Anda di halaman 1dari 16

Pemicu 1.

Adik kembar yang dinanti


Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa mampu menjelaskan struktur anatomi, fisiologi, histologi dan biokimia organ yang terlibat
dalam tumbuh kembang serta memahami memahami konsep dasar embriogenesis, dan faktor genetika
pada twinning

Skenario:

Ny Ariesta (29 Th) G2P1A0 datang ke praktek dokter kandung untuk melakukan pemeriksaan
antenatal care, ia juga mengeluhkan muntah 4x sehari selama kehamilannya yang berjalan 16 minggu.
Ny Ariesta mengikuti program bayi tabung untuk kehamilannya kali ini, karena ia dan suaminya sangat
ingin memiliki bayi kembar. Riwayat keturunan pasangan tersebut tidak ada yang memiliki bayi kembar.

Dokter mendiagnosis Ny. Ariesta mengalami hyperemesis gravidarum dan gemelli. Dokter memberikan
edukasi tentang kehamilan kembar, pengaturan nutrisi, dan gizi seimbang untuk mencegah BBLR. Ny
Ariesta sebenarnya khawatir karena anaknya yang pertama lahir prematur dengan APGAR score yang
rendah dan harus masuk inkubator. Dia juga mengkhawatirkan tentang kecukupan ASI, karena ia takut
ASI tidak cukup dan dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak kembarnya.

Terminologi

- Twinning
- hyperemesis gravidarum
-

Keyword

Identifikasi Masalah

Muntah

Gemelli

Hyperemesis gravidarum

Analisis Masalah
Hipotesis

6 buah
5. Mekanisme dan pengaruh metabolisme
Proses Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan
yang
dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
1). Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
* Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.
* Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dlbuahi dengan cepat akan menjadl suatu organisme, terjadi diferensiasi
yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
* Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan.
2). Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta
mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
a. Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.
b. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
c. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
3). Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan
motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Jumlah dan pengaturan hubunganhubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala
kinerja otak, mulai dari kemampuan
belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya.
4). Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas
jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir.
5). Tahapan perkembangan anak menurut umur.

Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang salah satu faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang manusia adalah metabolisme yang mana berhubungan dengan nutrisi/gizi.
Kebutuhan akan gizi pada anak sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya,
terutama perkembangan otaknya. perkembangan otak sangat tergantung pada asupan gizi yang
dikonsumsi. Setiap makanan yang dikonsumsi memiliki manfaatnya masing-masing bagi tubuh
anak.
Nutrisi atau gizi merupakan faktor mutlak yang
diperlukan oleh tubuh dalam proses tumbuh kembang. Kebutuhan nutrisi untuk setiap orang
berbeda-beda dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan aktifitas. Nutrsi yang dibutuhkan anak
usia
dini tidak sama dengan orang dewasa, anak-anak membutuhkan asupan nutrisi lebih banyak
dibandingkan orang dewasa. Hal ini karena anak prasekolah masih dalam fase tumbuh kembang.
Anak usia dini disebut juga dengan masa prasekolah, dikarenakan pada masa ini anak mulai
melatih berbagai gerakan refleks fisik motorik, dan panca inderanya, sehingga anak siap untuk
menempuh pendidikan ke tahap selanjutnya itu pendidikan dasar. Selain itu, pada anak usia dini
mulai belajar tentang berbagai hal di lingkungannya. Rasa ingin tahu yang besar, dan aktifitas
yang
banyak harus diimbangi dengan nutrisi yang bergizi.
Pada masa 1-5 tahun (balita) kebutuhan nutrisi anak menjadi lebih meningkat, hal ini
dikarenakan pada periode ini banyak melakukan dan menemukan hal-hal baru.
Dalam hal ini nutrisilah yang memegang peran yang sangat besar pada tubuhnya. Nutrisi terdapat
pada berbagai jenis makan, oleh karna itu pemberian makanan pada anak yang sedang
mengalami
masa pertumbuhan dan perkembangan harus sangat diperhartikan dari segi kadungan nutrisnya
maupun tingkat keanekaragamannya.

Kemampuan belajar berjalan, Mengenal huruf, Bersosialisasi atas pengaruh jumlah dan
pengaturan hubungan-hubungan antarsel saraf. Sedangkan perkembangan kemampuan bicara
dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya.

Dengan tercukupinya zat gizi anak maka akan memperlancar proses metabolisme sehingga
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan
terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan
saraf dan otak yang kompleks sampai mencapai tahap sempurna.
Menurut Santoso (2009) ada 5 fungsi zat gizi yaitu sebagai:
a. Sumber energi dan tenaga, jika fungsi ini terganggu orang akan menjadi kurang
geraknya atau kurang giat dan merasa cepat lelah.
b. Menyokong pertumbuhan badan, yaitu penambahan sel baru pada sel yang sudah
ada.
c. Memelihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak atau aus terpakai, yaitu
mengganti sel yang nampak jelas pada luka tubuh yaitu terjadinya jaringan
penutup luka.
d. Mengatur metabolisme dan berbagi keseimbangan dalam cairan tubuh
(keseimbangan air, asam basa dan mineral).
e. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sebagai
anti oksidan dan antibodi lainnya.

Zat gizi yang diperlukan anak-anak balita adalah karbohidrat berfungsi sebagai penghasil
energi bagi tubuh dan menunjang aktivitas anak yang mulai aktif bergerak. Mengatur
metabolisme lemak
Protein berfungsi untuk membangun dan memperbaiki
sel tubuh dan menghasilkan energi sebesar 35 gram per hari. Nilai protein yang dibutuhkan oleh
tubuh ditentukan oleh kadar asam amino esensial, yaitu
asam yang dibutuhkan pada proses metabolisme.

Sedangkan mineral dan vitamin yang penting pada makanan anak adalah iodium,
kalsium, zinc, asam folat, asam folat, zat besi, vitamin A,B, C, D, E, dan K. Mineral dan vitamin
ini berperan dalam perkembangan motorik, pertumbuhan, dan kecerdasan anak serta menjaga
kondisi tubuh anak agar tetap sehat. Sementara pertumbuhan fisik tubuh sedikit melambat,
karenanya anak perlu makan makanan yang memberikan asupan gizi yang mendukung
pertumbuhan otaknya.
Lemak merupakan zat yang tidak terlalu banyak dibutuhkan oleh tubuh, kecuali asam
lemak ensensial.
. Lemak mengandung asam lemak esensial yang dibutuhkan untuk proses
metabolisme, jika kurang dari 1%, akan mengakibatkan gangguan kulit, rambut
akan mudah rontok, serta akan terjadinya hambatan dalam pertumbuhan pada anak
usia dini

a. Perkembangan Otak
Konsumsi makanan yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jangka waktu yang lama akan menyebabkan perubahan metabolisme otak. Hal ini
mengakibatkan
otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, hingga dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan pertumbuhan badan dan membuat manusia bertubuh kerdil dan diikuti oleh ukuran
otak yang berkurang dan berdapat pada kecerdasaan anak.
Ditinjau dari segi struktur dan funsinga otak manusia merupakan jaringan yang paling sempurna.
Namun kinerja otak akan sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi
yang berasal dari makan yang dikonsumsi. Daya kerja otak dikendalikan oleh neurotransmiliter
yang terdapat pada otak dan sekresi neurotransmiliter dan akan terjadi jika adanya ransangan.

b. Perkemgangan motorik.
Apabila kandungan nutrisi dalam tubuh tidak terpenuhi maka akan menyebabkan keterlambatan
pada perkembangan motori yang meliputi perkembangan emosi dan tingkah laku. anak yang
mengalami gangguan tersebut biasanya akan menarik diri kelompok, apatis, pasif dan akan sulit
untuk berkonsentrasi, dan mengakibatkann perkembangan kogniti anak akan terhambat.

Hasdianah, H. S. Siyoto & Y. Peristyowati. (2014). Gizi pemanfaatan gizi,diet dan obesitas.
Yogyakarta. Nuha Medika.
10. APGAR Score
APGAR merupakan mnemonik yang berguna untuk menggambarkan komponen skor: Elemen
skor Apgar meliputi warna, detak jantung, refleks, tonus otot, dan pernapasan.
Skor adalah metode cepat untuk mengevaluasi neonatus segera setelah lahir dan sebagai respons
terhadap resusitasi.
Penilaian Apgar dirancang untuk menilai tanda-tanda gangguan hemodinamik seperti sianosis,
hipoperfusi, bradikardia, hipotonia, depresi pernapasan, atau apnea.
Skor apgar dapat bervariasi dengan usia kehamilan, berat lahir, obat ibu, penggunaan obat atau
anestesi, dan anomali kongenital. Beberapa komponen skor juga subjektif dan rentan terhadap
variabilitas antar penilai. Dengan demikian, skor Apgar terbatas karena memberikan informasi
yang agak subjektif tentang fisiologi bayi pada suatu titik waktu.
Next slide
Pada lima bagian dari skor Apgar. Setiap kategori diberi bobot secara merata dan diberi nilai 0,
1, atau 2. Komponen-komponen tersebut kemudian dijumlahkan untuk memberikan skor total
yang dicatat pada 1 dan 5 menit setelah lahir. Skor 7 hingga 10 dianggap meyakinkan, skor 4
hingga 6 cukup abnormal, dan skor 0 hingga 3 dianggap rendah pada bayi cukup bulan dan
prematur akhir. Pada 5 menit, ketika bayi memiliki skor kurang dari 7, pedoman Program
Resusitasi Neonatal merekomendasikan perekaman lanjutan dengan interval 5 menit hingga 20
menit. Perlu dicatat bahwa penilaian selama resusitasi tidak setara dengan bayi yang tidak
menjalani resusitasi karena upaya resusitasi mengubah beberapa elemen skor. 
Skor dihitung sebagai berikut:
Upaya Pernapasan
 Jika bayi tidak bernapas, skor pernapasan adalah 0.
 Jika pernapasan lambat dan tidak teratur, lemah atau terengah-engah, skor pernapasan
adalah 1.
 Jika bayi menangis keras, skor pernapasan adalah 2.
Detak Jantung
 Catatan, denyut jantung dievaluasi dengan stetoskop, dan ini adalah bagian paling kritis
dari skor dalam menentukan kebutuhan untuk resusitasi.
 Jika tidak ada detak jantung, skor detak jantung adalah 0.
 Jika denyut jantung kurang dari 100 denyut per menit, skor denyut jantung adalah 1.
 Jika denyut jantung lebih dari 100 denyut per menit, skor denyut jantung adalah 2.
Bentuk otot
 Jika tonus otot kendur dan floppy tanpa aktivitas, skor tonus otot adalah 0.
 Jika bayi menunjukkan beberapa nada dan fleksi, skor untuk tonus otot adalah 1.
 Jika bayi bergerak aktif dengan tonus otot fleksi yang menolak ekstensi, skor tonus otot
adalah 2.
Respon Meringis atau Refleks Iritabilitas dalam Menanggapi Stimulasi
 Jika tidak ada respons terhadap rangsangan, skor respons refleks iritabilitas adalah 0.
 Jika ada meringis sebagai respons terhadap rangsangan, skor respons refleks iritabilitas
adalah 1.
 Jika bayi menangis, batuk, atau bersin karena rangsangan, respons refleks iritabilitas
adalah 2.
Warna
 Catatan, kebanyakan bayi akan mendapat skor 1 untuk warna karena sianosis perifer
sering terjadi pada bayi normal. Warna juga bisa menyesatkan pada bayi non-kulit putih.
 Jika bayi pucat atau biru, skor untuk warna adalah 0.
 Jika bayi berwarna merah muda, tetapi ekstremitasnya biru, skor untuk warna adalah 1.
 Jika bayi seluruhnya berwarna merah muda, skor untuk warna adalah 2.
Simon LV, Hashmi MF, Bragg BN. APGAR Score. [Updated 2021 Aug 14]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470569/

14. deteksi pertumbuhan dan kriteria rujukan pada ANC

Pelayanan Antenatal Care

Secara nasional, kebijakan program pelayanan asuhan antenatal

ada 14 butir (14 T) yang meliputi :

a. Timbang Berat Badan (BB) (T1)

Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat

badan normal pada waktu hamil 0,5 Kg per minggu mulai trimester

kedua.

b. Ukur tekanan darah (T2)

c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)


d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4

e. Pemberian imunisasi TT (T5)

f. Pemeriksaan Hb (T6)

g. Pemeriksaan VDRL (T7)

h. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8)

i.Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9)

j.Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)

k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)

l.Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

m.Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)

n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)

Kartu ANC memiliki tiga bagian yang dialokasikan untuk dokumentasi layanan selama kehamilan,
kelahiran dan setelah kelahiran. Dalam prakteknya kartu ini banyak digunakan untuk ANC dan
dokumentasi hasil kehamilan ini. Tiga kategori indikasi rujukan membedakan antara risiko yang
memerlukan rujukan untuk penilaian lebih lanjut selama kehamilan, rujukan untuk kelahiran atau
rujukan segera.

Disarankan wanita dengan kehamilan tanpa komplikasi menerima minimal empat kunjungan.

Wanita dengan komplikasi memerlukan rujukan yang tepat atau kunjungan tambahan tergantung pada
kondisi individu, namun tidak ditentukan tindakan mana yang diharapkan untuk kondisi tersebut.

21.

PEMBAHASAN

1. Asupan Makan Ibu dengan Kecukupan ASI

Hubungan yang signifikan (berkaitan) antara pola

nutrisi pada ibu nifas dengan kecukupan

ASI pada bayi. Menurut Kristiyanasari (2009,


p.11) produksi ASI sangat dipengaruhi oleh

makanan yang dimakan ibu, karena

kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja

dengan sempurna tanpa makanan yang

cukup. Untuk membentuk produksi ASI

yang baik, makanan ibu harus memenuhi

jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin

serta mineral yang cukup selain itu ibu

dianjurkan minum lebih banyak kurang

lebih 8-12 gelas/hari.

Kecukupan ASI dapat dinilai

dengan menimbang kenaikan berat badan

bayi secara teratur. Cukup tidaknya ASI

juga dapat diperkirakan dari berapa kali

bayi buang air kecil. Bagi bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif, enam kali

buang air kecil dalam sehari adalah

pertanda ia cukup ASI (Danuatmaja &

Meiliasari, 2014, p.51).

Makanan merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi ibu

menyusui untuk mendapatkan kecukupan

nutrisi bagi bayi.Ibu yang mengkonsumsi


makanan yang bergizi selama menyusui

maka produksi ASI akan bagus. Oleh

karena itu, ibu perlu mengerti pentingnya

gizi untuk ibu menyusui. Gizi yang baik

akan menjamin kesehatan ibu, kelancaran

dan kecukupan ASI bagi bayi.

2. Hubungan Ketenangan Jiwa dan Fikiran Ibu dengan Kecukupan ASI

penelitian Kamariyah (2014) tentang

kondisi psikologis mempengaruhi produksi

ASI ibu menyusui.

Hormon prolaktin dan oksitosin

berperan untuk memproduksi serta menjaga

persediaan ASI. Pelepasan oksitosin

dipengaruhi oleh adanya rangsangan pada

puting susu yaitu isapan bayi. Sedangkan

pelepasan prolaktin terjadi setelah

menyusui untuk produksi ASI berikutnya.

Prolaktin merupakan hormon terpenting

untuk kelangsungan dan kecukupan

pengeluaran ASI. Tinggi rendahnya kadar

prolaktin dipengaruhi oleh kondisi ibu

seperti tingkat kebugaran, keadaan stress,

jumlah jam tidur, dan gairah seksual

(Ramayulis dan Marbun, 2010, p.06).


Untuk menyiapkan kondisi

psikologis ibu diperlukan dukungan dari

keluarga dan suami. Keterlibatan suami

memberi dukungan moral dan emosional

dalam pemberian ASI. Hal tersebut akan

mendorong refleks kimiawi tubuh untuk

terus memproduksi ASI sehingga bayi

mendapatkan ASI dalam jumlah yang

cukup.

3. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi dengan Kecukupan ASI

penelitian Yuliasari (2015) tentang

hubungan penggunaan KB pil kombinasi

dengan produksi ASI pada ibu menyusui.

Menurut Khamzah (2012, p.56)

penggunaan pil kontrasepsi kombinasi

estrogen dan progestin juga berkaitan

dengan penurunan volume dan durasi ASI.

Jika pil hanya mengandung progestin maka

tidak ada dampak terhadap volume ASI.

Contohnya penggunaan

kontrasepsi kombinasi oral (esterogenprogestin)

akan menghambat produksi ASI.

Penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat

dapat mengurangi suplai ASI yang


berpengaruh terhadap pemenuhan

kebutuhan ASI untuk bayi, sehingga bayi

tidak mendapatkan ASI dalam jumlah yang

cukup.

4. Hubungan Perawatan Payudara dengan Kecukupan ASI

penelitian Sholichah tentang hubungan

perawatan payudara pada ibu post partum

dengan kelancaran pengeluaran ASI.

Merawat payudara yang baik selama

masa kehamilan maupun setelah bersalin

akan memperlancar keluarnya ASI

(Manuaba, 2006). Dampak tidak melakukan

perawatan payudara antara lain: ASI tidak

lancar, puting susu tidak menonjol sehingga

bayi sulit mengisap, produksi ASI sedikit

sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi

(Saryono & Dyah, 2009).

5. Hubungan Anatomis Buah Dada dengan Kecukupan ASI

Bentuk puting tidak selalu

berpengaruh pada proses laktasi. Pada

ujung puting susu terdapat 15-20 muara

lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola

mengandung sejumlah kelenjar lemak.

Kelenjar lemak merupakan kelenjar


Montgomery yang berfungsi sebagai

kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan

agar puting tetap lunak dan lentur. Di

bawah areola saluran yang besar melebar,

disebut Sinus Laktiferus. Di dalam dinding

alveolus maupun saluran-saluran, terdapat

otot polos yang bila berkontraksi memompa

ASI keluar (Pitriani & Andriani, 2014,

p.20).

Bila payudara terlalu penuh hingga

mengeras, puting susu akan melesak masuk

sehingga bayi tidak dapat mengisap secara

benar. (Karyani, Levi, Yuliana, Ramelan

dan Noomi, 2007, p.217).

6. Hubungan Faktor Istirahat dengan Kecukupan ASI

Menurut Indivara (2009, p.28) ibu

menyusui perlu istirahat cukup untuk

menekan stress yang akan menghambat

produksi ASI. Jadi sesuaikan waktu ibu

dengan dengan waktu tidur buah hati dan

istirahat 7-8 jam sehari. Relaks dan percaya

diri akan melancarkan produksi ASI.

Faktor lain yang mempengaruhi


produksi ASI yaitu status pekerjaan. Ibu

yang tidak bekerja mempunyai waktu yang

banyak utuk beristirahat, sehingga ibu tidak

terlalu capek dan akan mempengaruhi pada

pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin

(Riksani, 2011).

Hubungan Faktor Isapan dengan Kecukupan ASI

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Tauriska dan Umamah tentang

hubungan antara isapan bayi dengan

produksi ASI.

Pelepasan ASI berada di bawah

kendali neuroendokrin. Rangsangan

sentuhan pada payudara sehingga semakin

sering bayi menyusu semakin banyak

prolaktin yang diproduksi sehingga makin

banyak produksi ASI (Pitriani & Andriani,

2014, p.22).

Kemampuan isapan dan menelan

dapat merangsang produksi ASI sehingga

membantu bayi mendapatkan ASI yang

cukup.

Hubungan Faktor obat-obatan dengan Kecukupan ASI


Pemakaian obat-obatan selama masa

laktasi harus terukur dan hati-hati. Obat

yang dikonsumsi ibu dapat diekskresikan

dalam cairan ASI, meskipun yang akan

termakan oleh bayi hanya 0,001-0,5% dari

dosis obat yang dimakan ibu. (Subakti dan

Anggarani, 2007, p. 125).

Obat-obatan yang merupakan

kontraindikasi selama menyusui seperti :

antineoplastik & antimetabolit,

bromokriptin, kloramfenikol, simetidin,

klemastin, ergotamin, etil biskoumasetat,

metimazol, isotretinoin, (Proverawati &

Rahmawati, 2010, p.99). Sedangkan obatobatan

yang diperboleh untuk ibu menyusui

adalah seperti asetaminofen, asiklovir,

laksatif, diuretic, ibuprofen, antikoagulan,

antikonvulsan, antihistamin, kortison

vaksin dan vitamin yang merupakan obatobatan

dengan penggunaan jangka pendek

(Karyani, Levi, Yuliana, Ramelan dan

Noomi, 2007, p.217).

Rey. R, & Sufriani. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Asi dengan Kecukupan
Asi. Diakses tanggal 25 Agustus 2021. https://www.jim.unsyiah.ac.id

Anda mungkin juga menyukai