Anda di halaman 1dari 17

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI DESA

MENDALO DARAT KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN


MUARO JAMBI: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

DISUSUN OLEH :
IJLAL MAZTA
I1B117040
PATRA WARDANA
I1B118054

SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di Indonesia terdapat beberapa etnis yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Dari tiap
etnis tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing.Salah satu perbedaan tersebut dapat ditinjau dari
bahasa.Salah satu contoh etnis yang ada di Indonesia adalah Suku Melayu. Suku Melayu terkhusus di
Sumatra atau Jambi memiliki ragam bahasa (dialek ).

Bahasa merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Bahasa adalah sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang kemudian ditambah
dengan yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat yang berinteraksi dan mengidentifikasi
diri ,Chaer (1994) dalam Chaer (2005). Menurut Keraf (1997:1) bahasa ialah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, sedangkan menurut
ahli bahasa yang lain yaitu Tarigan (1989:4) beliau memberikan dua defenisi bahasa. Pertama, bahasa
adalah suatu sistem yang sistematis, serta sistem generatif. Kedua, bahasa ialah seperangkat lambang-
lambang mana suka ataupun simbol-simbol arbitrer.
Selain defenisi di atas bahasa juga memiliki fungsi bahasa .Fungsi bahasa adalah alasan-
alasan mengapa seseorang berbicara. Fungsi bahasa pada umumnya untuk mengkomunikasikan apa
yang ingin disampaikan. Ada dua macam fungsi bahasa yaitu:
1. Fungsi bahasa yang bersifat intrapersonal (mathetik), yaitu penggunaan bahasa untuk memecahkan
persoalan (problem solving ), mengambil keputusan (decision making), berfikir, mengingat dan
sebagainya.
2. Fungsi bahasa yang bersifat interpersonal (progmatik), yaitu yang menunjukkan adanya suatu pesan
atau keinginan penutur (massage). Biasanya digunakan dalam bentuk kalimat perintah, kalimat tanya
dan kalimat berita.
Fungsi bahasa yang paling utama sejak seorang belajar bahasa adalah untuk komunikasi. Komunikasi
dengan bahasa diadakan melalui dua macam aktifitas yang mendasar yaitu dengan berbicara dan
mendengarkan ,Clark &Clark (1977) dalam Mar‟at (2005)

Salah satu fungsi bahasa seperti yang dibicarakan di atas sebagai alat komunikasi atau alat
interaksi.dalam Webster New Collegiate Dictionary (1981:225) dikatakan : communication is a
process by which information is exchange between individuals through a common system of symbol,
signs, or behavior (komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar individual melalui sistem
simbol, tanda atau tingkah laku yang umum). Komunikasi adalah komponen yang sangat penting
sebagai penyampaian pesan.
Komunikasi dilakukan tidak hanya ketika seseorang itu dewasa tetapi sejak di dalam
kandungan seorang anak sudah bisa berkomunikasi dengan cara mendapat rangsangan dari ibunya.
Sampai ketika bayi tersebut lahir, seorang bayi sudah bisa berkomunikasi yaitu dengancara ia akan
menangis ketika la lapar, haus bahkan ketika ia ingin digendong oleh ibunya. Sampai anak tersebut
sudah bisa mengeluarkan bahasa dari mulutnya. Bahasa tersebut disebut bahasa ibu, pada umumnya
bahasa ibu yang pertama kali dikuasi anak untuk menyampaikan keinginan kepada orang terdekatnya.
Hal ini karena orang tua sangat berarti peranannya dalam perkembangan anak tersebut . seorang anak
pula akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
Proses yang berlangsung di dalam otak anak ketika dia memperoleh bahasa ibunya atau
bahasa pertama disebut sebagai pemerolehan bahasa. Bahasa pertama atau bahasa ibu mendominan
kepada bahasa tempat anak itu tinggal, misalnya seorang anak yang dilahirkan di wilayah Melayu,
dan dari kecil ia mendengarkan bahasa Melayu dari kedua orang tua dan lingkungan sekitarnya
menggunakan bahasa Melayu , maka itulah bahasa ibunya.
Di dalam pemerolehan bahasa anak ini, akan di paparkan mengenai karakteristik pemerolehan
bahasa, ragam atau jenis pemerolehan bahasa, strategi pemerolehan bahasa dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pemerolehan bahasa.
Karakteristik pemerolehan bahasa yaitu:
1. Berlangsungnya dalam situasi informal
2. Pemerolehan bahasa tidak melalui pembelajaran formal
3. Dilakukan tanpa sadar
4. Terjadi dalam konteks bahasa
Ragam atau jenis pemerolehan bahasa menurut Tarigan (1988) dapat ditinjau dari berbagai sudut
pandang, antara lain:
1. berdasarkan bentuk
2. berdasarkan urutan
3. berdasarkan jumlah
4. berdasarkan media
5. berdasarkan keaslian
Ditinjau dari segi bentuk, terdiri dari ragam :
1. pemerolehan bahasa pertama
2. pemerolehan bahasa kedua
3. pemerolehan ulang
Ditinjau dari segi urutan , terdiri dari ragam :
1. pemerolehan bahasa pertama
2. pemerolehan bahasa kedua
Ditinjau dari segi jumlah , terdiri dari ragam :
1. pemerolehan satu bahasa
2. pemerolehan dua bahasa
Ditinjau dari segi media, terdiri dari ragam :
1. pemerolehan bahasa lisan
2. pemerolehan bahasa tulis
Ditinjau dari segi keaslian atau keasingan , terdiri dari ragam
1. pemerolehan bahasa asli
2. pemerolehan bahasa asing
Ada lima strategi yang terdapat dalam pemerolehan bahasa anak. antara lain yaitu:
1.Mengingat
Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, direkam dalam benaknya. ketika dia
menyentuh, mencerap. mencium, melihat, dan mendengar sesuatu, memori anak menyimpannya.
Panca indra ini sangat penting bagi anak dalam membangun pengetahuan tentang dunianya.
2. Meniru
Tuturan anak cenderung mengalami perubahan. perubahan itu, dapat berupa pengurangan,
penambahan dan penggantian kata atau pengurutan susunan kata. Sedikitnya ada dua peneyebab.
penyebab pertama, berkalitan dengan perkembangan otak., penguasaan kaidah bahasa, serta alat ucap.
Dengan demikian, anak hanya akan mengucapkan tuturan yang telah dikuasainya. Penyebab kedua,
berkenaan dengan aktifitas berbahasa anak. Di satu sisi, secara bertahap dia dapat memahami dan
mengunakan tuturan yang lebih kompleks.
3. Pengalaman langsung
Strategi penting lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertama yang dipelajarinya
adalah berlatih atau praktik berbahasa secara langsung. Anak menggunakan bahasa yang dipelajarinya
baik sewaktu berkomunikasi dengan orang lain ataupun berbicara sendirian. Anak mengalami
langsung kegiatan berbahasa seperti menyimak dan berbicara.
4. Bermain
Anak sering kali berperilaku seperti orang dewasa, misalnya bila beberapa anak perempuan
bermain bersama untuk berperan sebagai anak, bapak, ibu atau kakak dalam permainan rumah-
rumahan. Tanpa disadari mereka berlatih berbicara dan menyimak.
5. Penyederhanaan.
Dalam strategi penyederhanan anak-anak menyederhanakan model tuturan orang dewasa.
Bagi anak itu sendiri, strategi ini tentu tidak disadarinya. Karena pembentukan kaidah bahasa itu
bertahap melalui uji coba dan perbaikan, maka perkembangan tuturan anak pun tidak serumit orang
dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak yaitu:
1.Faktor Biologis
Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanyaada tiga,
yaitu otak, alat pendengar dan alat ucap. Proses berbahasa dikendalikan oleh sistem syaraf pusat. Pada
belahan otak sebelah kiri terdapat wilayah Broca yang mempengaruhi dan mengontrol produksi
bahasa. Pada belahan otak sebelah kanan terdapat wilayah Wernicke yang mempengaruhi dan
mengendalikan pemahaman bahasa.
2. Faktor Sosial
Untuk memperoleh kemampuan berbahasa. anak memperlukan orag lain untuk berinteraksi
dan berkomunikasi. Bahasa yang diperoleh anak tidak diwarisi secara genetis tetapi didapat dalam
lingkungan yang menggunakan bahasa. Lingkungan tempat tinggal dan tumbuh seperti keluarga
merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemerolehan bahasa anak.
3. Faktor Intelegensi
Intelegensi adalah daya atau kemampuan anak dalam berfikir atau bernalar. Anak yang
intelegensinya tinggi, tingkat pencapaian bahasanya cenderung lebih cepat, lebih banyak dan lebih
bervariasi khasanah bahasanya dari pada anak-anak yang bernalar sedang atau rendah
4. Faktor Motivasi
Menurut Banson (1988) menyatakan bahwa kekuatan motivasi dapat menjelaskan “ mengapa
seorang anak yang normal sukses mempelajari bahasa ibunya. Sumber motivasi itu ada dua yitu dari
dalam dan dari luar.
Studi tentang bahasa sudah sangat banyak ditemui baik yang murni maupun campuran.Salah
satunya yaitu psikolinguistik. Psikolinguistik adalah salah satu disiplin ilmu yang relatif baru. Disiplin
ini merupakan gabungan interdispliner yakni disiplin “psiko” dan disiplin “linguistik”. Suroso (2016).
Menurut Levelt,(1975) dalam Mar‟at (2005:1) psikolingiustik adalah suatu studi mengenai
penggunaan bahasa dan pemerolehan bahasa oleh manusia. psikolinguistik merupakan suatu ilmu
yang mencoba menerangkan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan
kalimat–kalimat yang didengarnya pada waktu komunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu
diperoleh oleh manusia menurut Slobin (1974) dalam Chaer (2003:5).
Dengan demikian penulis tidak terlepas dari objek kajian penelitiannya yaitu: dalam bidang fonologi,
sintaksis dan semantik. Sehingga penulis mengamati bagaimana berbahasa di antara anak-anak itu ,
baik dengan teman sebaya, keluarga maupun lingkungan sekitar tempat . Bahasa yang digunakan pada
penelitian ini adalah bahasa pada anak usia, 3-4 tahun pada masyarakat Melayu Desa Mendalo
Darat,Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
Desa Mendalo Darat merupakan salah satu desa yang ada di daerah Jaluko.Pada penelitian ini
penulis mengambil objek kajian ,pada desa Mendalo Darat,dikarenakan pada desa tersebut masih di
dominan oleh suku Melayu, serta adat istiadat dan bahasa yang digunakan masih menggunakan
bahasa menggunakan bahasa Melayu Jambi.
Penulis memilih judul “ Pemerolehan Bahasa Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di Desa Mendalo
Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi : kajian Psikolinguistik., sepengetahuan
penulis penelitian mengenai judul ini belum ada yang mengkaji selain itu yang melatar belakangi
penulis memilih judul tersebut adalah pemerolehan bahasa anak mempermudahkan mengejar bahasa
anak, mempelajari pemerolehan bahasa anak dapat mengetahui atau mengatasi perbedaan
perkembangan bahasa anak dan pemerolehan bahasa anak memahami konteks sosial budaya
lingkungan anak dan menghargai keberagaman budaya. Oleh karna itu ,penulis merasa tertarik untuk
menelitinya dan melestarikan serta mengembangkan bahasa Melayu di Kecamatan Jambi Luar Kota.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam sebuah proposal adalah hal yang paling mendasar, suatu rumusan dilakukan
karena adanya suatu masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, dengan penelitian yang berjudul ”
Pemerolehan Bahasa Pada Anak Usia 3-4 Tahun Pada Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar
Kota , Kabupaten Muaro Jambi : Kajian Psikolingiustik” sesuai dengan penjelasan di atas maka
masalah yang akan di bahas pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pemerolehan bahasa pada anak usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi di daerah Desa
Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota , Kabupaten Muaro Jambi?
2. Bagaimanakah pemerolehan bahasa pada anak usia 3-4 tahun dalam bidang sintaksis di daerah
Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota , Kabupaten Muaro Jambi?
3. Bagaimanakah pemerolehan bahasa pada anak usia 3-4 tahun dalam bidang semantik di daerah
Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota , Kabupaten Muaro Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan penelitian yang dipaparkan di atas , adapun tujuan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan bentuk bahasa Melayu pada anak usia 3-4 tahun dalam bidang fonologi pada
masyarakat di Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota , Kabupaten Muaro Jambi.
2. Mendeskripsikan bahasa Melayu pada anak usia 3-4 tahun dalam bidang sintaksis pada masyarakat
di Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota , Kabupaten Muaro Jambi.
3. Mendeskripsikan bahasa Melayu pada anak usia 3-4 tahun dalam bidang sintaksis pada masyarakat
di Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota , Kabupaten Muaro Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian yang dapat dipetik dari penelitian yang berjudul ” Pemerolehan Bahasa
Pada Anak Usia 3-4 Tahun Pada Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota , Kabupaten
Muaro Jambi : Kajian Psikolingiustik” adalah sebagai berikut
A.Manfaat Teoritis
Kajian-kajian dalam penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian dan memperkaya khajanah
teoritis tentang Pemerolehan Bahasa pada anak usia 3-4 tahun sebagai penemuan psikolinguistik yang
baru.
B.Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna oleh para penutur dalam lingkup keluarga untuk
mempertimbangkan pemerolehan bahasa anak pada usia dini agar mengetahui batasan-batasan
pemerolehan bahasa pada anak dalam praktik komunikasi
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat karakter dalam lingkup keluarga yang merupakan
salah satu faktor penting yang berpengaruh bagi pembentukan karakter bangsa pada anak usia dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Yang Digunakan
Teori adalah suatu komponen dasar yang terwujud di dalam bentuk yang berlaku secara
umumdan akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi . Teori
yang digunakan untuk memberi arahan sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Teori
yang penulis gunakan adalah teori psikolinguistik, Chaer (2015). Menurut Chaer, (2015)
psikolinguistik secara etimologi sudah disinggung bahwa kata psikolinguistik terbentuk dari kata
psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri
sendiri, dengan prosedur yang metode yang berlainan.Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa
sebagai objek formalnya. Hanya objek materinya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa,
sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa.
Menurut Chaer (2015) ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang
memproleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Kedua proses ini
merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang
berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses
performasi yang terdiri dari dua proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses
menghasilkan kalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan atau kepandaian
mengamati atau kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar. Sedangkan penerbitan
melibatkan kemampuan mengeluarkan dan menerbitkan kalimat-kalimat sendiri. Kedua jenis proses
kompetensi ini apabila telah dikuasai kanak-kanak akan menjadi kemampuan kanak-kanak itu. Jadi,
kemampuan linguistik terdiri dari kemempuan memahami dan memampuan melahirkan atau
menerbitkan kalimat-kalimat baru yang yang dalam linguistic transformasi generatif disebut
perlakuan, atau pelaksanaan bahasa atau performasi.
Menurut Chaer (2015) penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak
tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis dan teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini
sejarah telah mencatat adanya tiga pandangan atau teori dalam perkembangan bahasa anak. Dua
pandangan yang kontroversial dikemukan oleh pakar dari Amerika, yaitu pandangan nativisme yang
berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada kanak-kanak bersifat alamiah (nature), dan pandangan
behaviorisme yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat “suapan”(nurture).
Pandangan ketiga muncul di Eropa dari Piaget dalam Chaer (2015 : 221) yang berpendapat bahwa
penguasaan bahasa adalah kemampuan yang berasal dari pematangan kognitif, sehingga
pandangannya disebut kognitivisme.
a. Pandangan Nativisme
Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, kanak-kanak (manusia)
sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya secara genetis telah diprogramkan. Pandangan
ini tidak menganggap nahwa bahasa merupakan pemberian biologis, sejalan dengan yang disebut
“hipotesis pemberian nama”
Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat
dipelajari dalam waktu singkat menggunakan metode seperti “peniruan”(imitation). Jadi ada beberapa
aspek penting mengenai sistem bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah.
Chomsky (1965,1975) dalam Chaer (2015).Melihat bahasa itu bukan hanya kompleks, tetapi juga
penuh dengan kesalahan dan penyimpangan kaidah pada pengucapan atau pelaksanaan bahasa.
Manusia tidaklah mungkin bahasa pertama dari orang lain. Selama belajar mereka menggunakan
prinsip-prinsip yang membimbingnya menyusun tata bahasa.
Menurut Chomsky dalam Chaer (2015) bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia.Pendapat ini
didasarkan pada asumsi.
1. Perilaku berbahasa adalah sesuatu yang diturunkan (genetik). Pola perkembangan bahasa adalah
sama pada semua macam bahasa dan budaya.
2. Bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara mirip
dengan orang dewasa.
3. Lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa
yang rumit dari orang dewasa.
Menurut Chomsky dalam Chaer (2015) anak dilahirkan dengan dibekali “alat pemerolehan
bahasa” (language acquisition device (LAD).Alat ini yang merupakan pemberian biologis yang sudah
diprogramkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai
bagian fisiologi dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan
kemampuan kognitif lainnya.
b. Pandangan behaviorisme
Kaum behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari
luar si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum
behavioris dianggap kurang tepat karna istilah bahasa itu menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang
dimiliki atau yang digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan.Padahal bahasa itu merupakan salah
satu perilaku di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Oleh karena itu, mereka lebih suka
menggunakan istilah perilaku verbal (verbal behavior).
Menurut kaum behavioris tidak mengakui pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa
dan memiliki kemampuan untuk mengabstrakkan ciri-ciri penting dari bahasa dan
lingkungannya.Mereka berpendapat rangsangan dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan
berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan
verbal yang berlaku secara acak sampai kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui
prinsip pertalian S – R (stimulus-respons) dan proses peniruan-peniruan.
c. Pandangan kognitivisme
Piaget (1954) dalam Chaer (2015), menyakatan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah
yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan
kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa itu harus berlandas pada
perubahan yang lebih mendasar yang lebih umum di dalam kognisi.Jadi, urut-urutan perkembangan
kognitif menetukan urutan perkembangan bahasa.
Menurut chaer (2015) mengkaji pemerolehan bahasa dimulai dari pengkajian pemerolehan
semantik, kemudian baru diikuti dengan pengkajian pemerolehan sintaksis dan pemerolehan fonologi.
1. Teori Struktural Universal
Teori struktural universal ini dikemukakan dan dikembangkan oleh Jakobson (1968). Oleh
karena itu, sering juga disebut teori Jakobson. Pada intinya teori ini mecoba menjelaskan teori ini
mencoba menjelaskan pemerolehan fonologi berdasarkan struktur-struktur universal linguistik , yakni
hukum-hukum struktural yang mengatur setiap perubahan bunyi.
Dalam penelitian Jacobson mengamati pengeluaran bunyi-bunyi oleh bayibayi pada tahap
membabel (babbling) dan mengemukan bahwa bayi yang normal mengeluarkan berbagai macam
bunyi dalam vokalisasinya baik bunyi vocal maupun bunyi konsonan. Namun, ketika bayi memproleh
“kata” pertamanya ( kira-kira 1:0 tahun) maka kebanyakan bunyi-bunyi ini akan menghilang. Malah
sebagian dari bunyi-bunyi itu baru muncul kembali beberapa tahun kemudian. Menurut
pengamatannya, Jakobson menyimpulkan adanya dua tahap dalam pemerolehan fonologi, yaitu (1)
tahap membabel prabahasa dan (2) tahap pemerolehan bahasa nurani.
Banyak pakar psikolinguistik menerima teori ini. Beberapa bukti yang memperkuat teori ini
adalah sebagai berikut:
1. Bunyi likuida [l] dan [r] yang sering muncul pada tahap membable, hilang pada tahap
mengeluarkan bunyi bahasa sebenarnya. Bunyi ini baru muncul lagi ketika bayi berumur tiga setengah
tahun (3 : 6), atau empat tahun (4 : 0), bahkan ketika berumur lima tahun (5 : 0)
2. Bayi-bayi yang pekak membable dengan cara yang sama dengan yang normal. Namun, setelah
tahap membable ini selesai bayi-bayi ini pun akan berhenti mengeluarkan bunyi.
3. Menurut penelitian Port dan Preston (1972), VOT (voice onset time = waktu antara pelepasan
bunyi hambat daan bergetarnya pita suara) seperti konsonan [d] dan [t] tidak sama pada tahap
membable dengan VOT pada tahap pengeluaran bunyi bahasa yang sebenarnya; dan VOT ketika
berusia satu tahun (1 : 0) sama dengan VOT orang dewasa. Perbedaan VOT ini membuktikan adanya
masa peralihan di antara tahap membable dengan tahap mengeluarkan bunyi yang sebenarnya.
2. Teori Tata Bahasa Pivot
Kajian mengenai pemerolehan bahasa secara modern telah dimulai sejak tahun 1960 oleh
Braine (1963), Brown dan Bellugi (1964), dan Miller dan Ervin (1964) dalam Chaer (2015). Menurut
kajian-kajian awal ini ucapan-ucapan dua kata ini terdiri dari dua jenis kata menurut posisi dan
keseringan kata-kata itu muncul di dalam kalimat-kalimat itu. Kedua jenis kata ini kemudian telah
terkenal dengan nama kelas pivot ( kelas poros) dan kelas terbuka dan berdasarkan ini lahirlah teori
tata bahasa pivot. Pada umumnya kata-kata yang termasuk kelas pivot adalah kata-kata fungsi
(“function words”), sedangkan kata-kata yang termasuk kelas terbuka adalah kata-kata isi atau kata-
kata kandungan (“content words”), seperti kata-kata nomina atau kata-kata verba.
Kesimpulan yang jelas yang dapat diambil dari ucapan-ucapan dua kata inilah, bahwa anak-
anak telah mulai menunjukkan penggunaan bahasa yang lebih produktif dibandingkan dengan
peringkat holofrase. Pemakaian kata-kata tertentu pada posisi yang sama untuk menyampaikan arti
tertentu menyarankan, bahwa si anak telah mulai menguasai kelas-kelas kata dan memakainya denga
cara yang kreatif pada situasisituasi tertentu. Anak-anak yang telah produktif pada peringkat ini dapat
dibuktikan dengan gabungan kata-kata yang mereka ucapkan yang tidak menyerupai kalimatkalimat
orang dewasa
3. Teori Hipotesis Fitur Semantik
Menururt beberapa ahli psikolinguistik perkembangan, kanak-kanak memproleh makna suatu
kata dengan cara menguasai fitur-fitur semantik kata itu satu demi satu sampai semua fitur semantik
itu dikuasai, seperti yang dikuasai oleh orang dewasa Mc. Neil (1970) dan Clark (1977) dalam Chaer
(2015:195). Clark memberi contoh, pada mulanya kanak-kanak yang berbahasa Inggris menyebut
semua binatang berkaki empat doggie atau kitty, atau apa saja karena mulanya kanak-kanak itu hanya
menguasai beberapa fitur semantik saja, yaitu human, animal, dan four legged. Lama-kelamaan fitur-
fitur semantik lain juga dikuasai sehingga pada umur tertentu kanak-kanak itu dapat membedakan
doggiedan kitty.
Simantunjak (1983) dalam Chaer (2015) melaporkan kejadian yang sama. Tiga orang kanak-
kanak Malaysia yaitu berinisial R,S dan E yang dikaji Simanjuntak telah melakukan hal yang sama.
Kanak-kanak R menyebut apel dengan bunyi [apoi], tetapi buah mangga, jeruk, pir dan buah lainnya
juga disebut [apoi]. Kanak-kanak S menyebut lembu sebangai [bo], dan kata itu pun digunakan untuk
menyebut binatang seperti buaya,biawak,ular dan binatang melata lainnya.
Menurut Chaer (2015) ,asumsi-asumsi yang menjadi dasar hipotesis fitur-fitur semantik adalah:
a. Fitur-fitur makna yang digunakan anak-anak dianggap sama dengan beberapa fitur makna yang
digunakan oleh orang dewasa.
b. Karena pengalaman kakan-kanak mengenaibahasa masih sangat terbatas bila dibandingkan dengan
pengalaman orang dewasa, maka kanak-kanak hanya akan menggunakan dua atau tiga fitur makna
saja untuk sebuah kata sebagai masukan leksikon.
c. Karena pemilihan fitur-fitur yang berkalitan ini didasarkan pad pengalaman kanak-kanak
sebelumnya, maka fitur-fitur ini pada umumnya didasarkan pada informasi persepsi atau pengamatan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualikatif. Secara umun,
metode deskriptif kualitatif adalah metode untuk menyelidiki objek yang tidak dapat diukur dengan
angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat ekstrak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan
sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cendrung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Menurut koentjaraningrat (1993:89) format desain penelitian kualitatif terdiri atas tiga model, yaitu
format deskriptif, format verifikasi dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan
metode kualitatif dengan desain deskriptif, secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu
tentang keadaan dan gejala terjadi

3.2 Lokasi Dan Sumber Data Penelitian


Lokasi yang dijadikan penelitian adalah Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota ,
Kabupaten Muaro Jambi. Dusun ini didominasi oleh penutur bahasa Melayu dalam kehidupan
sehari-hari. Fokus penelitian pada bahasa pertama yaitu bahasa ibu bahasa Melayu. Sumber data
penelitian adalah anak Melayu usia 3-4 tahun di Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota ,
Kabupaten Muaro Jambi. Data penelitian ini berupa data lisan .

3.3 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam arti yang lebih lengkap
dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Alat atau instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah alat perekam suara, kamera dan alat tulis.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atu cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data.
Pengumpulan data dilakukan untuk memproleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan psikolinguistik sebab yang akan di
teliti adalah pemerolehan bahasa anak
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode kepustakaan , yaitu penulis mencari buku-buku sebagai bahan acuan dari berbagai referensi
sehingga lebih pendukung dalam penelitian
b. Metode observasi , yaitu penulis melakukan penelitian ke lokasi penelitian dengan pengamatan
terhadap tempat, jumlah dan peran pemakaian bahasa serta perilaku selama pelaksanaan penggunaan
bahasa berlangsung.
c. Metode wawancara , yaitu teknik pengumpualn data yang dilakukan dengan tatap muka dan Tanya
jawab langsung peneliti dengan informan. Teknik rekaman dan teknik catat digunakan untuk
mendapatkan data melalui ucapan anak ketika berbicara.
3.5 Metode Analisis Data
Menganalisis data merupakan suatu tahapan yang sangat penting dalam penelitian.Peneliti harus
memilih analisi apa yang digunakan. Dalam metode analisis data penulis menggunakan metode
deskriptif kualitatif . Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian yang berjudul
Pemerolehan Bahasa Pada Anak Usia 3-4 Tahun Pada Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar
Kota , Kabupaten Muaro Jambi : Kajian Psikolingiustik, adalah sebagai berikut :
a. Reduksi data , yaitu melalukan identifikasi keragaman pemilihan bahasa. Pada tahap ini peneliti
memutar ulang hasil rekaman dan mengidentifikasi hasil rekaman berdasarkan pemerolehan bahasa
yang digunakan kanak-kanak tersebut.
b. Dilakukan transkip data hasil rekaman yaitu menuliskan data-data yang dapat di dengar dari hasil
rekaman
c. Setelah dilakukannya transkrip hasil selanjutnya ,adalah pengelompokkan kategori data yang
berasal dari pemerolehan hasil rekaman atau catatan lapangaan.
d. Langkah terakhir adalah kesimpulan pola pemilihan sesuai tatabahasa pada Pemerolehan Bahasa
Anak Pada Usia 3-4 Tahun Di Daerah Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota ,
Kabupaten Muaro Jambi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Usia 3-4 Tahun di Bidang Fonologi
Dalam analisis fonologi ini, peneliti memaparkan transkripsi fonetis. Transkripsi dilakukan untuk
memaparkan secara konkrit bunyi-bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap anak tersebut.
Data 1
Peneliti : Sape name adek ne?
„Siapa nama adik ini ?‟
Fatih : [name uloŋ , uloŋ patih]
Name ulong, ulong patih
Nama ulong ( anak pertama ) , ulong fatih
peneliti : Name asli ulong sape?
„ Nama asli ulong siapa
Fatih : [name acli uloŋ , muammad al patih]
Name asli ulong, muhammad al fatih
„ Nama asli ulong, muhammad al fatih
fatih : [ uloŋ enda? jadi polici ]
ulong endak jadi polisi
„ulong mau jadi polisi‟
peneliti : ulong udah sekolah? „
ulong sudah sekolah?‟
fatih : [dah] dah „sudah‟
peneliti : dimane ulong sekolah ?
„dimana ulong sekolah?‟
Fatih : [ayah uloŋ pigi jualan cate di pekan ]
ayah ulong pigi jualan sate di pekan „
ayah ulong pergi jualan sate di pekan‟
Transkrip Fonetis [name uloŋ , uloŋ patih] [name acli uloŋ , muammad al patih] [empat taon ] [uloŋ
cuke maen-maen ama dek ŋah] [uloŋ mau jadi polici ] [dah] [di TK cana ] [dah, uloŋ tadi makan ayam
goleng ] [ayah uloŋ pigi jualan cate di pekan ]
Ungkapan Yang Seharusnya :
Name ulong, ulong fatih. Name asli ulong, muhammad al fatih. empat taon. Ulong suke maen-maen
ama dek ngah. Ulong mau jadi polisi. Dah. Di TK sana. Dah, ulong tadi makan ayam goreng. Ayah
ulong pigi jualan sate di pekan.

4.2 Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Usia 3-4 Tahun di Bidang Sintaksis


Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis dimulai ketiak kanak-
kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih. Karena itu mereka menganggap tahap
holofrasis tidak berkaitan dengan perkembangan pemerolehan sintaksis. Namun, Clark (1977) dan
Garman (1977) menyatakan bahwa tahap holofrasis ini mungkin dapat memberikan beberapa
gambaran batin mengenai perkembangan sintaksis. jika anak-anak telah mencapai tahap dua kata atau
lebih, ucapanucapannya juga semakin banyak, dan mudah untuk ditafsirkan.
1. Name ulong, ulong fatih (S-P)
„Nama ulong (panggilan anak pertama dalam bahasa melayu), ulong fatih.‟ Kalimat di atas
merupakan kalimat yang gramatikal, yaitu mempunyai bentuk sintaksis yang benar dan memiliki arti
yang tepat.
2. Name asli ulong, muhammad al fatih (S-P)
„Nama asli ulong (panggilan anak pertama dalam bahasa melayu), muhammad al fatih.‟
Kalimat di atas (2) merupakan kalimat yang gramatikal, yaitu mempunyai bentuk sintaksis yang
benar dan memiliki arti yang tepat.
4.3 Pemerolehan Bahasa Anak-Anak Usia 3-4 Tahun di Bidang Semantik
Pada tahun pertama kehidupan anak menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya
mengamati dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai lingkungan sekitarnya.
Pengamatan dan pengkajian lingkungan sekitar ini dilakukan melalui semua indra. Pada masa ini
Piagen menyebutnya sebagai deria-motor (gerakindra), karena anak mengamati dan mengumpulkan
informasi dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.apa yang diamati dan dikumpulkan
si anak mengenai lingkungan sekitar ini akan menjadi pengetahuan dunianya dan berdasarkan
penegtahuan dunia iniliah si anak dimungkinkan memperoleh semantik bahasa ibu dengan cara
melekatkan arti yang tetap kepada susunan bunyi bahasa yang didengarnya

Data 1

a. Name ulong, ulong fatih ‘


Nama ulong ( tuturan untuk anak pertama dalam bahasa melayu), ulong fatih.‟ : makna kalimat pada
data (a) mengandung makna denotatif.
b. Name asli ulong, muhammad al fatih
‘Nama asli ulong (tuturan untuk anak pertama dalam bahasa melayu), muhammad al fatih.‟ : makna
kalimat pada data (b) mengandung makna denotatif.
c. empat taon
„Empat tahun.‟ : makna kalimat pada data (c) mengandung makna denotatif
d. Ulong suke maen-maen ama dek ngah
‘Ulong (tuturan untuk anak pertama dalam bahasa melayu) suka main-main sama adik ngah ( tuturan
untuk anak kedua dalam bahasa melayu).‟ : makna kalimat pada data (d) mengandung makna
denotatif.
e. Ulong mau jadi polisi ‘Ulong (tuturan untuk anak pertama dalam bahasa melayu) mau jadi polisi.‟ :
makna kalimat pada data (e) mengandung makna denotatif.
f. Dah. Di TK sana
‘Sudah, Di TK Sana.‟ : makna kalimat pada data (f) mengandung makna denotatif.
g. Dah, ulong tadi makan ayam goreng
„Sudah, ulong (tuturan untuk anak pertama dalam bahasa melayu) tadi makan ayam goreng.‟ : makna
kalimat pada data (g) mengandung makna denotatif.
h. Ayah ulong pigi jualan sate di pekan. ‘Ayah ulong (tuturan untuk anak pertama dalam bahasa
melayu) pergi jualan sate di pekan.‟ : makna kalimat pada data (h) mengandung makna denotatif
Data 2
a. Akan
‘Arkan.‟ : makna kalimat pada data (a) mengandung makna denotatif
b. Sana mukak, jual miso
„Di depan sana, jualan mie sop.‟ : makna kalimat pada data (b) mengandung makna denotatif
c. Ayah akan te ladang
„Ayah arkan ke ladang.‟ : makna kalimat pada data (c) mengandung makna denotatif
d. Akan maen-maen paser
„Arkan main-main pasir.‟ : makna kalimat pada data (d) mengandung makna denotatif
e. Akan sukak maen ape. Tengok beko „
Arkan suka maen handphone, melihat beko.‟ : makna kalimat pada data (e) mengandung makna
denotatif
f. Akan mau jadi polisi, mau jage rumah
„Arkan mau menjadi polisi, mau menjaga rumah.‟ : makna kalimat pada data (f) mengandung makna
denotatif .
g. Adek akan di mukak, tidor „
Adik arkan di depan, tidur.‟ : makna kalimat pada data (g) mengandung makna denotatif .
Data 3
a. Mutia „
Mutia.‟ : makna kalimat pada data (a) mengandung makna denotatif .
b. Nama adek apida naila ‘ nama adik lapida naila‟ : makna kalimat pada data (b) mengandung makna
denotatif
c. Adek mau jadi dokter
„Adik mau menjadi dokter.‟ : makna kalimat pada data (c) mengandung makna denotatif .
d. Mau obatin orang sakit
‘ Mau obatin orang sakit.‟ : makna kalimat pada data (d) mengandung makna denotatif
e. Adek umur empat taon
‘Adik usia empat tahun.‟ : makna kalimat pada data (e) mengandung makna denotatif
f. Nama ayah adek onceh
„Nama ayah adik nonceh.‟ : makna kalimat pada data (f) mengandung makna denotatif
g. Adek pun tak tau „Adik pun tidak tahu.‟ : makna kalimat pada data (g) mengandung makna
denotatif
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data yang dikumpulkan dan kemudian dianalisis dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pemerolehan bahasa Melayu pada anak yang usia 3-4 tahun di Desa Mendalo Darat ,
Kecamatan Jambi Luar Kota , Kabupaten Muaro Jambi pada bidang fonologi anak belum dapat
digolongkan pada tahap mampu berkomunikasi dengan baik sebab pada umumnya anak yang berusia
3-4 tahun digolongkan pada tahap pengembangan tatabahasa. pada tahap ini ada beberapa konsonan
yang belum dikuasai oleh anak tersebut, diantaranya:
a. pelafalan konnsonan [s] menjadi konsonan [c]
b. pergeseran konsonan [f] menjadi konsonan [p]
c. penggilangan konsonan [h] di awal kata , seperti [hotmaida] [otmaida]
d. pergeseran vokal [o] menjadi vokal [e] , seperti [polisi] [pelici]
e. terdapat juga beberapa anak yang belum dapat menjawab pertanyaan yang di berikan oleh peneliti.
2. Berdasarkan data yang diproleh pada masyakakat Melayu di Desa Mendalo Darat , Kecamatan
Jambi Luar Kota , Kabupaten Muaro Jambi dalam bidang sintaksis anak pada umum sudah mampu
mengaplikasikan susunan-susunan kalimat yang gramatikal. Tetapi ada juga beberapa susunan kalimat
yang tidak gramatikal.
3. berdasarkan penelitian yang dilaksanakan Desa Mendalo Darat , Kecamatan Jambi Luar Kota ,
Kabupaten Muaro Jambi dalam bidang semantik anak mampu menggunakan makna sebenarnya atau
makna denotatif.

5.2 Saran
Pada anak yang berusia 3-4 tahun merupakan tahap dimana anak akan memulai komunikasi. Pada
tahap ini peran orang tua sangat dibutuhkan dalam pemerolehan bahasa anak tersebut serta peran
orang tua sangat memotivasi untuk berkembangan anak. Dengan demikian ketika anak itu sudah dapat
berkomunikasi bahasa ibu adalah bahasa yang pertama kali digunakan oleh anak tersebut.
Berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan adapun saran-saran yaitu marilah kita menjaga,
merawat, memelihara serta menggunakan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari. Dan bagi
orang tua marilah kita mengaplikasikan bahasa daerah sejak dini kepada anak .

Anda mungkin juga menyukai