Dokter Muda THT-KL Periode 1 November – 1 Desember 2021 1
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Case Report Session
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Oleh :
Fira Wahyuni 2140312110
Muhammad Arief 2140312035 Ansyar Nur Fatimah Maharani 2140312142
Preseptor : Dr. dr. Sukri Rahman, Sp. THT-KL (K), FACS, FFSTEd
BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR M. DJAMIL PADANG
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2021 Dokter Muda THT-KL Periode 1 November – 1 Desember 2021 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2021
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2021 Case Report Session
Otitis Media Supuratif Kronik
Fira Wahyuni, Muhammad Arief Ansyar, Nur Fatimah Maharani 1 PENDAHULUAN Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua salah satu kondisi otologis paling umum yang pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. dilaporkan dalam praktik otorinolaringologi yang Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm.7 Bentuk rawan ini unik umumnya dikaitkan dengan gangguan pendengaran dan dalam merawat trauma telinga luar, harus yang dapat dicegah.1 Otitis media supuratif kronis, diusahakan untuk mempertahankan bangunan ini. Kulit didefinisikan sebagai peradangan kronis pada telinga dapat terlepas dari rawan di bawahnya oleh hernatom tengah yang disertai dengan pengeluaran sekret atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan telinga berulang atau otore melalui perforasi timpani deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).8 yang terjadi selama > 2 bulan. Penyakit ini biasanya Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian dimulai pada masa kanak-kanak sebagai perforasi lateral namun bertulang di medial Seringkali ada membran timpani spontan akibat infeksi akut pada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan telinga tengah, yang dikenal sebagai otitis media akut rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar (OMA), atau sebagai sekuel dari bentuk otitis media parotis terletak di depan terhadap liang telinga sekretori (OMS). OMSK dapat dibagi menjadi dua tipe, sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. yaitu tipe dengan atau tanpa kolesteatoma.2 Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan Prevalensi otitis media supuratif kronis (OMSK) berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di masih tinggi di negara berkembang. Hal ini posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di disebabkan oleh faktor sosioekonomi, higiene buruk bawah liang telillga untuk memasuki kelenjar parotis. dan kepadatan penduduk.3 Menurut World Health Tulang rawan liang telinga merupakan salah satu Organization (WHO), prevalensi OMSK adalah 2-4%.4 patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari prevalensi OMSK di Indonesia antara 3-5,2% atau saraf fasialis. Patokan lainnya adalah sutura kurang lebih 6,6 juta penduduk Indonesia menderita 8 timpanomastoideus. OMSK.5 Sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat Gangguan pendengaran umum terjadi pada banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. pasien OMSK. Gangguan pendengaran konduktif Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang derajat sedang sampai berat dapat terjadi pada dua telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit pertiga pasien, sehingga memengaruhi kualitas hidup dijumpai kelenjar serumen.7 pasien.1 Selain itu, OMSK juga dapat menimbulkan komplikasi seperti meningitis, abses serebri, mastoiditis, parese nervus fasial, kolesteatoma, jaringan granulasi dan empiema subdural.6 Penatalaksanaan biasanya dengan memberikan antibiotik yang adekuat, cuci telinga yang teratur dan timpanomastoidektomi.
TINJAUAN PUSTAKA ANATOMI TELINGA TENGAH
Telinga secara anatomi dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga Gambar 2.1 Anatomi Telinga9 dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga (pinna/ aurikula) terdiri dari tulang rawan elastis dan kulit. posterior-inferior untuk menyatakan letak perforasi 7 membran timpani. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.7 Telinga tengah terdiri dari tiga buah tulang Gambar 2.2 Anatomi Daun Telinga9 pendengaran yang tersusun dari luar kedalam, yaitu Membran timpani adalah perbatasan telinga maleus, inkus, dan stapes,serta tuba Eustachius yang tengah, berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari merupakan penghubung daerah nasofaring dengan arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu telinga tengah. Tulang pendengaran di dalam telinga liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida tengah saling berhubungan. Hubungan antar tulang- (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tulang pendengaran merupakan persendian.10 tensa (membran propria). Pars flaksida terdiri atas dua Telinga dalam memiliki struktur spiral yang lapis, yaitu bagian luar merupakan lanjutan epitel kulit dikenal sebagai koklea (rumah siput) yang terdiri dari 3 liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus buah kanalis semisirkularis. Kanalis semisirkularis saling bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk tensa mempunyai satu lapisan di tengah yang terdiri lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) bagian dalam.7 diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Relssne/s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri Gambar 2.3 Anatomi membran timpani5 dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.10 Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo, dari 2.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS umbo bermula suatu reflek cahaya ke arah bawah 2.2.1 Definisi pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Reflek cahaya (cone OMSK atau yang biasa disebut “congek” of light) merupakan cahaya dari luar yang dipantulkan merupakan radang kronis telinga tengah disertai dengan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 adanya perforasi pada membran timpani dan riwayat macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut inilah keluar cairan atau sekret dari telinga (otore) lebih dari 2 yang mneyebabkan timbulnya refleks cahaya yang bulan, baik terus menerus atau hilang timbul.11 berupa kerucut itu.7 2.2.2 Epidemiologi Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran, Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit dengan menarik garis sepanjang dengan prosesus THT yang paling banyak ditemukan di negara sedang longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis berkembang. Secara umum insiden OMSK dipengaruhi itu di umbro, sehingga didapatkan bagian anterior- oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih superior, posterior-superior, anterior-inferior, dan sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di rendah, kurangnya nutrisi, rendah zink, selenium, 12 Afrika Selatan. kalsium, dan vitamin A, riwayat dilakukan tindakan Walaupun demikian, lebih dari 90% beban timpanostomi, seringnya infeksi saluran nafas atas dan dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di nasofaring, penyakit infeksi dan kronis, kondisi komorbid Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan lainnya, seperti celah bibir/ langit-langit, down syndrome, beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan atresia koana, dan mikrosefali, kurang higiene-nya sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mandi di kolam status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan dan sungai yang terkontaminasi dan membersihkan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya telinga dengan cotton buds.16 prevalensi OMSK pada negara yang sedang 2.2.4 Klasifikasi 12 berkembang. OMSK diklasifikasikan menjadi dua tipe, tipe Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia aman (tanpa kolesteatom, tipe mukosa, tipe benigna) adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dan tipe bahaya (dengan kolesteatom, tipe tulang, tipe dalam tingkatan klasifikasi insidensi. Pasien OMSK maligna). Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar meliputi 25% dari pasien-pasien yang berobat di OMSK dapat dibedakan menjadi OMSK aktif dan OMSK poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Angka tenang.17 kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan DAFTAR PUSTAKA prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan 1. Abraham, Z.S., Ntunaguzi, D., Kahinga, A.A. et al. gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan Prevalence and etiological agents for chronic prevalensi otitis media supuratif kronik antara 2,1- suppurative otitis media in a tertiary hospital in 5,2%. Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Tanzania. BMC Res Notes 12, 429 (2019) Medan tahun 2006 menunjukkan pasien OMSK 2. Morris P. Chronic suppurative otitis media. BMJ Clin merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien. 12 Evid. 2012;2012:0507. Prevalensi OMSK di Bagian Telinga Hidung 3. Basak B, Gayen GC, Das M, Dhar G, Ray R dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher (THT-KL) RSUP Das AK. Demographic profile of CSOM in rural Dr.M.Djamil Padang periode Januari 2010 sampai tertiary care hospital. IOSR Journal of Pharmacy. Desember 2012 didapatkan 704 kasus OMSK tipe 2014; 4(6):43-6. aman dan 82 kasus OMSK tipe bahaya.13 4. Desbassarie F, Dermawan A, Soeseno H. Profile of Patients with complicated Chronic Suppurative Otitis 2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Media in Dr. Hassan Sadikin General Hospital Etiologi OMSK adalah infeksi campuran bakteri Bandung, Indonesia January-December 2011. patogen aerob dan anaerob yang menghasilkan sekret Althea Medical Journal.2015;2(1) purulen yang berbau busuk. Bakteri patogen aerob 5. Departemen kesehatan Republik Indonesia (Depkes diantaranya P. Aeruginosa, S. Aureus dan S. RI). Pedoman upaya kesehatan telinga dan Epidermidis, Proteus, Klebsiella, dan Escheria coli. pencegahan gangguan pendengaran untuk Bakteri patogen anaerob diantaranya Bacterioides puskesmas.Jakarta: Depkes RI; 2005. fragilis, Peptococcus dan organisme Veillonella. 6. Das LCA, Jumani K dan Kashyap GCR. Subdural penyebab OMSK terbanyak adalah Staphylococcus empyema: A rare complication of chronic otitis aureus (41,25%), Pseudomonas sp. (37,5%), media. Med J Armed Forces India. 2005; 61(3): 281- Coagulase negative staphylococcus (11,25%), 3. Klebsiella pneumonia (7,5%), Escherichia coli (5%) 7. Efiaty A.S., dkk, , Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL dan Proteus sp. (5%). 14,15 FKUI, 2007, edisi 6, no. 10-13, 58 Faktor resiko kejadian OMSK seringnya 8. Adams, George L. Boies, Buku Ajar Penyakit THT, berkaitan dengan rendahnya sosial-ekonomi dan 2012, vol. 6, no. 30-31 kurang adekuatnya perawatan kesehatan. Beberapa 9. Reena A Bhatt, Ear Anatomy, 2016. Diakses dari faktor resiko dapat dijabarkan sebagai berikut: tinggal https://emedicine.medscape.com/article/1948907- di lingkungan yang padat, level edukasi keluarga yang overview#a1 pada tanggal 6 November 2021 10. SoetirtoI, Hendarmin H, Bashiruddin J. Gangguan pendengaran (tuli). Dalam: SoepardiEA, IskandarN(eds).Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. pp: 9-21 11. Aboet A. Radang telinga tengah menahun. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap dalam bidang ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala dan leher. Proseding rapat terbuka Universitas Sumatera Utara. Medan: USU- eRepository, 2007. pp: 1-27 12. Aboet A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Bagian Ilmu Kesehatan Hidung Telinga Tenggorok Bedah Kepala Leher. Kampus USU. 2007. 13. Edward Y dan Novianti D. Biofilm pada Otitis Media Supuratif Kronik. JMJ, 2015; 3(1): 68– 78 14. Boruk M, Rosenfeld RM (2004). Terapi antimikroba pada THT. In: Lucente FE, Har-El G (eds).Essensial of otolaryngology,5th ed,USA: Lippincott William and Wilkins, Inc. Terjemahan Hartanto H, Suryono J, Matahari, Diani A, Kosasih AA, Mahanani DA (2011). Ilmu THT esensial. Jakarta: EGC, pp: 632-647. 15. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab omsk dan kepekaan terhadap beberapa antibiotika di bagian THT FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. 2003. 16. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Ed 7. Jakarta, Balai Penerbit FK UI. 2016. 17. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N (eds). Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2006. pp: 49-62