Anda di halaman 1dari 26

Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi

Pengacara Pengadaan Barang/Jasa


Indonesia
(DPN APPBJI)
Sabela Gayo, S.H.,M.H.,Ph.D
082139851865
SEKRETARIAT APPBJI : 2RD FLOOR, JL. BENDUNGAN HILIR RAYA NO.76, JAKARTA PUSAT
WEBSITE: WWW.APPBJI.OR.ID, EMAIL: DPN.APPBJI@GMAIL.COM

SELAYANG PANDANG APPBJI

Dasar Hukum Pembentukan APPBJI

Pasal 3 (2) UU No. 18/2003 Advokat yang telah diangkat


berdasarkan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menjalankan praktiknya dengan mengkhususkan diri
pada bidang tertentu sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

Akta No. 2 Tanggal 07 Juli 2015 yang dibuat oleh Notaris


Relawati, SH dan Akta Perubahan No.1 Tahun 2016 di Kantor
Notaris Primasari Kenconowati

Pengakuan Badan Hukum dari Kementerian Hukum & HAM


Republik Indonesia No. AHU-0001916.AH.01.07 Tahun 2015

Tujuan Dibentuknya APPBJI


1.

Melakukan riset/penelitian hukum di bidang pengadaan barang dan jasa.

2.

Menyusun Standar Kompetensi Pengacara di bidang Pengadaan


dan jasa.

3.

Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi bagi Pengacara Spesialis pengadaan


barang dan jasa.

4.

Menyediakan layanan jasa hukum al. konsultasi hukum, review / drafting


contract, pendampingan hukum, legal due dilligence (audit hukum dan
opini hukum) bagi Penyedia barang dan jasa, dan memberikan jasa-jasa
hukum lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

5.

Memberikan jasa hukum baik litigasi (in court) al.: Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan, BANI, KPPU, maupun non litigasi (out of court) kepada
masyarakat di bidang pengadaan barang dan jasa.

6.

Melaksanakan sosialisasi dalam rangka meningkatkan kesadaran dan


pemahaman hukum masyarakat mengenai pengadaan barang dan jasa.

barang

Struktur Organisasi APPBJI


1. Dewan Penasehat
2. Dewan Pimpinan Nasional
(DPN)
3. Dewan Pimpinan Wilayah
(DPW)
4. Dewan Pimpinan Cabang
(DPC)
5. Lembaga Otonom

NB: Sampai saat ini DPN APPBJI memiliki 185 orang anggota
Pengacara yang tersebar di 31 Provinsi Se-Indonesia

ASPEK-ASPEK HUKUM
PIDANA PBJP

BIDANG HUKUM DALAM PENGADAAN

Persiapan

Penetapan
Penandatangan
Penyedia
Kontrak
Barang/Jasa

HAN

Berakhirnya
Kontrak

H. Perdata
H. Pidana

FAKTA
1.

>77 % Kasus Korupsi Yg Ditangani Penegak Hukum


Terkait dgn Pengadaan Barang/Jasa

2.

90 % Kasus Korupsi Pengadaan Barang/Jasa terjadi


karena adanya Kolusi Persekongkolan Horisontal &
Vertikal.*

Proses Lelang Formalitas


Jalan Pintas Penunjukkan Langsung
3.

Proyek Dana ABPBD-P/APBN-P


Terjadi Korupsi.

Sangat

Rawan

BEBERAPA KASUS KORUPSI


Provinsi

Kasus

NAD

Gubernur NAD Irwandy Jusuf melaporkan ke KPK


adanya dugaan korupsi di Kab Aceh Barat, Aceh Barat
Daya, Aceh Tengah, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh
Nagan Raya, dan Gayo Luwes (Maret 2008)

Sumatera
Utara

Walikota Medan, Abdillah, ditahan KPK karena korupsi


pengadaan DamKar dan penyimpangan APBD

Sumatera
Barat

Sebanyak 35 tersangka korupsi/terdakwa korupsi


selama Januari April 2008 ditahan Kejati Sumbar
adalah pejabat negara

Riau

Bupati Pelalawan, Tengku Azmun Jafar ditahan KPK


kasus penerbitan dan pemanfaatan lahan

Kepulauan
Riau

Sekda Bintan, Azirwan, terdakwa korupsi alih fungsi


hutan

Jambi

Wakil Gubernur, Anthony Zendra Abidin terkait kasus


korupsi aliran dana BI ke sejumlah anggota DPR

Provinsi

Kasus

Sumatera Selatan

Kepala Subdinas TK dan SD Dinas Pendidikan


Kota Palembang

Bengkulu

Ka Dispenda dituntut 4 tahun penjara

Lampung

Pejabat Perum Bulog

Banten

Wakil Ketua DPRD Kab. Pandeglang

DKI Jakarta

Ka Biro Administrasi Wil Peprov DKI Jakarta

Jawa Barat

Bupati Garut divonis 7 tahun penjara

Jawa Tengah

Bupati Kendal dihukum 7 tahun penjara

Jawa Timur

Ketua DPRD Kab. Gresik, kasus korupsi KUT

DI Yogyakarta

Enam pejabat Pemkab Sleman, kasus korupsi


buku ajar

Kalimantan Timur

Bupati KuKer, Syaukani HR dihukum 2 tahun


penjara

NTB

Gubernur NTB, tersangka korupsi anggaran


Belanja DPRD

Sulawesi Utara

Bupati Minahasa Utara, kasus pembangunan


bandara

Provinsi

Pejabat Terkait

Bali

Dua pejabat di Bali terkait korupsi

NTT

Bupati Kabupaten Manggarai

Maluku Utara

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Arif


armoaito

Sulawesi Tenggara Pimpinan DPRD divonis 2 tahun


Papua

Bupati Kepulauan Yapen korupsi dana daerah

Pasal yang Paling Sering


Digunakan untuk menjerat
koruptor:
UU 31 Tahun 1999 jo. Undang
Undang No. 20 Tahun 2001:
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5, Pasal
6, Pasal 11, Pasal 12

PASAL 2
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonornian negara, Dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan
denda paling sedikit Rp 200 Juta dan paling banyak Rp
1 M.

PASAL 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri
atau
orang
lain
atau
suatu
korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50 Jtdan paling banyak Rp 1 M.

Swasta & PN/Pj. Negara Khusus Peg. Neg / Pj. Neg

Pasal 3

Pasal 2
1.
2.

1.

Setiap Orang

2.

Melawan Hukum

3.

Memperkaya diri sendiri


/ Orang Lain /
3.
Koorporasi

4.

Merugikan Keu
Negara/Perekonomian
Negara

4.

Hukuman :

5.

5.

4 Th s.d 20 Th
200 Jt s.d. 1 M

6.

Setiap Orang
Menguntungkan diri
sendiri / Orang Lain /
Koorporasi
Menyalahgunakan
kewenangan/kesempata
n/sarana
Karena Jabatan/
kedudukan
Merugikan Keu
Negara/Perekonomian
Negara
Hukuman :
1 Th s.d 20 Th
Rp 50 Jt s.d Rp 1 M

Ps. 5 UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 209 KUHP)


ayat (1) huruf a
memberi atau menjanjikan sesuatu benda
seorang pegawai negeri dengan maksud
digerakkan untuk berbuat atau tidak berbuat
dalam
jabatannya
yang
bertentangan
kewajibannya

kepada
supaya
sesuatu
dengan

ayat (1) huruf b


Barangsiapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat
karena
atau
berhubung
dengan
sesuatu
yang
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak
dilakukan dalam jabatannya

Ps. 6 UU No. 31/199 jo UU. No. 20/2001 (Ps. 210 KUHP)


ayat (1) huruf a
memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim,
dengan maksud untuk mempengaruhi putusan tentang
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili
ayat (1) huruf b
memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang,
yang menurut ketentuan undang-undang ditentukan
menjadi advokat untuk menghadiri suatu sidang
pengadilan, dengan maksud untuk mempengaruhi
nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung
dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan
untuk diadili

Ps. 11 UU. No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 418


KUHP)
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau
patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut
pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya

Ps. 12 a UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke1 KUHP)


Pegawai negeri atau penyelenggaran negara yang
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya
Ps. 12 b UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 (Ps. 419 ke2 KUHP)
Pegawai negeri atau penyelenggaran negara yang
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai
akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau

Dasar hukum:
Pasal 12 B UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001
Pengertian:
adalah pemberian dalam arti luas, meliputi
pemberian uang, rabat (diskon), komisi, pinjaman
tanpa
bunga,
tiket
perjalanan,
fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. (Penjelasan
Pasal 12B)

Gagasan Plato (427 SM 347 SM)


Para pelayan bangsa harus memberikan pelayanan
mereka tanpa menerima hadiah-hadiah. Mereka yang
membangkang, kalau terbukti bersalah, harus dibunuh
tanpa upacara

Gratifikasi
merupakan
setiap
penerimaan
seseorang dari orang lain yang bukan tergolong
ke dalam tindak pidana suap.
Gratifikasi kepada pegawai negeri/penyelenggara
negara
yang
berhubungan
dengan
jabatan/kedudukannya dianggap suap.

Pembuktian Gratifikasi
1. oleh penerima gratifikasi, apabila nilainya Rp.
10,000,000,00 (sepuluh
juta rupiah) atau lebih.
2. oleh penuntut umum, apabila nilainya kurang
dari Rp. 10,000,000,00 (sepuluh juta rupiah)

Gratifikasi tidak dianggap sebagai suap


apabila penerima menyampaikan laporan
kepada
Komisi
Pemberantasan
Korupsi,
selambat-lambatnya 30 hari sejak menerima
gratifikasi tersebut

Rumus:

Suap = Gratifikasi + Jabatan

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai