Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NUR ANNISA

NPM : 1806200070

KELAS / SEM : C1 / VII

Evaluasi

1. Kemukakan 2 perkara tindak pidana korporasi

2. Jelaskan secara ringkas kasusnya

Jawab :

1. - Kasus suap Meikarta 

- Kasus PT Waskita Karya yang diduga terlibat dalam pidana korupsi proyek fiktif pada BUMN

2. – Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuntut bekas Sekretaris Daerah
Jawa Barat Iwa Karniwa dengan hukuman 6 tahun penjara. Jaksa menilai Iwa terbukti menerima
suap dari PT Lippo Cikarang dalam kasus Meikarta.

"Menjatuhkan pidana, terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 6 tahun dan denda pidana
sebesar Rp 400 juta," ucap jaksa Kiki Ahmad Yani saat membacakan surat tuntutan di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Bandung, Senin, 24 Februari 2020.

Dalam tuntutan tersebut, jaksa menyebutkan Iwa telah terbukti menerima suap dari PT Lippo
Cikarang sejumlah Rp 400 juta. Suap tersebut berkaitan dengan proses memuluskan pembangunan
proyek Meikarta.

"Suap tersebut adalah untuk mempercepat proses persetujuan substansi atas raperda RDTR
(Rancangan Detail Tata Ruang) yang diajukan Pemkab Bekasi," ujar Kiki. Jaksa menyebutkan, uang
suap tersebut diterima Iwa melalui eks pejabat Dinas PUPR Bekasi Neneng Rahmi Nurlaili, anggota
DPRD Bekasi Soleman dan anggota DPRD Jabar Waras Wasisto. Duit tersebut digunakan Iwa untuk
membeli keperluan kampanye sebagai bakal calon Gubernur Jawa Barat 2018-2022.

- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumumkan penetapan tiga tersangka baru dalam kasus
dugaan korupsi pekerjaan subkontraktor fiktif pada proyek-proyek PT Waskita Karya, Kamis
(23/7/2020). Penetapan tiga orang tersangka itu merupakan hasil pengembangan penyidikan setelah
KPK menetapkan dua orang tersangka, yaitu eks Kepala Divisi II PT Waskita Karya, Fathor Rachman
dan eks Kepala Bagian Keuangan dan Risiko Divisi II PT Waskita Karya, Yuly Ariandi Siregar. "Pada
perkembangannya, kita bisa menemukan bukti yang cukup tentang keterlibatan tiga tersangka lain,"
kata Ketua KPK Firli Bahuri dalam konferensi pers yang disiarkan akun YouTube KPK, Kamis petang.
Tiga tersangka baru itu adalah eks Kepala Divisi III/Sipil/II PT Waskita Karya yang juga eks Dirut PT
Jasa Marga, Desi Arryani; mantan Kepala Bagian Pengendalian pada Divisi III/Sipil/II PT Waskita Karya
yang kini menjabat Dirut PT Waskita Beton Precast, Jarot Subana; serta mantan Kepala Proyek dan
Kepala Bagian Pengendalian pada Divisi III/Sipil/II PT Waskita Karya, Fakih Usman. KPK pun menahan
lima orang tersangka tersebut mulai Kamis kemarin hingga 11 Agustus 2020 mendatang.  Fakih dan
Yuly akan ditahan di Rutan Cabang KPK di Pomdam Jaya Guntur, Fathur ditahan di Rutan Cabang KPK
di Gedung Merah Putih KPK, Desi ditahan di Rutan Polres Jakarta Selatan, sedangkan Jarot ditahan di
Rutan Polres Jakarta Timur. Mereka ditahan setelah memenuhi panggilan KPK dan diperiksa
penyidik. Namun, penyidik mesti menjemput paksa Jarot karena dianggap tidak kooperatif dalam
penyidikan kasus ini. Selain itu, KPK menyita aset-aset yang dimiliki para tersangka berupa tanah dan
bangunan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Banten, dan Yogyakarta.

Firli mengatakan, kelima tersangka diduga melakukan tindak pidana korupsi dengan modus
menunjuk beberapa perusahaan subkontraktor untuk mengerjakan proyek-proyek fiktif di Divisi II PT
Waskita Karya pada tahun 2009-2015. Berdasarkan laporan Badan Pemeriksaan Keuangan, total
kerugian yang timbul akibat pekerjaan proyek-proyek fiktif itu mencapai Rp 202 miliar. "Kerugian
negara ini telah dilakukan pemeriksaan investigatif sehingga kami meyakini ada akibat kerugian
negara kurang lebih Rp 202 miliar," kata Firli. Atas perbuatannya, para tersangka disangka melanggar
Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 jo Pasal
65 Ayat (1) KUHP. Kasus ini bermula pada 2009, atau ketika Desi menjabat sebagai Kepala Divisi
III/Sipil/II PT Waskita Karya. Saat itu, Desi menyepakati pengambilan dana dari Waskita Karya melalui
pekerjaan subkontraktor yang diduga fiktif pada proyek-proyek yang dikerjakan oleh Divisi III/Sipil/II
PT Waskita Karya. Untuk melaksanakan keputusannya itu, Desi memimpin rapat koordinasi internal
terkait penentuan subkontraktor, besaran dana, dan lingkup pekerjaannya. Desi bersama empat
tersangka lainnya kemudian melengkapi dan menandatangani dokumen kontrak dan dokumen
pencairan dana terkait dengan pekerjaan subkontraktor yang diduga fiktif tersebut. Praktik tersebut
terus berlanjut dan baru berhenti pada 2015 meskipun pada 2011 Desi telah dipromosikan menjadi
Direktur Operasional PT Waskita Karya dan posisinya sebagai Kepala Divisi III/Sipil/II digantikan oleh
Fathur. "Selama periode 2009-2015, setidaknya ada 41 kontrak pekerjaan subkontraktor fiktif pada
14 proyek yang dikerjakan oleh Divisi III/Sipil/II PT Waskita Karya (Persero) Tbk," kata Firli. Ia
mengungkapkan, dana yang terkumpul dari pembayaran pekerjaan subkontraktor fiktif itu kemudian
digunakan untuk membiayai pengeluaran di luar anggaran resmi Waskita Karta. Pengeluaran
tersebut antara lain untuk membeli peralatan yang tak tercatat sebagai aset perusahan, membeli
valuta asing, dan membayar biaya operasional bagian pemasaran. emudian, fee kepada pemilik
pekerjaan dan subkontraktor yang dipakai, membayar denda pajak perusahaan subkontraktor, serta
penggunaan lain oleh pejabat dan staf Divisi III/Sipil/II. Adapun perusahaan yang digunakan untuk
melakukan proyek fiktif itu yakni PT Safa Sejahtera Abadi, CV Dwiyasa Tri Mandiri, PT MER
Engineering, dan PT Aryana Sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai