Anda di halaman 1dari 20

JURNAL

Pengaruh Bullying Terhadasp Proses


Gennerasi Anak Bangsa

Dosen pengampu :
Dr. TOTOK SUGIARTO SH., MH

Disusun Oleh :
Nama : Lutfiah Amalia
NIM : 192410001

Progam Studi Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Panca Marga
Tahun 2020
Abstrak
Pembullyan (Bullying) adalah suatu tindakan penggunaan suatu kekerasan mental atau sikis
terhadap anak-anak yang untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang baik secara verbal,
fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya.

Anak remaja yang menjadi korban bullying lebih beresiko mengalami berbagai masalah
kesehatan, baik secara fisik maupun mental pada diri anak tersebuut.

Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying,
Antara lainnya muncul berbagai masalah mental seperti depresi, kgelisahan dan masalah keluhan
kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, dan ketegangan otot, rasa tidak aman saat berada
di lingkungan sekitar dan lingkungan pendidikan dan juga penurunan semangat belajar hingga
prestasi akademis pun kurang. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying
mungkin akan menunjukan sifat kekerasan fisik dan psikologis mental.

Tindakan bullying yang di alami oleh korban dalam bentuk bullying secara verbal maupun
secara fisik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana dampak psikologis psikososial
korban bullying dalam kehidupan sehari-hari, serta memberikan edukasi kepada para orang tua
korban untuk lebih peka terhadap perkembanngan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak
terlebih lagi untuk tetap memantau pergaulan anak-anak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bullying meruparakan salah satu bentuk kekerasan yang dilakukan oleh satu atau
sekelompok orang dengan sengaja melakukan tindakan-tindakan yang bersifat negative secara
berulang kali yang tujuannya adalah menyakiti, merendahkan, atau menjatuhkan harga diri orang
lain. Bullying ini terjadi karena ada kesengajaan power atau kekuatan Antara pelaku dan
korbannya. Bullying atau penindasan juga merupakan perilaku agresif yang mengitimidasi dari
individu maupun kelompok terhadap individu. Fenomena ini cukup meresahkan masyarakat
mengingat dampak bully yang dapat berpengaruh besar pada kehidupan korban maupun perlaku.

Bullying biasanya didefinisikan sebagai perilaku berulang yangyang bermaksud untuk


melukai seseorang baik secara emosional maupun fisik. Sebagai seseorang yang terbiasa berusaha
untuk menyakiti atau mengintimidasi mereka yang mereka beranggapn rentan atau lemah. Bullying
juga bisa disimpilkan sebagai perilaku intimidasi yang dapat dilakukan berulang untuk melukai
individu baik secara emosional maupun fisik dan melibatkan ketidak keseimbangan kekuatan di
mana pelaku mendominasi dan korban menjadi pihak yang lemah.

Perilaku ini dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, namun memang paling sering
terjadi pada anak-anak. Bullying atau kekerasan fisik masih menjadi kasus yang mendominasi pada
bidang pendidikan, lingkungan sekolah, dan lingkungan sekitar.

Media masa computer sering memuat permasalahan sosial anak-anak menjadi korban.
Permasalahan sosial tersebut misalnya bullying (perundung) yang terjadi di lingkungan
bermainnya. Undang-undang perlindungan anak no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, bab
III mengenai hak dan kewajiban anak mengatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapatkan perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi.
Fakta menunjukkan, bullying terhadap anka yang terjadi di Indonesia bukan fenomena
yang baru di lingkungan sekolah, tempat tinggal dan lingkungan bermain anak-anak. Menurut Ken
Rigby dalam buku Ponny Retno Astuti bullying merupakan hasrat untuk menyakiti, yang
diaktualisasikan dalam aksi sehingga menyababkan seseorang individu atau kelompok menderita.
Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang ataupun kelompok yang lebih kuat, biasanya
kejadiannya berulang kali dan pelaku tesebut melakukan bullying dengan perasaan senang.

Bullying merupakan suatu tindakan untuk menyakiti orang lain dan menyebabkan
seseorang menderita dan mengganggu ketenangan seseorang. Tindakan penculikkan,
penganiayaan bahkan intimidasi atau ancaman halus bukanlah sekedar maslah kekerasan biasa,
tindakan ini disebut bullying karena tindakan ini sudah bertahun-tahun dilakukan secara berulang,
bersifat regenerative, menjadi kebiasaan atau tradisi yang mengancam jiwa korban.

Korban yang dibully biasanya anak-anak pendiam dan anak-anak yang susah bergaul
dengan teman disekitarnya. Bullying terjadi karena adanya beberapa factor penyebab yaitu,
perbedaan ekonomi, agama, gender, tradisi, dan kebiasaan senior untuk menghukum yunior-nya
yang sering terjadi. Adanya perasaan dendam atau iri hati, adanya semangat untuk mengusai
korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual.

Selain itu pelaku melakukan bullying untuk meningkatkan popularitasnya dikalangan


teman-teman sepermainnya. Bullying bisa terjadi karena adanya tradisi senioritas seperti senior
yang lebih menguasai lingkungan di sekolah maupun di tempat bermain. Jika senior berkata atau
bertindak maka yunior hanya dapat menuruti serta mengikuti peraturan tersebut.

B. Rumus Masalah

1. Apakah kalian tahu tentang bullying?


2. Bagai mana dampak bullying terhadap generasi anak-anak Bangsa?
3. Apa saja yang kalian ketahui tentang bentuk-bentuk bullying yang terdampak pada
generasi anak-anak Bangsa?
4. Apakah ada pasal tentang bullying yang kalian ketahui pada generasi ana-anak Bangsa
yang melakukan tindakan bullying?
C. Metode Peneliti

Dari Segi Teoritis

1) Memberikan masukan kepada guru BK di SMP Muhammadiyah daerah Purworejo


untuk upaya mengurangi perilaku bullying disekolah.

2) Memberikan sumbangan penelitian bagi dunia pendidikan khususnya jurusan


bimbingan dan konseling.

Dari Segi Praktis

Memberikan informasi atau gambaran bagi kepala sekolah, dan guru BK dalam
menentukan pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk
mengurangi perilaku bulying.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Bullying

Bullying atau Penindasan adalah penggunaan kekerasan, ancaman atau paksaaan untuk
menylahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Hal tersebut meliputi pelecehan secara lisan atau
ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan bisa diarahkan berulang pada korban tertentu atas dasar
agama, kemampuan, gender, ras dan lain sebagainya.

Pengertian Bullying yang lain yaitu, Bullying adalah aktivitas yang dilakukan dengan
tujuan memojokan orang lain dengan nada merendahkan, mengolok-olok hingga kekerasan fisik.

Biasanya bullying terjadi bukan karena marah atau konflik yang tak terselesaikan, akan
tetapi lebih merujuk pada rasa superioritas atau dengan kata lain untuk menunjukan bahwa pelaku
bully yang paling kuat dam punya hak untuk merendahkan, menghina atau bertindak semena-mena
pada orang lain.

Budaya bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi di kalangan peserta
didik. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya
kepada seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau
kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kali.

Bahkan ada yang dilakukan secara sistematis. Bullying secara sederhana diartikan sebagai
penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban
merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.

Bullying meruparakan salah satu bentuk kekerasan yang dilakukan oleh satu atau
sekelompok orang dengan sengaja melakukan tindakan-tindakan yang bersifat negative secara
berulang kali yang tujuannya adalah menyakiti, merendahkan, atau menjatuhkan harga diri orang
lain. Bullying ini terjadi karena ada kesengajaan power atau kekuatan Antara pelaku dan
korbannya. Bullying atau penindasan juga merupakan perilaku agresif yang mengitimidasi dari
individu maupun kelompok terhadap individu.
Fenomena ini cukup meresahkan masyarakat mengingat dampak bully yang dapat
berpengaruh besar pada kehidupan korban maupun perlaku.

2.2 Dampak Bullying atau Penyebab Bullying

A Penyebab Bullying
Adapun beberapa penyebab tejadinya perilaku bullying ini, diantaranya:

1. Adanya rasa Ingin Berkuasa


2. Akibat kurang perhatian dari orang sekitar
3. Pelaku pernah menjasi korban kekerasan
4. Akibat sering berkelahi
5. Akibat meniru tindakan kekerasan dari film atau game
6. Dan lain sebagainya

B. Dampak Bullying

Bullying dapat berdampak positif ataupun negatif bagi pelaku, penerima ataupun
pihak lainnya. Berikut ini adalah dampak tindakan bulliying.

• Dampak Negatif

Korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah, baik secara fisik
maupun mental. Masalah yang akan terjadi pada korban bullying antara lain:

Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur
dan masalah tersebut kemungkinan akan terbawa hingga korban dewasa.

1. Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit perut, sakit kepala dan ketegangan otot.
2. Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah.
3. Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
4. Dalam kasus yang cukup langka, korban bullying mungkin akan menunjukkan
sifat kekerasan.
• Dampak Positif

Bullying dapat mendorong munculnya berbagai perkembangan positif bagi korban


bullying. Korban bullying cenderung akan:

1. Lebih kuat dan tegar menghadapi masalah.


2. Termotivasi untuk menunjukkan potensinya agar tidak direndahkan lagi.
3. Termotivasi untuk berintrospeksi diri sendiri.

3.3 Bentuk-bentuk bullying


Terdapat 2 bentuk penindasan, yaitu penindasan fisik dan penindasan psikologis.

• Penindasan Fisik
Bentuk penindasan ini dilakukan dengan kontak secara fisik yang menyebabkan sakit
fisik, luka, cedera, atau penderitaan fisik lainnya. Contoh bentuk tindakan bullying fisik
yaitu memukul, , menendang san lain sebagainya.
• Penindasan Psikologis
Bentuk penindasan ini menyebabkan trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan,
stres dan juga kegalauan/gusar bagi penerima bullying.

• Macam Macam Bullying


Terdapat beberapa jenis bullying. Bentuk bullying dapat berupa tindakan fisik atau verbal
baik dapat dilakukan langsung atau tidak langsung.

1. Bullying secara fisik

Tindakan bullying seperti ini melibatkan kontak fisik antar pelaku dan korban. Dan
tindakannya bisa terlihat secara kasat mata.

“Misalnya dipukul, ditendang, diludahi, didorong, merusak barang hingga melakukan tindakan lain
yang terus berulang hingga merugikan secara fisik,” kata Psikolog Anak, Anna Surti Ariani.

Lebih lanjut Anna juga menyebut kalau bullying dengan tipe ini sangat mudah
diidentifikasi, namun paling jarang dilakukan dan biasanya terjadi di antara remaja yang sedang
bermasalah.
2. Bullying secara verbal

Selanjutnya adalah bullying secara verbal. Biasanya bentuk bullying yang satu ini tak kasat
mata, namun dampaknya bisa dirasakan oleh hati.

“Seperti dikata-katain, diejek, dicela, dihina, hingga diteror,” lanjut Anna.

Bentuk hinaannya juga bermacam-macam. Tidak cuma seputar fisik, tapi bisa merambah
ke isu seputar SARA, etnis, status ekonomi, hingga orientasi seksual.

3. Bullying secara sosial

Pernah enggak, sih, kamu mendengar gosip atau berita yang kebenarannya masih
diragukan? Kalau pernah, jangan sebarkan informasi tersebut, ya. Sebab, menurut Anna,
menyebarkan rumor atau gosip yang belum pasti hingga mengajak untuk menjauhi seseorang
merupakan tindakan bullying sosial.

4. Cyberbullying

Dari ketiga bentuk bullying di atas, bullying yang satu ini menjadi bullying yang paling
marak dilakukan akhir-akhir ini. Kemajuan teknologi dan informasi menjadi faktor
berkembangnya bullying jenis ini.

Menurut Anna, tindakan bullying yang satu ini seperti memberikan komentar kasar yang
bisa menjatuhkan orang lain, mengancam, hingga menyakiti dengan kata-kata yang ditulis di
internet atau media sosial.

Menurut Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005), Terdapat 5 jenis bullying yaitu Kontak
fisik langsung, seperti: memukul, mendorong, menggigit, mencubit, menjambak, mencakar,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak
barang yang dimiliki orang lain.

Kontak verbal langsung, seperti: mengancam, mempermalukan, merendahkan,


mengganggu, memberi panggilan nama, sarkasme, merendahkan, mencela/mengejek,
mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.

Perilaku tidak-verbal langsung, Misalnya: melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,


menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai
oleh bullying fisik atau verbal.
Perilaku non-verbal tidak langsung, seperti: mendiamkan seseorang, memanipulasi
persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat
kaleng.

Pelecehan seksual, terkadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal. Meskipun
laki-laki dan perempuan melakukan bullying cenderung menggunakan bullying verbal, tetapi
umumnya, perilaku bullying fisik lebih banyak dilakukan laki-laki dan bullying verbal banyak
dilakukan perempuan.

4.1 Cara Pencegahan dan penanganan pada korban bullying :

Pencegahan agar tidak menjadi korban bullying dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti berikut :

Jangan membawa barang-barang mahal atau uang yang berlebihan. Merampas, merusak,
atau menyandera barang-barang korban adalah tindakan-tindakan yang biasanya dilakukan pelaku
bullying. Karena itu, sebisa mungkin jangan beri mereka kesempatan dengan membawa barang-
barang mahal atau uang yang berlebihan ke sekolah. Jika terpaksa, sembunyikan di tempat yang
aman, titipkan ke guru atau teman yang dipercaya, atau setidaknya hindarkan meletakkan barang
atau uang tersebut di tempat terbuka yang bisa menarik perhatian pelaku bullying.

` Jangan sendirian. Pelaku bullying melihat anak yang penyendiri sebagai mangsa yang
potensial. Karena itu, jangan sendirian di dalam kelas, di lorong sekolah, atau di tempat-tempat
sepi lainnya. Kalau memungkinkan, beradalah di tempat di mana guru atau orang dewasa lainnya
dapat melihat anda. Akan lebih baik lagi jika anda bersama-sama dengan teman, atau mencoba
berteman dengan anak-anak penyendiri lainnya yang kemungkinan juga telah menjadi korban.
Anda mungkin tidak berdaya menghadapi pelaku bullying sendirian, namun anda akan lebih aman
bersama-sama dengan yang lain.
Jangan cari gara-gara dengan pelaku bullying. Jika anda tahu ada anak-anak tertentu yang
tidak menyukai anda, atau sudah dikenal luas sebagai pelaku bullying, sebisa mungkin hindari
berada di dekat mereka atau di area yang sama dengan mereka. Ini termasuk area di luar sekolah,
seperti jalan yang biasa anda lewati ketika pergi atau pulang sekolah atau di dalam kendaraan
jemputan. Kalau terpaksa, pastikan di situ ada orang dewasa (orangtua, guru, pegawai) yang bisa
melerai perilaku bullying atau teman-teman anda.

Bagaimana jika suatu saat anda tetap terperangkap dalam situasi bullying? Kuncinya adalah
tampil percaya diri. Jangan perlihatkan diri anda seperti orang yang lemah atau ketakutan, seperti
berdiri dengan postur yang tidak tegap, menunduk ketika diajak bicara atau menjawab dengan
gugup. Tetaplah tenang, utarakan keberatan anda dengan tegas, lalu tinggalkan mereka.

Jangan biarkan emosi anda terpancing dan membalas perbuatan mereka kecuali anda merasa punya
cukup kemampuan untuk itu; jika tidak (misalnya karena pelaku membawa senjata atau jumlah
pelaku jauh lebih banyak), anda hanya akan membuat situasi bertambah buruk. Lakukan
perlawanan hanya sebagai alternatif terakhir untuk mempertahankan diri jika tidak memungkinkan
untuk pergi dari situ.

Terakhir, bullying hanya akan berhenti untuk seterusnya jika anda berani melapor pada
orangtua, guru, atau orang dewasa lainnya yang anda percayai. Anda sama sekali bukan pengecut;
butuh jauh lebih banyak keberanian untuk bertindak dan mencoba mengubah kondisi yang salah
semampu anda daripada hanya berdiam diri dan berharap semua penderitaan yang anda rasakan
akan berlalu dengan sendirinya.
Peran orang tua dalam pencegahan seorang anak agar tidak menjadi korban bullying sangat besar.
Berikut adalah tips bagi orang tua agar anak tidak menjadi korban bullying:

Bekali anak dengan kemampuan untuk membela dirinya sendiri, terutama ketika tidak ada
orang dewasa/guru/orang tua yang berada di dekatnya. Ini berguna untuk pertahanan diri anak
dalam segala situasi mengancam atau berbahaya, tidak saja dalam kasus bullying. Pertahanan diri
ini dapat berbentuk fisik dan psikis.

• Pertahanan diri Fisik : bela diri, berenang, kemampuan motorik yang baik (bersepeda,
berlari), kesehatan yang prima.
• Pertahanan diri Psikis : rasa percaya diri, berani, berakal sehat, kemampuan analisa
sederhana, kemampuan melihat situasi (sederhana), kemampuan menyelesaikan masalah.
• Bekali anak dengan kemampuan menghadapi beragam situasi tidak menyenangkan yang
mungkin ia alami dalam kehidupannya. Untuk itu, selain kemampuan mempertahankan diri
secara psikis seperti yang dijelaskan di atas. Maka yang diperlukan adalah kemampuan anak
untuk bertoleransi terhadap beragam kejadian. Sesekali membiarkan (namun tetap
mendampingi) anak merasakan kekecewaan, akan melatih toleransi dirinya.
• Walau anak sudah diajarkan untuk mempertahankan diri dan dibekali kemampuan agar
tidak menjadi korban tindak kekerasan, tetap beritahukan anak kemana ia dapat melaporkan
atau meminta pertolongan atas tindakan kekerasan yang ia alami (bukan saja bullying).
Terutama tindakan yang tidak dapat ia tangani atau tindakan yang terus berlangsung walau
sudah diupayakan untuk tidak terulang.
• Upayakan anak mempunyai kemampuan sosialisasi yang baik dengan sebaya atau dengan
orang yang lebih tua. Dengan banyak berteman, diharapkan anak tidak terpilih menjadi
korban bullying karena :
• Kemungkinan ia sendiri berteman dengan pelaku, tanpa sadar bahwa temannya pelaku
bullying pada teman lainnya.
• Kemungkinan pelaku enggan memilih anak sebagai korban karena si anak memiliki banyak
teman yang mungkin sekali akan membela si anak.
• Sosialisasi yang baik dengan orang yang lebih tua, guru atau pengasuh atau lainnya, akan
memudahkan anak ketika ia mengadukan tindakan kekerasan yang ia alami.
Penanganan Pada Korban:

• Usahakan mendapat kejelasan mengenai apa yang terjadi pada korban bullying. Tekankan
bahwa kejadian tersebut bukan kesalahannya.
• Bantu korban mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan, jelaskan apa yang terjadi dan
mengapa hal itu terjadi. Jangan pernah menyalahkan korban atas tindakan bullying yang ia
alami.
• Minta bantuan pihak ketiga (guru atau ahli profesional) untuk membantu mengembalikan
korban ke kondisi normal, jika dirasakan perlu dan untuk menangani pelaku.
• Bagi orang-orang yang dekat dengan korban (seperti orang tua), hendaknya amati perilaku
dan emosi korban, bahkan ketika kejadian bully yang ia alami sudah lama berlalu (ingat
bahwa biasanya korban menyimpan dendam dan potensial menjadi pelaku di kemudian
waktu). Mereka harus bekerja samalah dengan pihak sekolah (guru) untuk membantu dan
mengamati bila ada perubahan emosi atau fisik anak mereka. Waspada terhadap perbedaan
ekspresi agresi yang berbeda yang ditunjukkan anak di rumah dan di sekolah (ada atau tidak
ada orang tua/guru/pengasuh).
• Bagi orang tua, bina kedekatan dengan teman-teman anak. Cermati cerita mereka tentang
anak. Waspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasa.

4.2 Pencegahan dan penanganan pada pelaku bullying

Pencegahan :
Peran orang tua dalam pencegahan seorang anak agar tidak menjadi pelaku bullying sangat
besar. Berikut adalah tips agar anak tidak menjadi pelaku bullying:

o Anak dapat menjadi pelaku bullying antara lain bila ia mengalami rasa rendah diri. Karena
itu, upayakan untuk mendidik anak dalam suasana penuh kasih sayang yang mendidik anak untuk
memiliki kebanggaan pada dirinya sendiri. Kasih sayang yang nyata juga membuat anak merasa
aman dan cenderung lebih mau bekerja sama dengan orang tua/guru. Namun hati-hati jangan
sampai memanjakan anak yang berdampak kerugian di pihak anak.
o Waspada jika anak menunjukkan agresifitas yang berlebihan, terutama pada mereka yang
lebih lemah (adiknya, pengasuh, teman bermain yang lebih kecil atau pendek badannya) atau
bahkan binatang, tanaman dan mainannya.
o Jika anak anda pernah menjadi korban bully, untuk mencegah ia menjadi pelaku bullying
di kemudian hari, mintalah bantuan ahlinya agar masalah terselesaikan dengan baik dan tidak ada
dendam di kemudian hari. Amati perilaku dan kondisi emosi anak dari waktu ke waktu, bahkan
ketika kejadian bully yang ia alami sudah lama berlalu.
o Usahakan selalu bersikap terbuka dan rajin berdiskusi dengan anak tentang berbagai hal.
Selalu siap memberi komentar positif dan hindari menghakimi anak. Namun jangan sampai
“mencelakakan” anak dengan memanjakan anak berlebihan.

Penanganan pada pelaku :

o Segera ajak pelaku bicara mengenai apa yang ia lakukan. Jelaskan bahwa tindakannya
merugikan diri dan orang lain. Upayakan bantuan dari tenaga ahlinya agar masalah tertangani
dengan baik dan selesai dengan tuntas.
o Cari penyebab pelaku melakukan hal tersebut. Penyebab menjadi penentu penanganan.
Anak yang menjadi pelaku karena rasa rendah diri tentu akan ditangani secara berbeda dengan
pelaku yang disebabkan oleh dendam karena pernah menjadi korban. Demikian juga bila pelaku
disebabkan oleh agresifitasnya yang berbeda. Posisikan diri untuk menolong pelaku dan bukan
menghakimi pelaku.

4.4 Pasal-pasal yang terkait dengan Bullying


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam perjalanannya
mengalami perubahan. Perubahan tentang UU Perlindungan Anak di tetapkan dengan Undang-
Undang. Undang-Undang tersebut adalah UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perubahan UU Perlindungan
Anak disebabkan karena alasannya untuk meningkatkan perlindungan terhadap anak perlu
dilakukan penyesuaian terhadap beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.

Pelaku bullying terhadap anak dapat dipidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 23


tahun 2002 tentang perlindungan anak. Dalam UU tersebut diatur bahwa setiap orang dilarang
menempatkan, membiarkan, melakukan atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak. bagi
yang melanggarnya akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau
denda paling banyak Rp. 72 juta.
Berikut selengkapnya bunyi Pasal 80 jo. Pasal 76C UU 35/2014:

Pasal 80 UU 35/2014:

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak
Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

(2) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).

(3) Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut Orang Tuanya.

Pasal 76C UU 35/2014:

Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut
serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.

Jika bullying ini dilakukan di lingkungan pendidikan, maka kita perlu melihat juga Pasal 54 UU
35/2014 yang berbunyi:

(1) Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib mendapatkan perlindungan dari
tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh
pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain.

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, aparat pemerintah, dan/atau Masyarakat.

Yang dimaksud dengan “lingkungan satuan pendidikan” adalah tempat atau wilayah
berlangsungnya proses pendidikan. Sementara itu, yang dimaksud dengan “pihak lain” antara lain
petugas keamanan, petugas kebersihan, penjual makanan, petugas kantin, petugas jemputan
sekolah, dan penjaga sekolah. Ini artinya, sudah sepatutnya peserta didik di sekolah mendapatkan
perlindungan dari tindakan bullying yang berupa tindak kekerasan fisik maupun psikis
Dalam Pasal 9 disebutkan bahwa :

Pasal 9 ayat (1) Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat.

Pasal 9 ayat (1a). Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari
kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama
peserta didik, dan/atau pihak lain.

Selain mendapatkan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (1) dan ayat (1a),
Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan Anak yang memiliki
keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.

Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.
Sedangkan Perlindungan Khusus dalam hal ini merupakan suatu bentuk perlindungan yang
diterima oleh Anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman
terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya.

Sekolah sudah seharusnya membuat system pengaduan yang melindungi korban


perundungan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut, sejak Permendikbud tahun
2015 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan disahkan, mayoritas
sekolah tak memiliki sistem tersebut. Sementara catatan lembaga itu pada 2018 menyebut, korban
perundungan di sekolah mencapai 107 anak. Sementara perisakan di media sosial sebanyak 109
anak.

Sejauh pengamatan KPAI, hampir semua sekolah tidak memiliki sistem pengaduan yang
melindungi korban dan saksi perundungan. Padahal sistem tersebut wajib dibentuk sekolah sesuai
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Tindak Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan. Sistem yang dimaksud itu berupa tim
pencegahan yang terdiri dari kepala sekolah, perwakilan guru, siswa, dan orang tua.
Di peraturan itu juga disebutkan sekolah wajib memasang papan layanan pengaduan tindak
kekerasan yang mudah diakses oleh siswa, orang tua, atau guru. Papan layanan itu memuat nomor
telepon dan alamat email. Tapi karena ketiadaan tim pencegahan, akhirnya tidak ada siswa yang
berani melaporkan kasus perundungan.

Kasus bullying atau perundungan tidak bisa hanya sekedar diselesaikan dengan kalimat :
sabar, jangan didengerin, udah dihindari aja dan sederet kalimat yang bisanya dilontarkan guru dan
orang-orang dewasa di sekitar korban. Butuh penanganan khusus dan ketegasan dalam penerapan
aturannya. Tidak juga bisa diselesaikan hanya dengan jalan kekeluargaan. Karena yang menjadi
korbannya adalah masa depan anak. Para korban bullying, kebanyakan mengalami trauma
psikologis yang hebat sehingga sangat berpengaruh terhadap karakternya di masa yang akan
datang.

5.5 Kasus yang terjadi di SMP Muhammadiyah Butuh daerah Purworejo


Latar Belakang Kejadian : Berawal dari permasalahan uang Rp. 20.000, 00. Mullah dari
seseorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Butuh berinisial CA usia (16)
mrnjadi korban perundungan atau pembullyan, siswi yang di tending dan dipukul oleh tiga siswa
di kelas tempat SMP yang sama tersebut. Oleh pelaku yang berinisial TP usi (16), DF usia (15) dan
UHA usia (15), tetapi kedua pelaku ini yang berinisial TP dan DF mereka ingin mengerjain korban
yang berinisial CA.

Saat itu CA yang ada di dalam kelas ia sedang mengerjakan tugas bersama teman-
temannya, lalu masuklah bebrapa orang siswa yakni TP dan DF. Siswa yang berinisial TP
kemudian menghampiri korban CA untuk memaksa memberikan uang Rp. 20.000,00 padanya.
Sedangkan CA menjawab jangan, karena tak teerima permintaannya di tolak. Mereka memukul
CA dengan tangan dan gagang sapu, yang awalnya UHA ikut mengerjakan tugas bersama CA
malah ikut menganiaya CA.

Pelaku : Seseorang 3 siswa yang berinisial TP usia (16), DF usia (15) dan UHA usia (15)

Lokasi : SMP Muhammadiyah Butuh di daerah Purworejo

Korban : Siswi SMP Muhammadiyah Butuh inisial CA usia (16)


Tindakan Pidana atau Hukuman : Kini saudara siswi yang berinisial TP usia (15), DF usia (15) dan
UHA usia (15) telah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian. Mereka terancam
hukuman 3,6 tahun Pasal 80 UU No. 35 tahun 2014.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bullying merupakan salah satu saikap atau tindakan yang buruk dan tidak baik untuk
dilakukan kepada pelaku terhadap korban apalagi seperti melakukan tindakan yang mengejek
orang lain, teman, anak-anak yang sebayanya dan orang sekitarnya. Karena sikap membully atau
tindakan mengejek akan timbul perasaan rasa sakit hati, dendam, dan depresi pada mental juga
pikirannya, akibat perbuatan yang dilakukan.
Sikap bullying juga tidak boleh diterapkan dalam kehidupan dan sikap bullying juga tidak
pantas untuk diterapkan pada lingkungan pendidikan dan lingkung pada sekitarnya, juga yang
terutama dalah sikap orang tua terhadap anak-anak harus selalu ada pantauan atau peduli pada
anak-anak karena sikap bullying ini sikap yang bahaya untuk mental dan pikiran anak-anak yang
mendapatkan pembullyan.
DAFTAR PUSTAKA
https://doktersehat-
com.cdn.ampproject.org/v/s/doktersehat.com/bullying/amp_js_v=a3&amp_gsa=1&usqp
https://m.liputan6.com/tag/bullying-siswi-smpmuhammadiyahbutuhpurworejo
diakses 6 Februari 2020
https://hizers.blogspot.com/pengaruh-bullying-terhadap-generasi-anak-bangsa.html?m=1
diakses 6 Juni 2017
https://www.gurupendidikan.bolgspot.co.id/bully/dampak-alasan-
pencegahandanpenangan.html?mn=1
diakses 1 Maret 2019
https://www.psikologissehatq-com.cdn.amppsikologis.org/bully/tentangmasalah-
psikologis-bullying-padamental-pikiran-yangmempengaruhi-kehidupan.html?mc
diakses 10 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai