Kelas : AK_2
Prodi : Akuntansi
Proses pembentukan pola pemikiran ekonomi Islam ini terdiri dari dua aliran utama, yakni:
Terdapat perbedaan penafsiran, pendekatan, dan metodologi yang digunakan oleh para
ekonom muslim dalam membentuk konsep ekonomi Islam. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan latarbelakang pendidikan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki. Merujuk
pendapat Aslem Haneef, pemikir ekonomi Islam Malaysia, para pemikir muslim bidang
ekonomi dikelompokkan dalam tiga yakni :
Kelompok jurist atau pakar bidang fikih atau hukum Islam sehingga pendekatan yang
dilakukan adalah legalistik dan normatif.
Kelompok modernis yang lebih berani memberikan interpretasi terhadap ajaran
Islam untuk menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat terkini.
Kelompok western-trained moslem economist, yaitu para praktisi atau ekonom
muslim yang berlatar belakang pendidikan Barat. Mereka mencoba menggabungkan
pendekatan fikih dan ekonomi sehingga ekonomi Islam terkonseptualisasi secara
integrated. Dengan kata lain, mereka berusaha mengonstruksi ekonomi Islam seperti
ekonomi konvensional, tetapi dengan mereduksi nilai yang tidak sejalan dengan
Islam dan memberikan nilai Islam pada analisis ekonominya.
M.M Metwally (1993) mendefinisikan, “Islamic economics may be defined as the
study of the economic behavior of the true Muslim in a society which adheres to the
Islamic doctrine from the Holy Qur’an, the Sunna of The Holy Prophet Muhammad
(or the Hadith, or tradition), the consensus (ijma’) and the analogy (qiyas)
Menurut Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa
ekonomi Islam adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner dalam
arti kajian ekonomi syariah tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang
baik dan mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya juga
terhadap ilmu-ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis seperti matematika,
statistik, logika, dan ushul fiqih.
Muhammad Abdullah al-Arabi, ekonomi syariah merupakan sekumpulan dasar
umum ekonomi yang kita simpulkan dari Alquran dan sunah, dan merupakan
bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut
sesuai dengan tiap lingkungan dan masa
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari tata kehidupan masyarakat dalam
melakukan kegiatan ekonomi yang meliputi alokasi dan distribusi sumber daya alam yang
diimplementasikan berdasarkan Alquran, hadis, ijmak, dan qiyas. Sesuai prinsip syariat Islam
dalam mewujudkan kesejahteraan umat.
Bidang ekonomi menjadi salah satu bahasan di dalam pemahaman Islam terhadap
fenomena ekonomi akan membentuk sebuah worldview berdasarkan tiga tahap berikut:
Pembentukan fondasi, aksioma dan premis.
Sistematika konsep.
Subject-matter, body of knowledge (mikro-makro), cakupan, dan batasan.
Hadd adalah membangun definisi berdasarkan subject-matter atau masalah utama yang
ingin dibahas dalam suatu disiplin.
Sebuah studi menerjemahkan dan mengaplikasikan prinsip Islam dalam ekonomi
Sebuah studi tentang bagaimana manusia dapat mengaktualisasikan dan
merealisasikan objek ekonomi Islam.
Sebuah studi permasalahan ekonomi dalam sudut pandang Islam dan mencoba
untuk menyelesaikannya dalam pendekatan kerangka nilai Islam dan kelembagaan.
Perbedaan Beberapa Konsep Ekonomi Konvensional Vs Islam
Konsep Harta
Konsep Uang
Konsep Bungan dan Riba
Konsep Time Value of Money
Konsep Modal
Konsep Kelembagaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar
dalam Islam, yaitu tauhid dan berdasarkan rujukan pada Alquran dan sunah:
Memenuhi kebutuhan dasar manusia, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan,
dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat;
Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang;
Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan ketimpangan dana
distribusi pendapatan dan kekayaan di masyarakat;
Memastikan kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai moral;
Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Masalah pokok dari ekonomi konvensional adalah kelangkaan (scarcity) dan keinginan
manusia yang tidak terbatas. Karena kelangkaan inilah, maka manusia dihadapkan pada
pilihan-pilihan tentang apa yang harus diproduksi, bagaimana memproduksi, untuk siapa,
bagaimana membagi produksi dari waktu ke waktu serta bagaimana mempertahankan dan
menjaga tingkat pertumbuhan produksi tersebut.
Menurut Baqir As-Sadr, sumber daya pada hakikatnya tidak terbatas dan sangat melimpah.
Hal ini didasarkan pada dalil yang menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan alam semesta
ini dengan ukuran yang setepat-tepatnya. Allah SWT juga telah memberikan sumber daya
yang cukup untuk umat manusia Baqir As-Sadr juga menolak pendapat yang menyebutkan
bahwa keinginan manusia tidak terbatas. Ia berpendapat bahwa manusia akan berhenti
mengonsumsi suatu barang atau jasa apabila tingkat kepuasan terhadap barang tersebut
menurun atau nol. Menurutnya, yang menjadi masalah utama dari ekonomi adalah tidak
meratanya distribusi sumber daya di antara manusia.
Muhammad Rawas Qal’ah-ji serta pakar hukum dan ahli ekonomi Islam lainnya
menyebutkan ada 13 ciri utama ekonomi Islam yang menjadikannya berbeda dengan sistem
ekonomi konvensional. Ketiga belas prinsip ekonomi yang dimaksud adalah sebagai berikut: