Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar

seseorang dengan orang lain. Bisa dikatakan hukum perdata mengatur antar

satu individu dengan individu lain atau disebut dengan hukum privat. Tidak

ada campur tangan pemerintah di dalam penyelesaian hukumnya. Berbeda

dengan hukum pidana, yang mana yang terlibat didalam hukum  adalah si

pelaku (subyek hukum) dengan penyidik yang telah dibentuk oleh pemerintah.

Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dibagi ke dalam 4

bagian, yaitu: (1) Hukum Perorangan (Pribadi); (2) Hukum Keluarga; (3)

Hukum Harta Kekakyaan(benda); dan (4) Hukum Waris.

Di dalam makalah ini kita akan membahas tentang salah satu bagian

dari hukum perdata yaitu  Hukum Perorangan (Pribadi). Yang pertama akan

dibahas oleh penyusun ialah, pengertian Hukum Perorangan. Kemudian

penyusun akan membahas subyek hukum dan tempat tinggal atau domisili.

Dan terakhir yang akan dibahas adalah catatan sipil.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah pada

makalah ini, yaitu :

1. Bagaimana pembahasan mengenai orang sebagai subjek hukum?

2. Bagaimana penjelasan mengenai badan hukum?

3. Bagaimana penjelasan mengenai tempat tinggal?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan pada makalah ini, yaitu :

1. Untuk Memahami orang sebagai subjek hukum

2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai badan hukum

3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai tempat tinggal

D. Manfaat Penulisan

Didudunnya makalah ini agar pembaca umumnya dapat menambah

wawasannya mengenai orang sebagai subjek hukum, badan hukum, klasifikasi

dan syarat pendirian badan hukum, tempat tinggal. Dan penulis khususnya

lebih memahami wawasannya mengenai bab ini.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Orang Subjek Hukum

1. Subjek Hukum

Istilah subyek hukum yang berasal dari terjemahan bahasa Belanda

rechtsubject atau law of subject (inggris).Secara umum rechtsubject diartikan

sebagai pendukung hak dan kewajiban yaitu manusia dan badan hukum.

Subyek hukum mempunyai dua kategori, Yaitu subyek hukum dan Badan

hokum.

Natuurilijke person  yang di sebut orang dalam bentuk manusia atau

manusia pribadi. Manusia menurut pengertian hukum terdiri dari tiga

pengertian:

a. Mens, yaitu manusia dalam pengertian biologis yang mempunyai anggota

tubuh,kepala, tangan, kaki dan sebagainya.

b. Persoon, yaitu manusia dalam pengertian yuridis,baik sebagi

individu/pribadi maupun sebagai makhluk yang melakukan hubungan

Hukum dalam masyarakat.

c. Rehts Subject (Subjek Hukum).yaitu manusia dalam hubungan dengan

hubungan hukum (rechts relatie), maka manusia sebagai pendukung hak dan

kewajiban.

Badan hukum adalah dalam arti yuridis, sebagai gejala dalam hidup

bermasyarakat, sebagai badan ciptaan manusia berdasarkan hukum,

mempunyai hak dan kewajiban seperti manusia pribadi. Secara prinsipil badan

hukum berbeda dengan manusia pribadi , perbedaannya :


a. Manusia pribadi adalah makhluk ciptaan Tuhan, mempunyai akal, perasaan,

kehendak, dan dapat mati. Sedangkan badan hukum adalah badan ciptaan

manusia pribadi berdasarkan hukum, dapat dibubarkan oleh pembentuknya.

b. Manusia pribadi mempunyai kelamin, sehingga ia dapat kawin, dapat

beranak. Sedangkan badan hukum tidak.

c. Manusia pribadi dapat menjadi ahli waris, sedangkan badan hukum tidak

dapat.

2. Pengakuan sebagai Subjek Hukum

Pada azasnya manusia(naturlijk persoon) merupakan subjek hukum

(pendukung hak dan kewajiban )sejak lahirnya sampai meninggal. Bahkan

pasal 2 KUH Perdata mengatakan:

“ Anak ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap telah dilahirkan

(menjadi subjek hukum) bila mana kepentingan sianak menghendakinya misal

mengenai pewarisan dan jika sianak mati sewaktu dilahirkan dianggap

sebagai tidak pernah ada.”

Manusia pribadi atau Natuurlijke person sebagai subjek hukum

mempunyai hak dan kewajiban menjalankan hak dan mampu menjalankan

haknya dijamin oleh hukum yang berlaku. Manusia sebagai subjek hukum itu

diatur secara luas pada buku I tentang orang (van personen) KUHPdt, undang-

undang kewarganegaraan , undang-undang orang asing dan beberapa

perundang-undangan lainnya.

Menurut hukum modern, seperti hukum yang berlaku sekarang di

Indonesia, setiap manusia diakui sebagai manusia pribadi.Artinnya diakui

sebagai orang atau person.Karena itu setiap manusia diakui sebagai subjek

hukum (rechspersonlijkheid) yaitu pendukung hak dan kewajiban.


Setiap manusia dengan memiliki hak dan kewajiban itu dapat bertindak

sendiri untuk kepentingan-kepentingannya dan berkedudukan sebagai orang

asli (Natuurlijke person).Dengan demikian setiap pribadi sebagai pemilik hak

dan kewajiban dapat bertingkah laku seperti yang dikehendaki tetapi

mempunyai akibat hukum.Walaupun dapat berbuat sekehendak yang

diinginkan dengan kewajiban menanggung akibat hukum  namun tidak semua

orang dapat diktakan sebagai orang yang cakap hukum untuk melakukan

perbuatan hukum (rechtsbekwaamheid). Orang-orang yang menurut Undang-

Undang dinyatakan “tidak cakap” untuk melakukan perbuatan hukum:

a. Orang-orang yang belum desa yaitu orang yang belum mencpai umjur 18

tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan (pasal 1330 BW jo.

Pasal 47 Undang-Undang No.1 Tahun 1974).;

b. Orang yang telah dewasa (berumur 21 tahun ke atas) tetapi berada di bawah

pengawasan atau pengampuan (Curatele) ; dengan alasan :

1) Kurang atau tidak sehat ingatannya (orang-orang yang terganggu

jiwannya);

2) Pemboros; dan

3) Kurang cerdas pikirannya dan segala sebab lainnya yang pada dasarnnya

menyebabkan yang bersangkutan tidak mampu untuk mengurus segala

kepentingan sendiri (Pasal 1330 BW jo. Pasal 433 BW).[5]

Tujuan dinyatakannya orangorang tersebut tidak mampu melakukan

perbuatan hukum ialah untuk melindungi mereka dari segala macam tipu daya

dalam hidup bermasyarakat yang mungkin akan merugikan mereka atas

perbuatan mereka sendiri.


Pada pasal 2 KUHPdt menegaskan bahwa anak yang ada dalam

kandungan seorang perempuan, dianggap sbagai telah dilahirkan bila

kepentingan si anak menghendakinnya, dan apabila si anak itu mati sewaktu

dilahirkan, dianggap ia tidak pernah ada.

Secara riil menurut KUHPdt manusia sebagai subjek hukum berlaku

sejak ia lahir dan berakhir dengan kematian , sehingga dikatakn bahwa selam

manusia hidup,maka ia menjadi manusia pribadi.  Pengecualian diadakan oleh

pasal 2 KUHPdt, yaitu:

a. Anak yang dalam kandungan dianggap telah lahir apabila kepentingan anak

menghendaki.

b. Apabila anak meninggal pada saat dilahirkan atau sebelumnya maka

dianggap tidak pernah ada.

Adanya pasal 2 KUHPer mengatur secara fiksi terhadap anak dalam

kandungan dianggap ada apabila kepentingan anak itu menghendaki,

umpamanya apabila ada seorang yang mewariskan harta atau meninggalkan

harta kepada si anak ang akan lahir itu, tetapi apabila anak itu tidak mempunyai

kepentingan dianggap secara riil tidak ada, seperti contohnnya seorang ibu

sedang hamil pergi menonton bioskop atau naik bus tidaklah diminta untuk

mebayar dua karci, karena kepentingan anak tidak ada terhadap tontonan atau

bus itu.

B. Badan Hukum sebagai Subyek Hukum

1. Klasifikasi Badan Hukum

Ada beberapa pandangan pendapat dan teori mengenai badan hukum,

yaitu:
a. Teori fisik yang diajarkan oleh Fiedrich Carl von Savigny, C.W dan diikuti

juga oleh Houwig, Opzomer (belanda) dan Salmond. Menurut teori ini

badan hukum itu semata-ata buatan negara saja. Badan hukum itu hanyalah

fictie, yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang yang

menghidupkannya dalam bayangan sebagai subjek hukum yang dapat

melakukan perbuatan hukum seperti manusia. Contohnya: Direktur atau

pengurus dlam suatu perseroan terbatas atau koperasi.

b. Teori Harta kekayaan Bertujuan (Doel vermogenstheorie) ini dianut oleh

Brinz dan Van Heijden dari Belanda. Menurut teori ini hanya manusia saja

yang dapat menjadi subjek hukum dan badan hukum untuk melayani

kepentingan tertentu. Namun, kata teori ini, ada kekayaan yang bukan

merupakan kekayaan sesorang, tetapi kenyataan itu terikat pada tujuan

tertentu. Kekayaan yang tidak ada yang mempunyainya dan terikat pada

tujuan tertentu. Misalnnya: Yayasan, Badan usaha milik negara, Badan

Usaha milik daerah.

c. Teori organ (Organnen Theory) dari Otto’van gierke inin dianut oleh

Otto’van Gierke dan Z.E Polano. Menurut teori ini badan hukum bukNLh

sesuatu yang fiksi tetapi merupakan makhluk yang sungguh-sungguh ada

secara abstrak dari konstruksi yuridis. Misalnya: pada koperasi memilik alat

perlengkapan organisasi seperti RUPS, Pengurus dan lain-lain.

d. Teori Harta Karena Jabatan atau van het ambtelijk vermogen yang diajarkan

oleh holder dan binder. Menurut  teori ini badan hukum ialah suatu badan

yang mempunyai harta benda yang berdiri sendiri. Yang dimilik oleh badan

itu tetapi oleh pengurusnya dan karena jabatannya ia diserahkan tugas untuk

mengurus harta tersebut.


e. Teori Milik Bersama (Propriete Collectief Theory) yang diajarkan dan

dianut oleh W.L P.A Molengraaf dan Marcel Planiol. Teori ini mengajarkan

bahwa badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban seluruh

anggota. Kekayaan badan hukum adalah kepunyaan bersama-sama seluruh

anggotanya. Jadi orang-orang yang berhimpun tersebut menjadi satu

kesatuan dan membentuk pribadi yang dinmakan badan hukum.

Badan hukum adalah subjek hukum ciptaaan manusia berdasar pada

Undang-Undang, diberi status sebagai pendukung hak dan kewajiban, seperti

manusia. Menurut ketentuan Undang-Undang, eksistensi badan hukum di

Indonesia di klasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah (penguasa negara)

Untuk kepentingan negara dalam menjalankan pemerintah.

b. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah (penguasa negara)

Umumnya bertujuan memperolehkeuntungan atau kesejahteraan

masyarakat melalui kegiatan usaha tertentu , seperti persoalan terbatas dan

koprasi.

c. Badan hukum yang diperolehkan atau untuk suatu tujuan tertentu yang

bersifat ideal

Badan hukum tertentu, seperti yayasan pendidikan, yayasan sosial,

yayasan keagamaan,  dan yayasan kemanusiaan (Pasal 1653 KUHpdt)

Badan hukum yang diakui oleh pemerintah adalah badan hukum yang

dibentuk oleh pihak swasta atau pribadi warga negara untuk kepentingan

pribadi pembentuknya sendiri.akan tetapi, badan hukum tersebut mendapat


pengakuan dari pemerintah menurut Undang-Undang. Pengakuan itu diberikan

oleh pemerintah karena isi anggaran dasarnya tidak dilarang Undang-undang,

tidak bertentangan dengan kesusilaan masyarakat, dan badan hukum itu tidak

akan melanggar Undang-Undang. Pengakuan itu diberikan oleh pemerintah

melalui pengesahananggaran dasarnya.

  Badan hukum yang diperbolehkan adalah badan hukum yang tidak

dibentuk oleh pemerintah dan tidak pula memerlukan pengakuan dari

pemerintah menurut Undang-Undang, tetapi diperbolehkan karena tujuannya

yang bersifat ideal di bidang pendidikan, sosial, keagamaan, ilmu pengetahuan,

kebudayaan, dan kemanusiaan.badan hukum ini selalu berupa yayasan. Untuk

mengetahui apakah anggaran dasar badan hukum itu tidak dilarang Undang-

Undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum,atau kesusilaan

masyarakat,akta pendirian yang memuat anggaran dasar harus dibuat di muka

notaris karena notaris adalah pejabat umum resmi yang diberi wewenang

membantu membuatkan akta autentik berdasarkan pada ketentuan undang-

undang.

            Ditinjau dari wewenang hukum yang diberikan kepada badan hukum,

maka badaan hukum dapat pula diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Badan hukum publik (kenegaraan)

Yaitu badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah dan diberi wewenang

menurut hukum publik, misalnya, departemen pemerintahan lembaga-lembaga

negaraa, dan daerah otonom.

b. Badan hukum privat (perdata)


Yaitu badan hukum yang di bentuk oleh pemerintah atau swasta diberi

wewenang menurut hukum perdata.

            Badan hukum perdata mempunyai beragam tujuan keperdataan.

Ditinjau dari tujuan keperdataan yang hendak dicapai oleh badan hukum

tersebut, badan hukum perdata dapat diklasifikasikan lagi menjadi tiga jenis,

yaitu:

a. Badan hukum yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba

(profit) terdiri atas perseroan terbatas (PT), perusahaan perseroan (persero),

dan perusahaan umum (perum).

b. Badan hukum yang bertujuan untuk memenuhi kesejahteraan anggota dan

masyarakat, taitu koperasi

c. Badan hukum yang bertujuan ideal dibidang pendidikan, sosial, leagamaan,

ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan kemanusiaan. Badan hukum ini berupa

yayasan, organisasi keagamaan, dan wakaf.

Menurut undang-undang yang berlaku di Indonesia kini, ada beberapa

jenis badan hukum, sesuai dengan tujuannya masing-masing.Setiap[ jenis

badan hukum diatur dengan undang-undang tersendiri. Jenis badan hukum

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Badan hukum koprasi diatur dalaam Undang-Undang Nomer 25 Tahun

1992

b. Badan hukum perseroan diatur dalam Undang-Undang Nomer 40 Tahun

2007 menggantikan Undang-Undang Nomer1 Tahun 1995.

c. Badan hukum yayasan diatur dalam Undang-Undang Nomer 16 tahun 2001

menggantikan Undang-Undang yayasan sisa kolonial Belanda.


d. Badan hukum perusahaan milik nnegara diatur dalam Undang-Undang

nomer 19 Tahun 2003.

Dengan berlakunya undang –undang Republik indonesia yang

mengatur yang mengatur tentang jenis-jenis badan hukum, maka ketentuan

lama yang mengatur tentang badan hukium praktis tidak berlaku lagi.sebagai

gantinya adalah semua undang-undang Republik Indonesia yang mengatur

setiap jenis badan hukum. Sebagai subjek hukum, badan  hukum dapat

mengadakan hubungan hukum dengan pihak lain dan melakukan perbuatan

hukum perjanjian apa saja sesuai dengan ketentuan undang-undang. Badan

hukum memiliki kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan pengurus dan

anggotanya guna memenuhi segala kewajiban dan memperoleh haknya dalam

mencapai tujuan badan hukum.

Dalam melaksanakan kewajiban dan memperoleh haknya, badan

hukum diwakili oleh pengurusnya sebagaimana ditentukan dalam anggaran

dasar. Pengurus bertindak mewakili badan hukum atas nama dan untuk

kepentingan badan hukum. Semua pengeluaran dan penerimaan dicatat dalam

pembukuan badan hukum sesuaidengan ketentuan undang-undang yang

berlaku.

2.    Pendirian Badan Hukum

Dalam KUHPdt tidak ada ketententuan yang mengatur syarat-syarat

materiel pendiri badan huku, kecuali syarat formal, yaitu harus dengan akta

pendirian yang dibuat  di muka notaris. Akta pendirian tersebut memuat

anggaran dasar badan hukum yang didirikan itu sesuai dengan hasil

kesepakatan para pendiri.Dengan berlakunya undang-undang Republik

Indonesia yang mengatur tentang masing-masing jenis badan hukumdi


Indonesia kini, maka praktis ketentuan mengenai badan hukum yang dimuat

dalam KUHPdt tidak berlaku lagi.Sebagai gantinya harus dibaca ketentuan

undang-undang yang mengatur masing-masing jenis badan hukum yang

bersangkutan.

a. Syarat-syarat pembentukan badan hukum

Menurut Prof. Meyers (1948) doktrin ilmu hukum menetapkan syara-

syarat sebagai berikut :

1) Ada harta kekayaan sendiri.

Badan hukum itu memiliki harta kekayaan sendiri terpisah dengan harta

kekayaan anggotanya, pendiri, atau pengurusnya.Harta kekayaan ini diperoleh

dari pemasukan para anggotanya.Harta kekayaan ini diperlukan sebagai alat

untuk mencapai tujuan tertentu dalam hubungan hukum.

2) Ada tujuan tertentu.

Tujuan tertentu itu bukan tujuan pribadi anggotanya atau

pendirinya.Badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban melakukan

sendiri usaha mencapai tujuannya.

3) Ada kepentingan sendiri.

Kepentingan adalah hak subjektif yang timbul dari peristiwa hukum,

yang dilindungi oleh hukum.Badan hukum yang mempunyai kepentingan

sendiri dapat menuntut dan mempertahankan kepentingannya itu terhadap

pihak ketiga dalam pergaulan hukum.

4) Ada organisasi yang teratur.


Badan hukum adalah satu kesatuan organisasi bentukan manusia

berdasarkan hukum, yang hanya dapat melakukan perbuatan hukum melalui

alat perlengkapannya.Alat perlengkapan tersebut merupakan pengurus badan

hukum yang mempunyai fungsi dan tugas yang diatur dalam anggaran dasar.

Menurut Prof. Meyers, apabila keempat syarat diatas terpenuhi, maka

badan huku tersebut dapat disahkan dan diakui sebagai badan hukum. Empat

syarat diatas merupakan syarat materiil, sedangkan syarat formal

adalahpembuatan akta Notaris atau pembuatan undang-undang yang

melahirkan badan hukum itu.

2. Prosedur pembentukan badan Hukum

Pembentukan badan hukum dapat dilakukan dengan perjanjian dan

dapat pula dilakukan dengan undang-undang.Pada badan hukum yang

dilakukan dengan perjanjian, status badan hukum itu diakui oleh pemerintah

melalui pengesahan anggaran dasar yang termuat dalam akta

pendirian.Anggaran dasar itu adalah kesepakatan yang dibuat oleh para

pendirinya.Pada badan hukum yang dibentuk dengan undang-undang, status

badan hukum itu ditetapkan oleh undang-undang.

a. Prosedur pembentukan Perseroan Terbatas

Diatur dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD), yaitu:

1) Para pendiri mengadakan kesepakatan

2) Yang disusun dalam anggaran dasar

3) Anggaran dasar dimuat dalam akta pendirian yang dibuat oleh notaris

( pasal 38 ayat 1 KUHD)


4) Akta pendirian disahkan oleh Menteri Kehakiman R.I ( pasal 27 ayat 1

KUHD)

5) Setelah disahkan kemudian didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan

Negeri

6) Kemudian diumumkan dalam berita negara.

b. Prosedur Persekutuan Komanditer ( C.V)

Persekutuan Komanditer adalah persekutuan yang dapat berbadan

hukum dan dapat pula tidak berbadan hukum. Menurut Stb. 1870-64 cara

memperoleh status hukum dengan : Pengakuan oleh menteri kehakiman,

pengakuan tersebut diberikan melalui, pengesahan akat pendirian, yang dibuat

oleh notaris. Setelah disahkan kemudian didaftarkan pada kepaniteraan

Pengadilan Negeri, Kemudian diumumkan dalam berita negara.

c. Pembentukan Koperasi

Diatur dalam UUD No.1 tahun 1967 tentang pokok-pokok

perkoperasian. Prosedurnya,

1) Para pendiri mengadakan kesepakatan, yang disusun dalam anggaran

dasar, 

2) Anggaran dasar dimuat dalam akta pendirian.

3) Akta pendirian ini disampaikan kepada pejabat koperasi untuk

memperoleh pengesahan pejabat atas nama Menteri Koperasi.

4) Kemudian didaftarkan

5) Tanggal pendaftaran akta pendirian itu berlaku sebagai tanggal resmi

berdiri koperasi sebagai badan hukum.

6) Pejabat mengumumkan koperasi itu di Berita Negara.

d. Pembentukan Yayasan.
Mengenai yayasan ini tidak mendapat pengaturan dalam undang-

undang.Tapi Yurisprudensi dan kebiasaan di Indonesia.Yayasan didirikan oleh

pendirinya dengan menyusun anggaran dasar yang dimuat dalam akta

pendirian dan dibuat dimuka Notaris.Status hukum diperoleh sejak didirikan

akta notaris itu.

Disamping syarat formal berupa akta notaris, ada pula syarat materiil yaitu :

a. Harus ada pemisah kekayaan harta yayasan dengan pribadi pengurus.

b. Harus ada tujuan tertentu yang bersifat ideal.

c. Harus ada kepentingan yayasan.

d. Harus ada organisasi yang dipimpin oleh pengurus yayasan.

C. Tempat Tinggal

1. Konsep Tempat Tinggal

Walaupun dalam KUHPdt sudah dirumuskan ketentuan tentang tempat

tinggal, ternyata masih sulit untuk dipahami secara definisi.Kesulitan itu

disebabkan oleh tempat tinggal yang dikaitkan dengan pekerjaan, perpindahan,

perjalanan, perkawinan, dan belum dewasa dari orang yang

berkepeentingan.Namun, menurut KUHPdt, setiap orang dianggap mempunyai

tempat tinggalo yang disebutrumah sebagai tempat kediamannya.Dalamhal

tidak ada tempat kediaman, tempat tinggal yang wajar dianggap sebagai tempat

kediaman (Pasal 17 KUHPdt).

Tempat tinggal atau domisili adalaah tempat dimana seseorang

berkediaman atau berkedudukan serta terikat dengan hak dan kewajiban

hukum.Tempat tinggal selain berada dalam wilayah/daerah tertentu atau dapat

pula berupa rumah kantor yang berada dalam wilayah/daerah tertentu. Apabila
tempat tinggal manusia disebut kediaman, tempat tinggal manusia atau tempat

kedudukan badan hukum sering juga disebut alamat atau kantor.

Tempat tinggal dapat juga dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Tempat tinggal yuridis

Adalah tempat dimana seseorang terdaftar sebagai penduduk sah disuatu desa,

kecamatan, kabupaten/kota, atau provinsi dalam wilayah negara tertentu, yang

dibuktikan dengan satu kartu tanda penduduk (KTP) yang menyatakan terikat

dengan hak dan kewajiban yang sah.

b. Tempat tinggal sesusngguhnya

Adalah tempat dimana seseorang biasa berada secara fisik menurut kenyataan

yang tidak terikat dengan suatu tanda bukti yang sah karena tidak bersifat

menetap.

c. Tempat tinggal pilihan

Adalah tempat tinggal yang setujui/disepakati pihak-pihak dalam suatu

perjanjian/kontrak guna memudahkan penyelesaian hak dan kewajiban hukum

dalam hal terjadi sengketa dalam pelaksanaannya.

2. Hak dan Kewajiban Hukum

Tempat tinggal menentukan hak dan kewajiban orang bersangkutan

menurut  hukum. Hak dan kewajiban tersebut dapat timbul dalam bidang

hukum publik, misalnya:

a. Hak mengikuti pemilihan umum, hak suara hanya dapat diberikan di TPS

dimana yang bersangkutan tinggal dan beralamat.


b. Kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan hanya dapat dipenuhi

ditempat mana yang bersangkutan tinggal atau beralamat.

c. Kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor hanya dapat dipenuhi

dimana yang bersangkutan tinggal atau beralamat karena kendaraan

bermotor didaftarkan mengikuti alamat pemiliknya.

Selain dari hak dan kewajiban dalam bidang hukum publik, ada pula

hak dan kewajiban dalam bidang hukum perdata, misalnya:

a. Jika dalam perjanjian tidak ditentukan tempat pembayaran, debitor wajib

membayar ditempat tinggal kreditor (pasal 1393 ayat (2) KUHPdt).

b. Debitor wajib membayar wesel atau cek kepada pemegangnya (kreditor)

ditempat tinggal atau alamat debitor (pasal 137  Indonesia). Ini berarti

kreditor (pemegang wesel atau cek) harus datang ke kantor debitor

(bank)untuk memperoleh pembayaran.

c. Debitor berhak menerima dari kredot (bank) di kantor kreditor (bank)

dengan juga kewajiban membayar kredit dilakukan di kantor kreditor

(bank).

3. Status Hukum

Status hukum sesorang juga menentukan tempat tinggalnya sehingga

akan menentukan pula hak dan kewajibannya menurut hukum. Status hukum

seseorang dibuktikan dengan kartu tanda penduduk (KTP) yang sah sebagai

penduduk desa atau kelurahan tempat tinggalnya. Tempat tinggal seorang istri

mengikuti suaminya apabila suami istri adalah negara dari negara yang sama.

Hak dan kewajiban hukum istri terikat pada tempat kediaman suaminya. Jika

suami dan istri terikat dengan tempat tinggal di negara masing-masing, kecuali

jika undang-undang menentukan lain.


Jika suami dan istri warga negara dari negara yang sama, tetapi

bertempat tinggal di rumah kediaman yang berlainan, hak dan kewaajiban

hukum ditentukan oleh tempat tinggal dimana masing-masing suami dan istri

yang bersangkutan itu terdaftar sebagai penduduk yang dibuktikan dengan

kartu tanda penduduk (KTP) yang sah. Tempat tinggal anak dibawah umur

(belum dewasa) ditentukan tempat tinggal orang tuanya.Dengan demikian, hak

dan kewajiban hukum anak ditentukan oleh hak dan kewajiban hukum orang

tuanya.Jika suami dan istri bertempat tinggal di rumah yang berbeda alamatnya

yang masing-masing dibuktikan dengan KTP yang sah, anak atas persetujuan

orangf tuanya boleh memilih salah satu diantara tempat tinggal orang tuanya.

4. Jenis Tempat Tinggal

Ditinjau dari terjadinya pristiwa huku, tempat tinggal digolongkan

menjadi empat jenis, yaitu:

a. Tempat tinggal yuridis

Tempat tinggal yuridis terjadi karena pristiwa hukum, seperti kelahiran,

perpindahan, ataaupun mutasi. Tempat tinggal yuridis di buktikan dengan KTP

atau nukti-bukti lain, seperti paspor. Apabila pristiwa hukum itu pembentukan

badan hukum, tempat kedudukan di buktikan dengan akta pendirian (anggaran

dasar) yang dibuat di muka notaris.Tempat tinggal yuridis adalah tempat

tinggal utama.

b. Tempat tinggal nyata

Tempat tinggal nyata terjadi karena pristiwa hukum kehadiran (berada)

suatu tempat sesungguhnya.Tempat tinggal nyata dibuktikan dengan selalu

hadir atauada ditempat itu.Tempat tinggalnyata sifatnya sementara karena ada


perbuaqtan atau keperluan tertentu yang tidak terus menerus untuk jangka

waktu lama.Misalnya, seorang dosen memiliki KTP Jakarta melaksanakan

penelitian selama dua minggu di Kota Menggala, Kabupaten Tulangbawang

sehingga dia bertempat tinggal diMenggala.

c. Tempat tinggal pilihan

Tempat tinggal pilihan terjadi karena pristiwa hukum perbuatan

perjanjian dan tempat tinggal itu dipilih oleh pihak-pihak yang membuat

perjanjian itu.Tempat tinggal itu dibuktikan dengan akta autentik yang dibuat

dimuka notaris. Tempat tinggal yang dipilih adalah kantor pengadilan negeri

berwenang, misalnya, Pengadilan Negeri Kelas I Tanjungkarang.

d. Tempat tinggal ikutan

Tempat tinggal ikutan (tergantung) terjadi karena peristiwa hukum yang

menciptakan keadaan status hukum seseorang yang ditentukan undang-undang,

misalnya:

1) Perkawiinan

Tempat tinggal istri sama dengan tempat tinggal suami (Pasal 32 Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974)

2) Kelahiran

Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tuanya (Pasal 47 Undang-

Undang Nomer 1 Tahun1974)

3) Pengampuan
Tempat tinggal orang dibawah pengampuan mengikuti tempat tinggal

pengampu atau walinya (Pasal 50 Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974)

Pembuktian melalui akta perkawinan, kartu keluarga/ KTP orang tua

dan putusan pengadilan tentang penunjukan wali pengampu.kelangsungan

tempat tinggalikutan ini berhenti atau dapat dihentikan apabila status hukum

yang bersangkutan berubah.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, adapun yang dapat kami simpulkan

yaitu sebagai berikut :

1. Hukum Perorangan ialah peraturan manusia sebagai subjek hukum,

peraturan-peraturan prihal kecakapan untuk memiliki hak dan kewajiban

untuk bertindak.Hukum perorangan ini mengatur tentang keperibadian

sesorang, domisili atau tempat tinggal, catatan sipil dan lain sebagainya.

2. Subyek hukum ialah pelaku yang mempunyai hak dan kewajiban. Subyek

hukum terdiri atas dua, yaitu: (1)Manusia pribadi, yaitu orang yang

mempunyai hak dan kewajiban dan mampu menjalankan haka dan

kewajiban itu dan dijamin oleh hukum yag berlaku (2) Badan hukum yaitu

kumpulan manusia atau mungkin pula kumpulan dari badan hukum yang

pengaturannya sesuai dengan hukum yang berlaku.

3. Tempat tinggal atau domisili ialah tempat seseorang melakukan perbuatan

hukum.Tempat tinggal sangat penting bagi manusia karena dalam hal

pemenuhan hak dan kewajiban, penentuan status hukum seorang dalam lalu

lintas hukum, dan berurusan dengan keadilan.

B. Saran

Adapun saran yang bisa kami sampaikan selaku penulis pada makalah

ini yaitu agar kiranya para pembaca menambah wawasan dengan cara tidak

berpatokan ke makalah ini sebagai referensi satu-satunya karena kami sadar

bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna.

Anda mungkin juga menyukai