluarga
mengatakan Ny W sejak 3 hari lalu mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas.

2. Keluarga mengatakan bahwa Ny W di diagnosis medis abortus.

3. Keluarga mengatakan Ny W di bawa ke dukun dulu.

4. Keluarga mengatakan bahwa Ny W akan di rencanakan melahirkan di sana. Data obyektif


1. Hasil pemeriksaan medis,Ny W di diagnosis abortus.b. Diagnosa keperawatan1. Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif(vaskuler berlebih)2. Nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera (injury biologis)

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

c. Diagnosa transkultural1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur2.


Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural3. Ketidak patuhan dalam pengobatan
berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.3) Rencana keperawatana) Cultural care
preservation/maintenance1) Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W tersebut2)
Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada kepercayaan Ny W yang masih percaya pada sihir
dan hal-hal gaib.

3) Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan Ny W. Perawat bisa perlahan-lahan
untuk berkomunikasi dengan Ny W.4) Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang
dimilikinya dengan Ny W yang masih percaya kepada dukun serta sihir dan hal-hal gaib.b. Cultural care
accomodation/negotiation

1) Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh Ny W seperti bahasa sehari-harinya.

2) Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa melibatkan keluarga Ny W seperti


suami,ibunya atau mertua Ny W.

3) Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi dengan Ny W berdasarkan pengetahuan biomedis


perawat tersebut.

C. Cultural care repartening/reconstruction1) Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada


Ny W untuk memahami informasi yang telah diberikan dan melakukannya

2) Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny W melihat dirinya dari budaya kelompoknya sendiri.

3) Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu,seperti tetangga atau kerabat dekat Ny W.

4) Dan terjemahkan terminologi gejala Ny W tersebut ke dalam bahasa kesehatan yang mudah dipahami
Ny W dan orang tuanya.

5) Terakhir berikan informasi pada nyonya W tentang sistem pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai