DISUSUN OLEH
2020
ANEMIA PADA IBU HAMIL
PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah yang dialami oleh 41,8% ibu hamil di dunia.
Sekitar setengah dari kejadian anemia tersebut disebabkan karena defisiensi besi.
Adapun prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia yaitu diperkirakan Afrika sebesar
57,1%, Asia 48,2% , Eropa 25,1% dan Amerika 24,1% (Syamsul 2020). Prevalensi
anemia pada ibu hamil di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 sekitar 37,1%, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 11,0 gram/dl,
dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan (36,4%) dan
perdesaan (37,8%) (Infodatin Gizi 2015).
Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin).Besi dapat diperoleh dengan mengonsumsi hati, daging merah, sayuran
hijau, wijen, kuning telur, serealia, dan sarden (Kristiyanasari,2010). Zat besi sangat
dibutuhkan oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia dan menjaga
pertumbuhan janin secara optimal. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan
menganjurkan agar ibu hamil mengonsumsi paling sedikit 90 pil zat besi selama
kehamilannya (Depkes RI, 2001).
Kejadian anemia pada kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
umur, pendidikan ibu, pendapatan, jarak setelah nifas, paritas, kecukupan tablet Fe,
dan status gizi. Anemia pada usia kehamilan 1 sampai 6 bulan tidak mempengaruhi
kejadian BBLR serta lahir preterm, sedangkan anemia pada kehamilan lebih dari 6
bulan dapat mempengaruhi kejadian tersebut (Fadli 2019).
Wanita usia subur (WUS) merupakan sesuatu yang sering terjadi pada ibu
hamil, yaitu KEK (Kurang Energi Kronik). Kekurangan energi kronik yang sering
menyerang pada wanita usia subur menggambarkan asupan energi dan protein yang
tidak adekuat. Salah satu indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi pada
WUS dengan melakukakan pengukuran antropometri yaitu pengukuran Lingkar
Lengan bagian Atas (LILA) pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktifitas
gerakan yang berat. Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah nilai
rerata LILA < 23,5 cm yang meggambarkan terdapat resiko kekurangan energi kronik
pada kelompok umur wanita usia subur. Wanita yang terdapat pada rentang umur
dimana pada usia tersebut organ reproduksi wanita mulai matang dan sudah berfungsi
dengan baik dengan rentang usia 15-49 tahun termasuk wanita hamil, wanita tidak
hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja wanita (Angraini, 2018).
Alam, S., Ansyar, D. I., & Satrianegara, M. F. (2020). Eating pattern and educational
history in women of childbearing age. Al-Sihah: The Public Health Science
Journal, 12(1), 81-91.
Humaerah, A. M. (2018). Analisis Kandungan Zat Gizi Roti Rumput Laut Lawi-lawi
(Ceulerpa racemosa) Subtitusi Tempe sebagai Alternatif Perbaikan Gizi
Masyarakat (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar).
Fadli, F., & Fatmawati, F. (2019). Analisis faktor penyebab kejadian anemia pada ibu
hamil. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 15(2), 137-146.
Syarfaini, S. dkk. (2019). Analisis Kandungan Zat Gizi Roti Rumput Laut Lawi-Lawi
(Ceulerpa racemosa) Subtitusi Tempe Sebagai Alternatif Perbaikan Gizi
Masyarakat. Al-sihah: The Public Health Science Journal, 11(1).
Puskesmas Sudiang Raya. 2018. Profil Umum Puskesmas sudiang raya Kota
Makassar Tahun 2017.