Nim : 21119008
Kelas : Psik 3A
Resume PBDK
A. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan adalah satu kesatuan yang kompleks yang tiap bagiannya saling
berkaitan dengan bagian yang lain. Budaya dipelajari dan kemampuan mempelajari budaya
diturunkan, tetapi inti materi tidak diturunkan dan harus dipelajari oleh tiap-tiap orang dalam
keluarga dan komunitas sosialnya. Budaya juga bergantung pada matriks sosial dasar, yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, dan kebiasaan (Bohanna, 1992, dalam: Korier et.al,
2010).
Pengertian yang hampir sama disampaikan oleh Dr. Madeleine Leininger, pendiri keperawatan
transkultural, dan McFarland (2006) dalam Giger (2013), yang menyebutkan bahwa budaya adalah
nilai-nilai, kepercayaan, norma-norma, praktik gaya hidup suatu kelompok tertentu yang dipelajari
dan disebarkan sebagai acuan dalam berfikir, mengambil keputusan, dan bertindak dengan cara yang
terpola.
Leininger juga menyebutkan bahwa budaya memiliki empat karakteristik dasar, yaitu:
2) Dimiliki bersama oleh semua anggota dalam kelompok budaya yang sama,
3) Dipengaruhi kondisi tertentu yang berhubungan dengan faktor lingkungan dan teknis serta
ketersediaan sumber-sumber, serta
Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai norma spesifik yang tidak dimiliki kelompok
lain, seperti bahasa. Sedangkan kultur yang universal adalah nilai atau norma yang diyakini dan
dilakukan hampir oleh semua kultur, seperti budaya olahraga membuat badan sehat dan bugar.
Dalam melaksanakan praktik keperawatan yang bersifat humanis, perawat perlu memahami landasan
teori dan praktik keperawatan yang berdasarkan budaya (Kozzier dan Erb, 2010).Budaya memiliki dua
komponen, yaitu nyata (mudah dilihat) dan tersembunyi (kurang terlihat). Diantara dua komponen
budaya tersebut, yang paling sering menjadi penggerak terbesar di balik praktik nyata seseorang
adalah sistem nilai kepercayaan tersembunyi.
Di dalam konsep budaya yang berhubungan dengan praktik keperawatan, terdapat beberapa definisi
istilah yang penting diketahui oleh perawat, yaitu:
1) Subkultur
Kelompok budaya yang besar seringkali terdiri dari beberapa kelompok subkultur atau subsistem.
Subkultur biasanya tersusun dari sekelompok orang atau komunitas dengan karakteristik tertentu
yang masih bertali dengan budaya kelompok besar.
2) Ras
Ras merupakan klasifikasi masyarakat berdasarkan kesamaan karakteristik biologis, penanda genetik,
atau ciri-ciri yang menonjol.
3) Etnik
Etnik menunjuk kepada pembagian identitas yang berhubungan dengan warisan budaya dan sosial,
seperti nilai-nilai, bahasa, area geografik, dan karakteristik ras. Anggota suatu kelompok etnik
mempunyai identitas umum.
4) Enkulturasi
Enkulturisasi merupakan proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikap individu
dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
5) Akulturasi
Proses adaptasi dan adopsi budaya baru disebut sebagai akulturasi (Baron, et al., 2004; Cowan dan
Norman, 2006 dalam Perry dan Potter, 2010). Proses involuntar dari akulturasi terjadi saat individu
menyesuaikan diri dan atau mengambil ciri dari budaya lainnya. Anggota kelompok budaya nondominan
seringkali dipaksa untuk mempelajari budaya baru agar dapat bertahan hidup (Danieds, et al., 2010).
6) Asimilasi
Asimilasi adalah proses saat individu secara bertahap mengambil dan menggabungkan karakteristik
budaya dominan (Purnell dan Paulanka, 2003 dalam Potter dan Perry, 2010). Asimilasi juga dapat
diartikan sebagai suatu proses dimana individu mengembangkan suatu budaya baru untuk menjadi
anggota dari kelompok budaya dominan.
7) Bikulturalisme
Bikulturalisme kadang disebut juga multikulturalisme terjadi saat individu dikenal mempunyai dua
budaya atau lebih (Purnell dan Paulanka, 1998 dalam Perry dan Potter, 2010). Bikulturalisme digunakan
untuk menggambarkan seseorang yang memiliki dua pola identifikasi dan melintasi dua budaya, gaya
hidup, serta sekelompok nilai (Spector, 2004 dalam Danieds, et al., 2010).
8) Penolakan Budaya
Penolakan budaya terjadi saat individu menolak budaya baru karena pengalaman negatif dengan budaya
baru atau budaya berbeda (Leininger dan Mc Farland, 2002 dalam Perry dan Potter, 2010).
9) Stereotipe
Stereotipe adalah menganggap bahwa seluruh anggota dari suatu budaya atau kelompok etnik adalah
sama.
10) Etnosentrisme
Budaya menyediakan konteks dari nilai-nilai, evaluasi, dan kategori pengalaman hidup.
Syok budaya adalah gangguan yang terjadi sebagai respon terhadap transisi dari satu situasi budaya ke
situasi budaya lainnya. Kejadian ini bisa terjadi saat seseorang berpindah dari suatu lokasi geografis
tertentu ke tempat lainnya atau ketika seseorang masuk ke suatu negara baru.
1) Pengaruh tradisi
2) Sikap fatalistis
3) Sikap ethnosentris
5) Pengaruh norma
6) Pengaruh Nilai
7) Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku
kesehatan.
Pelayanan kompeten secara budaya adalah kemampuan perawat menghilangkan perbedaan dalam
pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang berbeda, serta membuat klien dan keluarganya mencapai
pelayanan yang penuh arti dan suportif. Pelayanan kompeten secara budaya membutuhkan
pengetahuan khusus, keterampilan, dan sikap dalam menyampaikan bentuk pelayanan yang sama
secara budaya (Perry l dan Potter, 2010).
Level ini sama dengan fase pengkajian dan diagnosa dari proses keperawatan. Pengetahuan tentang
budaya dilakukan sebelum mengidentifikasi hal-hal yang spesifik dari klien yang difokuskan pada proses
keperawatan. Pertama kali mengumpulkan informasi dan pemahaman pasien mengenai struktur sosial
dan pandangan dunia. Informasi lain yang dibutuhkan yaitu bahasa dan lingkungan klien teknologi,
agama, filosopi, kekeluargaan, struktur sosial,nilai-nilai budaya dan keyakinan, holistik, sistem hukum,
ekonomi dan pendidikan (Leininger, 1991).
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah
atau dikurangi melalui intervensi keperawatan (Giger and Davidhizar, ). Terdapat tiga diagnose
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan
disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural adalah suatu proses keperawatan yang
tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan
adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,) yaitu:
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan.Mengakomodasikan budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klienbertentangan dengan kesehatan.
c.Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
biomedis, pandangan klien dan standar etik
a.Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya;
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien
dan orang tua,
4) Tahap Evaluasi
Alasan mengapa aspek budaya sangat berpengaruh dalam praktek keperawatan medikal bedah terkait
dengan metaparadigma keperawatan yang merupakan inti dari keperawatan:
a) Manusia
b) kesehatan
c) Lingkungan
d) Keperawatan
Asuhan budaya akan diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan profesional yaitu:
1) Peka-budaya menyiratkan bahwa perawat memiliki beberapa pengetahuan dasar dan sikap
konstruktif terhadap tradisi kesehatan yang terobservasi di antara kelompok budaya yang berbeda yang
ditemukan di tatanan tempat praktik mereka.
2) Tepat-budaya menyiratkan bahwa perawat menerapkan latar belakang pengetahuan dasar yang
harus dimiliki guna memberikan layanan kesehatan terbaik kepada klien tertentu.
3) kompeten secara budaya menyiratkan bahwa perawat memahami dan memberikan perhatian
terhadap konteks total situasi klien dan menggunakan kombinasi kompleks pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam pemberian asuhan.