Anda di halaman 1dari 6

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF

DENGAN HUKUM PIDANA ISLAM


Nur Annisa
1806200070

Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Email : Nurannisa4124@gmail.com

Absract
Criminal law is a rule that will be applied to people who commit crimes and has been proven guilty
before the trial. The crime of theft is a crime one of the increasing number of criminal acts, in which this
crime is in the form of kidnapping or robbing someone's property with the intention of taking full control
of the property. Criminal penalties Theft is divided into several levels depending on how big and the
situation the theft is which is conducted . based on positive law, the crime of theft has been regulated in
the Criminal Code article 362-367 as well as the types of punishments already regulated in the Criminal
Code. While looking at Islamic law, definitions and punishments for theft have been explained in the
Qur'an and hadith and the hadd punishment for certain thefts is cutting off the hand.
Keywords: Law, Criminal Code, theft, criminal law, Islamic law, positive law.

A. PENDAHULUAN
Kehidupan sosial manusia terdiri dari beberapa fase dan tingkatan. Saat lahir, orang tersebut
tumbuh dan berkembang sebagai individu dalam lingkungan keluarga. Setiap hari ia melakukan kontak
dan interaksi dengan keluarga, terutama dengan orang tua. Pada fase ini, bayi diajarkan nilai-nilai yang
dianut oleh orang tuanya. Tumbuh dan menjadi remaja, orang mulai mengenali lingkungan yang lebih
besar daripada keluarga sebagai individu. Sosialisasi yang dialami individu mulai meluas. Individu
mulai berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini meningkatkan kompetensi sosial individu. Ketika
nilai-nilai yang ditransmisikan oleh kedua orang tua diterima dengan baik, keterampilan sosial individu
dapat mengenal jenis kelamin atau usia. 1 Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
yang menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan
hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya. Hukuman pidana ditujukabagi
mereka yang menyalahi atau melanggar aturan tersebut, hukuman yang dijatuhkan berbeda beda
berdasarkan tindakpidana yang dilakukan. Contohya seorang yang melakukan tindak pidana pencurian
maka akan dikenakan hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku . Berbeda pun dengan perspekltif
Hukum islam, yang mana perbedaan disini terlihat pada jenis hukumannya dan metode-metode
penentuan hukumannya dan berbagai sumber hukum yang dijadikan sebagai acuan dalam penyelasaian
suatu tindak pidana pencurian.

Di dunia, kita mengenal bermacam-macam sistem hukum, yaitu sistem hukum Civil Law,
Common Law, Hukum Adat maupun Hukum Islam. Meskipun warga Indonesia mayoritas memeluk
agama Islam, namun pengaruh Hukum Islam tidaklah menonjol didalam sistem hukum yang ada di
Indonesia baik dari segi substansi, struktur, maupun budaya hukum itu sendiri. Bahkan Abdul Jamil
pernah memberikan komentar bahwa meskipun umat Islam mayoritas di Negeri ini, akan tetapi ruang
bagi penegakan Hukum Islam hanya tersedia di Pengadilan agama. 2

1
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum dalam Pembangunan, Cet. ke-2, Alumni, Bandung, 2006,
halaman 3.
2
Lihat dalam Abdul Jamil, Hukum Islam di Indonesia Setelah Pemberlakuan UndangUndang No.7 tahun 1989,
dalam Jurnal Hukum dan Keadilan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Vol.I, 1989, halaman 83.,
sebagaimana dikutip oleh Yesmil Anwar & Adang, Pembaruan Hukum Pidana, Reformasi Hukum Pidana,
Grasindo, Jakarta, 2008, halaman 102.
Hukum pidana Islam (fiqh jinayah) merupakan syariat Allah SWT yang mengatur ketentuan hukum
mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang
yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang
terperinci dari alquran dan hadits . 3 pidana Islam pada hakikatnya mengandung kemaslahatan bagi
kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Syariat Islam dimaksud, secara materil
mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia. Konsep kewajiban asasi Syariat menempatkan
Allah SWT sebagai pemegang segala hak. 4 Setiap orang hanya pelaksana yang berkewajiban
memenuhi perintah Allah SWT tersebut. Perintah Allah SWT yang dimaksud, harus ditunaikan baik
untuk kemaslahatan manusia pribadi maupun orang lain. Berbeda dengan hukum pidana positif yang
nyata-nyata buatan manusia. Karena produk hukum tersebut merupakan olahan pikiran dari manusia,
pastilah mempunyai kekurangan maupun celah-celah sehingga manusia dengan seenaknya dapat
melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

B. METODE

Penelitian ini memerlukan metode dan teknik pengumpulan data tertentu dengan masalah
yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yaitu dalam melakukan penelitian,
peneliti menggunakan kombinasi metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode penelitian
digunakan karena dalam penelitian ini menghasilkan dua jenis data, yaitu data kualitatif. Metodologi
merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada didalam penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Istilah “metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”.Terhadap
pengertian metodologi, biasanya diberikan arti- arti sebagai berikut:
1) Logika dari penelitian ilmiah;
2) Studi terhadap prosedur dan teknik penelitian;
3) Suatu sisitem dari prosedur dan teknik penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penyusunan penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif
sosiologis, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier,
yang juga menggunakan data-data yang diperoleh darilapangan yaitu berupa putusan hakim8.Bahan-
bahan tersebut kemudian disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik kesimpulan dalam
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini jika dilihat dari sifatnya merupakan penelitian deskriptif, yang diartikan
sebagai suatu prosedur pemecahan masalah yang diteliti pada saat sekarang berdasakan fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan atau studi dokumen dan studi lapangan. Teknik ini merupakan teknik pengumpulan
data dengan mempelajari, membaca, dan mencatat buku-buku, literatur, catatan-catatan, peraturan

3
Lihat dalam Abdul Jamil, Hukum Islam di Indonesia Setelah Pemberlakuan UndangUndang No.7 tahun 1989,
dalam Jurnal Hukum dan Keadilan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Vol.I, 1989, halaman 83.,
sebagaimana dikutip oleh Yesmil Anwar & Adang, Pembaruan Hukum Pidana, Reformasi Hukum Pidana,
Grasindo, Jakarta, 2008, halaman 102
4
Zainuddin Ali, Ibid
perundang- undangan, serta artikel-artikel penting dari media internet dan erat kaitannya dengan
pokok-pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan hukum ini dan juga menggunakan
data yang diperoleh dari lapangan yaitu berupa putusan hakim kemudian pengelompokan yang tepat.
4, Teknik AnalisisData
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah teknik analisis
data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data, mengkualifikasikan, kemudian menghubungkan
teori yang berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasil.
Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Tindak Pidana Pencurian Menurut Hukum Islam

Pengertian pencurian

Menurut bahasa, pencurian berarti mengambil sesuatu yang bersifat harta atau lainnya secara
sembunyi-sembunyi dan dengan suatu taktik. Sedangkan menurut istilah atau syara’ pencurian
adalah sesorang yang sadar dan sudah dewasa mengambil harta orang lain dalam jumlah tertentu
secara sembunyi-sembunyi dari tempat penyimpanannya yang sudah maklum (biasa) dengan cara
yang tidak dibenarkan oleh hukum dan tidak karena syubhat. Pencurian adalah mengambil hak
orang lain yang bukan miliknya secara diamdiam tanpa paksaan dan tidak di ketahui oleh
pemiliknya. Adapun pengertia lain pencurian adalah mengambil harta orang lain secara diam-diam
yang di ambil berupa harta, harta yang di ambil merupakan milik orang lain dan ada itikat tidak
baik.

Sedangkan orang yang bisasa melakukan pencurian adalah pencuri, pencurian adalah orang
yang mengambil harta atau benda orang lain dengan jalan diamdiam dan di ambil dari tempat
penyimpanannya. Pencurian menurut Muhamad Syaltut adalah mengambil harta orang lain dengan
sembunyi-sembunyi yang di lakukan oleh orang yang tidak di percayai menjaga barang tersebut.
Menurut beliau selanjutnya, definisi tersebut secara jelas mengeluarkan perbuatan menggelapkan
harta orang lain yang dipercayakan kepadanya (ikhtilas) dari kategori pencurian. Oleh karena itu,
penggelapan harta orang lain tidak di anggap sebagai jarimah pencurian dan tentu tidak dihukum
dengan hukuman potong tangan namun dalam bentuk hukuman lain. Disamping itu, definisi diatas
mengeluarkan pengambilan harta orang lain dengan terang terangan dan kategori pencurian, seperti
pencopetan yang mengambil barang secara terang-terangan dan membawanya lari. Begitulah
kesepakatan fuqaha.

Unsur-unsur pencurian

Hukum pidana islam juga menerangkan mengenai unsure-unsur tindak pidana/jarimah baik secara
umum maupun secara khusus. Secara umum artinya berlaku untuk tindak pidana/jarimah dalam
islam, adapun secara khusus adalah unsure-unsur yangbada dalam suatu tindak pidana/jarimah.
Suatu perbuatan dapat di pandang sebagai suatu tindak pidana yang dapat diknai sanksi pidana
apabila telah memenuhi unsure-unsur tindak pidana. secara umum suatu tindak pidana mempunyai
beberapa unsure diterapkan dalam masyarakat antara lain:

1. Unsure formal (Rukun Syar’i), adanya nash atau ketetapan yang menunjukkan bahwa perbuatan
itu sebagai jarimah atau tindak pidana.
2. Unsure materil (rukun maddi), Yaitu adanya perbuatan melawan hukum yang benar benar telah
dilakukan atau adanya yang membentuk tindak pidana baik berupa perbuatan nyata maupun sikap
tidak berbuat.

3. Unsure moral (rukun adabi) Yaitu adanya niatan pelaku untuk melakukan tindak pidana. Unsur
ini menyangkut tanggung jawab pidana yang hanya dikenakan atas orang yang telah baligh, sehat
akal dan memiliki kebebasan berbuat (ikhtyar).

2) Tindak pidana pencurian menurut hukum positif

Menurut KBBI, arti dari kata “curi” adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau
dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi. “Pencuri” berarti orang yang mencari atau
maling. “Curian” berarti hasil mencuri atau barang dicuri. Sedangkan arti “pencurian” proses, cara,
perbuatan. Menurut pasal 362 KUHP, tindak pidana pencurian adalah , “Barang siapa mengambil
barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”. Pencurian dalam hukum positif
merupakan perbuatan mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain,
dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum. Dari segi bahasa (etimologi)
pencurian berasal dari kata curi yang mendapat awalam pe dan akhiran an. Kata curi sendiri artinya
mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunyi-sembunyi.
Unsur-unsur pencurian Berikut unsur-unsur pencurian menurut pasal 362 KUHP :

a) Unsur obyektif, yang meliputi:

1. Mengambil, unsure mengambil ini mengalami berbagai penafsiran sesuai dengan perkembangan
masyarakat, mengambil yang diartikan memindahkan barang dari tempat semula ketempat ang lain,
ini berarti membawa barang di bawa ke kekuasaannya yang nyata. Perbuatan mengambil berarti
mengambil perbuatan yang mengakibatkan barang diluar kekuasaan pemiliknya.

2. Barang, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain Berarti unsur obyektif adalah
perbuatan manusia pada umumnya diatur dalam perundang-undangan. Unsure objektif ini
mengandung delik formil dan materil, dimana keduanya disebutkan akibat tertentu yang dilarang.
Apabila dijumpai delik yang hanya dirumuskan akibatnya yang dilarang dan tidak dijelaskan
bagaimana kelakuan yang menimbulkan akibat itu. Sedangkan delik formilnya ialah delik yang
dianggap telah terlaksana apabila telah dilakukan suatu perbuatan yang dilarang.

b) Unsur subjektif, yang meliputi:

1. Dengan maksud, istilah ini terwujud dalam kehendak, atau tujuan pelaku untuk memiliki barang
secara melawan hukum.

2. Untuk memiliki

3. Secara melawan hukum, yakni perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan
sendiri dari si pelaku.

Sanksi pencurian

Penetapan pidana denda dalam KUHP merupakan jenis sanksi pidana yang berbeda jumlah
presentase dan ancaman jenis pidananya dengan RUU KUHP, baik pidana yang diancamkan
alternative maupun pidana tunggal, dari mulai pasal 104 sampai pasal 488 dalam KUHP, untuk
kejahatan (buku II) dan dari mulai pasal 489 sampai 569 untuk pelanggaran (buku III),
perumusannya adalah pidana penjara tunggal, pidana dengan alternative denda, dan pidana denda
yang diancamkan tunggal.

1. Pidana penjara, yaitu bentuk pidana yang berupa kehilangan kemerdekaan. Pidana penjara atau
pidana kehilangan kemerdekaan itu bukan hanya dalam bentuk pidana penjara tetapi juga berupa
pengasinan.

2. Pidana kurungan atau kurungan pengganti, pidaa kurungan adalah pidana perampasan
kemerdekaan, akan tetapi lebih ringan daripada pidana penjara. Pidana kurungan dikenakan
paling pendek satu hari dan paling lama satu tahun (pasal 18 ayat (1) KUHP) tetapi dapat
diperpanjang sebagai pemberatan hukuman penjara paling lama satu tahun empat bulan (pasal
18 ayat (3) KUHP) serta dikenakan kewajiban kerja tetapi lebih ringan daripada kewajiban kerja
terpidana penjara (pasal 19 ayat (2) KUHP).

3. Pidana denda, pidana denda adalah hukuman berupa kewajiban seseorang untuk mengembalikan
keseimbangan hukum atau menebus dosanya dengan pembayaran tertentu atau lebih pada ganti
rugi. Jika terpidana tidak mampu membayar denda yang dijatuhkan kepadanya maka diganti
dengan pidana kurungan. Pidana tersebut disebut dengan pidana kurungan pengganti.
Maksimum pidana kurungan pengganti adalah 6 bulan dan boleh 8 bulan dalam hal terjadi
perbarengan, pengulangan, atau penerapan pasal 52 dan 52a KUHP. Lamintang menerangkan
bahwa pidana denda daoat dijumpai di dalam Buku I dan II KUHP yang telah diancamkan baik
bagi kejahatan-kejahatan maupun bagi pelanggaran-pelanggaran. Pidana denda ini juga
diancamkan baik satu-satunya pidana pokok maupun secara alternatif dengan pidana penjara
saja, atau alternatif dengan kedua pidana pokok tersebut secara bersama-sama

1. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa tindak pidana pencurian merupakan tindak pidana yang hampir
menjadi hal yang biasa dikalangan masyarakat, mengenai hukuman pelaku pencurian pun
beragam berdasarkan tingkat curian atau situasi pencurian tersebut dan sesuai KUHP, sedangkan
dalam hukum islam hukuman potong tangan diberlakukan bagi pelaku pencurian dengan
memenuhi syarat untuk dijatuhi hukuman tersebut, hukuman potong tangan merupakan
hukuman had dan diatur dalam Q.S Al-Maidah ayat 38.

2. REFRENSI
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam (Fikih Jinayah)
Jakarta: Sinar Grafika 2006. Asy-syahid Abdul Qadir audah Ensiklopedia Hukum Pidana
Islam Jld V,Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2008 Asy-syahid Abdul Qadir Audah,
Ensiklopedia Hukum Pidana Islam Jld III, Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2008 Dinas
Syariat Islam Aceh, Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayah,2015.
Refika Aditama,2009. Moeljatno, Asas- asas Hukum Pidana, Jakarta : Bina
Aksara,1987.
Muktar Yahya, Fathur Rahman, Dasar- Dasar Pembinaan Hukum Islam, Bandung:
P.T Ma‟rif, 1986
Nandang Sambas, Pembaharuan Sistem Pemidanaan Anak Di Indonesia, Yogyakarta:
Graha Ilmu 2010.
Niniek Suparni, Eksistensi pidana Denda Dalam Sistem Pidana Dan
Pemidanaan,Jakarta: Sinar Grafika, 2007. R.soesilo, Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) SertaKomentar Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Bandung: Karya Nusantara, 1986.
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Skripsi Ari Mustina ,Analisis putusan Hakim dalam perkara pencurian menurut Hukum
Islam (studi terhadap putusan Pengadilan Negeri Sigli No.144/144/pid.B/2012/PN-
SGL) 2014.

Anda mungkin juga menyukai