Anda di halaman 1dari 43

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup

C. Batasan Operasional

D. Landasan Hukum

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia

B. Distribusi ketenagaan

C. Pengaturan jaga

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang

B. Standar fasilitas

BAB IV STANDAR TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Falsafah dan Tujuan

B. Pengorganisasian

C. Kebijakan dan Prosedur

D. Pengembangan Staf

BAB V LOGISTIK

Fasilitas dan Pemeliharaan Alat

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

B. Tujuan

C. Tata laksana keselamatan pasien

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU


KATA PENGANTAR

Undang – Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 9


menyebutkan bahwa Rumah Sakit berkewajiban untuk memenuhi hak pasien
dan mengedepankan patien satisfaction.

Pedoman pelayanan ruang intensive care unit ini dibuat untuk


meningkatkan pelayanan pasien yang sesuai dengan hak pasien serta
memenuhi standar, dimana prosedur ini harus dipatuhi oleh semua instalasi /
unit pelayanan di lingkungan RSUD Jagakarsa Pedoman ini bertujuan
meningkatkan kepuasan pasien serta meningkatkan mutu Pelayanan.Buku
pedoman pelaksanaan pelayanan perawatan di ruang intensive unit RSUD
Jagakarsa ini disusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan pelayanan di
Instalasi Care Unit sehingga dapat tercapai mutu pelayanan yang setinggi-
tingginya dan profesional.

Harapan kami semoga buku pedoman pelaksanaan pelayanan ini dapat


dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan di
Instalasi Care Unit. Demikian harapan dari kami semoga buku ini bisa
bermanfaat, tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Jakarta, 4 Januari 2021

DIREKTUR RSUD JAGAKARSA

Dr.Aditya Galatama Purwadi,MARS


Nip. 197907192010011011
LAMPIRAN :

KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN


PELAYANAN PASIEN

INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAGAKARSA

NOMOR : 7 /2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera
atau penyulit- penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf
medic, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keaadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada
saat pasca bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale
mengusulkan anestesi sampai ke masa pasca bedah. Dimulai sekitar
tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus dimana
pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi sampai sadar
dan stabil fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat anestesi.
Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal dipandang perlunya
untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar saja,
namun juga pada masa pasca bedah
Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di
Scandinavia pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai kematian yang
disebabkan kelumpuhan otot-otot pernafasan. Dokter spesialis
antologi yang dipelopori oleh BjØrn Ibsen pada waktu itu, melakukan
intubasi dan memberikan bantuan napas secara manual mirip yang
dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa
kedokteran dan sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan
pasien poliomelytis bulbar dan bahkan menurunkan mortalitas menjadi
sebanyak 40%, dibanding dengan cara sebelumnya yakni penggunaan
iron lung yang mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun 1952 Engstrom
membuat ventilasi mekanik bertekanan positif yang ternyata sangat
efektif memberi pernafasan jangka panjang. Sejak saat itulah ICU
dengan perawatan pernapasan mulai terbantu dan tersebar luas.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca
bedah atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu
sendiri yaitu intensive care medicine.

B. Tujuan Pedoman
a) Tujuan Umum
Meningkatkan Pelayanan yang bermutu dan
mengutamakan keselamatan pasien.
b) Tujuan Khusus
i. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU dirumah
sakit
ii. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan
pasien ICU dirumah sakit .
iii. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU dirumah
sakit .
C. Ruang Lingkup
Pelayanan di Instalasi Rawat Intensif rumah sakit meliputi
penanganan kasus ICU , HCU.
Ruang lingkup pelayanan meliputi dukungan fungsi organ-organ vital
seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan
lain-lainya, baik pada pasien dewasa ataupun pasien anak. Rumah
sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi
rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICU yang professional dan
berkualitas. Dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada ruang
rawat Intensive cara Unit (/ICU), perawatan untuk pasien dilaksanakan
dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari
multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim
mulitidisplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain dukungan itu sarana, prasarana serta
peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan ICU.
Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenaga khusus, terbatasnya
sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi,
keberadaan ICU perlu dikonsentrasikan.
D. Batasan Operasional

Batasan Operasional. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar


profesi, standar pelayanan RS dan Standar Prosedur Operasional.
a) Pelayanan ICU meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi,susunan saraf pusat, ginjal dan lain-
lainya, baik pada pasien dewasa ataupun pasien anak.
Pelayanan HCU Pelayanan HCU diberikan kepada pasien
dengan kondisi kritis stabil yang membutuhkan
pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat.
b) Pelayanan Pasien Covid 19 ,Pelayanan untuk pasien
terkonfirmasi dapat diberikan di RSUD Jagakarsa dengan kasus
ringan
E. Landasan Hukum Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan
pedoman ini adalah sebagai berikut :
1. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal RS
2. PMK No. 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
3. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
4. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
5. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia.

Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai


pengetahuan yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai
dan mempunyai komitmen terhadap waktu.

a) Tenaga Medis.

Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang


memenuhi standar kompetensi berikut :

i. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis


anastesiologi melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi
yang terkait.
ii. Menunjang kualitas pelayanan ICU dan
menggunakan sumber daya ICU secara efesien
iii. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya
dalam pelayanan ICU
iv. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang
memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7 hari/minggu
v. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
 Sampel darah arteri
 Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk
intubasi trakeal, trakeostomi perkutan dan ventilasi
mekanis
 Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive
maupun therapi invasif misalnya; peralatan monitoring,
termasuk :
i. Kateter vena central (CVP)
ii. Resusitasi jantung paru
iii. Pipa torakostomi

Melaksanakan dua peran utama :


1) Pengelolaan pasien

Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan


pelayanan di ICU , menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan
pada pasien penyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ
multi-sistem. Dalam mengelola pasien, dokter

intensivis dapat mengelola sendiri ICU atau berkolaborasi dengan


dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu mengelola pasien sakit
kritis dalam kondisi seperti :

a) Hemodinamik tidak stabil


b) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis
c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi
intracranial
d) Gangguan atau gagal ginjal akut
e) Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang
mengancam nyawa
f) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi

2) Manajemen Unit.

Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas


manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-
pelayanan ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-
aktivitas tersebut meliputi antara lain :

a) Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien


b) Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
c) Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang
berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data
d) Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk
menjamin kelancaran pelayanan di ICU
e) Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical
care medicine
f) Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca
literature kedokteran
g) Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter
berkelanjutan
h) Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan
bersedia untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas
interdisipliner.
i) Tenaga Keperawatan

IRI / ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian
besar terlatih. (diganti) menjadi : jumlah perawat di ICU ditentukan
berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik.
Perbandingan perawat : pasien 1:1, sedangkan perbandingan perawat :
pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.

a. Karakteristik perawat ICU

Karakteristik perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan intensif


meliputi

1. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan


konsisten
2. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
3. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta
diikuti oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
5. Menerapkan ketrampilan komunikasi secara efektif
6. Mendemontrasikan kemampuan ketrampilan klinis yang tinggi
7. Menginterpretasikan analisa situasi yang komplek
8. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga
9. Berfikir kritis
10. Mampu menghadapi tantangan ( Challenging )
11. Mengembangkan pengetahuan dan penelitian
12. Berfikir ke depan ( Visionary )
13. Inovatif

b. Penetapan jumlah tenaga

ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian besar
terlatih. Jumlah perawat di ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur
dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien 1:1,
sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi
mekanik adalah 1:2.

1) Penetapan jumlah tenaga dan kualifikasi tenaga keperawatan di unit


perawatan intensif direkomendasikan formulasi ketenagaan sebagai
berikut :
Estimasi dengan terisi 3 bed
12 x 3/7 = 5,1
Loss day = 5,2
Total 10 orang

Estimasi dengan terisi 4 bed


12 x 4/7 = 6,8
Loss day 7
Total 13,8 (14 orang)

Untuk klasifikasi tenaga di Ruang ICU Th. 2021 saat ini adalah :

1. 12 Perawat

Kompetensi Perawat Intensif

Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kompleksitas pasien di


ICU maka dibutuhkan perawat yang memiliki kompetensi klinis ICU .
Kompetensi minimal/dasar dan khusus/lanjut dapat dilihat dibawah ini :

KOMPETENSI DASAR MINIMAL


1. Memahami konsep keperawatan intensif

2. Memahami issue etik dan hukum pada perawatan intensif

3. Mempergunakan ketrampilan komunikasi yang efektif untuk mencapai asuhan yang


optimal

4. Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang didapat khususnya mengenai :


henti nafas dan jantung, status pernafasan, gangguan irama jantung, status
hemodinamik pasien dan status kesadaran pasien.

5. Mempertahankan bersihan jalan nafas pada pasien yang terpasang Endo Tracheal
Tube ( ETT )

6. Mempertahankan potensi jalan nafas dengan menggunakan ETT

7. Melakukan fisioterapi dada

8. Memberikan terapi inhalasi

9. Mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximetri

10. Memberikan terapi oksigen dengan berbagai metode

11. Melakukan monitoring hemodinamik non invasive

12. Memberikan BLS ( basic life support ) dan ALS ( advanced life support )

13. Melakukan perekaman elektrokardiogram ( EKG )

14. Melakukan interpretasi hasil rekaman EKG :


a. Gangguan Sistem Konduksi

b. Gangguan Irama

c. Pasien dengan gangguan miocard ( iskemik, injury dan infark )

15. Melakukan pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan analisa gas darah ( AGD )

16. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan AGD

17. Melakukan pengambilan terhadap hasil analisa untuk pemeriksaan elektrolit

18. Mengetahui koreksi terhadap hasil analisa gas darah yang tidak normal

19. Melakukan interpretasi hasil foto thorak

20. Melakukan persiapan pemasangan Water Seal Drainage ( WSD )

21. Mempersiapkan pemberian terapi melalui syringe pump dan infus pump

22. Melakukan pengelolaan pasien dengan nutrisi parenteral

23. Melakukan pengelolaan pasien dengan terapi cairan intra vena

24. Melakukan pengelolaan pasien dengan sindrome koroner akut

25. Melakukan penanggulangan infeksi nosokomial di ICU

Kompetensi tersebut diatas dapat diaplikasikan tergantung pada masalah


pasien yang dihadapi

B. Distribusi Ketenagaan
NAMA JABATAN KUALIFIKASI FORMAL DAN INFORMAL FUNGSI JUMLAH SDM
Ka. Instalasi IRI / ICU Spesialis Anastesiologi Managerial 1

Ka. Perawat IRI / ICU S1 Keperawatan Tersertifikat ICU Managerial 1

Melakukan Administrasi
D3 keperawatan ( masa kerja 5 – 10 tahun ) keperawatan &bertanggung
Penanggung Jawab Shift 4
Tersertifikat ICU Dasar jawab terhadap kelancaran
tugas dalam shift

Perawat Pelaksana D3 Keperawatan (masa kerja 5 Tahun ) Tersertifikat ICU Dasar Melakukan tindakan 7
Keperawatan sesuai SPO

1.Jadwal dinas Ruang ICU dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh kepala


ruang

2.Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan.

3.Untuk karyawan yang dinas dan memiliki kepentingan pada hari tertentu maka
dapat mengajukan permintaan tukar dinas kepada kepala ruang .Permintaan
akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga ada agar tidak mengganggu
pelayanan.

C. Pengaturan Jaga

Jam dinas:

1. Dinas Pagi : 07.30-14.00


2. Dinas Siang : 14.00-21.00
3. Dinas Malam : 20.30-07.30
4. Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus
kegawatan IRI / ICU
5. Dokter spesialis konsulen siap 24 jam menangani kasus kegawatan
IRI / ICU
6. Tenaga perawat siap 24 jam melayani kasus IRI / ICU (terjadwal).
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
• Standar Fasilitas Peralatan IRI / ICU .
• Standar Alat Keperawatan Di Ruang ICU
• Standar Linen Bidang Keperawatan Di Ruang ICU
• Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan
• Standar Alat Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang ICU

 Ketersediaan sarana dan Prasarana Ruang ICU

Kelengkapan fasilitas dan peralatan di unit perawatan intensif merupakan


faktor pendukung yang sangat penting karena memudahkan untuk
mengantisipasi keadaan yang mengancam kehidupan. Kebutuhan fasilitas
dan peralatan disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan intensif yang
diberikan

Guna peningkatan pelayanan di Rumah Sakit khususnya di ruang ICU


secara optimal disamping dengan ketersediannya tenaga kesehatan yang
profesional, begitu juga dengan fasilitas dan sarana yang memadai juga
sangat berpengaruh dalam pencapaian pelayanan yang optimal. Untuk itu
diperlukannya standar fasilitas dan sarana yang ada di ICU

Dibawah ini standar fasilitas dan sarana yang harus ada diruang ICU
menurut Standar Pelayanan Keperawatan di ICU Direktorat Keperawatan dan
Keteknisian Medik , Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI tahun 2010 :

a. Disain berdasarkan klasifikasi Pelayanan ICU


KLASIFIKASI ICU
JENIS
PRIMER SEKUNDER TERSIER
1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
Disain
tangan setiap 2 tangan setiap 2 tangan setiap 2
Area pasien :
tempat tidur tempat tidur tempat tidur
Unit terbuka 12 – 16 m²

1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci


Unit tertutup 16 – 20 m² tangan setiap 1 tangan setiap 1 tangan setiap 1
tempat tidur tempat tidur tempat tidur
1 per tempat tidur 1 per tempat 1 per tempat
Oulet oksigen tidur tidur
_
Vakum 1 3/tempat tidur
1 per tempat tidur
Stop kontak 1 per tempat 1 per tempat
tidur tidur
Area kerja :

 Lingkungan  Air conditioned  Air  Air


conditioned conditioned
 Suhu  3 – 25 C
 23 – 25 C  23 – 25 C
 Humiditas  5 – 7%
 50 – 70%  50 – 70%
 Ruang  Ada
 Ada  Ada
 Ruang penyimpanan  Terpuasat
peralatan dan barang  Ada  Ada
bersih
 Ada  Ada
_
 Ruang tempat buang
 Ada  Ada
kotoran +

_ + +
 Ruang perawat
_ + +
 Ruang staf dokter
Terpusat + +
 Ruang tunggu keluarga
pasien  24 jam  24 jam

 Laboratorium

b. Peralatan berdasarkan klasifikasi Pelayanan ICU

JENIS KLASIFIKASI ICU


PRIMER SEKUNDE TERSIER
R
Ventilasi mekanik Sederhana Canggih Canggih
Alat hisap + + +
Alat ventilasi manual dan alat + + +
penunjang jalan nafas
Peralatan akses vasculer + + +
Peralatan monitor :
1. Invasif _ + +
- Monitor tekanan
darah invasif + + +
- Tekanan vena sentral _ _ +
- Tekanan baji
a. Pulmonali
s (swan
Ganz)
2.Non Invasif
- Tekanan darah + + +
- EKG dan laju jantung + + +
- Saturasi oksigen (pulse + + +
oxymetri) - + +
- Kapnograf
Suhu + + +
EEG - + +
Defibrilator dan alat pacu jantung + + +
Alat pengatur suhu pasien + + +
Peralatan drain thorax + + +
Pompa infus dan pompa syringe - + +
Bronchoscopy - + +
Echokardiografi - + +
Peralatan portable untuk transportasi + + +
Tempat tidur khusus + + +
Lampu untuk tindakan + + +
Hemodialisis - + +
CRRT - + +

c. Kemampuan Pelayanan

KLASIFIKASI ICU
No
PRIMER SEKUNDER TERSIER
Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung
1.
paru
Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
pekerjaan pekerjaan pekerjaan

2. nafas,termasuk nafas,termasuk nafas,termasuk


intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan
ventilasi mekanik. ventilasi mekanik ventilasi mekanik

3. Therapi oksigen Therapy oksigen Therapy oksigen


4. Pemasangan kateter Pemasangan kateter Pemasangan kateter
vena sentral vena sentral dan arteri vena sentral dan
arteri,swan Ganz dan
ICP monitor
Pemantauan EKG,pulse Pemantauan EKG,pulse Pemantauan
oximetri dan tekanan oximetri dan tekanan EKG,pulse oximetri
5
darah non invasif darah non invasif dan tekanan darah
non invasif
Pelaksanaan therapy Pelaksanaan therapy Pelaksanaan therapy
6
secara titrasi secara titrasi secara titrasi
Pemberian nutrisi enteral Pemberian nutrisi enteral Pemberian nutrisi
7
dan parenteral dan parenteral enteral dan parenteral
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
laboratorium khusus laboratorium khusus laboratorium khusus
8
dengan cepat dan dengan cepat dan dengan cepat dan
menyeluruh menyeluruh menyeluruh
Memberikan tunjangan Memberikan tunjangan Memberikan tunjangan
fungsi vital dengan alat fungsi vital dengan alat fungsi vital dengan
9 alat portable selama alat portable selama alat alat portable
transportasi pasien gawat transportasi pasien gawat selama transportasi
pasien gawat
Kemampuan melakukan Kemampuan melakukan Kemampuan
10 fisiotherapi dada fisiotherapi dada melakukan fisiotherapi
dada
Melakukan prosedur Melakukan prosedur
11
isolasi isolasi
Melakukan hemodialisis Melakukan
12 intermiten dan kontinyu hemodialisis intermiten
dan kontinyu

Dibawah ini sarana dan prasarana yang ada di ICU RSUD Jagakarsa

A. Alat Khusus

NO NAMA BARANG JUMLAH KETERANGAN

1 SUCTION 1

2 O2 + HUMIDIFIER 4
3 INFUS PUMP 4
4 SYRING PUMP 6
5 VENTILATOR 2
6 MONITOR 2
7 LAMPU TINDAKAN 1

B. Alat – alat medis lain

NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN


1.
EXAMINATION LAMP 1
2.
PEN LIGHT 1
3.
TROLY EMERGENCY 1
4.
LEMARI ALKES 1
5.
SET GV 2
6.
GUNTING VERBAN 1
7.
X-RAY VIEWER 1
8.
TERMOMETER DIGITAL 1
9.
AMBU BAG DEWASA 1
10.
AMBU BAG ANAK 1
11.
12. LOKER PETUGAS 1
13. EASY MOVE 1
14. HAMMER 1
15. BENGKOK SEDANG 4
16. STETOSKOP DEWASA
1
(LITMAN)
17. STETOSKOP
1
ANAK( LITMAN )
18. POT URINAL 2
19. TROLY TINDAKAN 1
20. BED PASIEN 4
21. LARINGOSKOP 1
22. PISPOT 2
23. LUMPANG OBAT 1
24. ALAT EKG 1
25. TONG SPATEL 1 PACK
26. BAK INSTRUMEN SEDANG 2
27. BAK INSTRUMEN KECIL 1
C. Alat – alat administrasi

NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN


1.
MEJA NURSE STATION 1
2. KOMPUTER 1
3. PRINTER 1
4. ROL KABEL 1
5. CPU 1

D. Alat – alat rumah tangga

NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN

1. NAKAS PASIEN 4
MEJA/COUNTER
2. 1
PERAWAT
3. PENGGARIS 1

4. TROLEY BELANJA 1

5. KURSI KERJA 2

6. RAK PENSIL 1

7. TEMPAT TISSUE 1

8. JAM DINDING 1

9. TEMPAT SOLATIP 1

10. RAK ALAT MEDIS 1


11. KALKULATOR 1
12. KULKAS 1
EMBER BESAR ADA
13. 1
PENUTUP
TEMPAT SAMPAH
14. 1
INFEKSIUS
TEMPAT SAMPAH NON
15. 2
INFEKSIUS
16. PERLAK 4
17. RAK SEPATU STEINLES 1
18. TELEFON 1
19. BANTAL 4
20. GUNTING KERTAS BESAR 1
21. BASKOM MANDI 4
22. BASKOM KOMPRES 2
23. TEMPAT OBAT LACI 1
24. MANGKUK OBAT 4
25. LEMARI LINEN 1
26. AC 2
27. DISPENSER STANDING 1
28. GELAS UKUR 2
30. GELAS POLOS 2
ALAS KAKI UNTUK
31. 6
PETUGAS
32. PESAWAT TELEFON 1
33. PERFORATOR 1
34. SENDOK 2
35. TUTUP GELAS 2
36. RAK ALAT MEDIS 1
37. BAJU PASIEN 12

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Kriteria Masuk Dan Keluar ICU

Sebelum pasien masuk ke ICU , pasien dan/atau keluarganya harus


mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan
mengapa pasien harus mendapat perawatan di ICU, serta tindakan
kedokteran yang mungkin selama pasien dirawat di ICU . Penjelasan tersebut
diberikan oleh kepala ICU atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan
tersebut pasien dan /atau keluarganya dapat menerima/menyatakan
persetujuan untuk dirawat di ICU . Persetujuan dinyatakan dengan
menandatangani formulir informed consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu Rumah
Sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau
permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi dari kemampuan pelayanan yang
dapat diberikan. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi
perawatan pasien di ICU . Bila kebutuhan pasien masuk ICU melebihi tempat
tidur yang tersedia, kepala ICU menetukan kondisi berdasarkan prioritas
kondisi medik, pasien mana yang akandirawat di ICU .

Kriteria Masuk

Pasien Dengan Prioritas :

PRIORITAS 1

 Pasien sakit kritis, kondisi tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
dan monitoring yang tidak biasa dilakukan di ruang rawat inap
 Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
tertitrasi, seperti : dukungan / bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi
organ / sistem yang lain, infus obat – obat vasoaktif / inotropik, obat anti
aritmia, serta pengobatan lain – lainnya secara kontinyu dan tertitrasi.
Terapi pada golongan pasien prioritas 1 umumnya tidak mempunyai
batas
a. Pasien yang memerlukan bantuan ventilator,
obat vasoactive kontinu
b. ARDS, Syok, hemodinamik tidak stabil

PRIORITAS 2

 Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan berpotensi memerlukan


pengawasan
a. Chronic comorbid disease eksaserbasi akut yang berat secara
medis atau bedah
 Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU,
sebab sangat beresiko apabila tidak mendapatkan terapi intensif
segera. Terapi pada golongan pasien prioritas 2 tidak mempunyai
batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

PRIORITAS 3
 Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani
terapi untuk kasus akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau
resusitasi jantung paru
a. Keganasan dengan metastase komplikasi dengan infeksi,
tamponade jantung atau obstruksi jalan nafas
 Pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, yang
disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau
manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Pengelolaan pada
pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja,
dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau
resusitasi jantung paru.

PRIORITAS 4

 Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke ICU

Tidak banyak keuntungannya di rawat di ICU .

Misal : bedah vaskuler perifer, hemodinamik stabil pada ketoasidosis


diabetikum, gagal jantung ringan

 Pasien stase terminal dan irreversible Misal : pada keganasan dengan


metastase disertai multi organ failure

Diagnosis Penyakit Yang Layak Untuk Rawat Di ICU

1. Cardiac System
 Acute myocard infarction with complications

 Cardiogenic shock
 Complex arrhythmia
 Acute congestive heart failure with respiratory failure
 Hypertensi emergensi
 Unstable angina, dysrhytmia, hemodinamik instability, persistent chest
pain
 Cardiac arrest Cardiac tamponade or constriction with hemodynamic
instability
 Dissecting aortic aneurysms
 Complete heart block
Gol. Pengecualian :

Pasien – pasien yang masuk ICU dengan pertimbangan luar biasa, atas
persetujuan Kepala ICU, dengan catatan bahwa pasien – pasien golongan
demikian sewaktu – waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU, agar fasilitas ICU
yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk prioritas 1, 2, dan 3. Pasien
yang tergolong demikian, antara lain :

a) Pasien yang memenuhi kriteria masuk, tetapi menolak terapi tunjangan


hidup yang agresif dan hanya demi ‘ perawatan yang aman’ saja. Ini tidak
menyingkirkan pasien dengan perintah DNR ( Do Not Resuscitate ).
Sebenarnya pasien – pasien ini mungkin akan mendapat manfaat dari
tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan
survivalnya.

b) Pasien dalam keadaan vegetative permanen

 Pulmonary System
 Acute respiratory failure requ ICU ventilator support
 Pulmonary emboli with hemodynamic instability
 Patient intermediate care unit who are demonstrating
respiratory deterioration Massive hemoptysis
 Respiratory failure with imminent intubation
 Neurologic Disorders
 Acute stroke with altered mental status
 Coma metabolic, toxic or antoxic
 Intracranial hemorrhage with potential for herniation

 Acute subarachnoid hemorrhage


 Meningitis with altered mental satatus or respiratory
compromise
 Central nervous system or neuromuscular disorder with
deteriorating pulmonary function
 Status epilepticus
 Brain dead or potentially brain dead, managed while
determining organ donation status
 Vasospasm
 Severe head injury
 Drug Ingestion and drug overdose
 Hemodinamically unstable
 Drug ingestion Drug ingestion with significantlyaltered
mental status with inadequate airway protection
 Seizures following drug ingestion
 Gastrointestinal Disorder
 Life threatening gastrointestinal bleeding
 Fulminant hepatic failure
 Severe pancreatitis
 Esophageal perforation
 Endocrine
 Diabestic ketoacidosis complicated by hemodynamic
instability, altered mental status, respiratory insufficiency, or
severe acidosis
 Thyroid storm. Mix oedem with hemodynamic instability
 Coma hyperosmolar state
 Hypo or hypernatremia with seizure
 Hypo or hyperkalemia with dysrhytmia or muscular weakness
 Hypo or hypermagnesemia with hemodynamic compromise
or dysrhytmias
 Hypophosphatemia with muscular weakness
 Surgical
 Post operative patients requ ICU ng hemodynamic
monitoring/ventilator support or extensive nursing care
 Miscellaneous
 Septic shock with hemodynamic instability
 Hemodinamic monitoring
 Environment injuries
 New/ experiment therapies with potensial complication

Kriteria Keluar :

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh


kepala ICU dan tim yang merawat pasien.

Prioritas 1 :

Jika kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah
gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan
atau manfaat terapi intensif kontinyu kecil

 Bila status fisik pasien sudah stabil dan tidak perlu monitoring ketat
lebih lama
 Bila status fisik telah menurun jauh tetapi tidak ada rencana intervensi
aktif

Prioritas 2 :

Jika kemungkinan untuk mendadak memerlukan terapi intensif telah


berkurang.

Prioritas 3 :

Jika kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, tetapi mungkin dapat
dikeluarkan lebih dini jika kemungkinan kesembuhannya atau manfaat dari
terapi intensif kontinyu kecil.

Persiapan Penerimaan Pasien.

a. Monitoring Pasien.

b. Prosedur Medik (Terlampir Di SPO).

1) Pemasangan CVP

2) Intubasi dan perawatannya

3) Ekstubasi

4) Balance cairan

5) Penilaian kematian batang otak

6) Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik

7) Penggunaan ventilator mekanik

c. Pengunaan Alat Medik (Terlampir Di SPO)

1) Syringe pump

2) Infusion pump

3) Suction

4) Defibrilator

d. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan

Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan


pelayanan di ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi pencatatan
lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di ICU, data tanda
vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya)
secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian
obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, lama rawat dan keluaran (hidup atau meninggal) dari ICU,Stok
obat ICU per bulan, sensus harian, 10 besar diagnosa pasien masuk
ICU,kejadian KTD pada KKPRS.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan pelayanan ICU yang aman dan mengutamakan keselamatan
pasien

Monitoring Pasien.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna


mewujudkan pelayanan ICU yang aman dan mengutamakan keselamatan
pasien.

Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan


faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian
yang efektif. Indikator pelayanan ICU yang digunakan adalah system skor
prognosis dan keluaran dari ICU . Sistem skor prognosis dibuat dalam 24 jam
pasien masuk ke ICU . Contoh system skor prognosis yang dapat digunakan
adalah APACHE II, SOFA skor. Rerata nilai skoring prognosis dalam periode
tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang
diharapkan adalah angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka
mortalitas terhadap rerata nilai scoring prognosis.

1. Prosedur Medik (Terlampir Di SPO).


 Pemasangan CVP
 Intubasi dan perawatannya
 Ekstubasi
 Balance cairan
 Penilaian kematian batang otak

 Indikasi
 penggunaan dan penghentian ventilator mekanik
 Penggunaan ventilator mekanik
2. Pengunaan Alat Medik (Terlampir Di SPO)
 Syringe pump
 Infusion pump
 Suction
 Defibrilator
3. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut

Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang meliputi pencatatan


lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di ICU , data tanda
vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya)
secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian
obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.

Pelaporan pelayanan ICU terd ICU dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, system skor prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mekanis,
hemodialisis, dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau
meninggal) dari IRI / ICU.

BAB V

LOGISTIK

a. Pengelolaan Logistik

Pengelolaan perbekalan logistik di Instalasi Intensive Care Rumah Sakit


Umum Daerah Jagakarsa di kelola secara efektif dan efisien guna menunjang
mutu pelayanan. Perbekalan logistik ini berupa bahan habis pakai berupa obat
– obatan, alat – alat kesehatan maupun alat tulis kantor dan rumah tangga.
Kelengkapan fasilitas sangatlah penting guna menunjang pelayanan yang
optimal dan profesional. Dalam pengelolaannya, perbekalan logistik ini
didukung dengan beberapa alur yaitu :

a) Permintaan Barang ke Bagian Gudang Farmasi

Alur permintaan barang Instalasi Intensif Care ke bagian gudang farmasi


adalah sebagai berikut:

1. Petugas ICU mengisi formulir permintaan barang farmasi.


2. Petugas ICU menyerahkan formulir permintaan barang yang telah
disetujui ke petugas farmasi. Kemudian petugas farmasi memberi
nomor pada bon permintaan dan menyiapkan barang yang di minta.
3. Petugas ICU mengambil barang yang diminta, kemudian di input ke
komputer ruangan .
4. Barang yang diminta disimpan dalam lemari stok ICU dan dikeluarkan
sesuai kebutuhan (pengelompokan obat labeling kit emergrncy tempat
penyimpanan.)
b) Permintaan Barang ke Bagian Gudang Umum , IPSRS dan
koperasi

Alur permintaan barang Instalasi Intensif Care ke bagian gudang umum


IPSRS dan koperasi adalah sebagai berikut

1. Petugas ICU mengisi formulir permintaan ATK, ART atau Alkes.


2. Petugas ICU menyerahkan formulir kepada Instalasi atau bagian yang
dituju
3. Petugas ICU mengambil barang yang diminta, kemudian dicatat
kedalam buku stok
c) Pemeliharaan Alat

Pemeliharaan fasilitas dan peralatan yang ada perlu dilakukan secara berkala
dan terus menerus, ini penting agar alat yang ada selalu siap bila diperlukan
dibawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a. Gunakan fasilitas dan peralatan sesuai denga fungsinya


b. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari
kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang didapat
( monitoring EKG, Respirator, monitor pasien, syring pump, infus pump
dll )
c. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat
diketahui apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan
atau perlu diajukan permintaan baru atau perbaikan alat yang ada
d. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas unit
perawatan intensif dan penyediaan tempat cuci tangan
e. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk
operasional
f. Adanya protokol untuk membersihkan peralatan tempat tidur setelah
pasien pindah

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system


dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah


setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri
dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.

a. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD :

adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.

b. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC :

adalah terjadinya insidenyang belum sampai terpapar ke pasien.

c. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC :

adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.

d. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC :

adalah kondisi yangsangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi


belum terjadi insiden.

e. Kejadian Sentinel, adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau


cedera yang serius.
Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan
solusi untuk pembelajaran.

Tujuan.

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD)
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak
Tidak di inginkan

Standar Patient Safety

Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan ICU adalah

1. Ketepatan
 Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak
terpasang, salah pasang, salah penulisan nama, salah penulisan
gelar (Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah
 Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap:
Pasien yang masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas
2. Komunikasi SBAR
 Target 100%. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode
SBAR
3. Medikasi
 Ketepatan pemberian :
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat,
salah dosis, salah jenis, salah rute pemberian, salah identitas
pada etiket, salah pasien. Ketepatan Transfusi : Target 100%.
Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas pada
permintaan, salah tulis jenis produk darah, salah pasien
4. Pasien jatuh : Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di IRI / ICU

Identifikasi Keselamatan Pasien di Instalasi Intensive Care

a) Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan ICU adalah :

1. Ketepatan identitas.

 Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap : pasien


yang masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas pasien.
 Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : Tidak terpasang,
salah pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar
(Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah alamat.

2.Komunikasi SBAR.

 Target 100%. Konsul ke dokter via telpon menggunakan metode


SBAR

3. Medikasi :

 Ketepatan pemberian obat.


Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat, salah
dosis, salah jenis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket,
salah pasien

 Ketepatan Transfusi.

Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas


pada permintaan, salah tulis jenis produk darah, salah pasien

4. Pasien jatuh :

 Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di ICU.


 Insiden di Instalasi Intensive Care
 Kejadian Tidak Diharapkan yang mungkin timbul pada proses
pelayanan ICU antara lain dapat disebabkan oleh :
 Kejadian dapat terjadi saat perpindahan dari brankard ruangan ke
tempat tidur pasien ruang ICU, bila tidak hati-hati pasien bisa jatuh
 Dapat terjadi kesalahan dalam melakukan tranfusi darah bila kurang
teliti
 Dapat terjadi kesalahan dalam melakukan pemberian obat karena
kesamaan penyebutan nama obat , Rupa dan Ucapan Mirip (Look-
Alike, Sound-Alike Medication Names)
 Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian cairan konsentrat
 Tekanan oksigen / tekanan udara yang kadang turun sehingga
dapat menganggu pemakaian ventilator karena konsentrasi oksigen
yang diberikan tidak dapat dikontrol
 Tindakan RJP karena indikator di monitor asistole karena elektroda
lepas

Tatalaksana Keselamatan Pasien di Ruang ICU

a. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien diruang


ICU saat perpindahan pasien dari brankard ke tempat tidur pasien ruang ICU
ataupun sebaliknya :

1. Bersikap tenang, jangan tergesa – gesa


2. Kunci semua roda baik tempat tidur pasien ruang ICU ataupun
brankard ruangan
3. Pasang alat untuk memindahkan pasien dengan sempurna dan dorong
pasien dengan hati – hati
4. Pasang kedua pengaman di sebelah kanan dan kiri tempat tidur
ataupun sebelah kanan dan kiri berankard bila pasien sudah pindah
tempat
5. Apabila terjadi KTD dimana pasien terjatuh saat perpindahan lakukan
pertolongan segera, cek keadaan umum pasien kemudian lapor dokter
jaga untuk melakukan evaluasi dan tindakan selanjutnya
6. Apabila terjadi KTD maka buat laporan mengenai kronologis kejadian
kepada Tim KKPRS

b. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien diruang


ICU saat terjadi kesalahan dalam pemberian tranfusi darah :

1. Lakukan cek ulang identitas pasien yang mendapatkan tranfusi atau


cek identitas produk darah dan cek advis dokter
2. Segera hentikan tranfusi bila terjadi kesalahan
3. Lakukan evaluasi terhadap keadaan pasien dan lapor dokter jaga untuk
melakukan evaluasi dan tindakan selanjutnya
4. Apabila terjadi KTD buat laporan mengenai kronologis kejadian kepada
Tim KKPRS

c. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien diruang


ICU saat terjadi kesalahan dalam pemberian obat baik yang tergolong obat
HIGH ALERT ( Cairan Konsentrat ), LASA / NORUM dll :

1. Lakukan cek ulang advis dokter, identitas pasien, nama obat, jenis
obat, dosis obat, maupun cara pemberian obat.
2. Segera hentikan pemberian obat bila terjadi kesalahan
3. Lakukan evaluasi terhadap keadaan pasien dan lapor dokter jaga untuk
melakukan evaluasi dan tindakan selanjutnya
4. Apabila terjadi KTD buat laporan mengenai kronologis kejadian kepada
Tim KKPRS

d. Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien diruang


ICU saat terjadi tekanan oksigen dan tekanan udara sentral habis atau turun
untuk penggunaan ventilator :

1. Cek konsentrasi oksigen pada monitor ventilator sesuai atau tidak


2. Cek tekanan udara dan tekanan oksigen sentral apakah turun atau
sesuai tekanannya apabila ventilator akan digunakan
3. Bila tekanan udara ataupun tekanan oksigen turun / tidak sesuai maka
indikator akan bunyi dan menyala maka lapor security atau bagian
instalasi umum untuk menaikkan tekanan sesuai dengan indikator yang
menyala / bunyi
4. Cek ulang indikator, bila sudah tidak menyala / bunyi maka lakukan
restart alat ventilator
5. Bila dimonitor ventilator konsentrasi oksigen sudah sesuai maka atur
pemberian sesuai dengan advis dokter penanggung jawab.
6. Apabila terjadi KTD buat laporan mengenai kronologis kejadian kepada
Tim KKPRS
Berikut langkah – langkah penatalaksanaan keselamatan pasien diruang ICU
saat terjadi kesalahan tindakan RJP karena indikator di monitor asistole
karena elektroda lepas :

1. Lakukan cek ulang apakah elektroda lepas atau tidak


2. Cek ulang kondisi pasien meliputi tingkat kesadaran, pernafasan dan
denyut nadi pasien.
3. Segera hentikan tindakan RJP bila terjadi kesalahan
4. Lakukan evaluasi terhadap keadaan umum pasien
5. Apabila terjadi KTD buat laporan mengenai kronologis kejadian kepada
Tim KKPRS

Untuk peningkatan profesionalisme tenaga kesehatan dan peningkatan mutu


pelayanan yang mengacu pada keselamatan pasien maka tata laksana
keselamatan pasien yang terjadi di ruang ICU mengacu pada pedoman
KKPRS Rumah Sakit Umum daerah Jagakarsa.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087 / MENKES /


SK / VIII / 2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah
sakit tertanggal 10 -8 – 2010 maka perlu dibuat suatu Tim K3RS di Rumah
Sakit Umum Daerah Jagakarsa. K3RS merupakan salah satu upaya untuk
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM dirumah sakit, pasien, pengunjung / pengantar pasien,
masyarakat sekitar rumah sakit.

Pengertian

Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat


kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun
rumah sakit.

Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS


2. Mencegah dan mengurangi
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah

Tata Laksana Keselamatan Karyawan

Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan


infeksi, yaitu :

1. Menganggap bahwa pasien maupun d IRI / ICU nya send IRI / ICU
dapat menularkan
2. Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu
boot/alas kaki tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat
kontak dengan spesimen pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret,
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai
prosedur yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka,
memasang infus, dll .
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah
menangani
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius

6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu :


i. Dekontaminasi dengan larutan klorin
ii. Pencucian dengan sabun
iii. Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang sesuai dengan lingkungan kerja unit
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
i. HIV / AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi).
ii. Flu burung
9. Kewaspadaan standar karyawan / petugas ICU dalam menghadapi
penderita dengan dugaan flu burung adalah :
1. Cuci tangan

Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan


sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan menyikat selruh telapak
tangan maupun punggung tangan.

 Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa


 Memakai masker N95 atau minimal masker badan
 Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila
diperlukan)
 Menggunakan apron / gaun pelindung
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
 Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

2. Bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan di


RSUD Jagakarsa adalah Sebagai berikut :
1) Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM
Rumah Sakit
2) Pemeriksaan fisik lengkap
3) Kesegaran jasmani
a. Rontgen paru-paru ( bila mungkin )
b. Laboratorium rutin
c. Pemeriksaan lain dianggap perlu
d. Pemeriksaan yang sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang
diperkirakan timbul, khususnya untuk pekerja tertentu
e. Jika 3 bulan sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan oleh dokter (
pemeriksaan berkala ) tak ada keraguan maka tidak perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM rumah


sakit :
a. Pemeriksaan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru ( bilamana mungkin ) dan
laboratorium rutin serta pemeriksaan –pemeriksaan lain yang
dianggap perlu
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM rumah sakit
sekurang-kurangnya 1 tahun( penyakit menular melalui cairan
tubuh dan nafas)

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada :

 SDM rumah sakit yang telah mengalami kecelakaan / penyakit


yang memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu
 SDM rumah sakit yang berusia diatas 40 tahun / SDM rumah
sakit yang wanita dan SDM rumah sakit yang cacat serta SDM
rumah sakit yang berusia muda yang mana melakukan
pekerjaan tertentu
 SDM rumah sakit yang terdapat dugaan-dugaan tertentu dengan
gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus
sesuai dengan kebutuhan
 Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat
keluhan-keluhan diantara SDM rumah sakit atas pengamatan
organisasi pelaksana K3RS
5. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan / pelatihan tentang
kesehatan kerja dengan membuka bantuan kepada SDM rumah sakit
dengan penyesuaian diri baik fisik maupun mental yang diperlukan
antara lain :
a. Informasi umum rumah sakit dan fasilitas / sarana yang terkait
dengan K3
b. Informasi tentang resiko dan bahaya khusus ditempat kerjanya
c. SPO kerja, SPO peralatan, SPO penggunaan alat pelindung diri
dengan kewajibannya
i. Orientasi K3 ditempat kerja
ii. Melaksanakan pendidikan, pelatihan / promosi /
penyuluhan kesehatan kerja secara berkala dan
berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka
menciptakan budaya K3
6. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental ( rohani ) dan
kemampuan fisik SDM rumah sakit :
a. Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang
mencukupi untuk SDM rumah sakit yang dinas malam,
petugas radiologi, petugas laboratorium, petugas kesling
dll.
b. Pemberian imunisasi bagi SDM rumah sakit
c. Olah raga, senam kesehatan dan rekreasi
d. Pembinaan mental / rohani
6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM rumah
sakit yang menderita sakit
a. Memberikan pengobatan dasar secara gratis kepada seluruh
SDM rumah sakit
b. Memberikan pengobatan dan menaggung biaya pengobatan
untuk SDM rumah sakit yang terkena Penyakit Akibat Kerja
( PAK )
c. Menindak lanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus
d. Melakukan upaya rehabilitasi sesuai penyakit yang terkait
7. Melakukan koordinasi dengan Tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi mengenai penularan infeksi terhadap SDM rumah sakit dan pasien :
a. Pertemuan koordinasi
b. Pembahasan kasus
c. Penanggulangan kejadian infeksi nosokomial

8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja :

a. Melakukan pemetaan ( mapping ) tempat kerja untuk


mengidentifikasi jenis bahaya dan besarnya resiko
b. Melakukan identifikasi SDM rumah sakit berdasarkan
jenis pekerjanya, lama pajanan dan dosis pajanan
c. Melakukan analisis hasil pemeriksaan kesehatan
berkala dan khusus
d. Melakukan tindak lanjut analisis , pemeriksaan
kesehatan berkala dan khusus ( dianjurkan ke
spesialis terkait, rotasi kerja, merekomendasikan
pemberian istirahat kerja )

9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan


dengan kesehatan kerja ( pemantauan / pengukuran terhadap faktor fisik,
kimia, biologi, psikososial dan ergonomi )

10. Membuat evaluasi , pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang


disampaikan kepada Direktur rumah sakit dan unit terkait di wilayah kerja
rumah sakit.

Disamping hal – hal diatas Rumah Sakit juga perlu memperhatikan


masalah pengelolaan limbah medis Rumah Sakit.Limbah medis rumah sakit
termasuk dalam kategori limbah yang berbahaya dan beracun yang sangat
penting untuk dikelola dengan benar. Sebagian limbah medis termasuk ke
dalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori limbah
infeksius. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum
suntik, darah, verban, biakan kultur, bahan / perlengkapan yang bersentuhan
dengan penyakit menular / media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh
penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko
terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin
ditimbulkan akibat keberadaan rumah sakit antara lain : penyakit menular
( Hepatitis, diare, campak, AIDS, influensa ), bahaya radiasi ( kanker, kelainan
organik genetik ), dan resiko bahaya kimia.

K3RS merupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu pelayanan


rumah sakit khususnya dalam hal kesehatan dan keselamatan bagi SDM
dirumah sakit, pasien, pengunjung/ pengantar pasien, masyarakat sekitar
Rumah Sakit. Maka diharapkan petugas kesehatan / SDM rumah sakit
khususnya petugas ICU agar dalam melaksanakan pelayanannya dapat
menggunakan APD ( alat pelindung diri ).

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Evaluasi dan pengendalian mutu suatu pelayanan sangat erat


hubungannya demi tercapainya suatu tingkat pelayanan yang tinggi dan
optimal yang sangat diharapkan oleh masyarakat sehingga dapat tercapai
derajat kesehatan yang baik dan tinggi. Intensive Care Unit sebagai salah satu
unit pelayanan di Rumah Sakit yang merupakan suatu sistem kerja, sehingga
perlu adanya evaluasi dan pengendalian mutu pelayanan yang memerlukan
kriteria

Kriteria mutu dari aspek masukan :

a. Apakah Intensive Care Unit telah memiliki standar pelayanan dan


prosedur kerja sebagai acuan dalam melaksanakan tugas pokoknya
b. Apakah sumber daya manusianya telah mendukung untuk kelancaran
kegiatan di Intensive Care Unit tersebut
c. Apakah sarana dan prasarana telah menunjang untuk kegiatan di
Intensive Care Unit
d. Apakah tersedia dana operasional yang cukup untuk menunjang
kegiatan pelayanan di Intensive Care Unit
e. Apakah ada evaluasi hasil kerja

Kriteria Mutu dari Aspek Proses :

Apakah kegiatan pelayanan dapat berjalan sesuai prosedur dengan


berpedoman pada standar pelayanan dan prosedur kerja yang diberlakukan di
Intensive Care Unit

 Standar Pelayanan Minimal


Pemberi Pelayanan Intensif.
Indikator mutu lainnya :

 Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang ICU


 Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang ICU
 Ketersediaan Tempat Tidur Dengan Monitoring Dan Ventilator K
 Kepatuhan Terhadap Hand Hygiene
 Kejadian Infeksi Nosokomial Di Ruang ICU
 Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus
Yang Sama < 72 Jam

BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelayanan ICU di rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi


panduan bagi seluruh petugas pemberi layanan yang menyelenggarakan
pelayanan pada pasien ICU . Berdasarkan klasifikasi sumber daya,sarana,
prasarana dan peralatan pelayanan ICU di rumah sakit dapat dikategorikan
sebagai ICU primer.Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus
mengembangkan pelayanan sesuai dengan ketentuan pedoman standar ICU
sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi setiap program
pengembangan layanan ICU di rumah sakit . Sedangkan untuk kelancaran
setiap pelaksanaan pelayanan di ICU perlu adanya penjabaran dari pedoman
pelayanan dengan penyusunan prosedur tetap di unit layanan ICU sehingga
hambatan dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan bisa diminimalkan.

Intensive Care Unit (ICU) adalah salah satu unit dalam satu rumah sakit
yang mandiri , dengan staf dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa. Oleh karena itu ruang rawat tersebut harus
dirancang khusus seperti letak bangunannya berada diantara rawat darurat
dan bedah sentral dan satu komplek dengan ruang laboratorium dan radiologi.
Setiap rumah sakit merancang rawat intensif atau yang sudah populer dengan
sebutan ICU sesuai dengan bentuk lahan yang tersedia, dan kebutuhannya
tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut. Makin besar suatu rumah
sakit tentunya membutuhkan jumlah dan kapasitas yang lebih besar dari segi
peralatan dan petugas. ICU diklasifikasikan menjadi ICU primer, sekunder,
dan ICU tersier, dan klasifikasi tersebut tentunya terkait dengan keadaan dan
kemampuan dari masing-masing Rumah Sakit. Dengan demikian, diperlukan
tenaga perawat yang profesional dalam pengelolaan dan perawatan Intensive,
sehingga sangat perlu diadakan pelatihan-pelatihan demi meningkatkan
sumberdaya manusia di bidang tersebut.

Buku standar pelayanan ruang intensif Care Unit ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi petugas medis maupun perawat di ruang ICU dalam
melaksanakan tugasnya secara profesiona. Disadari buku standar ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan kritik, sara-saran, masukan guna
penyempurnaannya untuk revisi selanjutnya.

SARAN – SARAN :

1. Untuk efektifitas, keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU


maka perlu dikembangkan unit pelayanan tingkat tinggi ( HCU ),
fungsi utama HCU adalah menjadi unit perawatan antara bangsal
rawat dan ICU. HCU tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU
tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan dan pemantauan yang
lebih tinggi
2. Pemeriksaan penunjang Laboratorium BGA (Blood Gas Analisa)
agar segera di fasilitasi dan di jalankan karena pemeriksaan BGA
mutlak diperlukan pada pasien ICU khususnya untuk pasien yang
menggunakan ventilator.
3. Diadakannya pelatihan ICU bagi semua perawat ruang ICU secara
bertahap

Anda mungkin juga menyukai