Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH ILMU ILMU DASAR KEPERAWATAN 1


PEMASANGAN INFUS DAN BALANCE CAIRAN

Disusun Oleh :
Kelas 1A
KELOMPOK 3
1. ICHADELLA NANDITA ( 1130021009 )
2. MENIK WINDA AFIFAH ( 1130021003 )
3. KHOIROTUN NISA ( 1130021012 )
4. NADIAH DEWI ANINDYA ( 1130021014 )
5. SITI AIYSAH NUR ROHMAN ( 1130021019 )
6. WIDZURIYAH MUTHAHAROH ( 1130021021 )
7. DINDA SALSA NABILA ( 1130021023 )
8. WARDATUL KHASANAH ( 1130021024 )
9. PUTRI ADILA UMAMI ( 1130021033 )
10. M. ZULFIANSYAH SRI .F.S ( 1130021027 )

FASILITATOR

Muhammad Khafid, S.Kep.,Ns.,M.Si

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Dasar Keperawatan 1 dengan tema “
Pemasangan Infus dan Macam – Macam Cairan” dapat selesai seperti waktu yang telah
direncanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak yang
memberikan bantuan secara materi dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Fasilitator mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1, Muhammad Khafid,


S.Kep.,Ns.,M.Si.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan kepada kami sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan semangat

Semoga AllahYang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas budi baik yang tulus
dan ikhlas kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak retak, untuk
itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun masih memiliki banyak
kelemahan serta kekeliruan baik dari segi teknis maupun non - teknis. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 14 Desemeber 2021


DAFTAR ISI

Table of Contents
Type chapter title (level 1) 1
Type chapter title (level 2) 2
Type chapter title (level 3) 3
Type chapter title (level 1) 4
Type chapter title (level 2) 5
Type chapter title (level 3) 6
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan infus merupakan salah satu bagian dari pengobatan yang
digunakan untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien. Infeksi dapat
menjadi komplikasi utama dari terpi intravena (IV) terletak pada sistem infus atau
tempat menusukkan vena (Darmawan, 2008).
Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik dari iritasi kimia maupun
mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena. Plebitis
dikarakteristikan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi,
dan teraba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intravena, (La Rocca, 1998).
Plebitis dapat menyebabkan thrombus yang selanjutnya menjadi tromboplebitis, perjalanan
penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika thrombus terlepas kemudian
diangkut dalam aliran darah dan masuk kejantung maka dapat menimbulkan gumpalan darah
seperti katup bola yang bisa menyumbat atrioventrikular secara mendadak dan menimbulkan
kematian, (Sylvia, 1995).
Secara sederhana plebitis berarti peradangan vena. Plebitis berat hampir selalu
diikuti bekuan darah, atau trombus pada vena yang sakit. Banyak faktor telah
dianggap terlibat dalam patogenesis plebitis, antara lain: faktor-faktor kimia seperti
obat atau cairan yang iritan, faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter,
lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius. Faktor pasien yang dapat
mempengaruhi angka plebitis mencakup, usia, jenis kelamin dan kondisi dasar (yakni.
diabetes melitus, infeksi, luka bakar). Suatu penyebab yang sering luput perhatian
adalah adanya mikropartikel dalam larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan
penggunaan filter. (Darmawan, 2008).
Pemberian obat melalui wadah cairan intravena merupakan cara memberikan
obat dengan menambahkan atau memasukan obat ke dalam wadah cairan intravena
yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar
terapeutik dalam darah, (Mulh, 2006). Dalam penyuntikan obat atau pemberian
infuse IV, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan masuk kuman yang
potensial kedalam tubuh, pH dan osmololaritas cairan infus yang ekstrim selalu
diikuti resiko plebitis tinggi, (Darmawan, 2008).
Infeksi plebitis dapat terjadi melalui cairan intravena dan jarum suntik yang digunakan
atau di pakai berulang-ulang dan banyaknya suntikan yang tidak penting misalnya
penyuntikan antibiotika, (Simonsen, 1999). Menurut Binvko, 2003. Semakin jauh jarak
pemassangan terapi intravena maka risiko untuk terjadi plebitis akan semakin meningkat.
Faktor lain yang akan meningkatkan risiko terjadinya plebitis adalah cairan dengan
osmolalitas tinggi dan pemakaian balutan konvensional. Jumlah kejadian plebitis menurut
Distribusi Penyakit Sistem Sirkulasi Darah Pasien Rawat Inap, Indonesia Tahun 2006
berjumlah 744 orang (17,11%), (Depkes, RI, 2006). Kejadian plebitis di ruang rawat penyakit
dalam di RSCM Jakarta. Sebanyak 109 pasien yang mendapat cairan intravena. Ditemukan 11
kasus flebitis, dengan rata-rata kejadian 2 hari setelah pemasangan, area pemasangan di vena
metacarpal, dan jenis cairan yang digunakan adalah kombinasi antara Ringer Laktat dan
Dekstrosa 5%, (Pujasari, 2002).
Teknik sterilisasi di Rumah sakit sangat berpengaruh dengan tingkat kejadian plebitis
misalnya kurang sterilnya pada saat melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang
sedang dirawat, misalnya pada saat pemasangan infus. Apabila ada saat
melakukan pemasangan infus alat-alat yang akan digunakan tidak menggunakan
teknik sterilisasi akan mengakibatkan plebitis seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri
disepanjang vena. Hal ini sangat merugikan bagi pasien karena infus yang seharusnya dilepas
setelah 72 jam kini harus dilepas sebelum waktunya karena disebabkan oleh alat-alat bantu
yang digunakan untuk memasang infus tidak menggunakan teknik sterilisasi, (Klikharry,
2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Definisi dari Cairan Infus ?
2. Apakah Fungsi dari Cairan Infus ?
3. Apakah Dampak Negatif dari Cairan Infus macet ?
4. Bagaimana Rumus Cara menghitung Cairan infus?
5. Bagaimana Cara Tindakan Keperawatan Memasang Cairan Infus?
6. Bagaimana Cara Tindakan Keperawatan Menghitung Balance Cairan?
7. Apa Saja Macam-macam dari Cairan Infus ?

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa Mampu Memahami Definisi dari Cairan Infus
2. Mahasiswa Mampu Memahami Fungsi dari Cairan Infus
3. Mahasiswa Mampu Memahami Dampak Negatif dari Cairan Infus macet
4. Mahasiswa Mampu Memahami Cara menghitung Cairan infus
5. Mahasiswa Mampu Memahami Cara Tindakan Keperawatan Memasang Cairan
Infus
6. Mahasiswa Mampu Memahami Cara Tindakan Keperawatan Menghitung Balance
Cairan
7. Mahasiswa Mampu Memahami Macam-macam dari Cairan Infus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Cairan Infus

Cairan infus biasa disebut sebagai cairan intravena, merupakan cairan


tambahan yang digunakan dalam terapi intravena. Cairan ini berguna untuk
mengembalikan atau mempertahankan volume cairan normal. Saat rute oral
tidak memungkinkan, maka cairan ini juga mengambil peran yaitu dengan
keseimbangan elektrolit. Dikatakan bahwa cairan infus menjadi cara efisien
dan efektif untuk memasok cairan langsung ke dalam tubuh. ( Kemenkes, 23
Aug 2021 )

2.2 Fungsi Cairan Infus

Fungsi dari pemberian cairan infus itu sendiri adalah sebagai salah satu
perawatan medis yang disediakan, oleh rumah sakit pada pasien yang
kehilangan zat makanan dan cairan dalam tubuh. Pemberian cairan infus ini
dilakukan dengan cara mengaliri tubuh, yang mana melalui selang juga jarum
infus pada pembuluh darah. Perlu diketahui bahwa pemberian cairan infus
tidak dapat dilakukan sembarangan. Infus dimasukkan ke dalam tubuh harus
sesuai dengan aturan dokter, dengan memperhatikan jenis cairan infus. Tak
hanya jenis cairannya, namun juga jumlah cairan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien tersebut. ( Kemenkes, 23 Aug 2021. )

2.3 Dampak Negatif /komplikasi Pemasangan Infus

1. Infiltrasi (ektravasasi)

2. Trombophlebitis

3. Bakteremia

4. Emboli udara

5. Perdarahan

6. Trombosis

7. Imbalance elektroli,

8. Hematom, dll.

2.4 Rumus Menghitung Tetesan Cairan Infus

2.5 Tindakan Keperawatan Memasang Cairan Infus

Memasang infus adalah pemasangan infus untuk memberikan cairan


atau obat melalui parenteral (intravena). Tujuan memasang infus adalah untuk
memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit pada klien yang
sakit akut, mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dan memberikan
akses intravena pada pemberian terapi intermitten atau emergensi. (Potter,P.A.,
Perry,A.G., 2006.,) (Potter,P.A., Perry,A.G., 2010., )

1. Pengertian :

Memasang infus adalah pemasangan infus untuk memberikan cairan atau obat
melalui parenteral (intravena).

2. Tujuan :

a. Memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit pada klien yang
sakit

akut.

b. Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

c. Memberikan akses intravena pada pemberian terapi intermitten atau


emergensi

3. Peralataan :

a. Cairan infus sesuai program

b. Jarum / kateter intravena / abbocath (ukuran bervariasi)

c. Set infus (selang mikrodrip untuk bayi dan anak dengan tetesan 60 tetes/ml,

dewasa selang makrodrip dengan tetesan 15 tetes/ml atau 20 tetes/ml)

d. Selang ekstension

e. Alkohol atau povidone-iodine swabs atau sticks

f. Handschoon disposibel

g. Tourniquet

h. Spalk untuk tangan


i. Kasa dan povidone-iodine salep atau cairan

j. Plester/hipavik

k. Perlak dan pengalas

l. Bengkok

m. Tiang infus

4. Langkah-langkah :

a. Tahap pra interaksi :

1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien

2) Cuci tangan

3) Siapkan alat

b. Tahap orientasi :

1) Beri salam, panggil klien dengan namanya

2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

c. Tahap kerja :

1) Anjurkan pasien memakai baju yang mudah untuk masuk dan keluarnya

lengan.

2) Buka set steril dengan teknik aseptik.

3) Cek cairan dengan menggunakan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.

4) Buka set infus, letakkan klem 2-4 cm di bawah tabung drip dalam keadaan

off / terkunci.
5) Buka tutup botol, lakukan desinfeksi tutup botol cairan, dan tusukkan set

infus ke botol / kantong cairan dengan benar.

6) Gantungkan botol cairan infus pada tiang infus, isi tabung drip infus ⅓-½

penuh.

7) Buka penutup jarum dan buka klem untuk mengalirkan cairan sampai ke

ujung jarum hingga tidak ada udara dalam selang, klem kembali, dan tutup

kembali jarum.

8) Pilih jarum intravena / abbocath.

9) Atur posisi pasien dan pilih vena.

10) Pasang perlak dan pengalas

11) Bebaskan daerah yang akan diinsersi, letakkan tourniquet 10-15 cm

proksimal tempat insersi.

12) Pakai handschoon

13) Bersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam ke luar).

14) Pertahankan vena pada posisi stabil

15) Pegang IV kateter (abbocath) dengan sudut 20-30º, tusuk vena dengan

lubang jarum menghadap ke atas, dan pastikan IV kateter masuk intavena

dengan tanda darah masuk ke abbocath, kemudian tarik mandrin ± 0.5 cm

16) Masukkan IV kateter secara perlahan, tarik mandrin, dan sambungkan IV

kateter dengan selang infus

17) Lepas tourniquet, kemudian alirkan cairan infus


18) Lakukan fiksasi IV kateter, kemudian beri desinfektan daerah tusukan dan

tutup dengan kasa

19) Atur tetesan sesuai program

20) Lepaskan sarung tangan

d. Tahap terminasi :

1) Evaluasi hasil / respon klien

2) Dokumentasikan hasilnya

3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat

5) Cuci tangan

2.6 Tindakan Keperawatan Menghitung Balance Cairan

Menghitung balance cairan adalah menghitung keseimbangan cairan


masuk (intake) dan cairan keluar (output) tubuh. Tujuan menghitung balance
cairan adalah untuk mengetahui jumlah intake cairan, mengetahui jumlah
output cairan, mengetahui balance cairan, dan menentukan kebutuhan cairan.
(Potter,P.A., Perry,A.G., 2006., ) (Potter,P.A., Perry,A.G., 2010., )

1. Pengertian :

Menghitung balance cairan adalah menghitung keseimbangan cairan masuk


(intake) dan
cairan keluar (output) tubuh.

2. Tujuan :

a. Mengetahui jumlah intake cairan

b. Mengetahui jumlah output cairan

c. Mengetahui balance cairan

d. Menentukan kebutuhan cairan

3. Peralatan :

a. Gelas atau gelas ukur untuk minuman

b. Gelas ukur untuk urine atau urine bag

c. Alat tulis

4. Langkah-langkah ;

a. Tahap pra interaksi :

1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien

2) Cuci tangan

3) Siapkan alat

b. Tahap orientasi :

1) Beri salam, panggil klien dengan namanya

2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan

3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

c. Tahap kerja :

1) Hitung intake cairan :


a) Oral (minum) : normal ± 1200 ml

b) Oral (makan) : normal ± 1000 ml

c) Hasil metabolisme : normal ± 300 ml

d) Parenteral : sesuai instruksi

2) Hitung output cairan :

a) Ginjal (urine) : normal 40-80 ml/jam (960-1680 ml/24 jam)

b) Gastro intesinal (feses) : normal 100-200 ml/24 jam

c) Pernapasan (paru) : normal 400 ml/24 jam

d) Insensible water loss (IWL) : tidak kasat mata (kulit) : normal 6

ml/kg/24 jam (420 ml/24 jam)

e) Sensible water loss (SWL) : kasat mata (keringat) : normal 1000 ml/24

jam

f) Abnormal (muntah, drain, perdarahan, dll) : sesuai kondisi klien

3) Hitung balance cairan

a) Balance positif : intake > output ( lebih )

b) Balance negatif : output < input ( sedikit )

d. Tahap terminasi :

1) Evaluasi hasil / respon klien

2) Dokumentasikan hasilnya

3) Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya


4) Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat

5) Cuci tangan

2.7 Macam-macam dari Cairan Infus

Jenis cairan infus juga dapat dibedakan berdasarkan cairan IV, yang
mana didasarkan pada tonisitasnya. Berikut tiga jenis cairan infus berdasarkan
tonisitasnya. ( Kemenkes, 23 Aug 2021., )

1. Isotonik

Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan yang ada

didalam plasma.

a. NaCI normal 0,9 %

b. Ringer laktat

c. Komponen -komponen darah (albumin 5 %, plasma)

d. Dextrose 5 % dalam air (D 5 W)

2. Hipotonik

Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih kecil daripada

yang ada didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya

menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk

kedalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel,

sel-sel tersebut akan membesar atau membengkak.

a. Dextrose 2,5 % dalam NaCI 0,45 %

b. NaCI 0,45%

c. NaCI 0,2 %
3. Hipertonik

Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada

yang ada di dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan

konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk

memperbaiki keseimbangan osmotik, sel kemudian akan menyusut.

a. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,9 %

b. Dextrose 5 % dalam NaCI 0,45 % ( hanya sedikit hipertonis karena

dextrose dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara

mempengaruhi tekanan osmotik).

c. Dextrose 10 % dalam air

d. Dextrose 20 % dalam air

e. NaCI 3% dan 5%

f. Larutan hiperalimentasi

g. Dextrose 5 % dalam ringer laktat

h. Albumin 25
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto dan Wartonah (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


KePerawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter,P.A., Perry,A.G., 2006., Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses, dan Praktik., Edisi 4., Volume 2., Jakarta : EGC

Potter,P.A., Perry,A.G., 2010., Fundamentals of Nursing : Fundamental


Keperawatan., Buku 3., Edisi 7., Jakarta : EGC.

Artikel KemenkesRI 28 Aug 2021

Modul bahan ajar praktikum, tenaga kesehatan, pusdik

(Darmawan, 2008), (La Rocca, 1998), (Sylvia, 1995), (Mulh, 2006),


(Simonsen, 1999), (Depkes, RI, 2006), (Pujasari, 2002).

Anda mungkin juga menyukai