Anda di halaman 1dari 106

351.

077

Ind

PEDOMAN INDIKATOR
PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
DALAM RPJMN DAN RENSTRA
KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2020-2024

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2020

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 1
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

351.077
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Kesehatan Masyarakat
Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat
Dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan
Tahun 2020-2024.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2020

ISBN 978-623=301-002-3

1. Judul I. MINISTRY OF HEALTH PLANNING


II. HEALTH POLICY
III. GOVERNMENT PROGRAMS IV. PUBLIC HEALTH
KATA SAMBUTAN

Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka


menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024
telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan, dimana Target-target dari 17 SDGs beserta
indikatornya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda
pembangunan Indonesia ke depan.
Pada agenda ke 3 Pembangunan Nasional; meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus fokus
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta
dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health
Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung
oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi. Strategi yang digunakan untuk
mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan
kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian
penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup
sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.
Kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan
Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian
bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian
diikuti dengan indikator-indikator pendukung. Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tengah disusun juga memuat indikator yang
selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024.
Indikator merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan atau
mengindikasikan keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui
pencatatan dan pelaporan. Setiap indikator yang dilaporkan kepada pusat perlu
dimonitor capaiannnya.
Saya harap dengan adanya pedoman indikator RPJMN dan Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 ini, pelaksanaan pencatatan dan
pelaporan program kesehatan masyarakat dapat berjalan lancar, sesuai dengan
definisi operasional dan formula yang telah ditetapkan serta datanya dilaporkan
secara rutin sesuai ketentuan.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah menyusun buku pedoman
ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh pemegang program kesehatan
masyarakat di Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya.

Jakarta, 14 September 2020


Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat,

Ttd

dr. Kirana Pritasari, MQIH


KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 18


tahun 2020 tentang Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasioal Tahun
2020-2024 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, maka Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat menyusun Pedoman Indikator Program Kesehatan
Masyarakat tahun 2020-2024.
Pedoman ini memberikan informasi secara detail tentang indikator dan
target yang seharusnya dicapai dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024
sehingga mudah dipahami oleh daerah dan mengurangi kesalahan pencatatan
pelaporan program kesehatan masyarakat. Pedoman ini memuat informasi
tentang indikator, cara perhitungan, definisi operasional, pelaksana kegiatan,
tempat pelaksaaan, waktu pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan, serta waktu
pelaporan.
Peningkatan kualitas pedoman indikator ini menjadi perhatian kami,
masukan dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan
dan penyempurnaan pedoman di tahun yang akan datang. Semoga pedoman ini
bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk
perbaikan dan pengembangan program di masa mendatang.

Jakarta, 14 September 2020


Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat,

Ttd

drg. Kartini Rustandi, M. Kes


DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN......................................................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................... 4
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 5
DAFTAR TABEL........................................................................................................................................9
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TENTANG
PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024...............10
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA
STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024......................................13
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................13
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................13
1.2. Tujuan........................................................................................................................................... 14
1.3. Sasaran.........................................................................................................................................14
1.4. Dasar Hukum............................................................................................................................14
BAB 2 INDIKATOR DAN TARGET PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
DALAM RPJMN DAN RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2020-2024.................................................................................................................................... 15
2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN
Tahun 2020-2024.................................................................................................................15
2.2. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra
Tahun 2020-2024.................................................................................................................19
2.2.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat...............................................19
2.2.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga............................19
2.2.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat....................................20
2.2.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga..............................20
2.2.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan............................................20
2.2.6. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat..............................................................................................21
2.2.7. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Kesehatan Masyarakat....................................................................................21
BAB 3 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
PADA RPJMN TAHUN 2020-2024.................................................................................................22
3.1. Angka Kematian Ibu (AKI)................................................................................................22
3.2. Angka Kematian Bayi (AKB)............................................................................................22
3.3. Angka Kematian Neonatal (AKN)..................................................................................23
3.4. Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Balita............................23
3.5. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita.............................24
3.6. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan..................................25
3.7. Cakupan Kunjungan Antenatal.......................................................................................27
3.8. Cakupan Kunjungan Neonatal........................................................................................28
3.9. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan
3.10. Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi......................................................................29
3.11. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif...........32
3.12. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)............................................33
3.13. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi................34
3.14. Persentase Balita yang Dipantau Pertumbuhan
dan Perkembangannya.......................................................................................................36
3.15. Jumlah Balita yang Mendapatkan Suplementasi Gizi Mikro............................37
3.16. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS).........................................................................38
3.17. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan
(SBS).................................................................................................................................................. 39
3.18. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa
Kualitas Air Minumnya sesuai Standar......................................................................41
3.19. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat................................................................................42
3.20. Jumlah Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Kebijakan
Penerapan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat........................................................44
3.21. Persentase Kabupaten/Kota dengan Minimal 80% Posyandu Aktif............45
3.22. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan
Pembinaan Posyandu Aktif..............................................................................................47
3.23. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja.....................48
3.24. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia.................................................................................50
3.25. Jumlah Fasyankes yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis
sesuai Standar........................................................................................................................51
3.26. Jumlah Tenaga Kesehatan yang Dilatih Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal.......................................................................................................53
BAB 4 INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT PADA
RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024.........................................55
4.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat..............................................55
4.1.1. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)............................................55
4.1.2. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan..................................56
4.1.3. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat................................................................................57

4.1.4. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan


(SBS)................................................................................................................................................. 59
4.2. Indikator Kinerja Kegiatan Gizi Masyarakat............................................................61
4.2.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi................61
4.2.2. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita..........63
4.2.3. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif...........64
4.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga............................65
4.3.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir......................................................65
4.3.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Balita.............................................................................................68
4.3.3. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Usia Anak Usia Sekolah dan Remaja.............................69
4.3.4. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Usia Reproduksi......................................................................72
4.3.5. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia.................................................................................75
4.4. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan............................................77
4.4.1. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS).........................................................................77
4.4.2. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS)..............................................................................................................78
4.4.3. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas
Air Minumnya sesuai Standar.........................................................................................80
4.4.4. Jumlah Fasyankes yang Melaksanakan Pengelolaan Limbah Medis
sesuai Standar........................................................................................................................81
4.4.5. Persentase Tempat dan Fasilitas umum (TFU)
yang Dilakukan Pengawasan sesuai Standar..........................................................83
4.4.6. Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP)
yang Memenuhi Syarat sesuai Standar......................................................................85
4.5. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat.....................................................................................86
4.5.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat................................................................................86
4.5.2. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan
Pembinaan Posyandu Aktif...............................................................................................88
4.6. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja
dan Olahraga...........................................................................................................................90
4.6.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja....................90
4.6.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga............91
4.7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
pada Program Kesehatan Masyarakat.........................................................................92

4.7.1. Nilai Reformasi Birokrasi pada Program Pembinaan


Kesehatan Masyarakat........................................................................................................92
4.7.2. Persentase Kinerja RKA-K/L pada Program Pembinaan
Kesehatan Masyarakat........................................................................................................93
BAB 5 PENCATATAN DAN PELAPORAN....................................................................................95
5.1. Pendahuluan............................................................................................................................95
5.2. Pencatatan................................................................................................................................95
5.3. Pelaporan........................................................................................................................................ 95
BAB 6 PENUTUP...................................................................................................................................97
BAB 7 TIM PENYUSUN......................................................................................................................98
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator


pelayanan kesehatan usia reproduksi.......................................................................31
Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator
pelayanan kesehatan usia reproduksi.......................................................................74
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
NOMOR: HK.02.02/I/836/2020

TENTANG

PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT DALAM


RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN
RENCANA STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pelaksanaan Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, telah
disusun indikator program kesehatan masyarakat
tahun 2020-2024;
b. bahwa agar indikator program kesehatan masyarakat tahun
2020-2024 sebagaimana dimaksud dalam huruf a dapat
dipahami oleh seluruh penanggung jawab program Kesehatan
Masyarakat baik pusat maupun daerah, maka perlu disusun
Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasionl dan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat tentang Pedoman
Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024;

Mengingat : 1. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6178);

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 10
3. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 59);
4. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2019 tentang Rencana
Kerja Pemerintah Tahun 2020 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 174;
5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10)
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN


MASYARAKAT TENTANG PEDOMAN INDIKATOR PROGRAM
KESEHATAN MASYARAKAT DALAM RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024.

KESATU : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Direktur Jenderal ini.
KEDUA : Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 sebagaimana dimaksud
pada Diktum KESATU sebagai panduan bagi penanggung jawab
program kesehatan masyarakat tingkat pusat, dinas kesehatan
provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota dan Puskesmas dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi, pencatatan dan
pelaporan program kesehatan masyarakat.

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 11
KETIGA : Pelaksanaan Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 dicatat dalam
aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat dan
dilaporkan secara berjenjang.

KEEMPAT : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
14 September 2020

DIREKTUR JENDERAL
KESEHATAN MASYARAKAT,

Ttd

KIRANA PRITASARI
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
KESEHATAN MASYARAKAT
NOMOR HK.02.02/I/836/2020
TENTANG PEDOMAN INDIKATOR
PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
DALAM RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL DAN
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
KESEHATAN TAHUN 2020-2024

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah
2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,
dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Pembangunan Indonesia tahun 2020-2024 ditujukan untuk membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing, sehat, cerdas, adaptif,
inovatif, terampil, dan berkarakter. Dalam Peraturan Presiden No. 18 tahun 2020
tentang RPJMN, disebutkan arah dan kebijakan strategi RPJMN 2020-2024 adalah
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta
terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan
mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan
pemanfaatan teknologi yang dijabarkan dalam Program Prioritas (PP), Kegiatan
Prioritas (KP), Proyek Prioritas (PP) dan Proyek K/L. Masing-masing memiliki
indikator dan target tahun 2020-2024.
Secara bersamaan, Kementerian Kesehatan menyusun Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, dimana Direktorat Jenderal
Kesehatan Mayarakat mengusulkan 4 (empat) Indikator Kinerja Program (IKP) dan
20 (dua puluh) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Tiap indikator RPJMN dan
Renstra 2020-2024 perlu dijelaskan secara rinci, mulai dari definisi operasional,
cara perhitungan, mekanisme pencatatan dan pelaporan serta petugas yang
ditunjuk untuk melaporkan indikator tersebut.
Oleh sebab itu, untuk memudahkan dan menyamakan persepsi antara
pengelola program kesehatan masyarakat tingkat pusat dan daerah dalam
memahami indikator tersebut, maka Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
menyusun buku Pedoman Penjelasan Indikator Program Kesehatan Masyarakat
menurut RPJMN dan Renstra tahun 2020-2024.

1.2. Tujuan
Memberikan panduan bagi penanggung jawab program kesehatan
masyarakat tingkat pusat dan daerah dalam melakukan pencatatan dan pelaporan
indikator program kesehatan masyarakat pada RPJMN dan Renstra Kementerian
Kesehatan tahun 2020-2024.

1.3. Sasaran
Penanggung jawab program kesehatan masyarakat di dinas kesehatan
provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota, dan Puskesmas.

1.4. Dasar Hukum


1) Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standard
Pelayanan Minimal
4) Peraturan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024
5) Peraturan Presiden RI Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kesehatan
6) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 656 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Kesehatan
7) Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional No.5 Tahun 2019
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
Tahun 2020-2024
8) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standard
Pelayanan Minimal Kesehatan Bidang Kesehatan
BAB 2
INDIKATOR DAN TARGET
PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
DALAM RPJMN DAN RENSTRA TAHUN 2020-2024

2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat pada RPJMN 2020-2024


PP/KP/PRO-P/ INDIKATOR RPJMN TARGET
PROYEK KL 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024
PP: Peningkatan Angka kematian ibu (AKI) 230 217 205 194 183
Akses dan Mutu (per 100.000 kelahiran
Pelayanan hidup)
Kesehatan Angka kematian bayi 20.6 19.5 18.6 17.6 16
(AKB) (per 1000 kelahiran
hidup)
Angka kematian neonatal 12.9 12.2 11.6 11 10
(per 1.000
kelahiran hidup)
Prevalensi stunting 24.1 21.1 18.4 16 14
(pendek dan sangat
pendek) pada balita
(persen)
Prevalensi wasting (kurus 8.1 7.8 7.5 7.3 7
dan sangat kurus) pada
balita (persen)
KP: Peningkatan
kesehatan ibu,
anak, keluarga
bencana (KB), dan
kesehatan
reproduksi
Pro P: Penurunan Persentase persalinan di 87 89 91 93 95
Kematian Ibu dan fasilitas pelayanan
Bayi kesehatan
Cakupan kunjungan 80 85 90 92 95
antenatal (persen)
Cakupan kunjungan 86 88 90 92 95
neonatal (persen)
PP/KP/PRO-P/ INDIKATOR RPJMN TARGET
PROYEK KL 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024
Pelatihan tenaga Jumlah tenaga kesehatan 960 960 960 960 960
kesehatan dalam yang dilatih
kegawatdaruratan kegawatdaruratan
maternal dan maternal dan neonatal
neonatal
Pro-P: Peningkatan
KB dan Kesehatan
Reproduksi
Pelayanan Jumlah kabupaten/kota 120 200 320 470 514
kesehatan usia yang menyelenggarakan
reproduksi pelayanan kesehatan usia
reproduksi
KP: Persentase bayi usia 40 45 50 55 60
Percepatan kurang dari 6 bulan
Perbaikan Gizi mendapat ASI eksklusif
Masyarakat Persentase ibu hamil 16 14.5 13 11.5 10
Kurang Energi Kronik
(KEK)
Prevalensi wasting (kurus 8.1 7.8 7.5 7.3 7
dan sangat kurus) pada
balita
Pro-P: Penurunan Persentase 51 70 90 100 100
Stunting kabupaten/kota yang
melaksanakan surveilans
gizi
Penanggulangan Persentase ibu hamil 16 14.5 13 11.5 10
Kurang Energi Kurang Energi Kronik
Kronik (KEK) pada (KEK)
ibu hamil
Pemantauan Persentase balita yang 60 70 75 80 85
tumbuh kembang dipantau pertumbuhan
balita dan perkembangannya
90.000 140.000 190.000 240.000 290.000
Suplementasi gizi Jumlah balita yang
mikro pada balita mendapatkan
suplementasi gizi
mikro
PP/KP/PRO-P/ INDIKATOR RPJMN TARGET
PROYEK KL 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024
Pelaksanaan Persentase 51 70 90 100 100
surveilans dan kabupaten/kota yang
intervensi gizi melaksanakan surveilans
berkualitas di gizi
kabupaten/kota
KP: Penguatan Jumlah kabupaten/kota 110 220 280 380 420
Gerakan sehat
Masyarakat Hidup
Sehat (Germas)
Pro-P: Persentase 40 50 60 70 90
Pengembangan desa/kelurahan
Lingkungan Sehat Stop Buang air besar
Sembarangan (SBS)
Jumlah kabupaten/kota 110 220 280 380 420
sehat
Pembinaan Jumlah kabupaten/kota 110 220 280 380 420
pelaksanaan sehat
kabupaten/kota
sehat
Pembinaan Persentase 40 50 60 70 90
pelaksanaan desa/kelurahan Stop
Sanitasi Total Buang air besar
Berbasis Sembarangan (SBS)
Masyarakat (STBM)

Pengawasan Persentase sarana air 60 64 68 72 76


kualitas air minum minum yang
diawasi/diperiksa kualitas
air minumnya sesuai
standar
Pro-P: Penguatan Persentase 30 35 40 45 50
Promosi Germas kabupaten/kota yang
menerapkan kebijakan
Germas
Persentase 25 35 50 60 70
kabupaten/kota dengan
minimal 80% Posyandu
Aktif
PP/KP/PRO-P/ INDIKATOR RPJMN TARGET
PROYEK KL 2020-2024 2020 2021 2022 2023 2024
Pembinaan Persentase 30 35 40 45 50
kabupaten/kota kabupaten/kota yang
dalam menerapkan menerapkan kebijakan
kebijakan Germas Germas
Pelaksanaan Jumlah kabupaten/kota 308 334 360 385 411
kesehatan kerja di yang melaksanakan
tempat kerja kesehatan kerja
Penyusunan Jumlah 3 6 9 12 15
pedoman/regulasi/ pedoman/regulasi/
rekomendasi rekomendasi kebijakan
kebijakan penerapan Germas
penerapan Germas
Pembinaan Persentase 51 70 90 100 100
Posyandu aktif kabupaten/kota
melaksanakan pembinaan
posyandu aktif
ProP: Penguatan
Pelayanan
Kesehatan Dasar
dan Rujukan
Pelayanan Persentase 45 50 55 60 65
kesehatan lansia kabupaten/kota yang
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan
lanjut usia
ProP:
Pembangunan
Fasilitas
Pengolahan Limbah
B3 Medis dan
Limbah B3
Terpadu
Pengelolaan limbah Jumlah Fasyankes yang 2.600 3.000 4.850 6.250 8.800
medis memiliki pengelolaan
limbah medis sesuai
standar
2.1. Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam Renstra 2020-2024
2.1.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat
No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase persalinan di 87 89 91 93 95
fasilitas pelayanan kesehatan
(PF)
2 Persentase desa/ 40 50 60 70 90
kelurahan dengan Stop Buang
air besar Sembarangan (SBS)
3 Persentase Ibu hamil Kurang 16 14.5 13 11.5 10
Energi Kronis (KEK)
4 Persentase kabupaten/ 30 35 40 45 50
kota yang menerapkan
kebijakan gerakan masyarakat
hidup sehat (Germas)

2.1.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga


No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Jumlah kabupaten/kota yang 120 200 320 470 514
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2 Jumlah kabupaten/kota yang 120 200 320 470 514
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan balita
3 Jumlah kabupaten/kota yang 125 150 200 275 350
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan anak usia sekolah dan
remaja
4 Jumlah kabupaten/kota yang 120 200 320 470 514
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan usia reproduksi
5 Persentase kabupaten/kota yang 45 50 55 60 65
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan lanjut usia

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 20
2.1.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase kabupaten/kota yang 51 70 90 100 100
melaksanakan surveilans gizi
2 Persentase Puskesmas mampu 10 20 30 45 60
tatalaksana gizi buruk pada balita
3 Persentase bayi usia kurang dari 40 45 50 55 60
6 bulan mendapat ASI Eksklusif

2.1.4. Indikator Kinerja Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga


No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Jumlah kabupaten/kota yang 308 334 360 385 411
melaksanakan kesehatan kerja
2 Jumlah kabupaten/kota yang 308 334 360 385 411
melaksanakan kesehatan olahraga

2.1.5. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan


No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase desa/kelurahan dengan 40 50 60 70 90
Stop Buang air besar Sembarangan
(SBS)
2 Jumlah kabupaten/kota sehat 110 220 280 380 420
3 Persentase sarana air minum yang 60 64 68 72 76
diawasi/diperiksa kualitas air
minumnya sesuai standar
4 Jumlah fasyankes yang memiliki 2.600 3.000 4.850 6.250 8.800
pengelolaan limbah medis sesuai
standar
5 Persentase tempat pengelolaan 38 44 50 56 62
pangan (TPP) yang memenuhi
syarat sesuai standar
6 Persentase tempat dan fasilitas 55 60 65 70 75
umum (TFU) yang dilakukan
pengawasan sesuai standar

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 21
2.1.6. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase kabupaten/kota yang 30 35 40 45 50
menerapkan kebijakan gerakan
masyarakat hidup sehat
2 Persentase kabupaten/kota 51 70 90 100 100
melaksanakan pembinaan
posyandu aktif

2.1.7. Indikator Kinerja Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan


Tugas Teknis Lainnya pada Program Kesehatan Masyarakat
No Indikator Target
2020 2021 2022 2023 2024
1 Nilai reformasi birokrasi pada 56.5 57.5 58.5 59.5 60
program pembinaan kesehatan
masyarakat
2 Persentase kinerja RKAKL 80 82,5 85 87,5 90
pada program pembinaan
kesehatan masyarakat
BAB 3
INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
PADA RPJMN TAHUN 2020-2024

3.1. Angka Kematian Ibu (AKI)


3.1.1. Definisi Operasional
Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh
proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk kehamilan ektopik),
persalinan, abortus (termasuk abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di
dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental.

3.1.2. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan, abortus, dan masa dalam kurun
waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi, dan tidak
termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian insidental
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 100.000 kelahiran hidup di
wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.1.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data


Data dapat didapatkan dari Sensus Penduduk (SP) yang dilakukan 10 tahun
sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan 10 tahun sekali
(diantara 2 Sensus Penduduk).

3.2. Angka Kematian Bayi (AKB)


3.2.1. Definisi Operasional
Kematian bayi adalah bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal) yang
meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3.2.2. Rumus Penghitungan Indikator


Angka Kematian Bayi adalah jumlah bayi usia 0-11 bulan (termasuk
neonatal) yang meninggal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi 1.000
kelahiran hidup di wilayah tersebut dan pada kurun waktu yang sama dibagi 1.000
kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.2.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data


Data dapat didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang
dilakukan 10 tahun sekali.
3.3. Angka Kematian Neonatal (AKN)
3.3.1. Definisi Operasional
Kematian Neonatal adalah kematian bayi lahir hidup pada masa 0-28 hari
setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3.3.2. Rumus Penghitungan Indikator


Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi lahir hidup yang
terjadi pada masa 0-28 hari setelah lahir di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu dibagi 1.000 kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

3.3.3. Waktu Pelaksanaan dan Sumber Data


Data bisa didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
yang dilakukan 5 tahun sekali dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang
dilakukan 10 tahun sekali.

3.4. Prevalensi Stunting (Pendek dan Sangat Pendek) pada Balita


3.4.1. Definisi Operasional
Balita stunting (pendek dan sangat pendek) adalah anak umur 0 sampai 59
bulan dengan kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) memiliki Z-score kurang
dari
-2SD.
Standar prosedur : Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
Standar sarana/fasilitas : antropometri kit, aplikasi ePPGBM
Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan

3.4.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah balita stunting (pendek dan sangat pendek) dibagi jumlah balita yang
diukur indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut
umur (TB/U) dikali 100%

3.4.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan
pengukuran panjang/tinggi badan

3.4.4. Tempat Pelaksaaan


Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak
usia dini

3.4.5. Waktu Pelaksanaan


Pemantauan pertumbuhan setiap bulan
3.4.6. Pencatatan dan Pelaporan
1) Pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan setiap
bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja Puskesmas, baik di
Posyandu maupun fasilitas pendidikan anak usia dini
2) Hasil pengukuran dicatat/dientri ke dalam ePPGBM untuk mengetahui
kategori status gizinya berdasarkan indeks PB/U atau TB/U
3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.4.7. Sumber Data


1) Pemantauan pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus
2) Survei Status Gizi Indonesia

3.4.8. Waktu Pelaporan


Setiap tahun

3.4.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak
2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
3) Panduan Pemantauan Pertumbuhan bagi Kader Posyandu
4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
5) Panduan Sistem Informasi Gizi

3.5. Prevalensi Wasting (Kurus dan Sangat Kurus) pada Balita


3.5.1. Definisi Operasional
Anak umur 0 sampai 59 bulan dengan kategori status gizi berdasarkan
indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) dengan Z-score kurang dari -2SD. Menurut Permenkes
Nomor 2 Tahun 2020, balita wasting (kurus dan sangat kurus) adalah balita gizi
kurang dan gizi buruk.
Standar prosedur : pedoman pemantauan pertumbuhan
Standar sarana/fasilitas : antropometri kit, aplikasi ePPGBM
Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan
3.5.2. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah alita memiliki indeks BB/PB-TB <-2SD dibagi seluruh jumlah balita
yang diukur indeks BB/PB-TB dikali 100%

3.5.3. Pelaksana Kegiatan


Tenaga pelaksana gizi atau kader yang mampu melakukan pengukuran dan
penimbangan
3.5.4. Tempat Pelaksanaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak
usia dini

3.5.5. Waktu Pelaksanaan


Pemantauan pertumbuhan setiap bulan

3.5.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Penimbangan dan pengukuran dilakukan dalam kegiatan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan pada seluruh sasaran balita di wilayah kerja
Puskesmas, baik di Posyandu maupun fasilitas pendidikan anak usia dini
2) Hasil penimbangan dan pengukuran dicatat/dientri ke dalam ePPGBM
untuk mengetahui kategori status gizinya berdasarkan indeks BB/TB
3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.5.7. Sumber Data


1) Pemantauan Pertumbuhan di bulan Februari dan Agustus
2) Survei Status Gizi Indonesia

3.5.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap tahun

3.5.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak
2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
3) Panduan Pemantauan Pertumbuhan bagi Kader Posyandu
4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
5) Panduan Sistem Informasi Gizi

3.6. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


3.6.1. Definisi Operasional
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di
suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.

3.6.2. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di
suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran ibu bersalin
yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%.
3.6.3. Pelaksana Kegiatan
Dokter/dokter spesialis kandungan atau bidan atau perawat dengan
ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari:
a. Dokter dan bidan, atau
b. Dokter dan perawat, atau
c. 2 orang bidan, atau
d. Bidan dan perawat

3.6.4. Tempat Pelaksanaan


Dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah
sakit, praktek mandiri bidan)

3.6.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin di fasilitas pelayanan
kesehatan

3.6.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin dalam
kohort ibu dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP).
Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi
Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.6.7. Waktu
Pelaporan Setiap
bulan

3.6.8. Sumber Data


Laporan rutin

3.6.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN)
2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
3.7. Cakupan Kunjungan Antenatal (Persen)
3.7.1. Definisi Operasional
Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x pada trimester 1, 1x
pada trimester ke 2, 2x pada trimester ke 3 di suatu wilayah pada kurun waktu
tertentu.
Pelayanan antenatal 4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T yaitu:
1) pengukuran berat badan dan tinggi badan;
2) pengukuran tekanan darah;
3) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);
4) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
5) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
6) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
7) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet;
8) tes laboratorium;
9) tata laksana/penanganan kasus; dan
10) temu wicara (konseling)

3.7.2. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar paling sedikit 4x dengan distribusi waktu 1x pada trimester 1, 1x pada
trimester ke 2, 2x pada trimester ke 3 di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu dibagi jumlah sasaran seluruh ibu hamil yang ada di wilayah tersebut
pada kurun waktu yang sama dikali 100%.

3.7.3. Pelaksana Kegiatan


Dokter umum/dokter spesialis kandungan atau bidan atau dilakukan oleh
tim yang melibatkan perawat

3.7.4. Tempat Pelaksanaan


Dilaksanakan di Polindes, Poskesdes, fasilitas pelayanan kesehatan
(Puskesmas, klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

3.7.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali dengan ketentuan:
a. Satu kali pada trimester pertama
b. Satu kali pada trimester kedua
c. Dua kali pada trimester ketiga
3.7.6. Pencatatan dan Pelaporan
Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil ke dalam kohort ibu
dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas
(SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi
Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.7.7. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

3.7.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan

3.8. Cakupan Kunjungan Neonatal (Persen)


3.8.1. Definisi Operasional
Cakupan bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam,
1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu.
Pelayanan neonatal esensial setelah lahir (6 jam-28 hari), meliputi:
a. konseling perawatan bayi baru lahir dan asi ekslusif
b. memeriksa kesehatan dengan pendekatan MTBM
c. Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasyankes atau belum nedapatkan
injeksi vitamin K1
d. Imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia <24 jam yang lahir tidak ditolong
oleh tenaga kesehatan
e. Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi

3.8.2. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah bayi baru lahir usia 0 - 28 hari yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada usia 6 - 48 jam,
1 kali pada usia 3 – 7 hari, dan 1 kali pada usia 8 – 28 hari setelah lahir di suatu
wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh sasaran bayi baru lahir
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dikali 100%. Sasaran bayi baru
lahir = sasaran kelahiran hidup.
3.8.3. Pelaksana Kegiatan
Dokter/dokter spesialis anak atau bidan atau perawat

3.8.4. Tempat Pelaksanaan


Dilaksanakan di Polindes, Poskesdes, fasilitas pelayanan kesehatan
(Puskesmas, klinik, rumah sakit, tempat praktek mandiri bidan)

3.8.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali dengan ketentuan:
a. Satu kali pada usia 6 – 48 jam
b. Satu kali pada usia 3 – 7 hari
c. Satu kali pada 8 – 28 hari

3.8.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas yang melayani mencatat pelayanan kunjungan neonatal ke dalam
kohort bayi dan melaporkan ke pengelola Sistem Informasi Puskesmas (SIP).
Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi Komunikasi
Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.8.7. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

3.8.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial
3) Pedoman Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial

3.9. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan


Usia Reproduksi
3.9.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi
adalah:
1) Minimal 50% Puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi calon pengantin (kespro catin)
Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin
(kespro catin) adalah:
a. Puskesmas yang memberikan pelayanan :
 konseling/komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi
calon pengantin dan
Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 30
 skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi
meliputi: (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan indeks masa
tubuh, pemeriksaan Lingkar Lengan Atas/LiLA) dan tanda anemia
(pemeriksaan konjungtiva dan pemeriksaan Hb)
b. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau
perawat dan atau petugas gizi)
2) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan memberikan pelayanan KB
Pasca Persalinan
Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dengan metoda cara modern (AKDR/pil/suntik/kondom/MAL/implan/
vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan.
KB Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada
pasangan usia subur setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan
tujuan untuk menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan.
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai
minimal 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang kompeten yaitu :
a. dokter dan atau
b. bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update
(CTU)/pelatihan keluarga berencana (KB)/orientasi KB Pasca Persalinan
(KBPP)

3.9.2. Rumus Penghitungan Indikator


Rumus perhitungan definisi operasional:
1) Jumlah Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah
kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria
2) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen.
Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria
Rumus perhitungan indikator:
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia
reproduksi
Contoh kasus :
Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi “G”
pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 31
Tabel 1. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan reproduksi
Jumlah Puskesmas yang Puskesmas mampu dan
Kabupaten/
Puskes memberikan pelayanan memberikan pelayanan Keterangan
Kota
mas kespro catin KBPP
(a) (b) (c) (d) (e)
1. Kabupaten A 4 2 (50%) 2 (50%) Tidak (karena
Pusk mampu
dan
memberikan
pelayanan
KBPP belum
100%)
Puskemas A Memberikan pelayanan ya Memberikan tidak
kespro catin, meliputi pelayanan KB PP 20
konseling/KIE dan orang
skrining kesehatan Mempunyai 1 orang
petugas kompeten
Puskesmas B Memberikan pelayanan tidak Memberikan ya
kespro catin, meliputi pelayanan KB PP 30
skrining kesehatan, orang
tetapi tidak melakukan Mempunyai 2 orang
konseling/KIE petugas kompeten

Puskesmas C Tidak memberikan tidak Memberikan ya


pelayanan kespro catin, pelayanan KB PP 50
meliputi konseling/KIA orang
dan skrining kesehatan Mempunyai 4 orang
petugas kompeten
Puskesmas D Memberikan pelayanan ya Tidak melakukan tidak
kespro catin, meliputi pelayanan KB PP
konseling/KIA dan Mempunyai 2 orang
skrining kesehatan petugas kompeten
2. Kota B 5 3 (60%) 5 (100%) Ya (sesuai
kriteria)
3. Kabupaten C 8 3 (37,5%) 8 (100%) Tidak (Pusk
yang
memberikan
pelayanan
kespro catin
(<
50%)
4.Kabupaten D 6 4 (67%) 6 (100%) Ya (sesuai
kriteria)
Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

3.9.3. Pelaksana Kegiatan


Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan reproduksi/keluarga
berencana dinas kesehatan kabupaten/kota, pengelola program kesehatan
reproduksi di Puskesmas, pengelola program keluarga berencana di Puskesmas.
3.9.4. Tempat Pelaksanaan
Puskesmas

3.9.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

3.9.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas melakukan pelayanan dan mencatatkan dalam kohort kesehatan
usia reproduksi dan melaporkan melalui laporan program/Sistem Informasi
Puskesmas (SIP) yang selanjutnya dikirim ke kabupaten/kota untuk dimasukan
dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

3.9.7. Sumber Data


Laporan rutin

3.9.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

3.9.9. Pedoman Pelaksanaan


a. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil
b. Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas Kesehatan/Pedoman
Pelayanan KB

3.10. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
3.10.1. Definisi Operasional
Bayi umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa
makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral.
Standar prosedur : Pedoman
PMBA Standar sarana/fasilitas : buku KIA
Standar tenaga : kemampuan pengetahuan dan keterampilan PMBA

3.10.2. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi
seluruh bayi usia kurang dari 6 bulan dikali 100%

3.10.3. Pelaksana Kegiatan


Tenaga pelaksana gizi dan bidan

3.10.4. Tempat Pelaksanaan


Posyandu
3.10.5. Waktu Pelaksanaan
Dilaporkan setiap Bulan

3.10.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Mencatat hasil recall 24 jam ASI Eksklusif setiap bulan
2) Menentukan jumlah bayi yang masih ASI Eksklusif
3) Rekapitulasi hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan Februari dan Agustus

3.10.7. Sumber Data


Laporan Rutin

3.10.8. Waktu Pelaporan


Setiap bulan Februari dan Agustus

3.10.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI
2) Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak
3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
4) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

3.11. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)


3.11.1. Definisi Operasional
Ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yang ditandai dengan
ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm.
Standar prosedur : Pedoman ANC Terpadu
Standar sarana/fasilitas : pita LiLA atau metline LiLA (bagian dari
Antropometri Kit)
Standar tenaga : mampu melakukan pengukuran LiLA

3.11.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah ibu hamil KEK dibagi jumlah ibu hamil yang periksa LiLA dikali
100%

3.11.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mampu melakukan pengukuran
LiLA

3.11.4. Tempat Pelaksanaan


Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
3.11.5. Waktu Pelaksanaan
Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan (K1, K2,
K3 atau K4)

3.11.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Hasil pengukuran LiLA pada saat pemeriksaan kehamilan dicatat
kedalam kohort ibu dan dientry kedalam aplikasi ePPGBM. Pencatatan/entri
data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan
2) Ibu hamil yang menderita KEK hanya dihitung 1 (satu) kali selama
periode kehamilannya
3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.11.7. Sumber Data


Laporan Rutin atau Survei Status Gizi Indonesia

3.11.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

3.11.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil
Tahun 2015
2) Buku KIA
3) Pedoman ANC Terpadu
4) Petunjuk Teknis Surveilans Gizi
5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

3.12. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi


3.12.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah kabupaten/kota
yang minimal 70% dari jumlah Puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data,
pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi:
a) Pengumpulan data adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran
melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal
60% sasaran ibu hamil dan balita
b) Pengolahan dan analisis data adalah Puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi
pada seluruh balita gizi buruk
c) Diseminasi informasi adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan
di-upload kedalam sistem setiap triwulan
Standar prosedur : Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans GIzi
Standar sarana/fasilitas : alat antropometri, aplikasi ePPGBM
Standar tenaga :
a) Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan (keterampilan penggunaan alat,
penggunaan aplikasi)
b) Mampu melakukan analisis dan diseminasi hasil surveilans gizi

3.12.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi seluruh
kabupaten/kota dikali 100%

3.12.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh tenaga gizi atau bidan

3.12.4. Tempat Pelaksanaan


Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan

3.12.5. Waktu Pelaksanaan


Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan sehingga entry data dan
analisis dapat dilakukan setiap bulan. Namun untuk upload rencana kegiatan
dilakukan setiap triwulan.

3.12.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan
pelayanan kesehatan balita.
2) Entri data sasaran dibandingkan dengan jumlah seluruh sasaran yang
ada
3) Upload rencana kegiatan berdasarkan data yang ada
4) Menghitung jumlah Puskesmas yang melakukan surveilans
5) Entri data konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada
seluruh balita gizi buruk
6) Menghitung persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi
dengan membagi jumlah kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi
terhadap jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada
7) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

3.12.7. Waktu Pelaporan


Setiap bulan
3.12.8. Sumber Data
Laporan rutin

3.12.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
2) Buku pegangan Kader
3) Buku KIA
4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

3.13. Persentase Balita yang dipantau Pertumbuhan dan Perkembangannya


3.13.1. Definisi Operasional
Balita (0-59 bulan) yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya
yaitu balita yang ditimbang sedikitnya 8 kali dalam satu tahun, diukur panjang
badan atau tinggi badannya sedikitnya 2 kali dalam satu tahun dan dipantau
perkembangannya (motorik kasar, motorik halus, bicara-bahasa, sosialisasi
kemandirian) sedikitnya 2 kali dalam satu tahun. Pemantauan perkembangan
menggunakan ceklis Buku KIA atau KPSP (kartu pra skrining perkembangan) atau
instrument baku lainnya.

3.13.2. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah balita yang di pantau pertumbuhan dan perkembangannya dibagi
jumlah seluruh balita di wilayah Puskesmas dikali 100%

3.13.3. Pelaksana Kegiatan


1) Dokter/Bidan/Perawat/Ahli Gizi/Promkes
2) Kader/Guru PAUD

3.13.4. Tempat Pelaksanaan


Dilaksanakan di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/
Panti/LKSA

3.13.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

3.13.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas yang memberikan pelayanan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan pencatatan
di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/Panti/LKSA. Hasil
pelayanan di wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort bayi dan
balita. Selanjutnya, Puskesmas melaporkan ke pengelola Sistem Informasi

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 37
Puskesmas (SIP) dan dinas kesehatan kabupaten/kota memasukan dalam aplikasi
Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.13.7. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

3.13.8. Sumber Data


Laporan rutin

3.13.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Buku KIA
2) Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
3) Permenkes Standar Antropometri

3.14. Jumlah Balita yang Mendapatkan Suplementasi Gizi Mikro


3.14.1. Definisi Operasional
Balita usia 6 - 59 bulan dengan kategori berat badan kurang (BB/U<-2SD)
yang mendapat taburia.
Standar prosedur : Pedoman Manajemen Pemberian Taburia
Standar sarana/fasilitas : taburia, alat antropometri, aplikasi ePPGBM
Standar tenaga : mampu melakukan pemantauan pertumbuhan

3.14.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah balita yang mendapat suplementasi taburia di kabupaten/kota
lokus stunting

3.14.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan atau kader

3.14.4. Tempat Pelaksaaan


Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu dan fasilitas pendidikan anak
usia dini

3.14.5. Waktu Pelaksanaan


Taburia diberikan kepada balita yang ditemukan dengan berat badan
kurang dari hasil pemantauan pertumbuhan setiap bulan

3.14.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan
pelayanan kesehatan balita (taburia didistribusikan)

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 38
2) Menghitung jumlah balita menerima taburia dan jumlah sachet yang
diterima
3) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
4) Rekapitulasi sasaran yang menerima taburia sampai 4 bulan

3.14.7. Sumber Data


Laporan rutin

3.14.8. Waktu Pelaporan


Setiap bulan

3.14.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak
2) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
3) Panduan Manajemen Pemberian Taburia
4) Panduan Praktis bagi Kader tentang Taburia

3.15. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)


3.15.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan 4 tatanan yaitu pemukiman, sarana
dan prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan ketahanan pangan,
kawasan pendidikan dan kawasan pasar, memiliki SK Tim Pembina KKS, memiliki
SK forum dan rencana kerja dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim
pembina tingkat provinsi.

3.15.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan
kabupaten/kota Sehat. Contoh perhitungan:
Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama) terdapat
100 kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan laporan yang
disampaikan melalui aplikasi, maka capaian program kabupaten/kota yang
menyelenggarakan kabupaten/kota sehat pada tahun tersebut sebanyak 100
kabupaten/kota.

3.15.3. Pelaksana Kegiatan


1) Penanggung jawab di tingkat kabupaten/kota adalah Ketua Tim Pembina
KKS dan Ketua Forum KKS
2) Penanggung jawab di tingkat Kecamatan adalah Ketua Forum
Komunikasi KKS
3) Penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS
3.15.4. Tempat
Pelaksaaan
Kabupaten/kota

3.15.5. Waktu Pelaksanaan


Dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

3.15.6. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas bagian data dan
informasi Sekretariat KKS melalui aplikasi.

3.15.7. Sumber Data


Laporan rutin

3.15.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

3.15.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Bersama Nomor 34 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat dan Nomor
1138/Menkes/PB/VIII/2005 (Sedang Proses Revisi menjadi Perpres)
2) Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)
3) Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)

3.16. Persentase Desa/Kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)


3.16.1. Definisi Operasional
Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek
buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Verifikasi
adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat dalam
menerapkan pilar-pilar STBM.
Kriteria desa/kelurahan SBS (Stop Buang air besar Sembarangan) adalah:
1) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman dan layak
dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak
2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% Kepala Keluarga (KK) mempunyai jamban layak dan aman

3.16.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah desa/kelurahan yang sudah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh
desa/kelurahan dikali 100%. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia: 80.930.

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 40
3.16.3. Pelaksana Kegiatan
Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan dengan
kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan.
1) Dusun/RW
a) Sanitarian Puskesmas
b) PKK desa/kelurahan
c) Staf/aparat desa/kelurahan
d) Tim dari dusun lain dalam satu desa
e) Tim STBM desa/kelurahan
2) Desa/kelurahan
a) Sanitarian Puskesmas
b) Promkes Puskesmas
c) UPTD kecamatan
d) PKK kecamatan
e) Tim dari desa/kelurahan lain dalam 1 (satu) kecamatan
f) Tim STBM kecamatan
3) Kecamatan
a) Dinas kesehatan kabupaten/kota
b) Pokja sanitasi/AMPL
c) PKK kabupaten
d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,
jika ada)
e) Tim dari kecamatan lain
f) Tim STBM kabupaten
4) Kabupaten/kota
a) Dinas kesehatan provinsi
b) Tim STBM provinsi
c) Pokja Sanitasi/AMPL provinsi
d) Perwakilan dari kabupaten lain
e) Dinas di provinsi yang terkait dengan sarana air minum dan sanitasi
f) Tim STBM provinsi
5) Provinsi
a) Tim STBM nasional
b) Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
c) Perwakilan dari provinsi lain
d) Mitra/swasta

3.16.4. Tempat
Pelaksaaan
Desa/kelurahan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 41
3.16.5. Waktu Pelaksanaan
Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

3.16.6. Pencatatan dan Pelaporan


Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga. Setelah
selesai verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

3.16.7. Sumber Data


Laporan rutin

3.16.8. Waktu Pelaporan


Setiap bulan

3.16.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM
2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM
3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM
4) SNI 2398:2017 (Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan
Pengolahan Lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter,
kolam sanita)
5) Pedoman Wirausaha Sanitasi
6) Pedoman Pengelolalaan Teknologi Tepat Guna Sanitasi dan Air Minum

3.17. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air


Minumnya sesuai Standar
3.17.1. Definisi Operasional
Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana
Pengamanan Air Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa kualitas air
minumnya oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
Maksud dari diawasi/diperiksa adalah Petugas kesehatan lingkungan
melakukan pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi
lapangan (IKL), dan uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil
pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM.
Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 81.921
sarana, dengan rincian sebagai berikut:
a) PDAM pemerintah: 411 PDAM (sumber: Data Perpamsi)
b) PDAM swasta: 17 PDAM
c) KPSPAM Pamsimas: 24.833 sarana (sumber: Data KPSPAM Pamsimas)
d) KPSPAM non Pamsimas: 6.898 sarana
e) Depot air minum: 49.713 depot (sumber: E-monev HSP)
f) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP): 49
3.17.2. Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya
dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sarana air minum di kali 100%

3.17.3. Pelaksana Kegiatan


Dinas kesehatan kabupaten/kota, sanitarian, KKP

3.17.4. Tempat Pelaksaaan


Sarana air minum dan penyelenggara air minum

3.17.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

3.17.6. Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM

3.17.7. Waktu Pelaporan


Satu kali setahun

3.17.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Kualitas
Air Minum
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata
Laksana Pengawasan Kualitas Air

3.18. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan


Masyarakat Hidup Sehat
3.18.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas) dengan kriteria:
1) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
2017 (melaksanakan 5 kluster Germas) dan/atau kebijakan berwawasan
kesehatan adalah kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan
Germas dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas
ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas
yaitu:
a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik
b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan
Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh bupati/walikota/Kepala OPD
berupa peraturan/surat keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung
salah satu klaster Germas.
Contoh:
a) Kebijakan Germas
 Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
 Peraturan Bupati Bantul Nomor: 35 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan
 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 Tahun 2019 tentang Kawasan
Tanpa Rokok
 Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang
Terbuka Hijau Kota Banjarmasin
 Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kawasan
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day)
2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung 5 kluster Germas
minimal 3 kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah),
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial
adalah kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster
Germas dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM
(Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial
(dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll) dan dilakukan minimal
3 (tiga) kali setahun.

3.18.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas dibagi jumlah
total kabupaten/kota, dikali 100%

3.18.3. Pelaksana Kegiatan


Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan
(sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, PosUKK, Pos Lansia, dll) dan atau
mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan Bappeda.

3.18.4. Tempat Pelaksanaan


Kabupaten/kota
3.18.5. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

3.18.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan
kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan
Masyarakat (Komdat Kesmas)

3.18.7. Sumber Data


Laporan rutin

3.18.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan

3.18.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
2) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

3.19. Jumlah Pedoman/Regulasi/Rekomendasi Kebijakan Penerapan Gerakan


Masyarakat Hidup Sehat
3.19.1. Definisi Operasional
Pedoman/regulasi/rekomendasi Germas bidang kesehatan yang diadopsi
oleh Kementerian/Lembaga sebagai acuan Kementerian/Lembaga dalam
menerbitkan kebijakan Germas sesuai tugas dan fungsinya (Instruksi Presiden
Nomor 1 Tahun 2017)

3.19.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah dokumen pedoman/regulasi/rekomendasi Germas bidang yang di
yang diadopsi Kementerian/Lembaga dalam menerbitkan kebijakan Germas sesuai
tugas dan fungsinya

3.19.3. Pelaksana Kegiatan


Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur Kementerian/Lembaga, lintas
program di Kementerian Kesehatan yang dimotori oleh Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

3.19.4. Tempat Pelaksanaan


Pemerintah Pusat
3.19.5. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

3.19.6. Pencatatan dan Pelaporan


Hasil monitoring dan evaluasi ke Kementerian/Lembaga

3.19.7. Sumber Data


Data monitoring dan evaluasi ke Kementerian/Lembaga

3.19.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap 3 (tiga) Bulanan

3.19.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya
Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
3) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
4) Pedoman Pelaksanaan Pencapaian Indikator Kegiatan Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2020 – 2024

3.20. Persentase Kabupaten/Kota dengan Minimal 80% Posyandu Aktif


3.20.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang memiliki Posyandu aktif minimal 80% dengan kriteria:
1) Melakukan kegiatan rutin posyandu minimal 10 kali/tahun
Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10 kali/tahun adalah Posyandu
melakukan kegiatan hari buka Posyandu minimal 10 kali/tahun dalam bulan
berbeda
2) Memiliki minimal 5 orang kader
Memiliki minimal 5 orang kader adalah memiliki kader sekurang-kurangnya 5
orang yang disahkan dengan surat keputusan Kepala Desa/Kelurahan
3) Cakupan minimal 50% sasaran Posyandu mendapatkan layanan KIA, Gizi,
Imunisasi dan KB
Cakupan minimal 50% sasaran Posyandu mendapatkan layanan KIA, Gizi,
Imunisasi dan KB adalah sekurang-kurangnya 50% sasaran Posyandu
mendapatkan layanan KIA, Gizi, Imunisasi dan KB di Posyandu atau fasilitas
kesehatan
4) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
Memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan Perkembangan adalah setiap
posyandu memiliki alat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan berupa
alat timbang berat badan dan tinggi badan serta alat ukur perkembangan
5) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan
Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan adalah Posyandu melakukan
sekurang-kurangnya 1 kegiatan pengembangan seperti kesehatan remaja,
kesehatan usia kerja, kesehatan lanjut usia, TOGA, penanggulangan penyakit
atau kegiatan tambahan kesehatan lain sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan masyarakat

3.20.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang memiliki sekurang-kurangnya 80% Posyandu
aktif dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota dikali 100%

3.20.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh pengelola promkes, pemangku kepentingan terkait dan
kader

3.20.4. Tempat Pelaksaaan


Dilaksanakan di Posyandu dan Puskesmas/Fasyankes

3.20.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan setiap hari buka Posyandu dan setiap ada sasaran
Posyandu yang mendapatkan pelayanan KIA, Gizi, KB dan imunisasi di
Puskesmas/Fasyankes

3.20.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas Puskesmas mengambil pencatatan rutin kader Posyandu yang telah
diisi oleh kader untuk dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
Kabupaten/kota melakukan rekapitulasi dan memasukan dalam aplikasi
Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

3.20.7. Sumber Data


Pencatatan rutin kader Posyandu dan pelaporan rutin Puskesmas

3.20.8. Waktu Pelaporan


Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan
setiap bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri Nomor 54 Tahun
2007, pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali
dan pelaporan dari provinsi ke pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.

3.20.9. Pedoman Pelaksanaan


Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

3.21. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif


3.21.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu Aktif dengan
kriteria:
1) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan bupati/walikota
Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait
pengembangan Posyandu tingkat kabupaten/kota
2) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun
Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas
perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan
3) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader
Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader yang
berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/kota
4) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu
Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan
Posyandu sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP online dan atau Si
Cakep
5) Posyandu aktif minimal 50%
a) Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun
b) Memiliki minimal 5 orang kader
c) Melakukan pelayanan kegiatan KIA, Gizi, imunisasi, KB dengan cakupan
minimal 50%
d) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan
e) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja, Lansia,
TOGA, Penanggulangan penyakit)

3.21.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pembinaan Posyandu aktif sesuai
kriteria dibagi total kabupaten/kota dikali 100%

3.21.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh pengelola program promkes, pemangku kepentingan
terkait dan kader
3.21.4. Tempat Pelaksaaan
Dilaksanakan di kabupaten/kota, Puskesmas/Fasyankes dan Posyandu

3.21.5. Waktu Pelaksanaan


Pembinaan dilaksanakan sepanjang tahun sesuai penjadwalan yang
disepakati oleh kabupaten/kota

3.21.6. Pencatatan dan Pelaporan


Pengelola promkes kabupaten/kota, pemangku kepentingan terkait dan
kader sesuai kewenangan masing-masing melalui system pelaporan yang ada di
kabupaten/kota

3.21.7. Sumber Data


Laporan rutin puskesmas dan posyandu serta laporan Pokjanal
kabupaten/kota

3.21.8. Waktu Pelaporan


Pencatatan kader diambil setiap Bulan oleh petugas Puskesmas dilaporkan
setiap bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Permendagri Nomor 54 Tahun
2007, pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi, minimal 4 (empat) bulan sekali
dan pelaporan dari provinsi ke pusat, minimal 6 (enam) bulan sekali disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pemerintah Desa, Kementerian Dalam Negeri.

3.21.9. Pedoman Pelaksanaan


Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

3.22. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja


3.22.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah:
1) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja.
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas yang
melaksanakan:
a) Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/penggunaan
APD/pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas)
b) Deteksi dini PM/PTM/PAK pada pekerja Puskesmas
c) Pembentukan/pembinaan PoS UKK
2) Tersedianya Surat Keputusan (SK) atau Surat Edaran (SE) yang mendukung
pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja.
Adanya SK/SE serta pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah yang mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja
3) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal
Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan
kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi dan
pelaksanaan program kesehatan kerja seperti:
a) GP2SP, atau
b) K3 Perkantoran, atau
c) K3 Fasyankes

3.22.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja
dalam kurun waktu 1 tahun

3.22.3. Pelaksana Kegiatan


1) Tingkat Puskesmas adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim
kesehatan kerja atau petugas lain di Puskesmas
2) Tingkat dinas kesehatan adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim
kesehatan kerja atau petugas lain di dinas kesehatan

3.22.4. Tempat Pelaksaaan


Di dalam gedung Puskesmas, dinas kesehatan, dan tempat kerja di wilayah
kerja Puskesmas (Pos UKK dan perkantoran di tingkat kecamatan) dan dinas
kesehatan (OPD, perusahaan dan Fasyankes tingkat kabupaten/kota)

3.22.5. Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan
kegiatan

3.22.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dalam buku bantu dan
memasukan dalam aplikasi Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan
Olahraga (SITKO)

3.22.7. Waktu Pelaporan


Setiap tiga bulan sekali

3.22.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Implementasi GP2SP
2) Pedoman Implentasi Pos UKK
3) Pedoman K3 Fasyankes
4) Pedoman K3 RS
5) Pedoman K3 Perkantoran

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 50
3.23. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Lanjut Usia
3.23.1. Definisi Operasional
Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia
adalah meliputi:
1) Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di wilayah kerjanya
adalah seluruh Puskesmas melaksanakan pembinaan pada Posyandu Lansia
sedikitnya di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga Posyandu Lansia buka
minimal 4 kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut
2) Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan
pelayanan kesehatan santun Lansia yaitu:
a) Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas
pelayanan yang terlatih atau memahami pelayanan kesehatan Lansia dan
geriatri
b) Memberikan prioritas pelayanan kepada Lansia, minimal dengan
mendahulukan Lansia di loket, Poliklinik, laboratorium dan apotik
c) Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkinsehingga aman dan
mudah diakses oleh Lansia
d) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup
3) Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang (PJP)
bagi Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai melaksanakan Program PJP
bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas dalam bentuk kegiatan orientasi
Program PJP bagi Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal

3.23.2. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
lanjut usia (Lansia) dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota di kali 100% dalam
kurun waktu 1 tahun

3.23.3. Pelaksana Kegiatan


Kabupaten/kota (penanggung jawab program kesehatan Lansia dinas
kesehatan kabupaten/kota, petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami
pelayanan kesehatan Lansia di Puskesmas, dan kader Posyandu Lansia)

3.23.4. Tempat Pelaksanaan


Puskesmas dan Posyandu Lansia di wilayah kabupaten/kota

3.23.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 51
3.23.6. Pencatatan dan Pelaporan
Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di
luar gedung Puskesmas (Posyandu Lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti,
dll). Petugas yang melayani, mencatatkan hasil ke dalam form kohort pelayanan
kesehatan Lansia dan form pencatatan pelaporan tingkat Puskesmas, termasuk
mengkompilasi hasil kegiatan di Posyandu Lansia. Hasil pencatatan Puskesmas
dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Untuk laporan pelaksanaan capaian indikator kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia, pencatatan dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota untuk selanjutnya disampaikan kepada dinas
kesehatan provinsi. Dinas kesehatan provinsi kemudian melakukan verifikasi dan
validasi data, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam aplikasi Komunikasi Data
Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas) sebagai laporan di tingkat pusat.

3.23.7. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

3.23.8. Sumber Data


Laporan rutin

3.23.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Buku Kesehatan Lanjut Usia dan Petunjuk Teknis Pengisian Buku
Kesehatan Lansia
2) Petunjuk Teknis Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G)
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas
4) Pedoman untuk Puskesmas dalam Pemberdayaan Lanjut Usia
5) Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan
Lanjut Usia di Posyandu Lansia
6) Buku untuk Kader seri Kesehatan Lanjut Usia
7) Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang bagi Lanjut
Usia
8) Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi
Lanjut Usia

3.24. Jumlah Fasyankes yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis sesuai


Standar
3.24.1. Definisi Operasional
Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar adalah
Fasyankes (rumah sakit dan Puskesmas) yang telah melakukan pemilahan,
pewadahan, pengangkutan yang memenuhi syarat penyimpanan sementara B3 di
tempat penyimpanan B3 (TPSB3) yang berizin serta telah melakukan pengolahan
secara mandiri sesuai persyaratan atau berizin dan atau bekerjasama dengan pihak
pengelola limbah B3 yang berizin.
Standar prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang dilaksanakan
sesuai standar mengacu ke Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor
7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, serta mempunyai
tenaga yang memahami pengelolaan limbah medis di Fasyankes.

3.24.2. Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah melaksanakan
pengelolaan limbah medis sesuai standar
Jumlah Rumah Sakit : 2.900
unit Jumlah Puskesmas: 9.993
unit

3.24.3. Pelaksana Kegiatan


Penanggung jawab kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan tenaga
kesehatan lainnya di Fasyankes

3.24.4. Tempat Pelaksanaan


Rumah sakit dan Puskesmas

3.24.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan
setiap hari

3.24.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas yang bertanggung jawab melaksanakan pengelolaan limbah medis
di Fasyankes melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui E-Monev Limbah
Medis di Fasyankes (aplikasi daring) dan kabupaten/kota serta mengkoordinir
pelaporan dari Fasyankes serta provinsi melakukan approve aplikasi E-Monev
Limbah Medis bagi Fasyankes yang akan melakukan pelaporan.

3.24.7. Waktu Pelaporan


Setiap tiga bulan sekali

3.24.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya dan Beracun di Fasyankes
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2019 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter
dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi
5) E-monev Limbah Fasyankes

3.25. Jumlah Tenaga Kesehatan yang Dilatih Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal
3.25.1. Definisi Operasional
Jumlah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat yang
telah dilatih Pelatihan bagi Pelatih (Training of Trainer/TOT) maupun pelatihan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal dengan kurikulum yang telah
mendapatkan pengesahan oleh PPSDM Kesehatan.

3.25.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah seluruh dokter, bidan dan perawat yang dilatih TOT dan pelatihan
kegawatdaruratan maternal neonatal dalam kurun waktu 1 tahun

3.25.3. Pelaksana Kegiatan


TOT dan pelatihan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
diselenggarakan oleh institusi pelatihan yang terakreditasi BBPK/Bapelkes/
institusi lain sesuai tujuan pelatihan

3.25.4. Tempat Pelaksanaan


TOT dan pelatihan penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal
diselenggarakan di institusi pelatihan bidang kesehatan yang terakreditasi
(BPPK/Bapelkes)/ instansi lain yang memiliki sarana dan fasilitas sesuai dengan
kebutuhan/tujuan pelatihan

3.25.5. Waktu Pelaksanaan


TOT dan pelatihan dilaksanakan selama 14 hari
3.25.6. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan melalui SIAKPEL (Sistem Akreditasi Pelatihan)
PPSDM Kesehatan dan pencatatan Direktorat Kesehatan Keluarga. Pelaporan
dilaporkan dalam Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).
3.25.7. Waktu Pelaporan
Tiga bulan sekali

3.25.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Kurikulum Pelatihan bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal di FKTP
2) Modul Pelatihan Bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal di FKTP
3) Lembar Penugasan Pelatihan bagi Pelatih Penanganan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal di FKTP
4) Kurikulum Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal di FKTP
5) Modul Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
di FKTP
6) Lembar Penugasan Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal di FKTP
BAB 4
INDIKATOR PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT
PADA RENSTRA KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020-2024

4.1. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat


4.1.1. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
4.1.1.1.Definisi Operasional
Ibu hamil dengan risiko Kurang Energi Kronis (KEK) yang ditandai dengan
ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm
Standar prosedur : Pedoman ANC Terpadu
Standar sarana/fasilitas : pita LiLA atau metline LiLA (bagian dari
Antropometri Kit)
Standar tenaga : mampu melakukan pengukuran LILA

4.1.1.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah ibu hamil KEK dibagi jumlah ibu hamil yang periksa LiLA dikali
100%

4.1.1.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mampu melakukan pengukuran
LiLA

4.1.1.4. Tempat Pelaksanaan


Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan

4.1.1.5. Waktu Pelaksanaan


Pemeriksaan LiLA dilaksanakan pada saat pemeriksaan kehamilan (K1,
K2, K3, atau K4)

4.1.1.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Hasil pengukuran LiLA pada saat pemeriksaan kehamilan dicatat ke
dalam kohort ibu dan dientri kedalam aplikasi ePPGBM.
Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
2) Ibu hamil yang menderita KEK hanya dihitung 1 (satu) kali
3) Rekapitulasi dilaporkan setiap bulan

4.1.1.7. Sumber Data


Laporan rutin atau Survei Status Gizi Indonesia (Balitbangkes)
4.1.1.8. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

4.1.1.9. Pedoman Rujukan


1) Pedoman Penanggulangan Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil
Tahun 2015
2) Buku KIA
3) Pedoman ANC Terpadu
4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.1.2. Persentase Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


4.1.2.1.Definisi Operasional
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di
suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu

4.1.2.2.Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan di
suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dibagi jumlah sasaran ibu bersalin
yang ada di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu, dikali 100%

4.1.2.3. Pelaksana Kegiatan


Dokter/dokter spesialis kandungan atau bidan atau perawat dengan
ketentuan tenaga penolong minimal dua orang terdiri dari:
a) Dokter dan bidan, atau
b) Dokter dan perawat, atau
c) 2 orang bidan, atau
d) Bidan dan perawat

4.1.2.4. Tempat Pelaksanaan


Dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas, klinik, rumah
sakit, tempat praktek mandiri bidan)

4.1.2.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan setiap ada ibu bersalin ke Fasyankes

4.1.2.6.
Pencatatan dan pelaporan
Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan ibu bersalin
dalam kohort ibu dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem
Informasi Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan
dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.1.2.7. Waktu Pelaporan


Setiap bulan

4.1.2.8. Sumber data


Laporan rutin

4.1.2.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN)
2) Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar dan Rujukan
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
5) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

4.1.3. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan


Masyarakat Hidup Sehat
4.1.3.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas) dengan kriteria:
1) Memiliki kebijakan gerakan masyarakat hidup sehat dan atau kebijakan
berwawasan kesehatan yaitu kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan
kebijakan Germas dan atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas
ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas
yaitu:
a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik
b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan
Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh bupati/walikota/kepala OPD
berupa peraturan/surat keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung
salah satu klaster Germas.
Contoh:
a) Kebijakan Germas
 Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
 Peraturan Bupati Bantul Nomor 35 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan
 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 tahun 2019 tentang Kawasan
Tanpa Rokok
 Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang
Terbuka Hijau Kota Banjarmasin
 Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 tahun 2015 tentang Kawasan
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day)
2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung Germas minimal 3
kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial adalah
kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) Klaster Germas
dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM
(Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial
(dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll).

4.1.3.2.Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas dibagi
jumlah total kabupaten/kota, dikali 100%

4.1.3.3.Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan
(sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau
mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan Bappeda

4.1.3.4. Tempat Pelaksaaan


Kabupaten/kota

4.1.3.5. Waktu Pelaksanaan


Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 59
4.1.3.6.Pencatatan dan Pelaporan
Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan
kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi Komunikasi Data
Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.1.3.7. Sumber Data


Laporan Rutin

4.1.3.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan

4.1.3.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
2) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

4.1.4. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan


(SBS)
4.1.4.1. Definisi Operasional
Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek
buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi.
Verifikasi adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di
masyarakat dalam menerapkan pilar-pilar STBM.
Kriteria desa/kelurahan dengan SBS adalah:
1) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman dan layak
dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak
2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban layak dan aman

4.1.4.2.Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah desa/kelurahan yang telah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh
desa/kelurahan dikali 100%. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia: 80.930.

4.1.4.3. Pelaksana Kegiatan


Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan
dengan kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan.
1) Dusun/RW
a) Sanitarian Puskesmas
b) PKK desa/kelurahan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 60
c) Staff/aparat desa/kelurahan
d) Tim dari dusun lain dalam satu desa
e) Tim STBM desa
2) Desa/Kelurahan
a) Sanitarian Puskesmas
b) Promkes Puskesmas
c) UPTD kecamatan
d) PKK kecamatan
e) Tim dari desa/kelurahan lain dalam 1 (satu) kecamatan
f) Tim STBM kecamatan
3) Kecamatan
a) Dinas kesehatan kabupaten/kota
b) Pokja sanitasi/AMPL
c) PKK kabupaten
d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,
jika ada)
e) Tim dari kecamatan lain
f) Tim STBM kabupaten
4) Kabupaten/Kota
a) Dinas kesehatan provinsi
b) Tim STBM provinsi
c) Pokja Snitasi/AMPL provinsi
d) Perwakilan dari kabupaten lain
e) Dinas di provinsi yang terkait dengan sarana air minum dan sanitasi
f) Tim STBM provinsi
5) Provinsi
a) Tim STBM nasional
b) Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
c) Perwakilan dari provinsi lain
d) Mitra/swasta

4.1.4.4. Tempat Pelaksaaan


Desa/kelurahan

4.1.4.5.
Waktu Pelaksanaan
Sepanjang tahun monitoring dengan indikator perubahan adalah sampai
dengan kepala keluarga (KK) sudah berubah perilaku tidak membuang air besar
sembarangan dengan informasi ketersediaan akses sanitasinya

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 61
4.1.4.6. Pencatatan dan Pelaporan
Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga. Setelah
selesai verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

4.1.4.7. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

4.1.4.8. Sumber Data


Laporan rutin

4.1.4.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM
2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM
3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM
4) SNI 2398:2017 (Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan
Pengolahan Lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter,
kolam sanita)
5) Pedoman Wirausaha Sanitasi
6) Pedoman Pengelolalaan Teknologi Tepat Guna Sanitasi dan Air Minum

4.2. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat


4.2.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Surveilans Gizi
4.2.1.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah
kabupaten/kota yang minimal 70% dari jumlah Puskesmas melakukan kegiatan
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta diseminasi informasi:
d) Pengumpulan data adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entry data sasaran balita dan ibu hamil serta data pengukuran
melalui Sistem Informasi Gizi Terpadu, rerata setiap bulan mencapai minimal
60% sasaran ibu hamil dan balita
e) Pengolahan dan analisis data adalah Puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi
pada seluruh balita gizi buruk
f) Diseminasi informasi adalah Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan
di-upload kedalam sistem setiap triwulan
Standar prosedur : Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans GIzi
Standar sarana/fasilitas : alat antropometri, aplikasi ePPGBM
Standar tenaga :
1) Mampu melakukan pemantauan pertumbuhan (keterampilan penggunaan alat,
penggunaan aplikasi)
2) Mampu melakukan analisis dan diseminasi hasil surveilans gizi

4.2.1.2.
Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi seluruh
kabupaten/kota dikali 100%

4.2.1.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh tenaga gizi atau bidan

4.2.1.4.Tempat Pelaksanaan
Wilayah kerja Puskesmas seperti di Posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan

4.2.1.5. Waktu Pelaksanaan


Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan sehingga entry data dan
analisis dapat dilakukan setiap bulan, namun untuk upload rencana kegiatan
dilakukan setiap triwulan

4.2.1.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan
pelayanan kesehatan balita
2) Entri data sasaran dibandingkan dengan jumlah seluruh sasaran yang
ada
3) Upload rencana kegiatan berdasarkan data yang ada
4) Menghitung jumlah puskesmas yang melakukan surveilans
5) Entri data konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada
seluruh balita gizi buruk
6) Menghitung persentase kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi
dengan membagi jumlah kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi
terhadap jumlah seluruh kabupaten/kota yang ada
7) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan

4.2.1.7. Waktu Pelaporan


Setiap bulan

4.2.1.8. Sumber Data


Laporan rutin

4.2.1.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Pemantauan Pertumbuhan
2) Buku pegangan Kader
3) Buku KIA
4) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.2.2. Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita


4.2.2.1.Definisi Operasional
Puskesmas mampu melakukan tatalaksana gizi buruk pada balita adalah
Puskesmas dengan kriteria:
1) Mempunyai tim asuhan gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan
tenaga gizi
2) Memiliki Standar Prosedur Operasional tatalaksana gizi buruk pada balita
Standar prosedur : SPO tatalaksana gizi buruk, Pedoman Pencegahan
dan Tatalaksana Balita Gizi Buruk
Standar sarana/fasilitas : alat antropometri, aplikasi ePPGBM
Standar tenaga : tim asuhan gizi terlatih

4.2.2.2.
Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah Puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dibagi jumlah seluruh
Puskesmas dikali 100%

4.2.2.3.Pelaksana Kegiatan
Pelaksanaan dilakukan oleh tim asuhan gizi di Puskesmas dengan
supervisi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota

4.2.2.4. Tempat Pelaksanaan


Puskesmas

4.2.2.5. Waktu Pelaksanaan


Tatalaksana gizi buruk dilakukan setiap waktu

4.2.2.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Entri data tenaga kesehatan (dokter, tenaga gizi atau bidan/perawat) yang
telah mengikuti pelatihan tatalaksana gizi buruk disertai upload
sertifikat pelatihan
2) Upload SOP tatalaksana gizi buruk yang dimiliki puskesmas
3) Menghitung jumlah puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dengan
membagi jumlah puskesmas mampu tatalaksana gizi buruk dengan
jumlah puskesmas yang ada
4) Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ada tenaga
yang telah terlatih tatalaksana gizi buruk
5) Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
4.2.2.7. Waktu Pelaporan
Setiap bulan

4.2.2.8. Sumber Data


Laporan rutin

4.2.2.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita
2) Modul Pelatihan Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita
3) Buku Saku Gizi Buruk Layanan Rawat Jalan
4) Pedoman Pelaksanaan Surveilans Gizi
5) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.2.3. Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
4.2.3.1.Definisi Operasional
Bayi umur 0 sampai 5 bulan 29 hari yang hanya diberi ASI saja tanpa
makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral.
Standar prosedur : Pedoman
PMBA Standar sarana/fasilitas : buku KIA
Standar tenaga : kemampuan pengetahuan dan keterampilan PMBA

4.2.3.2.Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif dibagi
seluruh bayi usia kurang dari 6 bulan dikali 100%

4.2.3.3. Pelaksana Kegiatan


Tenaga pelaksana gizi dan bidan

4.2.3.4. Tempat Pelaksanaan


Posyandu

4.2.3.5. Waktu Pelaksanaan


Dilaporkan setiap bulan

4.2.3.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Mencatat hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan
2) Menentukan jumlah bayi yang masih ASI Eksklusif
3) Rekapitulasi hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan Februari dan Agustus

4.2.3.7. Waktu Pelaporan


Setiap bulan Februari dan Agustus
4.2.3.8. Sumber Data
Laporan Rutin

4.2.3.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI
2) Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak
3) Pedoman Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
4) Pedoman Sistem Informasi Gizi Terpadu

4.3. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga


4.3.1. Jumlah Kab/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Bayi Baru Lahir
4.3.1.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir dengan kriteria sebagai berikut:
1) Seluruh Puskesmas menyelenggarakan kelas ibu hamil minimal di 50%
desa/kelurahan
Cakupan Puskesmas yang minimal 50% desa/kelurahan di wilayah kerjanya
melaksanakan kelas ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun. Kelas ibu hamil
adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil Dengan tujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi
baru lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular seksual
dan akte kelahiran.
2) Cakupan K4 minimal 85%
Minimal 85% ibu hamil di suatu kabupaten/kota mendapatkan pelayanan
antenatal sebanyak 4 kali selama periode kehamilan (K4) dengan ketentuan satu
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dua kali pada
trimester ketiga.
Pelayanan antenatal4 kali dilakukan sesuai standar kualitas melalui 10 T antara
lain :
a) pengukuran berat badan dan tinggi badan;
b) pengukuran tekanan darah;
c) pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);
d) pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;
f) pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;
g) pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet;
h) tes laboratorium;
i) tata laksana/penanganan kasus; dan
j) temu wicara (konseling)
3) Seluruh Puskesmas dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal
Puskemas dengan tempat tidur (Puskesmas Rawat Inap) yang memiliki fasilitas
dan tim (dokter, bidan, perawat) yang mampu melakukan penanganan
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar yang siap 24 jam sehari dan 7
hari seminggu.
4) Kabupaten/kota memiliki minimal 1 rumah sakit mampu melakukan
penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal
Rumah sakit yang memiliki fasilitas dan kemampuan penanganan kasus rujukan
komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan neonatal bagi ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir yang siap 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
5) Dinas kesehatan kabupaten/kota menyelenggarakan AMP minimal 1 kali setiap
3 bulan
Kab/kota yang melaksanakan pengkajian kasus kematian ibu, kematian
neonatal dan lahir mati minimal setiap 3 bulan sekali

4.3.1.2. Rumus Penghitungan Indikator


Rumus perhitungan definisi operasional yaitu:
1) Jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan kelas ibu hamil di minimal 50%
desa/kelurahan di wilayahnya pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah seluruh
Puskesmas yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100.
Jika hasilnya 100% maka memenuhi kriteria.
2) Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sebanyak 4x sesuai
standar di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibagi Jumlah seluruh ibu
hamil yang ada di wilayah tersebut pada kurun waktu yang sama x 100. Jika
cakupan minimal 85% maka memenuhi kriteria.
3) Jumlah puskesmas dengan tempat tidur (Puskesmas Rawat Inap) mampu
memberikan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal pada kurun
waktu tertentu dibagi jumlah seluruh Puskesmas dengan tempat tidur
(Puskesmas Rawat Inap) pada kurun waktu yang sama x 100. Jika hasilnya
100%, maka memenuhi kriteria
4) Apabila Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 rumah sakit mampu melakukan
penanganan kasus rujukan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal yang memiliki tenaga dengan kemampuan serta sarana dan prasarana
penunjang yang memadai untuk memberikan pelayanan pertolongan
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal komprehensif dalam 24 jam sehari
dan 7 hari seminggu, masuk dihitung memenuhi kriteria
5) Apabila dinas kesehatan kabupaten/kota menyelenggarakan kajian Audit
Maternal Perinatal minimal 1 kali setiap 3 bulan, masuk dihitung memenuhi
kriteria
Rumus perhitungan indikator yaitu cakupan kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir = jumlah
kabupaten/kota yang memenuhi 5 kriteria pada definisi operasional.

4.3.1.3. Pelaksana Kegiatan


Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas, praktik mandiri
bidan, jejaring dan jaringannya, klinik dan rumah sakit (dokter, bidan, perawat),
dan kader kesehatan

4.3.1.4.
Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Puskesmas, praktik mandiri bidan, klinik dan rumah sakit
dan di masyarakat/desa (pelaksanaan kelas bumil) serta dinas kesehatan
kabupaten/kota (pelaksanaan AMP-SR)

4.3.1.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku

4.3.1.6. Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatat pelayanan ibu hamil dan bersalin dalam
kohort ibu, dan buku KIA, kemudian melaporkan ke pengelola Sistem Informasi
Puskesmas (SIP). Petugas pengelola data kabupaten/kota memasukan dalam
aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

4.3.1.7. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

4.3.1.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa SebelumHamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual
4) Pedoman Audit Maternal Perinatal tahun 2015
5) Pedoman penyelenggaraan Puskesmas PONED
6) Pedoman penyelenggaraan PONEK 24 Jam Rumah Sakit tahun 2012

4.3.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan


Kesehatan Balita
4.3.2.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan balita
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Seluruh Puskesmas melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya 50%
desa/kelurahan yaitu tenaga kesehatan mendampingi kelompok ibu/keluarga
yang memiliki anak usia balita untuk mendiskusikan materi kesehatan anak
dalam buku KIA
2) Seluruh Puskesmas melaksanakan pendekatan MTBS yaitu menggunakan
algoritma MTBS (formulir pencatatan MTBS) untuk melayani kunjungan bayi
muda dan balita sakit
3) Seluruh Puskesmas melaksanakan SDIDTK yaitu menindaklanjuti rujukan balita
dengan kemungkinan gangguan perkembangan sebagaimana Pedoman
Pelaksanaan SDIDTK di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar (Stimulasi/
Intervensi/Rujukan)

4.3.2.2.
Rumus Penghitungan Indikator
Jumlah kabupaten/kota yang seluruh Puskesmas di wilayah kerjanya
melaksanakan kelas ibu balita sedikitnya di 50% desa/kelurahan, dan
melaksanakan pendekatan MTBS pada kunjungan balita sakit, dan melaksanakan
SDIDTK untuk menindaklanjuti rujukan balita dengan kemungkinan gangguan
perkembangan.

4.3.2.3.Pelaksana Kegiatan
Dokter/bidan/perawat/ahli gizi/tenaga promkes yang telah mengikuti
pelatihan/orientasi/kalakarya MTBS dan SDIDTK

4.3.2.4.Tempat Pelaksanaan
Dilaksanakan di Puskesmas/Fasyankes/Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/
Panti/LKSA

4.3.2.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

4.3.2.6.Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang melayani mencatatkan hasil pelayanan pada Buku KIA dan
pencatatan di Puskesmas/Fasyankes. Pencatatan hasil pelayanan di Puskesmas
meliputi catatan individual berupa formulir MTBS dan formulir DDTK, serta
catatan
kegiatan Puskesmas/Fasyankes/ Posyandu/BKB/Paud/TK/RA/Panti/LKSA. Hasil
pelayanan di wilayah kerja Puskesmas direkap dalam register kohort bayi dan
balita. Selanjutnya, Puskesmas melaporkan ke pengelola Sistem Informasi
Puskesmas (SIP) dan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk dimasukan dalam
aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas).

4.3.2.7. Sumber Data


Laporan rutin

4.3.2.8. Waktu Pelaporan


Setiap bulan

4.3.2.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Buku KIA
2) Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit
3) Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar
4) Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu

4.3.3. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan


Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja
4.3.3.1. Definisi Operasional
Kriteria kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
usia sekolah dan remaja adalah:
1) Minimal 40% Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR)
a) Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
adalah Puskesmas yang menyelenggarakan layanan konseling bagi anak usia
sekolah dan remaja (6 – 18 tahun), dan membina minimal 1 (satu) posyandu
remaja di wilayah kerja Puskesmas
b) Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara anak usia sekolah dan
remaja dengan tenaga kesehatan secara individu atau kelompok untuk
memahami masalah kesehatan remaja yang sedang dialami
c) Pembinaan Posyandu remaja yang dimaksud adalah menghadirkan petugas di
Posyandu remaja untuk melakukan pendampingan kader remaja dalam
penyelenggaraan Posyandu remaja
d) Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat untuk memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat memperoleh pelayanan
kesehatan bagi remaja (10 - 18 tahun).

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 70
e) Penyelenggaraan Posyandu remaja meliputi 3 hal yaitu pemberian KIE,
pelayanan kesehatan, dan layanan konseling.
 Pemberian KIE yang diberikan antara lain terkait kesehatan reproduksi,
pendidikan keterampilan hidup sehat, gizi, pencegahan kekerasan,
pencegahan PTM dan PM dalam bentuk penyuluhan, permainan, dan
metode interaktif lainnya.
 Pelayanan kesehatan yang dilakukan antara lain skrining kesehatan
(contoh: pemeriksaan tanda vital, pengukuran status gizi/antropometri,
skrining anemia, dll), pemberian tablet tambah darah pada remaja putri,
layanan rujukannya, dll.
 Layanan konseling merupakan sesi diskusi antara remaja dengan tenaga
kesehatan/ kader remaja secara individu atau kelompok untuk memahami
masalah kesehatan remaja yang sedang dialami
2) Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di wilayah kerja Puskesmas
a) Pembinaan sekolah/madrasah yang dimaksud adalah melakukan fasilitasi
kegiatan UKS/M yang diimplementasikan dalam sekolah/madrasah meliputi
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan
sehat
b) Kegiatan pendidikan kesehatan antara lain: literasi kesehatan (contoh:
membaca dan mendiskusikan materi kesehatan menggunakan buku rapor
kesehatanku atau buku kesehatan lainnya) , pembiasaan perilaku hidup
bersih dan sehat (contoh: cuci tangan dan gosok gigi bersama), pendidikan
gizi (contoh: sarapan bersama), dan optimalisasi aktivitas fisik (contoh:
peregangan diantara jam pelajaran)
c) Kegiatan pelayanan kesehatan antara lain: penjaringan kesehatan dan
pemeriksaan berkala (100% peserta didik), pemberian tablet tambah darah
(remaja putri tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK/MA), pemberian obat cacing,
dan imunisasi (bagi tingkat SD/MI)
d) Kegiatan pembinaan lingkungan sehat antara lain: pembinaan sanitasi sekolah
(contoh: kebersihan toilet, lingkungan sekolah, saluran air), pembinaan kantin
(contoh: kebersihan kantin, keamanan pangan, dan menu bergizi),
pengelolaan sampah (contoh: pemilahan sampah)
e) Kabupaten/kota menentukan proporsi setiap jenjang pendidikan (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA) yang dibina setiap Puskesmas
f) Jika dalam satu wilayah kerja Puskesmas tidak terdapat 1 (satu) jenjang
pendidikan atau lebih maka pembinaan yang dilakukan hanya jenjang
pendidikan yang ada di wilayah puskesmas dengan total minimal 20%
sekolah/madrasah

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 71
4.3.3.2. Rumus Penghitungan Indikator
Cara perhitungan kriteria indikator yaitu:
1) Jumlah Puskesmas yang mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) dibagi 40% Jumlah seluruh Puskesmas di kab/kota dalam kurun waktu
1 tahun dikali 100
2) Jumlah Puskesmas yang membina minimal 20% sekolah/madrasah yang ada di
wilayah Puskesmas dalam 1 tahun dibagi jumlah seluruh Puskesmas di
kabupaten/kota dalam kurun waktu 1 tahun dikali 100
Rumus perhitungan indikator yaitu jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja sesuai
seluruh kriteria dalam kurun waktu 1 tahun

4.3.3.3. Pelaksana Kegiatan


1) Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota (dinas kesehatan
kabupaten/kota),
2) Tenaga kesehatan di Puskesmas (dokter/perawat/tenaga gizi/promkes/
kesling, dll)

4.3.3.4. Tempat Pelaksanaan


1) Puskesmas di wilayah kabupaten/kota
2) Sekolah/madrasah tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di
wilayah kabupaten/kota
3) Posyandu remaja di wilayah kabupaten/kota

4.3.3.5. Waktu Pelaksanaan


1) Puskesmas mampu laksana PKPR
Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja di Puskesmas dan
posyandu remaja dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun yaitu pada saat
remaja berkunjung ke Puskesmas dan pelaksanaan posyandu remaja
2) Puskesmas membina sekolah/madrasah
Pembinaan sekolah/madrasah dilakukan dilakukan dalam waktu 1
(satu) tahun ajaran baru

4.3.3.6. Pencatatan dan Pelaporan


1) Puskesmas mampu laksana PKPR :
a) Hasil layanan konseling anak usia sekolah dan remaja di Puskesmas
dicatat pada formulir pasien remaja. Selanjutnya hasil layanan
konseling dilaporkan dalam register PKPR.
b) Hasil pembinaan posyandu remaja dicatat pada formulir remaja/buku
kesehatan rapor kesehatanku (bagi yang bersekolah)/formulir lainnya.
Selanjutnya hasil pembinaan posyandu dilaporkan dalam laporan
bulanan PKPR.
2) Pembinaan kegiatan di sekolah/madrasah
a) Hasil pembinaan sekolah/madrasah dicatat dalam laporan kegiatan
sesuai dengan jenis kegiatannya
b) Pembinaan kegiatan pendidikan kesehatan: laporan kegiatan
c) Pembinaan kegiatan pelayanan kesehatan: buku rapor kesehatanku
atau formulir penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala dan
formulir pelayanan lainnya
d) Pembinaan kegiatan pembinaan lingkungan sehat: laporan
kegiatan/buku rapor kesehatan lingkungan/buku kantin
sehat/formulir lainnya
e) Hasil pencatatan kegiatan pembinaan kegiatan sekolah/madrasah
dilaporkan dalam bentuk laporan kegiatan dan rekapitulasi
penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala. Pelaporan
penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala disampaikan secara
berjenjang sampai dengan tingkat pusat.

4.3.3.7. Waktu Pelaporan


Dilaporkan 6 bulan sekali (per enam bulan)

4.3.3.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
2) Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Remaja
3) Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (SN
PKPR)
4) Petunjuk Teknis Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
5) Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja
6) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Model Sekolah/Madrasah Sehat
7) Buku Pegangan Kader Posyandu Remaja
8) Buku KIE Kader Kesehatan Remaja
9) Buku Pemantauan Kesehatan Remaja
10) Buku Rapor Kesehatanku

4.3.4. Jumlah Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan


Kesehatan Usia Reproduksi
4.3.4.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi
adalah:
1) Minimal 50% Puskesmas di wilayah kerja memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi calon pengantin (kespro catin)
a) Puskesmas memberikan pelayanan :
 konseling / komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kesehatan reproduksi
calon pengantin dan
 skrining kesehatan bagi calon pengantin, minimal pemeriksaan status gizi
meliputi : (pemeriksaan berat badan, tinggi badan, penentuan IMT,
pemeriksaan LiLA) dan tanda anemia (pemeriksaan konjungtiva dan
pemeriksaan Hb)
b) Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan dan atau
perawat dan atau petugas gizi).
2) Seluruh Puskesmas di wilayah kerja mampu dan melakukan pelayanan KB Pasca
Persalinan
Puskesmas yang mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dengan metoda cara modern (AKDR/pil/suntik/kondom/MAL/implan/
vasektomi) dilakukan dalam kurun waktu 0-42 hari setelah ibu melahirkan. KB
Pasca Persalinan (KB PP) adalah pelayanan KB yang diberikan kepada PUS
setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari, dengan tujuan untuk
menjarangkan kehamilan, atau mengakhiri kesuburan. Pelayanan diberikan oleh
tenaga kesehatan (dokter dan atau bidan). Mempunyai minimal 2 (dua) orang
tenaga kesehatan yang kompeten yaitu :
 dokter dan atau
 bidan yang sudah mendapatkan pelatihan Contraceptive Technolgy Update
(CTU)/pelatihan keluarga berencana (KB)/orientasi KB Pasca Persalinan
(KBPP)

4.3.4.2. Rumus Penghitungan Indikator


Rumus perhitungan kriteria:
1) Jumlah puskesmas memberikan pelayanan kesehatan reproduksi calon
pengantin (kespro catin) dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah
kerja dikali 100 persen. Jika hasilnya minimal 50% maka memenuhi kriteria
2) Jumlah Puskesmas mampu dan memberikan pelayanan KB Pasca Persalinan
dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas di wilayah kerja dikali 100 persen.
Jika hasilnya mencapai 100% (seluruh) maka memenuhi kriteria.
Rumus perhitungan indikator yaitu jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia reproduksi.
Contoh kasus :
Di Provinsi “G” terdapat 4 Kabupaten/Kota. Kemudian telah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan reproduksi. Rekapitulasi hasil pelayanan kesehatan reproduksi di Provinsi “G”
pada akhir tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Contoh cara penghitungan indikator pelayanan kesehatan reproduksi
Jumlah Puskesmas yang Puskesmas mampu dan
Kabupaten/
Puskesmas memberikan pelayanan memberikan pelayanan Keterangan
Kota
kespro catin KBPP
(a) (b) (c) (d) (e)
1. Kabupaten A 4 2 (50%) 2 (50%) Tidak (karena
Pusk mampu
dan
memberikan
pelayanan
KBPP belum
100%)
Puskemas A Memberikan ya Memberikan pelayanan tidak
pelayanan kespro KB PP 20 orang
catin, meliputi Mempunyai 1 orang
konseling/KIE dan petugas kompeten
skrining kesehatan
Puskesmas B Memberikan tidak Memberikan pelayanan ya
pelayanan kespro KB PP 30 orang
catin, meliputi Mempunyai 2 orang
skrining kesehatan, petugas kompeten
tetapi tidak
melakukan
konseling/KIE
Puskesmas C Tidak memberikan tidak Memberikan pelayanan ya
pelayanan kespro KB PP 50 orang
catin, meliputi Mempunyai 4 orang
konseling/KIA dan petugas kompeten
skrining kesehatan
Puskesmas D Memberikan ya Tidak melakukan tidak
pelayanan kespro pelayanan KB PP
catin, meliputi Mempunyai 2 orang
konseling/KIA dan petugas kompeten
skrining kesehatan
2. Kota B 5 3 (60%) 5 (100%) Ya (sesuai
kriteria)
3. Kabupaten C 8 3 (37,5%) 8 (100%) Tidak (Pusk
yang
memberikan
pelayanan
kespro catin
(<
50%)
4. Kabupaten 6 4 (67%) 6 (100%) Ya (sesuai
D kriteria)
Hasil rekapitulasi selama setahun, jumlah kabupaten di Provinsi G yang telah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan reproduksi sebanyak 2 kabupaten/kota.

4.3.4.3.
Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan adalah pengelola program kesehatan
reproduksi/keluarga berencana dinas kesehatan kabupaten/kota, pengelola
program kesehatan reproduksi Puskesmas, pengelola program keluarga berencana
Puskesmas

4.3.4.4. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun

4.3.4.5. Tempat Pelaksanaan


Puskesmas

4.3.4.6.Pencatatan dan pelaporan


Petugas melakukan pelayanan dan mencatatkan dalam kohort kesehatan
usia reproduksi dan melaporkan melalui laporan program/Sistem Informasi
Puskesmas (SIP) yang selanjutnya dikirim ke kabupaten/kota untuk dimasukan
dalam aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.3.4.7. Sumber Data


Laporan rutin

4.3.4.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap bulan

4.3.4.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil
2) Pedoman Pelayanan KB Pasca Persalinan di Fasilitas
Kesehatan/Pedoman Pelayanan KB

4.3.5. Persentase Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Pelayanan


Kesehatan Lanjut Usia
4.3.5.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia
meliputi:
1) Seluruh Puskesmas membina Posyandu Lansia di 50% desa di wilayah kerjanya,
adalah seluruh Puskesmas melaksanakan pembinaan pada Posyandu Lansia
sedikitnya di 50% desa di wilayah kerjanya sehingga Posyandu Lansia buka
minimal 4 kali dalam satu tahun pada setiap desa tersebut
2) Minimal 50% Puskesmas yang ada di kabupaten/kota menyelenggarakan
pelayanan kesehatan santun Lansia yaitu:
a) Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas, terdapat petugas
pelayanan yang terlatih atau memahami pelayanan kesehatan Lansia dan
geriatri
b) Memberikan prioritas pelayanan kepada Lansia, minimal dengan
mendahulukan Lansia di loket, poliklinik, laboratorium dan apotik
c) Mengkondisikan sarana yang ada semaksimal mungkin, sehingga aman dan
mudah diakses oleh Lansia
d) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup
3) Kabupaten/kota mengembangkan Program Perawatan Jangka Panjang (PJP)
bagi Lansia, adalah kabupaten/kota telah mulai melaksanakan Program PJP
bagi Lansia di minimal 10% Puskesmas dalam bentuk kegiatan orientasi
Program PJP bagi Lansia dan panduan praktis bagi caregiver informal

4.3.5.2.Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lansia dibagi jumlah seluruh kabupaten/kota di kali 100% dalam kurun waktu 1
tahun

4.3.5.3.Pelaksana Kegiatan
Kabupaten/kota (penanggung jawab program kesehatan Lansia dinas
kesehatan kabupaten/kota, petugas kesehatan atau tim yang terlatih/memahami
pelayanan kesehatan lansia di Puskesmas, dan kader posyandu Lansia)

4.3.5.4. Tempat Pelaksanaan


Puskesmas dan Posyandu Lansia di wilayah kabupaten/kota

4.3.5.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan dalam waktu satu tahun

4.3.5.6. Pencatatan dan Pelaporan


Data yang dilaporkan merupakan penggabungan kegiatan di dalam dan di
luar gedung puskesmas (Posyandu Lansia, kunjungan rumah, kunjungan ke panti,
dll). Petugas yang melayani, mencatatkan hasil ke dalam form kohort pelayanan
kesehatan Lansia dan form pencatatan pelaporan tingkat Puskesmas, termasuk
mengkompilasi hasil kegiatan di Posyandu Lansia. Hasil pencatatan Puskesmas
dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Untuk laporan pelaksanaan capaian indikator kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lansia, pencatatan dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota untuk selanjutnya disampaikan kepada dinas
kesehatan provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi kemudian melakukan verifikasi dan
validasi data, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam aplikasi Komunikasi Data
Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas) sebagai laporan di tingkat pusat.

4.3.5.7. Sumber Data


Laporan rutin
4.3.5.8. Waktu Pelaporan
Dilaporkan setiap bulan

4.3.5.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Buku Kesehatan Lanjut Usia dan Petunjuk Teknis Pengisian Buku
Kesehatan Lansia
2) Petunjuk Teknis Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G)
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas
4) Pedoman untuk Puskesmas dalam Pemberdayaan Lanjut Usia
5) Pedoman untuk Puskesmas dalam Penyelenggaraan Kegiatan Kesehatan
Lanjut Usia di Posyandu Lansia
6) Buku untuk Kader seri Kesehatan Lanjut Usia
7) Pedoman untuk Puskesmas dalam Perawatan Jangka Panjang bagi
Lanjut Usia
8) Panduan Praktis untuk Caregiver dalam Perawatan Jangka Panjang bagi
Lanjut Usia

4.4. Indikator Kinerja Kegiatan Penyehatan Lingkungan


4.4.1. Jumlah Kabupaten/Kota Sehat (KKS)
4.4.1.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan 4 tatanan yaitu pemukiman, sarana
dan prasarana umum, masyarakat sehat yang mandiri dan ketahanan pangan,
kawasan pendidikan dan kawasan pasar, memiliki SK Tim Pembina, Memiliki SK
forum dan rencana kerja dan mempunyai laporan hasil verifikasi oleh tim pembina
tingkat provinsi.

4.4.1.2.
Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria penyelenggaraan
Kabupaten/Kota Sehat.
Contoh perhitungan:
Dalam satu tahun (1 Januari s/d 31 Desember pada tahun yang sama) terdapat
100 kabupaten/kota yang telah memenuhi kriteria berdasarkan laporan yang
disampaikan melalui aplikasi, maka capaian program kabupaten/kota yang
menyelenggarakan Kabupaten/Kota Sehat pada tahun tersebut sebanyak 100
kabupaten/kota.

4.4.1.3. Pelaksana Kegiatan


1) Penanggung jawab di tingkat kabupaten/kota adalah Ketua Tim
Pembina KKS dan Ketua Forum KKS
2) Penanggung jawab di tingkat kecamatan adalah Ketua Forum
Komunikasi KKS
3) Penanggung jawab di tingkat desa/kelurahan adalah Ketua POKJA KKS

4.4.1.4. Tempat Pelaksaaan


Kabupaten/kota

4.4.1.5. Waktu Pelaksanaan


Dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

4.4.1.6.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh petugas bagian data dan
informasi Sekretariat KKS melalui aplikasi.

4.4.1.7. Sumber Data


Laporan rutin

4.4.1.8. Waktu Pelaporan


Setiap bulan

4.4.1.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Bersama Nomor 34 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dan Nomor: 1138/Menkes/
PB/VIII/2005 (Sedang Proses Revisi menjadi Perpres)
2) Peraturan Presiden tentang Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)
3) Petunjuk Teknis Kabupaten/Kota Sehat (dalam proses)

4.4.2. Persentase Desa/Kelurahan dengan Stop Buang Air Besar Sembarangan


(SBS)
4.4.2.1. Definisi Operasional
Desa/kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek
buang air besar sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi. Verifikasi
adalah kegiatan untuk memastikan perubahan perilaku di masyarakat dalam
menerapkan pilar-pilar STBM.
Kriteria Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang Air Besar Sembarangan) adalah:
1) Semua masyarakat telah buang air besar hanya di jamban yang aman dan layak
dan membuang tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang aman dan layak
2) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
3) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban layak dan aman
4.4.2.2.Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah desa/kelurahan yang telah terverifikasi SBS dibagi jumlah seluruh
desa/kelurahan dikali 100%. Jumlah desa/kelurahan di Indonesia: 80.930.

4.4.2.3. Pelaksana Kegiatan


Pelaku verifikasi atau yang disebut dengan tim verifikasi disesuaikan
dengan kebutuhan pada tingkatan mana verifikasi dilakukan.
1) Dusun/RW
a) Sanitarian Puskesmas
b) PKK desa/kelurahan
c) Staff/aparat desa/kelurahan
d) Tim dari dusun lain dalam satu desa
e) Tim STBM desa
2) Desa/Kelurahan
a) Sanitarian Puskesmas
b) Promkes Puskesmas
c) UPTD kecamatan
d) PKK kecamatan
e) Tim dari desa/kelurahan lain dalam 1 (satu) kecamatan
f) Tim STBM kecamatan
3) Kecamatan
a) Dinas kesehatan kabupaten/kota
b) Pokja sanitasi/AMPL
c) PKK kabupaten
d) Organisasi yang bergerak di bidang kesehatan (Forum Kabupaten Kota Sehat,
jika ada)
e) Tim dari kecamatan lain
f) Tim STBM kabupaten
4) Kabupaten/Kota
a) Dinas kesehatan provinsi
b) Tim STBM provinsi
c) Pokja sanitasi/AMPL provinsi
d) Perwakilan dari kabupaten lain
e) Dinas di provinsi yang terkait dengan sarana air minum dan sanitasi
f) Tim STBM provinsi
5) Provinsi
a) Tim STBM Nasional
b) Direktorat Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
c) Perwakilan dari provinsi lain
d) Mitra/swasta

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 80
4.4.2.4. Tempat Pelaksaaan
Desa/kelurahan

4.4.2.5. Waktu Pelaksanaan


Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

4.4.2.6. Pencatatan dan Pelaporan


Tim verifikasi melakukan verifikasi langsung ke rumah tangga. Setelah
selesai verifikasi maka berita acara verifikasi di input dalam e-monev STBM.

4.4.2.7. Sumber Data


Laporan rutin

4.4.2.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap waktu setelah dilakukan verifikasi

4.4.2.9. Pedoman Pelaporan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang STBM
2) Pedoman Pemicuan 5 Pilar STBM
3) Pedoman Verifikasi 5 Pilar STBM
4) SNI 2398:2017 (Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan
Pengolahan Lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter,
kolam sanita)
5) Pedoman Wirausaha Sanitasi
6) Pedoman Pengelolalaan Teknologi Tepat Guna Sanitasi dan Air Minum

4.4.3. Persentase Sarana Air Minum yang Diawasi/Diperiksa Kualitas Air


Minumnya sesuai Standar
4.4.3.1. Definisi Operasional
Sarana air minum yang dilakukan tinjauan dokumen RPAM (Rencana
Pengamanan Air Minum), inspeksi kesehatan lingkungan dan diperiksa kualitas air
minumnya oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
Maksud dari diawasi/diperiksa adalah petugas kesehatan lingkungan
melakukan pengawasan eksternal melalui review dokumen RPAM, observasi
lapangan (IKL), dan uji kualitas air (laboratorium atau alat yang terkalibrasi). Hasil
pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM.
Total sarana air minum yang masuk cakupan pengawasan adalah 81.921
sarana, dengan rincian sebagai berikut:
a) PDAM pemerintah: 411 PDAM (sumber: data Perpamsi)
b) PDAM swasta: 17 PDAM
c) KPSPAM Pamsimas: 24.833 sarana (sumber: data KPSPAM Pamsimas)
Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 81
d) KPSPAM non Pamsimas: 6.898 sarana
e) Depot air minum: 49.713 Depot (sumber: Emonev HSP)
f) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP): 49

4.4.3.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya
dibagi seluruh sarana air minum di kali 100%

4.4.3.3. Pelaksana Kegiatan


Dinas kesehatan kabupaten/kota, sanitarian, KKP

4.4.3.4. Tempat Pelaksaaan


Sarana air minum dan penyelenggara air minum

4.4.3.5. Waktu Pelaksanaan


Pelayanan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun

4.4.3.6. Pencatatan dan Pelaporan


Hasil pengawasan eksternal diinput dalam emonev PKAM

4.4.3.7. Waktu Pelaporan


Satu tahun sekali

4.4.3.8. Sumber data


Laporan rutin

4.4.3.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Kualitas
Air Minum
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736 Tahun 2010 tentang Tata
Laksana Pengawasan Kualitas Air

4.4.4. Jumlah Fasyankes yang Memiliki Pengelolaan Limbah Medis sesuai


Standar
4.4.4.1. Definisi Operasional
Fasyankes yang memiliki pengelolaan limbah medis sesuai standar adalah
Fasyankes (rumah sakit dan Puskesmas) yang telah melakukan pemilahan,
pewadahan, pengangkutan yang memenuhi syarat, penyimpanan sementara B3 di
tempat penyimpanan B3 (TPSB3) yang berizin serta telah melakukan pengolahan
secara mandiri sesuai persyaratan atau berizin dan atau bekerjasama dengan
pihak pengelola limbah B3 yang berizin.
Standar prosedur pelaksanan pengelolaan limbah medis yang
dilaksanakan sesuai standar mengacu ke Peraturan Menteri KLHK Nomor 56
Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan
mempunyai tenaga yang memahami pengelolaan limbah medis di Fasyankes.

4.4.4.2.Rumus Penghitungan Indikator


Jumlah kumulatif Fasyankes (RS dan Puskesmas) yang telah
melaksanakan pengelolaan limbah medis sesuai standar.
Jumlah Rumah Sakit : 2.900
unit Jumlah Puskesmas: 9.993
unit

4.4.4.3.Pelaksana Kegiatan
Penanggung jawab kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan tenaga
kesehatan lainnya di Fasyankes

4.4.4.4. Tempat Pelaksanaan


Rumah sakit dan Puskesmas

4.4.4.5.Waktu Pelaksanaan
Pelayanan dilaksanakan pengawasan pengelolaan limbah medis dilakukan
setiap hari

4.4.4.6.Pencatatan dan pelaporan


Petugas yang bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan limbah medis
di Fasyankes melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui E-monev Limbah
Medis di Fasyankes (aplikasi daring) dan kabupaten/kota serta mengkoordinir
pelaporan dari Fasyankes serta provinsi melakukan approve aplikasi E-monev
limbah medis bagi Fasyankes yang akan melakukan pelaporan.

4.4.4.7. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap tiga bulan sekali

4.4.4.8. Sumber Data


Laporan rutin

4.4.4.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri KLHK Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Fasyankes
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 tentang Standar dan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2019 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktek Mandiri Dokter
dan Tempat Praktek Mandiri Dokter Gigi
5) E-monev Limbah Fasyankes

4.4.5. Persentase Tempat dan Fasilitas umum (TFU) yang Dilakukan


Pengawasan sesuai Standar
4.4.5.1. Definisi Operasional
Tempat dan Fasilitas Umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai
standar adalah tempat dan fasilitas umum (pasar, sekolah, Puskesmas) yang
dilakukan pengawasan oleh kabupaten/kota dengan cara melakukan Inspeksi
Kesehatan Lingkungan (IKL) minimal 1 kali dalam kurun waktu setahun.
TFU adalah lokasi, sarana, dan prasarana antara lain: fasilitas kesehatan;
fasilitas pendidikan; tempat ibadah; hotel; rumah makan dan usaha lain yang
sejenis; sarana olahraga; sarana transportasi darat, laut, udara, dan kereta api;
stasiun dan terminal; pasar dan pusat perbelanjaan; pelabuhan, bandar udara, dan
pos lintas batas darat negara; dan tempat dan fasilitas umum lainnya. TFU yang
dimaksud dalam hal ini prioritas terdiri sekolah (SD/MI dan SMP/MTs),
Puskesmas dan pasar yang terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Perdagangan, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, dan
Kementerian Agama.
Pengawasan sesuai standar yang dimaksud adalah kunjungan untuk
mengetahui faktor risiko kesehatan lingkungan dengan IKL melalui pengamatan
fisik media lingkungan dengan menggunakan instrumen IKL, pengukuran media
lingkungan dan analisis risiko kesehatan lingkungan serta rekomendasi perbaikan.
Sekolah yang dimaksud adalah sekolah yang dimiliki oleh pemerintah dan
swasta yang terdiri dari SD dan SMP/sederajat yang terdaftar di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama.
Puskesmas yang dimaksud adalah yang berada di wilayah kerjanya.
Pasar adalah pasar rakyat yang telah dilakukan revitalisasi dan terdaftar
di Kementerian Perdagangan.

4.4.5.2.Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah TFU yang dilaporkan hasil pengawasannya oleh kabupaten/kota
berdasarkan inspeksi kesehatan lingkungan minimal 1 kali dalam setahun dibagi
jumlah TFU dikali 100 %.
a) Jumlah Sekolah (SD/MI dan SMP/MTs) : 230.729
b) Jumlah Puskesmas : 10.060
c) Jumlah Pasar : 1.578

4.4.5.3.
Pelaksana Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan kabupaten dan
Puskesmas (sanitarian atau tenaga lain yang terlatih)

4.4.5.4. Tempat Pelaksaaan


Sekolah, Puskesmas dan Pasar

4.4.5.5.Waktu Pelaksanaan
Pembinaan dan pengawasan minimal dilaksanakan satu kali dalam
setahun.

4.4.5.6.Pencatatan dan Pelaporan


Petugas melakukan pencatatan dan melaporkan melalui pelaporan manual
dan aplikasi (E-monev: E-SATU)

4.4.5.7. Waktu Pelaporan


Hasil pembinaan dan pengawasan dilaporkan setiap triwulan

4.4.5.8. Sumber data


Laporan rutin

4.4.5.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Pasar Sehat
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
3) Petunjuk Teknis Inspeksi Kesehatan Lingkungan Pasar, Sekolah dan
Puskesmas
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1428 Tahun 2006 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
6) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Sekolah
4.4.6. Persentase Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang Memenuhi Syarat
sesuai Standar
4.4.6.1. Definisi Operasional
Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) yang memenuhi syarat kesehatan
adalah TPP yang dilaksanakan pengawasan melalui inspeksi kesehatan lingkungan
(IKL) dan memenuhi syarat sesuai standar. TPP: rumah
makan/restoran/jasaboga/ sentra pangan jajanan, depot air minum.
Standar prosedur : Permenkes, Pedoman, Juknis, Modul
Standar sarana/fasilitas : Permenkes, Pedoman, Juknis, Modul
Standar tenaga : sanitarian Puskesmas

4.4.6.2.
Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah TPP yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan hasil inspeksi
Kesehatan Lingkungan sesuai standar dalam kurun waktu 1 tahun dibanding
jumlah TPP terdaftar dikali 100%. Jumlah TPP yang terdaftar di Kab/kota
berdasarkan E Monev TPM 143.950.

4.4.6.3. Pelaksana Kegiatan


1) Sanitarian Puskesmas dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
melaksanakan inspeksi kesehatan lingkungan di TPP (rumah
makan/restoran, jasaboga, kantin, depot, sentra makanan
jajanan/makanan jajanan)
2) Dinas kesehatan kabupaten/kota dan KKP melaksanakan kegiatan
investigasi KLB keracunan pangan, pemberian sertifikat laik higiene
sanitasi untuk jasaboga, rumah makan/restoran, gerakan stikerisasi
higiene sanitasi bagi kantin dan makanan jajanan, melaksanakan
pelatihan higiene sanitasi pangan, implementasi pilar 3 STBM,
melaksanakan lomba kantin dan terminal

4.4.6.4.
Tempat Pelaksanaan
Rumah makan/restoran, jasaboga, depot air minum, kantin, sentra
makanan jajanan/makanan jajanan

4.4.6.5. Waktu Pelaksanaan


Pembinaan dan pengawasan minimal dilaksanakan minimal setahun dua
kali

4.4.6.6.Pencatatan dan Pelaporan


Sanitarian melaksanakan pencatatan dan pelaporan dengan menginput
data ke dalam E-Monev HSP dan Germas PAS
4.4.6.7. Sumber Data
Laporan rutin

4.4.6.8. Waktu Pelaporan


Setiap selesai melakukan inspeksi kesehatan lingkungan

4.4.6.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1096 Tahun 2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasaboga
2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1098 Tahun 2003 tentang
Penyelenggaraan Higiene Sanitasi Rumah Makan/Restoran
3) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 942 Tahun 2003 tentang Higiene
Sanitasi Makanan Jajanan
4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Higiene
Sanitasi Depot Air Minum
5) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2011 tentang KLB
Keracunan Pangan
6) Pedoman Higiene Sanitasi Depot Air Minum
7) Modul Pelatihan Keamanan Pangan
8) Modul Pelatihan Investigasi Keracunan Pangan

4.5. Indikator Kinerja Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat
4.5.1. Persentase Kabupaten/Kota yang Menerapkan Kebijakan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
4.5.1.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (Germas) dengan kriteria:
1) Memiliki kebijakan Germas sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
2017 (melaksanakan 5 kluster Germas) dan/atau kebijakan berwawasan
kesehatan adalah kabupaten/kota telah memiliki atau menerbitkan kebijakan
Germas dan/atau kebijakan berwawasan kesehatan. Kebijakan Germas
ditetapkan oleh pemerintah daerah (bupati/walikota) mencakup 5 klaster Germas
yaitu:
a) Klaster Peningkatan Aktivitas Fisik
b) Klaster Peningkatan Edukasi dan Perilaku Hidup Sehat
c) Klaster Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi
d) Klaster Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit
e) Klaster Peningkatan Kualitas Lingkungan
Kebijakan berwawasan kesehatan ditetapkan oleh bupati/walikota/Kepala OPD
berupa peraturan/surat keputusan/instruksi/surat edaran yang mendukung
salah satu klaster Germas.
Contoh kebijakan:
a) Kebijakan Germas
 Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 45 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
 Peraturan Bupati Bantul Nomor 35 Tahun 2018 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat
b) Kebijakan Berwawasan Kesehatan
 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 10 Tahun 2019 tentang Kawasan
Tanpa Rokok
 Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 9 Tahun 2014 tentang Ruang
Terbuka Hijau Kota Banjarmasin
 Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kawasan
Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day)
2) Melaksanakan penggerakkan masyarakat dalam mendukung Germas minimal 3
kali setahun dengan melibatkan lintas sektor, pendidikan (sekolah), Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan atau mitra potensial adalah
kegiatan yang mengajak masyarakat untuk melakukan 5 (lima) klaster Germas
dan melibatkan unsur lintas sektor (OPD), pendidikan (sekolah), UKBM
(Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau mitra potensial
(dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, organisasi
kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll) dan dilakukan minimal
3 (tiga) kali setahun.

4.5.1.2.Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan Germas dibagi
jumlah total kabupaten/kota, dikali 100%

4.5.1.3.Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan terdiri dari unsur lintas sektor (OPD), pendidikan
(sekolah), UKBM (Posyandu, Posbindu PTM, Pos UKK, Pos Lansia, dll) dan atau
mitra potensial (dunia usaha, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan,
organisasi kepemudaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, dll), yang dimotori
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan Bappeda

4.5.1.4. Tempat Pelaksanaan


Kabupaten/kota
4.5.1.5. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 tahun

4.5.1.6.Pencatatan dan Pelaporan


Petugas kabupaten/kota melakukan input data kebijakan dan pelaksaaan
kegiatan penggerakan masyarakat ke dalam sistem aplikasi Komunikasi Data
Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas)

4.5.1.7. Sumber Data


Laporan Rutin

4.5.1.8. Waktu Pelaporan


Dilaporkan setiap tiga bulan

4.5.1.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
2) Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Pedoman Umum Pelaksanaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

4.5.2. Persentase Kabupaten/Kota Melaksanakan Pembinaan Posyandu Aktif


4.5.2.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan Posyandu aktif dengan
kriteria:
1) Memiliki Pokjanal yang disahkan melalui keputusan bupati/walikota
Memiliki Pokjanal yang keanggotaannya terdiri dari lintas sektor terkait
pengembangan Posyandu tingkat kabupaten/kota
2) Melakukan pertemuan Pokjanal Posyandu minimal 2 kali setahun
Mengadakan pertemuan rutin setiap tahun minimal 2 kali untuk membahas
perencanaan dan evaluasi pelaporan kegiatan
3) Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader
Melakukan peningkatan kapasitas bagi petugas Puskesmas dan kader yang
berasal desa/kelurahan di wilayah kabupaten/Kota
4) Memiliki sistim pelaporan kegiatan Posyandu
Memiliki dan menggunakan sistim dalam melakukan pelaporan kegiatan
Posyandu sehingga tersedia laporan posyandu seperti SIP online dan atau Si
Cakep
5) Posyandu aktif minimal 50%
a) Melakukan kegiatan rutin Posyandu minimal 10x/tahun
b) Memiliki minimal 5 orang kader

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 89
c) Melakukan pelayanan kegiatan KIA, gizi, imunisasi, KB dengan cakupan
minimal 50%
d) Memiliki alat pemantauan pertumbuhan
e) Mengembangkan kegiatan tambahan kesehatan (remaja, usia kerja, lansia,
TOGA, penanggulangan penyakit)

4.5.2.2. Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pembinaan Posyandu aktif dibagi
total kabupaten/kota dikali 100%

4.5.2.3. Pelaksana Kegiatan


Dilaksanakan oleh pengelola program promkes, pemangku kepentingan
terkait dan kader

4.5.2.4. Tempat Pelaksaaan


Dilaksanakan di kabupaten/kota, Puskesmas/Fasyankes dan Posyandu

4.5.2.5.Waktu Pelaksanaan
Pembinaan dilaksanakan sepanjang tahun sesuai penjadwalan yang
disepakati oleh kabupaten/kota

4.5.2.6.Pencatatan dan Pelaporan


Pengelola promkes kabupaten/kota, pemangku kepentingan terkait dan
kader sesuai kewenangan masing-masing melalui sistem pelaporan yang ada di
kabupaten/kota

4.5.2.7.
Sumber Data
Laporan rutin Puskesmas dan Posyandu serta laporan Pokjanal
kabupaten/kota

4.5.2.8.Waktu Pelaporan
Pencatatan kader diambil setiap bulan oleh petugas Puskesmas
dilaporkan setiap bulan ke petugas kabupaten/kota. Menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007 pelaporan dari kabupaten/kota ke provinsi,
minimal 4 (empat) bulan sekali dan pelaporan dari provinsi ke pusat, minimal 6
(enam) bulan sekali disampaikan kepada Direktur Jenderal Pemerintah Desa,
Kementerian Dalam Negeri

4.5.2.9. Pedoman Pelaksanaan


Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 90
4.6. Indikator Kinerja Kegiatan Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olah Raga
4.6.1. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Kerja
4.6.1.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja, adalah:
1) Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan kerja
Puskesmas yang melaksanakan kesehatan kerja adalah Puskesmas yang
melaksanakan:
a) Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi faktor risiko/ penggunaan
APD/ pengukuran kebugaran jasmani bagi petugas)
b) Deteksi dini PM/ PTM/PAK pada pekerja puskesmas
c) Pembentukan/pembinaan Pos UKK
2) Tersedianya surat keputusan (SK) atau surat edaran (SE) yang mendukung
pelaksanaan upaya kesehatan di tempat kerja
Adanya SK/SE, pedoman/Juknis yang ditetapkan oleh pemerintah daerah yang
mendukung pelaksanaan program kesehatan di tempat kerja
3) Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal
Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal adalah kegiatan pembinaan
kesahatan kerja dengan melakukan kegiatan advokasi sosialisasi, koordinasi dan
pelaksanaan program kesehatan kerja seperti GP2SP, atau K3 Perkantoran, atau
K3 Fasyankes

4.6.1.2.
Rumus Perhitungan Indikator
Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja
dalam kurun waktu 1 tahun

4.6.1.3. Pelaksana Kegiatan


1) Tingkat Puskesmas adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim
kesehatan kerja atau petugas lain di Puskesmas
2) Tingkat dinas kesehatan adalah pengelola kesehatan kerja dan atau tim
kesehatan kerja atau petugas lain di dinas kesehatan

4.6.1.4.Tempat Pelaksaaan
Dalam gedung Puskesmas, dinas kesehatan, dan tempat kerja di wilayah
kerja Puskesmas (Pos UKK dan perkantoran di tingkat kecamatan) dan dinas
kesehatan (OPD, perusahaan dan Fasyankes tingkat kabupaten/kota)

4.6.1.5.Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan
kegiatan

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 91
4.6.1.6.Pencatatan dan Pelaporan
Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatatkan dalam buku bantu dan
memasukan dalam aplikasi Sistem Informasi Terpadu Kesehatan Kerja dan
Olahraga (SITKO)

4.6.1.7. Waktu Pelaporan


Setiap bulan

4.6.1.8. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Implementasi GP2SP
2) Pedoman Implentasi Pos UKK
3) Pedoman K3 Fasyankes
4) Pedoman K3 Rumah Sakit
5) Pedoman K3 Perkantoran

4.6.2. Jumlah Kabupaten/Kota yang Melaksanakan Kesehatan Olahraga


4.6.2.1. Definisi Operasional
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga adalah kab/kota
yang minimal 60% Puskesmas di wilayah kerjanya melaksanakan kesehatan
olahraga yaitu melaksanakan kegiatan:
1) Pengukuran kebugaran ASN/anak sekolah/jamaah haji
2) Pembinaan kelompok olahraga pada masyarakat Ibu hamil, Lansia, kelompok
olahraga masyarakat
3) Pengukuran kebugaran jasmani pekerja tingkat kabupaten/kota

4.6.2.2.Rumus Perhitungan Indikator


Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan
olahraga

4.6.2.3. Pelaksana Kegiatan


1) Tingkat Puskesmas: dilaksanakan oleh pengelola kesehatan olahraga
atau tim kesehatan olahraga atau petugas lain yang ditunjuk di
Puskesmas
2) Tingkat dinas kesehatan: dilaksanakan oleh pengelola kesehatan
olahraga atau tim kesehatan olahraga atau petugas lain yang ditunjuk di
dinas kesehatan

4.6.2.4. Tempat Pelaksaaan


Dinas kesehatan, Puskesmas dan tempat kerja diwilayah kerja Puskesmas
4.6.2.5.Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap waktu sesuai dengan perencanaan
kegiatan

4.6.2.6.
Pencatatan dan Pelaporan
Petugas yang melaksanakan kegiatan mencatat dalam buku bantu dan
memasukan dalam aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO)

4.6.2.7. Waktu Pelaporan


Setiap bulan

4.6.2.8. Sumber Data


Laporan rutin

4.6.2.9. Pedoman Pelaksanaan


1) Pedoman Pembinaan Kebugaran Jasmani Jamaah Haji
2) Pedoman Pembinaaan Kesehatan Olahraga Anak Sekolah

4.7. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada


Program Kesehatan Masyarakat
4.7.1. Nilai Reformasi Birokrasi pada Program Pembinaan Kesehatan
Masyarakat
4.7.1.1. Definisi Operasional
Hasil penilaian mandiri terkait pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan
pada reformasi birokrasi di internal Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

4.7.1.2.Rumus Perhitungan Indikator


Hasil PMPRB lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dibagi
nilai maksimal unit eselon I dikali 100% ((N/36,30) x 100%)

4.7.1.3.
Pelaksana Kegiatan
Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan

4.7.1.4. Tempat Pelaksaaan


Kementerian Kesehatan

4.7.1.5. Waktu Pelaksanaan


Satu tahun

Pedoman Indikator Program Kesmas dalam RPJMN dan Renstra Tahun 2020-2024 93
4.7.1.6.Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan komponen penilaian reformasi
birokrasi

4.7.1.7.
Sumber Data
Hasil penilaian Reformasi Birokrasi Lingkup Direktorat Jenderal
Kesehatan Masyarakat

4.7.1.8. Waktu Pelaporan


Setiap triwulan

4.7.1.9.Pedoman Pelaksanaan
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman
Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah

4.7.2. Persentase Kinerja RKA-K/L pada Program Pembinaan Kesehatan


Masyarakat
4.7.2.1. Definisi Operasional
Persentase kinerja RKA-K/L Program pembinaan Kesehatan Masyarakat
yang efektif dan efisien adalah hasil penilaian kinerja RKA-K/L menggunakan tools
aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan

4.7.2.2.
Rumus Perhitungan Indikator
Menggunakan hasil penilaian kinerja dari SMART DJA Kementerian
Keuangan untuk masing masing satuan kerja

4.7.2.3. Pelaksana Kegiatan


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

4.7.2.4. Tempat Pelaksaaan


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat

4.7.2.5. Waktu Pelaksanaan


Satu tahun

4.7.2.6. Pencatatan dan Pelaporan


Petugas penanggungjawab laporan masing-masing satker lingkup Eselon
II Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat melakukan input realisasi kegiatan
dan keuangan ke dalam sistem aplikasi SMART DJA Kementerian Keuangan
4.7.2.7. Sumber Data
SMART DJA Kementerian Keuangan

4.7.2.8. Waktu Pelaporan


Setiap bulan
BAB 5
PENCATATAN DAN PELAPORAN

5.1. Pendahuluan
Aplikasi Komunikasi Data Kesehatan Masyarakat (Komdat Kesmas),
berfungsi untuk melakukan pengumpulan, pengolahan dan penyajian laporan data
terkait Indikator program kesehatan masyarakt terkait Rencana Strategis dan
RPJMN di lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menjadi lebih
memudahkan, up to date dan informatif bagi pengambil keputusan. Selain itu, hasil
dari kegiatan ini dapat dimanfaatkan oleh pengelola program di tingkat pusat,
provinsi, kabupaten/kota, Puskesmas, petugas kesehatan lingkup program
kesehatan masyarakat, dan masyarakat secara umum.
Aplikasi Komunikasi Data Program Kesehatan Masyarakat dapat diakses
melalui alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id. Aplikasi ini dikembangkan
dengan menggabungkan aplikasi -aplikasi yang saat ini sudah digunakan antara
lain:
1) Program Gizi menggunakan aplikasi sigizi terpadu untuk program gizi dengan
alamat www.sigiziterpadu,kemkes.go.id
2) Program Kesehatan Keluarga menggunakan aplikasi komunikasi data program
kesehatan masyarakat dengan alamat www.komdatkesmas.kemkes.go.id
3) Program Kesehatan Lingkungan menggunakan aplikasi program kesehatan
lingkungan dengan alamat www.kesling.kesmas.kemkes.go.id
4) Program Kesehatan Kerja dan Olahraga menggunakan aplikasi program
kesehatan kerja dan olahraga dengan alamat www.sitko-kesjaor.id
5) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat menggunakan
aplikasi program kesehatan masyarakat dengan alamat
www.komdatkesmas.kemkes.go.id

5.2. Pencatatan
Pencatatan menggunakan aplikasi Komdat Kesmas dilakukan setiap bulan
pada tanggal 1 sampai dengan 10 bulan berikutnya (dinas kesehatan
kabupaten/kota) sedangkan untuk melakukan verifikasi atau persetujuan data
pada tanggal 10 s/d 15 bulan berikutnya (dinas kesehatan provinsi dan pengelola
program tingkat pusat).

5.3. Pelaporan
Hasil pencatatan dalam aplikasi Komdat Kesmas secara berjenjang sebagai
berikut:
1) Dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil pencatatan capaian bulanan
per triwulan maksimal tanggal 10, kepada dinas kesehatan provinsi
2) Dinas kesehatan provinsi melaporkan rekapan hasil pencatatan capaian bulanan
setiap kabupaten/kota per triwulan maksimal tanggal 15, kepada Sekretariat
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan ditembuskan ke pengelola
program di tingkat pusat
3) Laporan hasil capaian triwulan yang ditanda tangani minimal oleh kepala bidang
kesehatan masyarakat diunggah melalui aplikasi Komdat Kesmas

Selanjutnya, dalam pemakaian aplikasi Komdat Kesmas lebih detail akan dijelaskan
melalui manual aplikasi.
BAB 6
PENUTUP

Pedoman indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam RPJMN dan


Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 merupakan salah satu
dokumen acuan bagi pengelola dan pelaksana program Kesmas baik di tingkat
pusat dan daerah. Dalam pelaksanaan indikator Kesehatan Masyarakat,
dibutuhkan pencatatan dan pelaporan program kesehatan masyarakat secara baik,
benar dan rutin sesuai dengan ketentuan. Pencatatan dan pelaporan merupakan
bukti pelaksanaan program kesehatan masyarakat yang merupakan tanggung
jawab tidak hanya puskesmas dan dinas kesehatan tetapi juga Kementerian
Kesehatan.
Oleh karena itu, kami harapkan seluruh pengelola program kesmas di
tingkat pusat dan daerah dapat memanfaatkan pedoman ini, sebagai acuan dalam
mempelajari, mencermati memahami dan melaksanakan indikator yang dijadikan
tolak ukur keberhasilan program dan kegitan Kesehatan Masyarakat
Tahun 2020-2024.

DIREKTUR JENDERAL
KESEHATAN MASYARAKAT,

Ttd

KIRANA PRITASARI
BAB 7
TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab :
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
dr. Kirana Pritasari, MQIH

Pengarah :
Sesditjen Kesehatan Masyarakat (drg. Kartini Rustandi, M.Kes); Direktur Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes);
Direktur Kesehatan Lingkungan (dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO); Direktur
Kesehatan Keluarga (dr. Erna Mulati, MSc.CMFM); Direktur Gizi Masyarakat (Dr.
RR Dhian Probhoyekti, SKM, MA); Plt. Direktur Kesehatan Kerja dan Olah Raga
(drg. Kartini Rustandi, M.Kes).

Penulis :
dr. Mayang Sari, MARS; dr. Victorino, MKM; dr. Irwan Panca Wariaseno, MKM;
Azmi Salim Latuconsina, SE; Retno Astuti, SKM.

Kontributor :
dr. Nida Rohmawati, MPH; dr. Ni Made Diah Permata Laksmi D, MKM; drg. Wara
Pertiwi O, MA; dr. Lovely Daisy, MKM; N. Nurlina Supartini, SKp, MPH; Iwan
Halwani, SKM, MSi; dr. Nita Mardiah, MKM; dr. Inti Mudjiati, MKM; Dyah Yuniar
Setiawati, SKM, MPS; Ely Setyawati, SKM, MKM; Dra. Cucu Cakrawati Kosim, MKes;
Tutut Indra Wahyuni, SKM, MKes; Jelsi Natalia Marampa, SKM, MKKK; dr.
Rusmiyati, MQIH; R. Giri Wurjandaru, SKM, M.Kes; Tasripin, SKM, MKM; drg. Dyah
Erti Mustikawati, MPH; Dra. Herawati, MA; Sakri Sabaatmaja, SKM, MSi; drg.
Marlina Br Ginting Manik, MKes; Bambang Purwanto, SKM, MKM; R. Bimo Satrio
Rahardjo, SH, MKes, MH; dr. Wisnu Trianggono, MPH; Yunimar Usman, SKM, MPH;
Achmad Prihatna, SH, SKM, MKM; Riza Afriani Margaresa, SKM, MPH; dr. Feby
Anggraini, MKK; Donal Simanjuntak, SKM, MKM; Dra. Pimanih, MKes; Dakhlan
Choeron, SKM, MKM; dr. Mularsih Restianingrum, MKM; dr. Ario Baskoro, MSc
(IHM); dr. Wira Hartiti, M.Epid; Danti Kamalia Sari, SH, MH; Bagus Satrio Utomo,
SKom.

Desain Cover :
Vira Novianti, A.Md., MI

Anda mungkin juga menyukai