Anda di halaman 1dari 20

Selayang Pandang

Delik Suap dan Gratifikasi


Dicky Rachmat Afiandi
Associate, Drawy & Droit Law Office
Istilah Tindak Pidana dan Korupsi
Moeljatno menggunakan istilah “Perbuatan Pidana”
Perbuatan Pidana : “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa
pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar
larangan tersebut” (Moeljatno)

Korupsi : (n) “Penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara


(perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain” (KBBI V)
Tindak Pidana Korupsi
• Perbuatan yang dilarang dan diancam dengan sanksi pidana dalam UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo.
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU TIPIKOR”).

• 7 bentuk Tipikor berdasarkan UU Tipikor:


1. Delik korupsi yang merugikan keuangan 5. Delik perbuatan curang (ps 7)
negara (ps 2 dan 3)
6. Delik benturan/konflik kepentingan dalam
2. Delik suap (ps 5; 6; 11; 12 huruf a, b, dan pengadaan (ps 12 huruf I, dan 7)
c; 13) 7. Delik menerima gratifikasi (ps 12B dan 12C)
3. Delik penggelapan dalam jabatan (ps 8, 9,
dan 10)
4. Delik pemerasan (ps 12 huruf e, f, dan g)
Konsep Suap
Pemberian atau janji kepada seorang penyelenggara negara atau pegawai
negeri yang berhubungan dengan jabatannya

Karakteristik Tindak Pidana Suap dalam UU Tipikor


- Meeting of mind : bertemunya kehendak antara pemberi dan penerima
- Niat jahat untuk melakukan perbuatan yang dilarang terjadi sebelum suap dilakukan
- Objek : hadiah atau janji
- Pemberi suap bisa siapa saja, sedangkan penerimanya dibatasi pegawai negeri
- Pemberian suap terkait jabatan penerima suap
- Tidak berlaku pembalikan beban pembuktian (pembuktian terbalik)
- Dapat terjadi OTT
Konsep Gratifikasi
• KBBI : n pemberian yang diberikan karena layanan atau manfaat yang diperoleh
• Menurut mahrus ali, gratifikasi masih digantungkan pada ada/tidaknya layanan
atau manfaat yang diperoleh

Karakteristik Tindak Pidana Gratifikasi


- Yang bisa melakukan hanya pegawai negeri atau penyelenggara negara
- Berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban/tugasnya
- Tidak ada meeting of mind
- Objeknya dalam arti luas
- Kewajiban untuk membuktikan
- Berlaku ketentuan mekanisme pelaporan
Studi Kasus
Putusan No. 37/Pid.Sus-TPK/2021/PN.Jkt.Pst
Terdakwa Samin Tan
Didakwa melakukan perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga dipandang
sebagai perbuatan berlanjut berupa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) UU Tipikor jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP)
Atau
Didakwa melakukan beberapa perbuatan yang ada hubungannya sedemikian rupa sehingga
dipandang sebagai perbuatan berlanjut berupa memberi hadiah atau menjanjikan sesuatu
kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 13 UU Tipikor jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP)
Dakwaan Penuntut Umum
(Putusan Halaman 94-107)
- Terdakwa = Ultimate Beneficiary Owner atas PT Borneo Lumbung
Energi & Metal Tbk (“PT BLEM”) bergerak di bidang jasa
pertambangan batubara
- PT BLEM memiliki anak usaha => PT Asmin Kolaindo Tuhup (“PT AKT”)
juga bergerak di bidang
pertambangan batubara
- PT AKT memiliki Perjanjian Karya Pengusahaan Tambang Batubara
(PKP2B)/Coal Contract of Work (CCOW) dengan Pemerintah RI melalui
Departemen Pertambangan (sekarang Kementerian ESDM)
- Hak PT AKT berdasarkan PKP2B : Melakukan kegiatan pertambangan batubara
di Kab. Murung Raya, Kalimantan Tengah
seluas ±40.000 HA
- Pada tanggal 19 Oktober 2017 : terbit SK Menteri ESDM No.
3174K/30/MEM/2017 (“SK Terminasi 3174K”)
mengenai terminasi PKP2B tersebut, PT AKT
tidak bisa lagi menambang dan menjual hasil
tambang batubaranya
- Alasan terminasi : PT AKT dianggap melanggar PKP2B berupa menjaminkan
PKP2B tersebut kepada Bank Standard Chartered cab.
Singapura (“Bank SC”) terkait pinjaman PT BLEM sejumlah
USD 1.000.000.000,00
- Atas terminasi tsb, PT AKT ajukan gugatan ke PTUN Jakarta dan
dikabulkan. Kementerian ESDM ajukan upaya hukum banding dan
mengabulkan permohonan banding tsb. PT AKT ajukan upaya hukum
kasasi ke MA RI dan ditolak.

- Saat proses persidangan di PTUN Jakarta pada awal tahun 2018,


Terdakwa bertemu Melchias Marcus Mekeng (“Melchias”) di kantornya,
meminta agar terminasi PKP2B ditinjau kembali dan Melchias
menyampaikan akan mengenalkan Terdakwa dengan anggota DPR yang
membidangi masalah tersebut.

- Beberapa hari kemudian, Melchias mengenalkan Eni Maulani Saragih


(“Eni”) selaku anggota Komisi VII DPR RI kepada Terdakwa.
- Terdakwa meminta bantuan kepada Eni terkait permasalahan PKP2B. Eni
menyanggupi dan meminta:
- Menyiapkan kronologis atas permasalahan PKP2B
- Dokumen-dokumen pendukung

- Terdakwa kemudian memerintahkan Nenie Afwani (“Nenie”) selaku direktur PT


BLEM untuk menyiapkan dan menyerahkan permintaan-permintaan tsb kepada Eni

- Pada Februari 2018, Terdakwa kembali bertemu Eni. Eni menjelaskan telah
membahas permasalahan PKP2B dengan Ignatius Jonan selaku Menteri ESDM
(“Ignatius”), dimana Ignatius berjanji akan memberikan rekomendasi yang
diperlukan dalam rangka perpanjangan izin ekspor yang sudah hampir mati dan izin
pembelian bahan peledak untuk tambang apabila gugatan PT AKT di PTUN Jakarta
dikabulkan.
- 05 April 2018, PTUN Jakarta mengabulkan gugatan PT AKT dan
membatalkan SK Terminasi 3174K.
- Terdakwa bersama Eni dan Melchias menemui Ignatius didampingi
Bambang Gatot (“Bambang”) selaku Dirjen Minerba di Gedung
Kementerian ESDM.
- Ignatius menyampaikan dirinya tidak pernah berjanji sebagaimana
diceritakan Eni kepada Terdakwa. Terdakwa bertanya apa lagi yg
diperlukan Ignatius agar yakin PKP2B tidak pernah dijaminkan.
- Ignatius meminta Terdakwa menyerahkan surat pernyataan dari Bank
SC yang menyatakan PT AKT tidak pernah menjaminkan PKP2B kepada
Dirjen Minerba, agar permasalahan PKP2B akan diselesaikan dan hak-
hak PT AKT akan dikembalikan, serta izin-izin PT AKT yang hampir habis
akan diberikan rekomendasi perpanjangan.
• PT AKT memintanya ke Bank SC dan sekitar Mei 2018, Bank Standard Chartered
cab. Singapura menerbitkan surat yang ditujukan kepada Kementerian ESDM
melalui PT AKT.
• Ignatius tidak meyakini keaslian surat tersebut dan meminta diatur pertemuan
antara Bambang atau tim yang ditunjuk Bambang dengan pihak Bank SC.
• Kemudian dilakukan pertemuan antara pimpinan Bank SC cab. Indonesia dengan
tim yang dibentuk Bambang, Tim meminta Bank SC menerbitkan surat
pernyataan yang dibuat dan disampaikan kepada Menteri ESDM adalah asli dan
langsung ditindaklanjuti dengan membuat surat tsb kepada Menteri ESDM.
• Meskipun permintaan tsb sudah dipenuhi, Kementerian ESDM tidak langsung
memproses permasalahan PKP2B. Eni telah membicarakan hal tsb kepada
Ignatius dan Ignatius menginformasikan bahwa Kementerian ESDM akan
meminta legal opinion dari Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara
Kejaksaan Agung RI (“Jamdatun”)
• Terkait permasalahan PKP2B, Eni meminta sejumlah uang ke Terdakwa.
Tanggal 03 Mei 2018, Tahta Maharaya (“Tahta”) selaku tenaga ahli Eni,
melakukan pertemuan dengan Nenie dan Indri Savanti Purnamasari (“Indri”)
di Bakerzin Plaza Senayan.
• Nenie menyampaikan kepada Tahta uang yang akan diberikan kepada Eni
adalah “one point two dari lima”. Selanjutnya, di parkiran Plaza Senayan, Indri
menyerahkan tas jinjing olahraga berisi Rp1.200.000.000,00 kepada Tahta,
kemudian Tahta serahkan tas tersebut ke Eni pada sore harinya di rumah Eni.
• 17 Mei 2018, Tahta bertemu Nenie dan Indri. Indri memberikan 2 tas jinjing
Nike berisi Rp.2.800.000.000,00 kepada Tahta dengan disaksikan Nenie.
Selanjutnya Tahta menyerahkan dua tas berisi uang tersebut kepada Eni di
rumahnya.
• 02 Juni 2018, Eni mengirimkan pesan Whatsapp kepada Terdakwa “Pak
Samin, kemarin saya terima dari Mba Neni 4m … terima kasih yg luar biasa
ya …”
- 05 Juni 2018, Eni mengirim pesan ke Nenie meminta tambahan untuk
kepentingan suami Eni terkait Pilkada Kab. Temanggung. Nenie menanggapi
akan menyampaikan hal tsb ke Terdakwa.
- Eni juga mengirim pesan WA kepada Terdakwa “Pak Samin utk pilkada boleh
dong ditambahin .. Atau pake dulu nanti fi balikin .. Survei sdh bagus .. Jd hrs
kencang terus”
- 22 Juni 2018, Nenie menyuruh Tahta datang ke kantor PT AKT dan Tahta
menerima uang sejumlah Rp1.000.000.000,00 di dalam tas jinjing Nike dari
seorang laki-laki gemuk berkulit putih dan Tahta sempat menandatangani
secarik kertas tanda terima bertuliskan “buah 1 K”. Selanjutnya tas tersebut
Tahta sertahkan ke Eni.
- Setelahnya, Terdakwa melanjutkan upayanya menyelesaikan permasalahan
PKP2B dengan memantau legal opinion, dan tetap berkomunikasi dengan
kementerian ESDM difasilitasi oleh Eni.
Keterangan Saksi Nenie
• Eni menagih dokumen-dokumen yang diminta terkait permasalahan PKP2B,
agar diserahkan ke Tahta.
• Nenie diberikan nomor hp Tahta, lalu Tahta bilang minta bertemu.
• Sebelum berangkat, Nenie pesan ke Indri untuk membawa dokumen yang
ada di meja.
• Tahta yang pertama datang, lalu Nenie, lalu Indri datang tak berapa lama,
dokumennya ditinggal di mobil.
• Setelah makan, Nenie bilang ke Indri “Ndri, kasih aja deh itunya ke Tahta”
• Nenie tidak melihat penyerahan dari Indri ke Tahta karena menunggu di lobi
• Nenie tidak paham ketika ditanyakan pesan WA antara Nenie dan Eni terkait
Eni meminta tambahan ke Terdakwa.
Keterangan Saksi Indri
• Indri yang membuat dokumen-dokumen kronologis, menyiapkan
dokumen putusan sela, LO, dan korespondensi surat ESDM-PT AKT
• Saat akan bertemu Tahta, dokumen-dokumen yang diminta dibawa
sudah ada di ruangan Nenie setelah sebelumnya ditaruh Indri,
sehingga Indri tinggal pick up.
• Indri juga diminta ambil tas di ruangan Nenie yang informasinya
adalah dokumen kronologis.
• Indri menyuruh Tahta untuk ambil sendiri tas di mobil, karena berat
dan Indri sedang berpuasa.
Keterangan Saksi Melchias
• Melchias mengenalkan Terdakwa kepada Eni dan menjelaskan bahwa
izin operasional PT AKT telah dicabut dan PT AKT mempunyai
karyawan sebanyak 4000 orang, Melchias meminta tolong kepada Eni
untuk mempertanyakan pencabutan izin PT AKT.
• Melchias dan Eni dalam membantu Terdakwa tidak pernah dijanjikan
sesuatu, karena menurut Melchias, Terdakwa dalam konsidi susah.
Keterangan Saksi ENI
• Tugas Eni di Komisi VII DPR menjembatani permasalahan perusahaan-
perusahaan yang tidak dapat bertemu langsung dengan kementerian ESDM
• Tidak ada kesepakatan dari awal antara Eni dengan Terdakwa, tapi Eni akan
bantu permasalahan terminasi PKP2B. Namun akhirnya terminasi tersebut tidak
dicabut juga oleh Kementerian ESDM
• Eni menerima uang dari Terdakwa untuk membantu permasalahan terminasi
PKP2B
• Tidak pernah minta uang berbicara langsung dengan Terdakwa. Pesan whatsapp
tanggal 03 Juni 2018 hanya ucapan terima kasih karena dianggap rezeki dari
langit.
• Suami Eni mengikuti Pilkada Temanggung yang membutuhkan banyak dana, Eni
menyampaikannya ke Melchias dan minta agar disampaikan ke Terdakwa.
• Eni membenarkan pesan whatsapp kepada Nenie “ada tambahan gak dari
pak samin, hehehe, perlu banyak nih”
• Eni membanrkan pesan whatsapp kepada Terdakwa “Pak samin utk pilkdada
boleh dong ditambahin, atau pake dulu nanti dibalikin.”
• Eni berkomunikasi dengan Nenie terkait keinginan meminjam uang dari
Terdakwa, yang pada akhirnya Eni menerima Rp 1 Milyar dari Nenie.

Tanggapan Terdakwa:
Eni pernah meminta uang secara langsung kepada Terdakwa setelah
pertemuan di Kantor Kementerian ESDM, Terdakwa tidak pernah
menggubrisnya dan tidak pernah memberikan uang kepada Eni.
Fakta-Fakta Hukum
• Sejak awal pertemuan antara Terdakwa dengan Melchias dan diperkenalkan ke
Eni, Terdakwa sudah mengatakan kepada Melchias dan Eni bahwa jangan
mengharap sesuatu dari bantuan yang akan diberikan kepada Terdakwa terkait
terminasi PKP2B, karena PT AKT adalah perusahaan publik dan Terdakwa tidak
lagi menjabat dan tidak punya kuasa untuk memutuskan.
• 02 Juni 2018, Setelah menerima uang sejumlah Rp.4.000.000.000,00, Eni
mengirim pesan whatsapp kepada Terdakwa “Pak Samin, kemarin saya terima
dari Mba Neni 4M … terima kasih yg luar biasa ya …”
• 05 Juni 2018, Eni mengirim pesan Whatsapp kepada Nenie guna meminta
tambahan uang untuk kepentingan suaminya terkait Pilkada Kab. Temanggung
• Terdakwa tidak diinformasikan apapun oleh Nenie terkait pemberian uang
sebesar Rp.4.000.000.000,00 maupun Eni meminta uang tambahan sebesar
Rp1.000.000.000,00 PT AKT tidak mungkin memberikan uang non operasional
karena sedang kesulitan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai