Anda di halaman 1dari 21

1.

Hubungan pajak dengan akuntansi


Dalam melakukan pelaporan dan pembayaran pajak, untuk menentukan besaran pajaknya,
diperlukan laporan keuangan (aktivitas akuntansi) yang kemudian harus dikoreksi fiskal agar
laporan keuangan tersebut sesuai dengan peraturan perpajakan. Laporan keuangan akuntansi
perlu dikoreksi karena ada perbedaan dalam ketentuan pajak dan akuntansi terkait
penghasilan dan beban. Setelah laporan keuangan dikoreksi fiskal, pajak yang akan
dilapor/dibayarkan dapat ditentukan.

2. Apa perbedaan/persamaan PPh, PPN, dan PPnBM


• PPh= pajak penghasilan, PPN=pajak pertambahan nilai, PPnBM= Pajak Penjualan
atas Barang Mewah
• PPh menggunakan tarif progresif yaitu tarif akan semakin besar seiring meningkatnya
penghasilan, sedangkan PPN menggunakan tarif proporsional, yaitu selalu sebesar
10% berapapun besarnya nilai objek pajak. Sementara itu, PPnBM juga mengenakan
tarif proporsional, tapi setiap kategori barang mewah memiliki besaran tarif pajak
yang berbeda-beda.
• PPh merupakan pajak subjektif artinya pengenaan PPh memperhatikan kondisi
pribadi dari wajib pajak dan pajak tidak dapat dialihkan. Sedangkan PPN merupakan
pajak objektif, artinya PPN dikenakan dengan memberhatikan nilai objek pajaknya.
PPnBM juga merupakan pajak objektif.

3. Sebutkan sistem perpajakan yang dianut di Indonesia


• Self-assessment system: Wajib pajak menghitung, melapor, dan menyetor sendiri
besaran pajak yang akan dibayarkannya. Contoh: PPh yang dihitung sendiri
• Official assessment system: Pihak pemungut pajak yang menghitung besaran pajak
yang harus dibayar oleh wajib pajak. Contoh: PBB
• Witholding system: Pajak dihitung, dilapor, disetor oleh pihak ketiga. Contoh: PPh
yang dihitung oleh pemberi kerja.

4. Organisasi Perpajakan di Indonesia.


• Kementrian Keuangan: lembaga perpajakan tertinggi di Indonesia. Lembaga yang
membawahi lembaga perpajakan pusat lain. Lembaga yang mengeluarkan Ketentuan
Umum perpajakan.
Bagian 1: NPWP dan Pembukuan/Pencatatan

Keluarga Bapak Hadi memiliki usaha perdagangan garmen yang telah berdiri sejak awal
2016 di Jakarta Timur. Pendirian perusahaan PT. Melati Putih dengan akte notaris tanggal 3
Januari 2016 dan memulai usaha pada tanggal 1 April 2016. Melihat prospek pertumbuhan
perusahaan yang bagus, pada 2 Januari 2018 membuka cabang di Jakarta Selatan. Usaha
keluarga tersebut telah didaftarkan. Kepemilikan perusahaan tersebut 80% dimiliki Pak Hadi
dan 20% saham dimiliki dua orang anaknya. PT Melati Putih selama ini belum memiliki
NPWP. Bapak Hadi memperoleh informasi bahwa perusahaan harus memiliki NPWP.

Pada tahun 2016, diketahui bahwa peredaran bruto usaha PT Melati Putih sebesar Rp5 Miliar,
tahun 2017 sebesar 7miliar, tahun 2018 sebesar Rp8miliar dan tahun 2019 mengalami
penurunan menjadi sebesar Rp4,5miliar. Kondisi perusahaan mengalami penurunan mulai

tahun 2019 dan semakin turun tahun 2020 yang berpotensi peredaran usaha di bawah
Rp3miliar.

Pertanyaan:

a. Jika PT. Melati Putih taat untuk melakukan pendaftaran, kapan batas akhir perusahaan
melakukan pendaftaran?

Jangka waktu pendaftaran NPWP PT.Melati Putih maximal satu bulan setelah usaha
berjalan. Jika usaha mulai pada tanggal 1 April 2016 berarti PT.Melati Putih
seharusnya sudah melakukan pendaftaran maksimal pada tanggal 1 Mei 2016.

b. Seandainya PT Melati Putih tidak melakukan mendaftarkan diri untuk memperoleh


NPWP. Kemudian KPP setempat baru mengetahui keberadaan usaha PT. Melati Putih
tersebut pada Maret 2020. Jelaskan apa yang akan dilakukan oleh KPP terhadap PT.
Melati Putih?

Jika PT Melati Putih tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP maka akan
dikenakan sanksi menurut Pasal 39 :

- Pidana penjara min 6 bulan max 6 thn

- Denda min 2x dan max 4x jumlah pajak terutang yg tidak/kurang bayar

- Kekurangan akibat dikukuhkan PKP scr jabatan = bunga 2% per bulan max 24
bln

- Pidana menjadi 2 kali sanksi jika diulang sebelum lewat 1 tahun


c. Apakah ada produk hukum yang akan diterbitkan oleh DJP apabila DJP menetapkan
NPWP PT Melati Putih secara jabatan? Jika ada, apa sanksi yang akan dikenakan terhadap
PT Melati Putih terkait terbitnya produk hukum tersebut? Jelaskan!

Jika DJP menetapkan NPWP PT Melati Putih secara jabatan maka terdapat sanksi
administrasi → kekurangan akibat dikukuhkan PKP secara jabatan = bunga 2% per
bulan max 24 bln

d. Atas cabang yang dibuka oleh Bapak Hadi di Jakarta Selatan, apakah Bapak Hadi harus
mengajukan permohonan NPWP, atau cukup menggunakan NPWP kantor pusatnya
(Jakarta Timur) saja? Jelaskan!

Ya, Menurut Peraturan yang terkait pada pemberian kode tersebut ada pada Pasal 2
Ayat 1 UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan ; ‘Setiap
Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)’.Sehingga kantor cabang yang didirikan di Jakarta Selatan harus
menngajukan permohonan NPWP lagi ke KPP lokasi tersebut (Jakarta Selatan).
Nantinya, NPWP ini akan disebut sebagai NPWP cabang yang memiliki 9 digit awal
NPWP sama dengan NPWP pusat lalu 3 kode lanjutan sesuai digit kode KPP tempat
cabang berdiri dan terakhir merupakan kode cabangnya.

e. Apakah rencana keputusan perusahaan untuk tidak melakukan pembukuan (cukup


pencatatan) atas pajak 2019 diperkenankan? Dalam kondisi apa suatu Wajib Pajak
diwajibkan untuk melakukan pembukuan atau pencatatan? Apakah ada sanksi yang
diterapkan jika PT. Melati Putih akhirnya melakukan pencatatan?

→ Keputusan perusahaan untuk tidak melakukan pembukuan atas pajak 2019 tidak
diperkenankan karena WP Badan diwajibkan untuk melakukan pembukuan dan
pencatatan (diatur pada Pasal 28)

→ Wajib Pembukuan : WP Badan dan WPOP menjalankan usaha (penghasilan neto


> 600 jt/ peredaran bruto > 4,8 miliar)

→ Sanksi :

- Administrasi :

- Naik 50% PPh kurang/tdk bayar

- 100% PPh tidak/kurang dipotong, dipungut, disetorkan

- 100% PPN PPnBM krg/tdk bayar

- Pidana → min 6 bulan max 6 tahun dan denda min 2x dan max 4x pajak
terutang
→ Sanksi Pidana Karena Kealpaan

Didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar , atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga)
bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

f. Apakah ada kemungkinan Perusahaan milik Pak Hadi dikenakan sanksi pidana karena
tidak melakukan pendaftaran usaha dan berakibat perusahaan tidak membayar pajak? Jika
kemungkinan tersebut ada, dalam kondisi seperti apa sanksi pidana tersebut dapat
diberikan?

Ya, Berdasarkan UU KUP 2007 pasal 38 ayat 1, setiap orang yang dengan
sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak mendaftarkan
usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP, menyalahgunakan/menggunakan tanpa hak
NPWP/PKP, tidak menyampaikan SPT, menyampaikan SPT dan/atau SPT tidak
lengkap, dan menolak melakukan pemeriksaan akan dikenakan pidana kurungan
paling sedikit 3 bulan dan paling lama 1 tahun atau denda paling sedikit 1x jumlah
pajak terutang yang tidak/kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar
Bagian 2: SPT

PT Dahlia Indah Merona (DIM) adalah perusahaan dagang perlengkapan dan peralatan
kantor yang berkedudukan di Utan Kayu, Jakarta Timur. Selama 5 tahun terakhir, PT
BOBBY (PTB) selalu menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan tepat waktu. Pada tahun
2020, karena kondisi pandemi, audit laporan keuangan tahun 2019 PT. DIM terlambat dan
kemungkinan baru dapat diselesaikan pada 15 Juni 2020. PT. DIM dipimpin oleh seorang
Direktur Utama Bpk Andi dan dua Manajer yaitu keuangan dan pemasaran serta beberapa
orang staf.

Tren penjualan DIM berfluktuasi dalam 3 tahun terakhir, sehingga nilai pajaknya juga
berfluktuasi. PT DIM diperiksa oleh KPP tempat PTB berdomisili untuk tahun pajak 2018,
dimana pemeriksaan dimulai pada bulan 20 Agustus 2019. Setelah pemeriksaan selesai,
Pemeriksa memberitahukan hasil pemeriksaannya dengan menerbitkan SPHP pada tanggal 1
Desember 2019. Menurut Pemeriksa, DIM memiliki kekurangan pembayaran pajak sebesar
Rp800 Juta. DIM memberikan tanggapan atas SPHP dan memberikan ketidaksetujuannya
atas pajak sebesar Rp300 Juta. Menurut DIM kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp500.
Perusahaan menyatakan ketidaksetujuannya atas hasil pemeriksaan tersebut. Namun KPP
tetap menerbitkan SKPKB yang menyatakan kekurangan bayar sebesar Rp800 juta ditambah
sanksi administrasi pada tanggal 10 Desember 2019. Atas SKPKB tersebut perusahaan
melakukan pembayaran pada tanggal 15 Maret 2020.

Pertanyaan:

a. Kapan seharusnya DIM melaporkan SPT Tahunan PPh Badan untuk tahun pajak 2019?

SPT Tahunan WP badan paling lambat disampaikan 4 bulan setelah akhir tahun pajak,
yang berarti adalah (gatau tanggalnya brp tapi???)

b. Berdasarkan UU KUP, siapakah yang seharusnya menandatangani SPT Tahunan PPh


Badan DIM tahun 2020? Apakah boleh SPT ditandatangan oleh Manajer Keuangan
sebagai manajer yang bertanggung jawab urusan keuangan, akuntansi dan pajak. Jika
boleh apakah ada syaratnya?

Berdasarkan UU KUP pasal 4 ayat 2, bagi WP badan yang berhak menandatangani


SPT adalah pengurus atau direksi, dan pada UU KUP pasal 32 ayat 4, dinyatakan
bahwa yang termasuk dalam pengertian pengurus adalah orang-orang yang namanya
tercantum dalam susunan pengurus atau akte pendirian dan nyata-nyata memiliki
wewenang untuk menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, tanda tangan cek,
dan sebagainya. Sehingga SPT Tahunan Badan DIM seharusnya ditandatangani
oleh direksi atau Direktur Utama, yaitu Bapak Andi karena dewan direksi
merupakan orang yang nyata-nyata berwenang dalam menjalankan kegiatan usaha.
Namun, Bapak Andi sebagai direksi mampu memberikan surat kuasa kepada
manajer keuangan atau staff yang memenuhi syarat untuk mengisi dan
menandatangani SPT yang dilampirkan bersamaan dengan SPT (Menurut UU KUP
pasal 4 ayat 3) yang disampaikan ke kantor Dirjen Pajak.

Syarat untuk bisa ditunjuk menjadi kuasa diatur dalam PMK no 22/PMK.02/2008
dimana seorang kuasa adalah seseorang yang memenuhi persyaratan tertentu untuk
melaksanakan hak dan/atau memenuhi kewajiban tertentu dari WP yang memberi
kuasa dengan syarat pada pasal 2 ayat 2, yaitu

1. memiliki NPWP

2. telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir

3. menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan pajak ; dimana bagi


kuasa yang bukan konsultan maka harus memiliki sertifikat brevet maupun
ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan yang diterbitkan oleh PTN/PTS
dengan akreditasi A, minimal setingkat D3. Sedangkan, bagi Konsultan pajak
ditunjukkan dengan Surat Izin Praktek Konsultan Pajak diterbitkan oleh Dirjen
pajak atas nama Menteri Keuangan

4. memiliki surat kuasa khusus sesuai format terlampir di lampiran 1 PMK no


22/PMK.03/2008

5. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana pajak

Karyawan yang dapat menjadi kuasa merupakan karyawan tetap yang telah
menerima penghasilan dari WP Pemberi Kuasa dibuktikan dengan surat pernyataan
bermaterai dari WP dengan format sesuai lampiran 3 PMK no 22/PMK.03/2008

c. Apa yang harus dilakukan oleh DIM mendapatkan fakta bahwa laporan keuangannya
diperkirakan tidak akan selesai sampai batas akhir pelaporan?

apabila DIM memperkirakan bahwa tidak mampu menyelesaikan laporan keuangan


dan menyampaikan pelaporan SPT sebelum batas akhir pelaporan, DIM memiliki hak
untuk menyampaikan permohonan perpanjangan pelaporan SPT dimana
menurut UU KUP pasal 3 ayat 3, batas waktu penyampaian surat pemberitahuan SPT
PPh WP Badan paling lambat 4 bulan setelah tahun akhir pajak dengan cara ;

1. membuat pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan secara tertulis


disampaikan dalam bentuk formulit kertas atau elektronik (E-SPT) beserta
lampirannya kepada KPP sebelum batas waktu penyampaian SPT berakhir

2. dokumen harus ditandatangani wajib pajak atau kuasa ditunjuk yang


disertakan surat kuasa khusus

3. diwajibkan menyebutkan alasan perpanjangan dan melakukan perhitungan


sementara pajak terutang dalam satu tahun pajak yang batas waktunya
diperpanjang
Apabila dalam jangka waktu paling lama 7 hari, kepala KPP tidak
memberikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak, maka permintaan akan dianggap
diterima. Namun, jika tidak diterima karena dianggap tidak mematuhi syarat diatas
maka WP masih berhak untuk menyampaikan kembali pemberitahuan perpanjangan
SPT tahunan selama tidak melampaui batas waktu penyampaian

d. Apakah dokumen yang harus dilengkapi pada saat mengajukan perpanjangan


penyampaian SPT tahun 2019? Sampai kapan batas penundaan penyampaian SPT
diberikan?

Dokumen yang harus dilengkapi saat mengajukan perpanjangan penyampaian SPT


adalah

1. laporan keuangan sementara tahun pajak bersangkutan oleh wajib pajak itu
sendiri, bukan konsolidasi

2. surat setoran pajak PPh pasal 29 sebagai bentuk pelunasan atas kekurangan bayar
pajak terutang, kecuali mendapat izin angsur atau nunda

3. surat pernyataan dari akuntan publik yang menyatakan bahwa audit laporan
keuangan belum selesai dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik

WP dapat memperpanjang waktu penyampaian SPT tahunan pajak penghasilan


badan/OP untuk jangka waktu maksimal 2 bulan setelah batas waktu penyampaian
surat pemberitahuan PPh badan/OP dengan menyampaikan pemberitahuan ke DJP
sesuai aturan PMK(UU KUP pasal 3 ayat 4)

e. Misalkan DIM mengajukan penundaan penyampaian SPT pada tanggal 20 April 2020, dan
disetujui oleh KPP. Dalam permohonan penundaan tersebut dilampirkan bahwa
perhitungan pajak terdapat kurang bayar pajak sebesar Rp 400Juta, dan telah dilunasi.
Pada 25 Juni 2020 DIM telah selesai menyusun SPT yang dilampiri laporan keuangan
audited. Hasil perhitungan akhir menyebutkan bahwa pajak kurang bayar sebesar 500 Juta,
lebih tinggi dari perhitungan sementara. Apa yang harus dilakukan oleh DIM pada saat
pelaporan pajak 25 Juni 2020? Apakah ada sanksi administrasi yang akan dikenakan DIM
atas pembayaran pajak ini?

Pada saat pelaporan pajak 25 Juni 2020, DIM dapat menyampaikan surat
pemberitahuan pembetulan kepada DJP dalam rangka memberitahu kesalahan
perhitungannya, seperti yang diatur pada UU KUP pasal 8 ayat 1 sampai 1a,
disebutkan bahwa WP dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis,
dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Dimana
pembetulan ini menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT harus disampaikan
paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan

Sanksi administrasi yang dikenakan DIM atas pembayaran pajak ini menurut UU
KUP pasal 8 ayat 2, bahwa WP yang membetulkan sendiri SPT tahunan
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar akan dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% per bulan atas jumlah pajak kurang dibayar, dihitung
sejak saat penyampaian surat pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan

f. Jelaskan apakah langkah yang akan dilakukan oleh KPP jika sampai dengan 30 Juni 2020
DIM tidak menyampaikan SPT! Konsekuensi apa yang akan diterima DIM jika tidak
menyampaikan SPT sampai dengan 30 Juni 2020?

KPP dapat menerbitkan surat teguran sesuai UU KUP pasal 3 ayat 5a → Apabila SPT
tidak disampaikan sesuai batas waktu sesuai pasal 3 ayat 3 atau batas waktu
perpanjangan di pasal 3 ayat 4 maka akan diterbitkan surat teguran. (PP 74/2011
pasal 48 ayat 6) surat diterbitkan apabila dalam waktu 7 hari setelah tanggal jatuh
tempo surat ketetapan, penanggung pajak belum melunasi utang pajaknya

Konsekuensi yang dapat diterima DIM;


1. UU KUP pasal 7 ayat 1 → Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu
dimaksud pasal 3 ayat 3 atau batas waktu perpanjangan sesuai pasal 3 ayat 4,
maka WP akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp
1.000.000,-- untuk SPT PPh WP badan. Sehingga jika DIM tidak
menyampaikan SPT sampai 30 Juni 2020, maka DIM akan dikenakan sanksi
administrasi tersebut oleh KPP
2. UU KUP pasal 9 → apabila pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan oleh
WP setelah jatuh tempo, akan dikenakan sanksi bunga sebesar 2% per bulan
dimulai dari berakhirnya atas waktu penyampaian SPT sampai dengan tanggal
pembayaran badan bagian dari bulan dihitung penuh

g. Jika surat teguran untuk penyampaian SPT ternyata tidak juga diindahkan, DIM tidak
menyampaikan SPT langkah apa yang dilakukan oleh KPP?

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) *) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah)
untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan.

h. DIM sebenarnya juga telah melakukan melakukan review atas SPT Tahunan PPh Badan
tahun 2018 dan menemukan bahwa terdapat beberapa penjualan yang belum dimasukkan.
Hal ini berakibat berakibat jumlah pajak yang telah dilaporkan sebelumnya terdapat
kurang bayar pajak sebesar 3,200Juta menjadi kurang bayar sebesar Rp3,700juta.
Sehingga ada selisih sebesar Rp500juta kurang bayar. Karena kesadarannya sendiri, DIM
melakukan pengungkapan ketidakbenaran atas SPT Tahunan PPh Badan tahun 2018
tersebut pada 5 Agustus 2019.

● Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang
telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

● Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak
yang kurang dibayar.

i. Apabila DIM melakukan pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT pada 10


Nopember, setelah proses pemeriksaan dilakukan namun belum dikeluarkan SKP, jelaskan
apakah hal tersebut dilakukan. Apakah ada konsekuensi sanksi yang dikenakan?

● Apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran


perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah
pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar
150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

● Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak yang kurang
dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud
disampaikan.

j. Apabila DIM tidak melakukan pembetulan SPT, dan proses pemeriksaan dijelaskan
seperti dalam soal. Berapa sanksi yang akan dikenakan dalam SKPKB?

Menurut UU KUP Pasal 13 :

● Tambahan bayar denda berupa bunga sebesar 2% dari nilai kekurangan pajak.
Bunga ini akan dihitung berkali lipat setiap bulan dengan pengenaan sanksi maksimal
terhitung 24 bulan sejak terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak sampai
diterbitkannya SKPKB.
● Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak penghasilan yang
tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak.
● Tambahan bayar denda berupa kenaikan sebesar 100% dari pajak penghasilan yang
tidak atau kurang dipotong, dipungut, disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak
atau kurang disetor.

k. Apakah yang seharusnya dilakukan KPP terhadap DIM setelah 10 Januari 2020? Apakah
konsekuensi yang harus ditanggung oleh DIM karena baru membayar SKP pada tanggal
15 Maret 2020?
Pasal 19

(1) Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak
yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau
kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa,
yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau
tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.
Bagian 3: Pemeriksaan dan Penetapan Pajak

PT. Semeru Agung bergerak di bidang tambang perdagangan mempunyai kantor pusat di
Komplek pertokoan Pecenongan dan terdaftar di KPP Pratama Sawah Besar Dua. Perusahaan
berdiri 15 tahun lalu. Selama 4 tahun terakhir selalu melakukan penyetoran melalui e-billing
dan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan melalui DJP online secara tepat waktu.

KPP Pratama Sawah Besar menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan terhadap PT PT. Semeru
Agung tanggal 12 Maret 2019 untuk tahun pajak 2017. SPT Tahunan 2017 Kurang Bayar
sebesar Rp6.000.000.000 dan disetor tanggal 25 April 2018 dan dilaporkan secara online
pada tanggal 27 April 2018. Laporan Keuangan Perusahaan untuk tahun 2017 diaudit oleh
KAP Herman & Rekan, namun KAP tersebut saat ini tidak lagi menjadi auditor Laporan
Keuangan tahun 2019.

Untuk keperluan pemeriksaan Pak Andi membutuhkan informasi dari KAP Herman & Rekan
karena menyangkut beberapa data penjualan dan beban pada tahun 2017, bahkan untuk
mengklarifikasi beberapa data dalam rekening, Pak Andi memerlukan data konfirmasi bank.

Tim Pemeriksa Pajak diketuai oleh Bapak Andi, melakukan pemeriksaan secara
komprehensif atas keseluruhan Pajak PT. Semeru Agung. Sampai 11 Juli 2019 ternyata
proses pemeriksaan belum selesai. Tim pemeriksa baru menyelesaikan pemeriksaan pada 2
September 2019 dan menerbitkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) pada
tanggal tersebut. Menurut Pemeriksa, informasi pajak seharusnya adalah:

A. Pajak Badan telah dilaporkan kurang bayar sebesar Rp8.000.000.000 namun menurut
hasil pemeriksaan kurang bayar sebesar Rp13.000.000.000.

(dalam juta) Dilaporkan Hasil Pemeriksaan

Pajak terutang tahun 2017 38.000 42.000

Kredit pajak:

PPh 22 5.000 4.000

PPh 23 800 800

PPh 24 100 100

PPh 26 100 100

PPh 25 24.000 24.000

Total 30.000 29.000

Kurang bayar PPh 29 8.000 13.000

B. Pajak Pertambahan Nilai


PPN menjadi kurang bayar akibat penyesuaian beberapa nilai penjualan kepada pihak
afiliasi dan beberapa penjualan yang belum dimasukkan dalam laporan 2017 total
sebesar Rp500Juta dengan rincian, masa pajak Desember 2017 sebesar Rp300Juta dan
masa pajak Oktober 2017 sebesar Rp200Juta.

C. PPh

PPN menjadi kurang bayar akibat penyesuaian beberapa nilai penjualan kepada pihak
afiliasi dan beberapa penjualan yang belum dimasukkan dalam laporan 2017 total
sebesar Rp500Juta dengan rincian, masa pajak Desember 2017 sebesar Rp300Juta dan
masa pajak Oktober 2017 sebesar Rp200Juta.

D. PPh 23

Terdapat PPh 23 yang belum dipotong sebesar Rp80Juta untuk masa Pajak Juli 2019.

E. PPh 26

Terdapat PPh 26 yang belum dipotong sebesar Rp100 Juta untuk masa Pajak Nopember
2019.

Pada pembahasan akhir PT. Semeru Agung tetap pada pendapatnya bahwa hampir
keseluruhan SPT Perusahaan telah benar, sehingga atas hasil pemeriksaan tersebut PT.
Semeru hanya menyetujui item D terkait dengan PPh 23.

Akhirnya setelah melalui perdebatan yang panjang dalam closing conference, KPP
menerbitkan surat ketetapan pajak pada 5 September 2019 sebagai berikut atas pajak:

a. PPh Badan tahun 2017 sebesar Rp5.000.000.000 (belum termasuk sanksi kurang
bayar).

b. PPN sebesar Rp500.000.000 (belum termasuk sanksi kurang bayar), terkait penjualan
dan pembelian kepada afiliasi. Rincian adalah PPN untuk masa Maret 2017 sebesar
Rp300Juta dan PPN untuk masa Nopember 2017 sebesar Rp200Juta.

c. PPh Pasal 23 sebesar Rp80.000.000 (belum termasuk sanksi kurang bayar) terkait
dengan pembayaran sewa dan jasa bulan Oktober 2017 yang belum dipotong PPh
Pasal 23.

d. PPh Pasal 26 sebesar Rp100.000.000 (belum termasuk sanksi kurang bayar) terkait
dengan pemotongan PPh 26 atas penghasilan subyek pajak luar negeri yang belum
dipotong pajak untuk masa Desember 2017.

Pertanyaan:

a. Apakah hak dan kewajiban PT. Semeru Agung dalam proses pemeriksaan pajak
tersebut?
Pada kasus ini, PT. Semeru Agung adalah sebagai wajib pajak. Sesuai PMK No.
184/PMK.03/2015 Pasal 13, dalam pelaksanaan pemeriksaan, wajib pajak berhak:

1. meminta kepada pemeriksa untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak


dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan (SP2);

2. meminta kepada pemeriksa untuk memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan


Lapangan dalam hal pemeriksaan dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan;

3. meminta kepada pemeriksa untuk memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim
pemeriksa apabila susunan keanggotaan tim pemeriksa mengalami perubahan;

4. meminta kepada pemeriksa untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan
pemeriksaan;

5. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP);

6. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;

7. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality


Assurance Pemeriksaan, dalam hal masih terdapat hasil Pemeriksaan yang terbatas
pada dasar hukum koreksi yang belum disepakati antara Pemeriksa Pajak dengan
Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, kecuali untuk
Pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret yang dilakukan dengan jenis
Pemeriksaan Kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5(3) huruf a; dan

8. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan pemeriksaan oleh pemeriksa


melalui pengisian kuesioner pemeriksaan

Sedangkan kewajiban yang harus dijalani PT Semeru Agung dibagi 2 sesuai jenis
pemeriksaan. Untuk Pemeriksaan Lapangan adalah yang tercantum pada PMK No.
184/PMK.03/2015 Pasal 14 ayat 1;

1. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang


menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;

2. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola


secara elektronik;

3. memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang
bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk
menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk
tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak serta meminjamkan kepada Pemeriksa Pajak;
4. memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, yang dapat berupa:

a. menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam
mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan
dan/atau keahlian khusus;

b. memberikan bantuan kepada pemeriksa pajak untuk membuka barang


bergerak dan/atau keahlian khusus; dan/atau

c. menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan


dalam hal pemeriksaan dilakukan di tempat wajib pajak;

5. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP; dan

6. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan

Sedangkan jika pemeriksaan pada PT Semeru Agung dilakukan dalam Pemeriksaan Kantor,
peraturannya tertulis dalam PMK No. 184/PMK.03/2015 Pasal 14 ayat 2:

1. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu


yang ditentukan;

2. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang


menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang
dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak;

3. memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;

4. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP;

5. meminjamkan KKP yang dibuat oleh akuntan publik; dan

6. memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.

b. Apa yang harus dilakukan oleh Pemeriksa pada saat membutuhkan data dan keterangan
dari KAP yang mengaudit laporan keuangan tahun 2017, padahal KAP tersebut telah
selesai melakukan perikatan audit dengan PT. Semeru Agung?

Dalam UU KUP Pasal 35, apabila dalam pemeriksaan dibutuhkan keterangan/bukti


dari KAP, atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, KAP Herman &
Rekan wajib memberikan laporan keuangan yang diminra. Laporan keuangan yang
telah diaudit menjadi sebuah syarat pemeriksaan dalam hal permohonan yang
diajukan PT Semeru Agung, sesuai aturan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.03/2013 Pasal 5 Ayat (2) huruf a:

laporan keuangan Wajib Pajak untuk Tahun Pajak yang diperiksa diaudit oleh
akuntan publik atau laporan keuangan salah satu Tahun Pajak dari 2(dua) Tahun
Pajak sebelum Tahun Pajak yang diperiksa telah diaudit oleh akuntan publik, dengan
pendapat wajar tanpa pengecualian.

Sehingga walaupun pemeriksaan dilakukan di tahun 2019, KAP Herman & Rekan
perlu memberikan laporan keuangan tahun 2017 yang telah diaudit tersebut.

c. Permasalahan yang dihadapi oleh pemeriksa pajak adalah, PT. Semeru Agung banyak
melakukan transaksi dengan pihak afiliasi baik di dalam dan luar negeri. Atas transaksi
transfer pricing tersebut pemeriksaan membutuhkan waktu lama dalam proses
pemeriksaan. Jika kasusnya demikian sampai batas waktu berapa lama pemeriksaan
dalam diperpanjang, jelaskan alasan kapan batas waktu perpanjangan pemeriksaan dapat
dilakukan? Mengapa dalam ketentuan perpajakan waktu tersebut menjadi lebih panjang?

Dalam UU KUP Pasal 29 dikatakan bahwa buku, catatan, dan dokumen, serta data,
informasi, dan keterangan lain yang menjadi kewajiban Wajib Pajak untuk diperlihatkan
kepada pemeriksa, wajib dipenuhi paling lama 1 bulan setelah diminta. Dalam pasal yang
sama ayat 3b, dikatakan jika Wajib Pajak, dalam hal ini PT Semeru Agung tidak memenuhi
permintaan tersebut dan lewat dari 1 bulan, sehingga tidak dapat dihitung secara besarnya
pajak, dapat dihitung secara jabatan.

Seperti yang tertulis dalam Surat Edaran DJP Nomor SE-06/PJ/2016, dikatakan
jangka waktu pengujian Pemeriksaan Khusus berdasarkan Keterangan Lain berupa Data
Konkret paling lama 1 bulan dan tidak dapat diperpanjang. Namun, PT Semeru Agung dapat
melalui proses perpanjangan sesuai tahap yang dijelaskan pada SE tersebut pula.
Perpanjangan waktu pengujian dilakukan dengan ketentuan:

i. prosedur perpanjangan jangka waktu pengujian harus dilakukan setiap kali akan
dilakukan perpanjangan jangka waktu pengujian; dan

ii. dilakukan sebelum jangka waktu perpanjangan sebelumnya berakhir.

Untuk waktu pemeriksaan, karena pemeriksaan PT Semeru Agung merupakan


Pemeriksaan Kantor, pemeriksaan dapat diperpanjang sampai dengan 6 bulan dari tanggal
Wajib Pajak datang memenuhi panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor sampai laporan
hasil.

d. Atas kekurangan pembayaran pajak di atas, apakah KPP akan menerbitkan satu SKP
ataukah beberapa SKP?

Atas kasus di atas, KPP akan menerbitkan 4 SKP yaitu untuk PPh Badan yaitu untuk
PPh yang kurang dibayar, PPN untuk PPN kurang bayar, serta PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
untuk PPh kurang dipotong. Hal ini diatur dalam PMK No.183/PMK.03/2015 tentang Tata
Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan UU KUP Pasal 13.
e. Hitunglah berapa sanksi pajak dalam SKPKB yang dikeluarkan pada 5 September 2019,
yang akan dikenakan oleh PT. Semeru Agung dari hasil pemeriksaan tersebut?
a. PPh Badan tahun 2017 sebesar Rp5.000.000.000 (belum termasuk sanksi kurang
bayar).

Sanksi administrasi untuk PPh yang kurang dibayar adalah 50%

Rp5.000.000.000 x 50% = Rp2.500.000.000

Sehingga yang perlu dibayar adalah Rp7.500.000.000

b. PPN sebesar Rp500.000.000 (belum termasuk sanksi kurang bayar), terkait penjualan
dan pembelian kepada afiliasi. Rincian adalah PPN untuk masa Maret 2017 sebesar
Rp300Juta dan PPN untuk masa Nopember 2017 sebesar Rp200Juta.

Sanksi administrasi untuk PPN kurang bayar menurut Pasal 13 adalah 100%
dari PPN yang kurang bayar.

Rp500.000.000 x 100% = Rp500.000.000

Sehingga perlu dibayar Rp1.000.000.000

c. PPh Pasal 23 sebesar Rp80.000.000 (belum termasuk sanksi kurang bayar) terkait
dengan pembayaran sewa dan jasa bulan Oktober 2017 yang belum dipotong PPh
Pasal 23. Dan PPh Pasal 26 sebesar Rp100.000.000 (belum termasuk sanksi kurang
bayar) terkait dengan pemotongan PPh 26 atas penghasilan subyek pajak luar negeri
yang belum dipotong pajak untuk masa Desember 2017.

Sanksi administrasi untuk PPh yang kurang dipotong, dipungut, disetor adalah
100%.

(Rp80.000.000 + Rp100.000.000) x 100% = Rp180.000.000

Sehingga yang perlu dibayar adalah Rp360.000.000

f. Atas SKPKB PPh 23 karena perusahaan memang mengakui ada kesalahan perhitungan,
kemudian melakukan pembayaran pada tanggal 10 Desember 2019. Jelaskan apakah
konsekuensi yang harus ditanggung PT. Semeru Agung jika melakukan pembayaran
pada tanggal tersebut?

Jika PT Semeru Agung melakukan pembayaran setelah dikeluarkannya SKP, ia perlu


melakukan pembayaran sebesar Rp160.000.000 yaitu kurang bayar ditambah sanksi
administrasi.
g. Atas SKPKB lainnya PT. Semeru Agung masih menimbang apakah akan membayar
pajak tersebut atau mengajukan banding. Perusahan juga tidak memiliki dana cukup
besar untuk melunasi SKPKB tersebut. Jelaskan apa yang harus disiapkan PT. Semeru
Agung jika akan melakukan keberatan? Jelaskan apa yang harus dilakukan PT. Semeru
Agung jika tidak melakukan keberatan, namun perusahaan menghadapi masalah
keuangan?

Tata cara pengajuan keberatan diatur dalam PMK No. 202/PMK.03/2015 tentang Tata
Cara Pengajuan Penyelesaian Keberatan. Keberatan diajukan oleh PT Semeru Agung dengan
menyampaikan Surat Keberatan yang menggunakan format sesuai yang dicontohkan dalam
lampiran 1 PMK tersebut.

Jika tidak terdapat kesalahan hitung dalam SKPKB, PT Semeru Agung tidak dapat
mengajukan Surat Keberatan, sehingga PT Semeru Agung dapat mengajukan angsuran atau
penundaan. Dikatakan bahwa apabila WP mengalami kesulitan likuiditas dan tidak dapat
memenuhi kewajiban pajak pada waktunya (1 bulan setelah dikeluarkannya SKPKB), tata
cara pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak adalah:

1. WP mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak


(KPP) tempat WP terdaftar untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang
masih harus dibayar atau kekurangan utang pajak.
2. Apabila WP disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran kecuali STP, WP
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran sampai dengan pembayaran angsuran/pelunasan, dengan
ketentuan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
3. Permohonan harus diajukan secara tertulis paling lama 9 hari kerja sebelum jatuh
tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung permohonan,
serta jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa angsuran, dan
besarnya angsuran, atau jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk ditunda dan
jangka waktu penundaan.
4. Apabila batas waktu 9 hari tersebut tidak dapat dipenuhi oleh WP karena keadaan di
luar kekuasaannya, permohonan WP masih dapat dipertimbangkan DJP sepanjang
WP dapat membuktikan kebenaran keadaan di luar kekuasaannya tersebut.
5. Permohonan harus diajukan dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran I PER - 38/PJ/2008.
6. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan, harus memberikan jaminan yang
besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP, kecuali apabila Kepala
KPP menganggap tidak perlu. Jaminan dapat berupa garansi bank, surat/dokumen
bukti kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat
tanah, atau sertifikat deposito.
7. WP yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang melampaui 9 hari kerja
sebelum jatuh tempo, harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar utang
pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu pengangsuran atau
penundaan.

h. Tim pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut justru ingin mengembangkan


lebih lanjut pemeriksaan pada tahun 2020 untuk pajak tahun 2016 dan 2015, karena
periksa menemukan ada yang kurang tepat dalam perlakuan transaksi transfer pricing
yang dilakukan. Apakah pemeriksaan pajak untuk tahun pajak tersebut masih dapat
dilakukan?

Pemeriksaan pajak tahun 2016 dan 2015 masih bisa dilakukan di tahun 2020 karena
belum melewati daluwarsa yaitu 5 tahun setelah penerbitan Surat Tagihan Pajak, SKPKB,
SKPKBT, SKP, SKK, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali sesuai UU KUP
Pasal 22. Namun daluwarsa 5 tahun ini tertangguh jika salah satu peristiwa yang disebutkan
di ayat 2 terjadi.

i. Jika dari hasil pemeriksaan tahun 2020 untuk pajak tahun 2016 dan 2015, tim pemeriksa
menemukan bahwa perusahaan telah melakukan upaya sistematis untuk melakukan
rekayasa transaksi transfer pricing, sehingga pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil.
Apakah yang akan dilakukan oleh KPP? Apakah KPP dapat melakukan pemeriksaan atas
pajak sebelum tahun 2015?

Jika KPP melakukan penyidikan tindak pidana, KPP masih boleh melakukan
pemeriksaan atas pajak sebelum tahun 2015 dimana penyidikan tindak pidana perpajakan
menjadi salah satu cara agar daluwarsa penagihan pajak tertangguh. Karena PT Semeru
Agung diduga melakukan upaya sistematis (sengaja) melakukan rekayasa transfer pricing, PT
Semeru Agung dapat dituntut sesuai dengan UU KUP Pasal 39.
Bagian 4: Pembayaran dan Penagihan Pajak

PT. Kenanga WP Badan yang telah terdaftar sejak 5 Januari 2015. Selama ini perusahaan
memenuhi kewajiban perpajakan baik untuk memungut dan memotong pajak pihak lain dan
membayar pajak atas penghasilan yang diperolehnya.

Pada 15 April 2020 perusahaan telah menyelesaikan perhitungan tahun pajak 2019, terdapat
kurang bayar sebesar 500Juta. Namun karena COVID perusahaan menghadapi masalah
keuangan untuk melunasi pajak tersebut.

Atas pajak tahun 2017 perusahaan melaporkan lebih bayar sebesar Rp100juta. Pemeriksa
pajak mulai melakukan pemeriksaan pajak pada 5 September 2018. Hasil pemeriksaan
disampaikan pada 5 Januari 2019, yang menyatakan justru terdapat kurang bayar pajak
sebesar Rp 600juta. Dalam pembahasan akhir dengan pemeriksaan, PT. Kenanga tidak setuju
dengan hasil pemeriksaan tersebut dan tetap berpendapat bahwa perusahan lebih bayar
Rp100Juta. SKPKB dari pemeriksaan tersebut diterbitkan pada tanggal 20 Januari 2019.

Pertanyaan:

a. Jelaskan apa yang harus dilakukan oleh PT. Kenanga pada 15 April 2020 terkait
dengan ketidakmampuannya untuk melakukan pembayaran pajak!
● SKPKB harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal SKPKB
diterbitkan. Apabila WP mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di
luar kekuasaannya sehingga WP tidak akan mampu memenuhi kewajiban pajak pada
waktunya. Terdapat tata cara pengangsuran atau penundaan pembayaran pajak,
yaitu :
● WP mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) tempat WP terdaftar untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak
yang masih harus dibayar atau kekurangan utang pajak.
● Apabila WP disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran kecuali STP,
WP dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan, dihitung
sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan pembayaran angsuran/pelunasan,
dengan ketentuan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.
● Permohonan harus diajukan secara tertulis paling lama 9 hari kerja sebelum
jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung
permohonan, serta jumlah pembayaran pajak yang dimohon untuk diangsur, masa
angsuran, dan besarnya angsuran, atau jumlah pembayaran pajak yang akan ditunda,
dan jangka waktu penundaan.
● Apabila batas waktu 9 hari tersebut tidak dapat dipenuhi oleh WP karena
keadaan di luar kekuasaannya, permohonan WP masih dapat dipertimbangkan
DJP sepanjang WP dapat membuktikan kebenaran keadaan di luar kekuasaannya
tersebut.
● Permohonan harus diajukan dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan
dalam Lampiran I PER 38/PJ/2008.
● Wajib Pajak yang mengajukan permohonan, harus memberikan jaminan yang
besarnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan Kepala KPP, kecuali apabila Kepala
KPP menganggap tidak perlu. Jaminan dapat berupa garansi bank, surat/dokumen
bukti kepemilikan barang bergerak, penanggungan utang oleh pihak ketiga, sertifikat
tanah, atau sertifikat deposito.
● Penundaan atas utang pajak dapat diberikan paling lama 12 bulan sejak diterbitkannya
Surat Keputusan Persetujuan Penundaan Pembayaran Pajak, untuk permohonan
penundaan atas utang pajak berupa STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali. Atau paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak
berikutnya,untuk permohonan penundaan atas kekurangan utang pajak berupa pajak
yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh.

b. Jika KPP menyetujui permohonan penundaan pembayaran Rp500juta dibayar 5 kali


masing-masing Rp 100Juta yang dimulai pada pembayarannya 10 Mei 2020. Jelaskan
bagaimana pelunasan pajak tersebut dilakukan dan sanksi yang harus dibayar pada setiap
angsuran pajak?

c. Jelaskan permohonan penundaan disetujui, bahwa PT. Kenanga membayar pajak tesebut
seluruhnya pada tanggal 10 September 2020. Berapa pajak dan dan sanksi yang harus
dibayar pada saat melunasi pajak tersebut?

d. Jelaskan berapa kekurangan pajak dan sanksi pajak dalam SKPKB yang diterbitkan pada
20 Januari 2019 tersebut ? Kapan SKPKB ini paling lambat harus dibayar oleh
perusahaan?

e. Atas SKPKB yang diterbitkan pada 20 Januari 2019 tersebut PT. Kenanga sampai dengan
15 Maret tidak melakukan pembayaran pajak karena berniat melakukan keberatan. Apakah
yang akan dilakukan KPP atas fakta tersebut?

f. PT. Kenanga sampai dengan 1 Mei 2019 tidak mengajukan keberatan atas SKPKB
tersebut namun juga tidak melakukan pembayaran atas pajak dalam SKPKB tersebut.
Apakah yang akan dilakukan oleh KPP atas PT. Kenanga.

g. KPP pada 15 Mei 2019 menerbitkan STP atas SKPKB yang belum dibayar. Berapakah
pajak yang harus dibayar dalam STP?

h. Jelaskan kronologis proses penagihan yang dilakukan oleh setelah penerbitan STP
tersebut?

i. Apakah PT. Kenanga dapat mengajukan gugatan? Jika iya, gugatan atas apa yang dapat
dilakukan oleh PT. Kenanga ? Berapakah jangka waktu untuk dapat mengajukan gugatan?
Jelaskan!

Anda mungkin juga menyukai