Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ETNOBOTANI

KOMPONEN PEMBENTUK SIMPLISIA YANG DIGUNAKAN OBAT OLEH


MASYARAKAT

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Ketut Srie Marhaeni Julyasih, M.Si

Disusun Oleh

Ni Ketut Juli Padma Heri (1913091003)

Defri Tatarwan (1913091002)

Gede Ari Rama Artana (1913091011)

Maulana Fajar Shodiq (1713091008)

V BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung
Kertha Wara Nugraha Beliau, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Ketut Srie Marhaeni Julyasih,
M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Etnobotani (teori) yang telah membimbing dan
mendidik kami demi kelancaran penyusunan tugas makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etnobotani (teori). Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
terutama dalam menambah pengetahuan mengenai komponen pembentuk simplisia dan
simplisia yang digunakan obat di masyaraat. Kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna oleh karena itu, kami mengharapkan adanya saran atau kritik yang
positif dan membangun dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Singaraja, 18 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan ………………………………………………………………………... 2

1.4 Manfaat ………………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Komponen PembentukSimlisia ……………….......………………….…….. 3

2.2 Simplisia yang Digunakan Obat di Masyarakat …….………..…..…………. 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….. 12

3.2 Saran………………………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia saat ini. Bahkan setiap rumah
pasti memiliki satu obat untuk mengobati penyakit mereka yang bisa saja datang kapan saja.
Peredaran obat sangat luas hingga terdapat berbagai macam, jenis, merk, dan kegunaan yang
ada di masyarakat saat ini. Sebagian besar obat yang ada adalah obat kimia yang dibuat oleh
pabrik dengan percampuran berbagai bahan kimia. Selain itu juga terdapat obat herbal yang
dibuat dari ekstrak-ekstrak bahan alami untuk diambil kandungannya dan diolah menjadi
serbuk, pil, atau cairan. Namun pada masa modern ini sangat sulit dicari obat yang dibuat
dari bahan alami tanpa melalui pengolahan.
Jika ingin menemukan obat atau bahan alami yang digunakan sebagai obat tanpa
melalui tahap pengolahan maka dapat dicari pada jamu tradisional. Bahan alami yang
digunakan untuk obat atau pengobatan tanpa melalui tahap pengolahan seperti pengeringan,
ekstraksi, atau penambahan bahan kimia disebut simplisia. Penemuan simplisia pada tanaman
obat didapatkan ketika tanaman setelah dipanen langsung dilakukan penelitian dengan
kontrol yang ketat. Simplisia dapat ditemukan pada tumbuhan, hewan maupun mineral murni
yang tidak diolah sebelumnya. Jika dibandingkan dengan obat yang mengandung bahan-
bahan kimia, simplisia lebih banyak mengandung zat-zat tanpa efek samping. Agar dapat
bermanfaat dengan maksimal simplisia harus memenuhi syarat sebagai simplisia yang aman,
berkhasiat dan bermutu dengan baik. Sehingga pada masa sekarang banyak penelitian yang
dilakukan untuk menemukan simplisia pada beberapa bahan yang ada di alam.
Untuk memenuhi syarat sebagai bahan yang tidak mengandung bahaya bagi
kesehatan serta masih mengandung bahan aktif yang berkhasita bagi kesehatan, perlu
diketahui komponen-komponen yang terkandung dalam simplisia bahan tertentu. Setelah itu
baru dapat digunakan sebagai obat tradisional. Simplisia yang dapat digunakan sebagai obat
dapat bermanfaat bagi masyarakat. Terutama dalam penyembuhan penyakit ringan tanpa
ketergantungan dengan obat kimia yang banyak memberikan efek samping.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Apa saja komponen pembentuk simplisia ?
2. Bagaimana simplisia yang digunakan obat di masyarakat ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui komponen pembentuk simplisia.
Untuk mengetahui simplisia yang digunakan obat di masyarakat

1.4 Manfaat
Adapun makalah ini akan memberikan manfaat bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan tentang ilmu komponen pembentuk simplisia dan simplisia digunakan obat di
masyarakat. Sehingga obat tradisional dapat kembali dikembangkan dan dimanfaatkan di
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komponen Pembentuk Simplisia


Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat tradisional dan
belum mengalami perubahan proses apapun. Menurut Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (1983) simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun dan berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia juga
dapat diartikan sebagai produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca
panne dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk yang siap dipakai atau
siap diproses selanjutnya.

Proses panen dan preparasi simplisia merupakan proses yang menentukan mutu
simplisia meliputi komposisi senyawa kandungan, kontaminasi, stabilitas bahan. Standarisasi
simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang digunakan untuk obat sebagai bahan
baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi
Departemen Kesehatan. Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi harus
memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku. Simplisia
harus memenuhi parameter-parameter standar umum diantaranya kebenaran jenis, bebas dari
kontaminasi kimia dan biologi serta stabilitas. Parameter dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1. Parameter non spesifik yaitu berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisik yang
akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas

2. Parameter spesifik yaitu berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologis

Simplisia dibedakan menjadi 3 jenis yakni simplisia nabati, simplisia hewani, dan
simplisia mineral/pelikan
A. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudut tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura folium. Simplisia
nabati sering berasal dan berupa seluruh bagian tumbuhan, tetapi sering berupa
bagian atau organ tumbuhan seperti akar, kulit akar, batang, kulit batang kayu, bagian
bunga dan sebagainya.

B. Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak
ikan dan madu

C. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni. Contohnya serbuk seng dan tembaga.

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaanya, maka


simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk memnuhi persyaratan minimal
tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain :

a. Bahan baku simplisia


b. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
c. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia
Berikut ini adalah 12 macam simplisia nabati yang berasal dari bagian-bagian
tanaman obat :

1. Herba

Herba adalah seluruh bagian tanaman obat yang digunakan, mulai dari akar, batang,
daun, bunga, hingga buahnya. Contoh simplisia herba yang sering digunakan yaitu
pegagan dan jombang.

2. Daun (folium)

Daun adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan dalam cara membuat
ramuan tradisional. Simplisia ini bisa berupa daun yang masih segar atau sudah
dikeringkan, dapat juga berupa pucuk daun seperti teh, atau daun yang sudah tua
seperti daun salam.
3. Bunga (flos)

Bunga yang dimanfaatkan sebagai simplisia bisa berupa bunga tunggal atau
majemuk. Contoh simplisia bunga yang sering dijadikan bahan resep herbal adalah
bunga widuri dan bunga kembang sepatu.

4. Buah (fruktus)

Buah yang digunakan untuk simplisia biasanya adalah buah yang sudah masak atau
matang. Contoh simplisia buah yang kerap digunakan ialah buah mengkudu dan
nanas.

5. Kulit buah (pericarpium)

Kulit buah yang digunakan sebagai simplisia biasanya diambil dari buah yang sudah
matang. Contoh simplisia kulit buah yang kerap dijadikan bahan ramuan herbal
adalah kulit buah jeruk.

6. Biji (semen)

Biji yang dimanfaatkan untuk simplisia umumnya berasal dari buah yang sudah
matang. Contoh simplisia biji yang acap kali dimanfaatkan yaitu biji asam jawa dan
biji jali.

7. Kulit kayu (cortex)

Simplisia dari kulit kayu berasal dari bagian terluar dari batang pada tumbuhan
tingkat tinggi (tumbuhan berbiji). Contoh simplisia kulit kayu yang sering dijadikan
bahan ramuan tradisional adalah kulit kayu manis dan kulit kayu pohon asam jawa.

8. Kayu (lignum)

Kayu yang umumnya dipakai untuk simplisia ialah kayu tanpa kulit. Kayu biasanya
dipotong miring agar permukaannya menjadi lebar. Kadang simplisia ini dapat berupa
serutan kayu. Contoh dari simplisia kayu antara lain kayu secang dan kayu cendana.

9. Akar (radix)
Akar biasanya terdapat di dalam tanah. Dalam cara membuat ramuan tradisional, akar
yang digunakan dapat berasal dari tanaman rumput, perdu, atau tanaman berkayu
keras. Simplisia akar diambil ketika proses pertumbuhannya terhenti. Contoh
simplisia akar yang sering digunakan yaitu akar tanaman kompri.

10. Umbi (tuber)

Umbi dibedakan menjadi umbi batang dan umbi akar. Simplisia umbi diambil dengan
dipotong miring agar permukaannya menjadi lebar. Jika umbi bersifat toksik (ada
racunnya), maka perlu diproses dulu dengan direndam atau dikukus. Contoh umbi
akar serabut yaitu singkong, contoh umbi akar tunggang ialah lobak, sedangkan umbi
batang adalah kentang dan Sarang Semut Papua.

11. Rimpang (rhizome)

Rimpang adalah batang dan daun yang ada di dalam tanah, bercabang, dan tumbuh
mendatar. Dari ujung rimpang dapat muncul tunas tumbuh ke atas tanah dan
berkembang menjadi tumbuhan baru. Contoh simplisia rimpang yang umum
dimanfaatkan ialah kunyit.

12. Umbi lapis (bulbus)

Umbi lapis merupakan batang beserta daunnya yang berubah bentuk menjadi umbi
berlapis karena daunnya tebal, lunak, dan berdaging. Contoh simplisia umbi lapis
yang dijadikan bahan resep herbal yaitu bawang bombai dan bawang merah.

Berikut merupakan proses pembuatan simplisia :

1. Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi basah
dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotoran lainnya harus
dibuang. Tanah yang mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang
tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dan tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
2. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan mata
air, air sumur dan PDAM, karena air untuk mencuci sangat mempengaruhi jenis dan
jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian
kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan
air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan
mikroba. Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air yang
mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin

3. Perajangan

Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk memperoleh proses


pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan
dikeringkan maka semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu
pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga menyebabkan berkurangnya
atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi
komposisi, bau, rasa yang diinginkan

4. Pengeringan

Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai berikut:

- Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang
dan bakteri.
- Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat
aktif.
- Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah
disimpan, tahan lama, dan sebagainya)
5. Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.


Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang
rusak. Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering

6. Penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
simplisia satu dengan lainnya. Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan
sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak bereaksi dengan bahan
lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba,
kotoran, serangga, penguapan bahan aktif serta dari pengaruh cahaya, oksigen dan
uap air

Berikut dapat dijelaskan contoh komponen simplisia suatu jamu yang tersusun atas
beberapa komponen-komponen. Jamu yang di uji coba mempunyai komponen penyusun
yaitu Foeniculli fructus dan Cardamomi fructus.

1. Foeniculli fructus

Jika dilihat secara mikroskopis memiliki beberapa fragmen yaitu 1) Fragmen


epidermis kulit biji berdinding tebal bebentuk memanjang. 2) Fragmen lapisan sel
yang mengandung minyak atsiri. 3) Fragmen sklerenkim palisade yang terlihat
tangansial berbentuk polygonal. 4) Fragmen farisperm yang penuh dengan butir
pati kecil. 5) Fragmen serabut sklerenkim dari berkas pembuluh pada mesokarp.
6) Fragmen sel batu pada masokarp. 7) Fragmen selaput biji. 8) Sel endoderm
dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma

2. Cardamomi fructus

Serbuk berwarna coklat kekuningan. Fragmen pengenal adalah jaringa endosperm


berdinding tebal, berisi minyak lemak dan butir-butir aleuron yang berisi hablur
kalsium oksalat berbentuk roset kecil; saluran minyak berwarna kuningan atau
kecoklatan parenkim berpenebalan jala berwarna kecoklatan, serabut bernoktah
sempit; endocarp dengan kelompok sel-sel berbentuk hampir tetrahedral tersusun
berlainan arah. Tidak terdapat rambut atau pati.
2.2 Simplisia yang Digunakan Obat di Masyarakat
Simplisia merupakan bentuk kering dari tumbuhan obat, dimana bentuk, aroma, rasa
masih tampak seperti aslinya, karena simplisia merupakan usaha pengawetan tumbuhan obat
dengan cara menurunkan kadar airnya sehingga komponen kimia yang dikandung tanaman
obat tersebut tidak berubah selama waktu penyimpanan sebelum obat tersebut dikonsumsi.
Simplisia yang banyak digunakan obat di masyarakat adalah simplisia jenis nabati. Hal ini
karena jenis simplisia ini banyak terdapat pada tumbuhan. Selain itu simplisia yang
didapatkan dari tanaman telah sejak dulu dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Simplisia
yang didapatkan dari tumbuhan memiliki efek samping yang sangat sedikit. Berikut
merupakan simplisia yang sering sebagai obat di masyarakat yaitu

A. Simplisia Rimpang Atau Empon-Empon

1. Simplisia jahe mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa-senyawa


seskuiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol,
sitral, zingiberal, felandren. Disamping itu terdapat juga pati, damar, asam-asam
organik seperti asam malat dan asam oksalat, Vitamin A, B, dan C, serta
senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Rimpang jahe memiliki banyak
kegunaan, antara lain untuk obat sakit kepala, masuk angin, untuk memperkuat
lambung (sebagai stomachikum), dan menambah nafsu makan (stimulansia). Juga
digunakan untuk mengobati rematik, kolera, difteria, neuropati, sebagai penawar
racun ular, dan sebagai obat luar untuk mengobati keseleo, bengkak dan memar.
Kandungan flavonoid dalam jahe dapat menjadi antioksidan. Antioksidan adalah
senyawa yang melindungi sel melawan radikal bebas, seperti oksigen singlet,
superoksida, radikal peroksil, radikal hidroksil dan peroxynitrite. Antioksidan
menstabilkan radikal dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki
radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan
radikal bebas yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan sel.

2. Simplisia kencur memiliki kandungan kimia dari minyak atsiri dan senyawa aktif
lainnya. Komponen utama minyak atsiri (1,11 % b/v) yang diekstrak dari rimpang
kering Kaempferia galanga L. adalah etil pmetoksisinamat (EPMS) (31,77%)
metil sinamat (23,3%), carvone (11,13%), eucalyptol (9,59%), dan pentadecane
(6,41%). Sedangkan komponen aktif senyawa lain berupa saponin, flavonoid dan
polifenol. Secara empirik kencur telah dimanfaatkan sebagai tonikum, sebagai
obat bengkak, reumatik, obat batuk, obat sakit perut, menghilangkan keringat,
penambah nafsu makan, infeksi bakteri, ekspektoran (memperlancar keluarnya
dahak), disentri, karminatif, menghangatkan badan, pelangsing, penyegar,
mengobati luka.

B. Simplisia Akar

1. Akar alang-alang mengandung polifenol yang merupakan suatu senyawa yang


sering ditemukan pada tumbuhan, polifenol merupakan metabolit sekunder dari
tumbuhan dan umumnya terlibat dalam pertahanan terhadap radiasi ultraviolet
atau serangan dari patogen.Senyawa polifenol memiliki manfaat dalam
pencegahan berbagai penyakit, seperti penyakit kanker, kardiovaskular, diabetes,
osteoporosis dan penyakit neurodegeneratif.

C. Simplisia Biji

1. Biji asam jawa setelah melalui uji fitokimia menunjukkan bahwa Tamarindus
indica memiliki berbagai kandungan sebagai berikut : senyawa fenol, glikosida,
mallic acid, tartaric acid, getah, pectin, arabinosa, xylosa, galaktosa, glukosa, dan
uronic acid. Uji identifikasi senyawa metabolit sekunder menunjukkan simplisia
mengandung golongan flavonoid, alkaloid, saponin, polifenol dan tanin. Hal ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa daun asam Jawa
mengandung golongan flavonoid, fenol, terpenoid, dan steroid/triterpenoid.
Mekanisme kuersetin sebagai antioksidan sekunder adalah dengan cara memotong
reaksi oksidasi berantai radikal bebas atau dengan cara menangkapnya. Ekstraksi
kuersetin dilarutkan dalam pelarut metanol. Pelarut yang digunakan adalah pelarut
yang dapat menyari sebagian besar metabolit sekunder yang diingikan dalam
simplisia Metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga dapat
melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar. Metanol dapat menarik
alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman.

D. Simplisia Daun
1. Senyawa-senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun kumis kucing antara
lain alkaloid, tannin, flavonoid, saponin, terpenoid, steroid dan minyak atsiri.
Beberapa khasiat tanaman kumis yaitu: sebagai antioksidan karena memiliki
aktivitas antoksidan yang tinggi dan mempunyai aktivitas hepatoprotektif karena
dapat menurunkan kadar bilirubin pada tikus yang terkena jaundice. Ektrak daun
kumis kucing juga berfungsi sebagai diuretik yang bermanfaat dalam pengobatan
batu ginjal, pembilasan ginjal dan saluran kemih.

E. Simplisia Batang

1. Batang cendana mengandung kandungan seskiterpena di atas 90% dengan


santalol (a- dan Psantalol) sebagai komponen utama. Alpha dan p- santalol
merupakan komponen karakteristik yang dijadikan sebagai tolok ukur dari
kualitas minyak cendana. Minyak cendana dapat digunakan untuk mengatasi
penyakit kencing nanah atau gonorrhea. Penggunaan minyak cendana untuk
mengatasi kencing nanah didukung oleh hasil penelitian Okazi dan Oshima
(1953) yang menyatakan bahwa minyak cendana memiliki aktivitas sebagai
antibakteri. Komisi E Monografi Tumbuhan Obat, Jerman, merekomendasikan
penggunaan minyak cendana 1-1,5 gram secara internal untuk membantu
penyembuhan infeksi saluran urin sebagai penyebab kencing nanah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Sumber materi yang digunakan dalam pembuatan makalah sebaiknya lebih
banyak lagi untuk melengkapi materi dalam makalah.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi,E. 2020. Jarang terdengar, 15 tanaman obat ini ternyata kaya manfaat

Ikhsania,A.A. 2020 .14 Jenis Tanaman Obat-obatan yang Wajib Ada di Rumah Anda

Gunmay,A. 2021 .Eksilopedia Tanaman Obat Meniran Khasiat dan Manfaatnya

Novita,A. 2020 .Khasiat Tanaman Andaliman Bagi Kesehatan Menurut Orang Batak

Silalahi, M., 2015, Etnobotani Di Indonesia dan Prospek Pengembangannya, Prosiding, FKIP
UKI
Hakim, L., 2014, Etnobotani dan Manajemen Kebun Pekarangan Rumah. Malang : Penerbit
Selaras
Silalahi, M., 2020, Diktat Etnobotani, Universitas Kristen Indonesia

Anda mungkin juga menyukai