Anda di halaman 1dari 3

KONTRA PRESIDEN DARI CALON INDEPENDEN

Oleh : Salpiani

Nim : P07125119040

Tingkat : 3

Dosen pengampu : Mukhlis,SH,H.Hum

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI KESEHATAN GIGI
PROGRAM DIPLOMA III
T.A 2021/2022
SETUJU PRESIDEN DARI CALON INDEPENDEN

Calon independen merupakan calon perseorangan yang dapat mengikuti


pilkada meskipun tanpa ada dukungan dari partai politik atau gabungan partai politik.
Posisi calon independen dalam pilkada merupakan suatu bentuk yang mengapresiasi
hak-hak politik bagi setiap warga masyarakat yang ingin menjadi pemimpin, namun
terbatas atau tidak adanya dukungan politik dari partai-partai politik (Cakra Arbas,
2012). Oleh karena itu, calon independen hadir sebagai salah satu solusi, supaya
partai politik tidak bersikap semaunya dan lebih mereformasi rekrutmen politik yang
selama ini tidak dijalankan secara konsisten.

UUD 1945 tidak melarang Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden
independen atau melalui jalur non-Parpol. Artinya, keberadaan Pasangan Calon
Presiden dan Wakil Presiden perseorangan atau independen tidak bertentangan
dengan UUD 1945. Dengan membaca UUD 1945 secara holisitik dan mengkaitkan
pasal demi pasal satu sama lain, maka keberadaan Pasal 6A ayat (2) UUD 1945
bukan penghalang bagi Calon Presiden dan Wakil Presiden perseorangan atau
independen.

Calon independen tidak terikat oleh partai politik sebagaimana pencalonan


yang diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik. Calon independen
memang tidak diusung oleh partai politik, melainkan pencalonannya memperoleh
legitimasi secara langsung dari rakyat yang menjadi konstituennya. Jadi tidak ada
istilah ‘balas budi’ kepada pihak-pihak yang merasa mengusung dan
membesarkannya. Namun jika calon independen memenangkan pilkada, maka ia
harus konsentrasi bagaimana memenuhi janji-janji politiknya dan bisa memainkan
peran di tengah kuatnya aroma kepentingan perwakilan dari partai politik.

Calon independen menjadi “alternatif” di tengah oligarki politik. Di samping


itu, juga adanya bentuk ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap elit politik yang
setelah meraih jabatannya kurang memperhatikan rakyatnya. Serta, kepentingan yang
paling utama adalah masyarakat di tingkat lokal memiliki spektrum yang lebih luas
dalam memilih pemimpin. Dengan semakin luas spektrum pilihan yang dimiliki,
maka masyarakat di tingkat lokal lebih leluasa untuk memilih calon yang dianggap
paling merepresentasikan mereka. Masyarakat merasa lebih puas jika kepentingan
atau kelompok mereka ada yang mewakili di dalam pilkada.

Capres Independen merupakan solusi terhadap krisisnya regenerasi


kepemimpinan di negeri ini. Hal ini salah satunya disebabkan oleh fungsi partai
politik sebagai rekrutmen politik telah gagal memunculkan regenerasi kepemimpinan
nasional yang tangguh. Oleh karena itu calon independen menjadi keniscayaan dalam
menjawab problem kepemimpinan. Kahadiran calon independen sudah semestinya
dianggap sebagai pematik untuk partai membenahi diri. Juga harus dilihat sebagai
upaya untuk menciptakan suasana yang kompetitif dalam melahirkan pemimpin yang
berkualitas.

Seorang capres mencalonkan diri tanpa diusung oleh partai politik


manapun,artinya capres mencalonkan diri atas kemauan sendiri dengam begitu dapat
mengurangi mahar yang harus dibayar kepada partai politik,belum lagi perjanjian
yang harus dipenuhi kepada partai politik sekiranya memenangkan pilkada.Capres
dari independen juga dapat berlaku adil dan transparan dalam memimpin suatu negara
atau menerapkan kebijakan politik nantinya.

Anda mungkin juga menyukai