Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Laki-laki 45 tahun datang ke praktek drg. dengan keluhan ingin
mencabutkan gigi sisa akar depan atas. Pada anamnesa didapatkan bahwa
pasien belum pernah melakukan tindakan penyabutan gigi, pasien pernah
melakukan tindakan ekstraksi gigi 41± 6 bulan yang lalu di praktek dokter
gigi namun tertunda karena immediate injeksi anestesi infiltrasi labial,
pasien merasa bibir bawah depannya sangat gatal dan disertai muncul rasa
dibagian tubuh, karena kejadian tersebut dokter gigi yang merawat
memutuskan untuk menunda tindakan.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Macam dan jenis larutan anestesi?
2. Apakah pasien mengalami alergi terhadap bahan anestesi tersebut?
3. Bahan anestesi apa yang digunakan untuk pasien alergi? Dan juga apa
tindakan alternatifnya?
4. Sampai kapan drg menunda tindakan pencabutan?
5. Bagaimana SOP injeksi yang baik dan benar?
6. Apa yang terjadi kalau pasien tetap dilakukan ekstraksi dengan anestesi
yang alergi?
7. Kenapa rasa gatal sampai menjalar kebagian tubuh yang lainnya?
8. Indikasi dan kontraindikasi anestesi?
9. Kapan harus dilakukan injeksi?
10. Mekanisme obat anestesi?
11. Apa yang dilakukan drg bila pasien alergi terhadap anestesi?
12. Selain gatal reaksi apa saja yang dapat terjadi pada pasien alergi?

1
1.3 Analisis Masalah
1. →Anestesi blok: untuk regio tertentu
→anestesi infiltrasi: untuk cakupan pendek
→anestesi topikal: anestesi yang disemprotkan ke bagian yang ingin
dianestesi.
Lidokain, epineprin
ester: procain →bisa menyebabkan alergi
amida: villocain
2. → Kemungkinan ‘Iya’ karena kemungkinan drg menggunakan anestesi
berbahan ester.
→Karena berkaitan dengan hipersensitivitas tipe 1
3. Alternatifnya dengan anestesi topikal dengan kandungan etil chlorida.
4. SB
5. Blok mandibula dengan cara:
• Siapkan alat dan bahan
• Sterilkan alat
• Suntikan jarum di jalur trigonum
Sudut penyuntikannya 15°-30°
Larutan anestesi disuntikan diujung saraf terminal
Jangan terburu-buru, suntikan secara perlahan agar tidak ada trauma dan
shock pada pasien.
6. Tidak efektif dalam pencabutan bisa menyebabkan toksik bagi tubuh
pasien
7. Adanya reaksi hipersensitivitas tipe 1 contohnya urtikaria
8. Indikasi: untuk tindakan medis operasi (odontektomi), untuk pasien anak-
anak, pasien dengan kelainan pembekuan darah.
Kontraindikasi: Hipertensi, diabetes mellitus.
9. Injeksi dilakukan saat sebelum melakukan ekstraksi gigi
10. Menghambat impuls saraf di akson→menghambat ion natrium→impuls
saraf tidak tersampaikan.

2
11. Menunda ekstraksi
diberi antihistamin
12. Gejalanya mual, muntah, kejang-kejang, shock, rasa sakit.

1.4 Problem Tree

1.5 Sasaran Belajar


1. Menjelaskan Definisi Anastesi Lokal
2. Menjelaskan Jenis-jenis Anastesi Lokal
3. Menjelaskan Mekanisme Kerja Anestesi Lokal
4. Menjelaskan Indikasi dan Kontraindikasii Anastesi
5. Menjelaskan Cara Melakukan Anastesi Lokal
6. Menjelaskan Bahan yang Sering Digunakan Anastesi Lokal
7. Menjelaskan Efek anestesi Lokal
8. Menjelaskan Reaksi Hipersensitivitas Type I
9. Menjelaskan Penanganan Pasien Alergi Anestesi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anestesi Lokal


Tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu bagian
tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa
menghilangkan kesadaran.1

2.2 Jenis-jenis Anestesi Lokal


1.Anastesi Topikal, merupakan teknik yang tidak banyak
membutuhkan keterampilan. Anastesi local ini di absorsi melalui
mukokutan yang menyebabkan free end nerv mati rasa.
2. Anastesi Infiltrasi, merupakan injeksi anastesi local kepada area
kecil dan kadang di daerah yang terdapat luka. Melalui difusi pada
membrane, saraf sensoris teranastesi.
3. Anastesi Blok, merupakan anastesi local yang dilakukan pada saraf
perifer seperti pada N. alveolaris superior. Anastesi ini merupakan
anastesi paling efektif dalam menganastesi saraf sensori dan kadang
motoris.2
2.3 Mekanisme Kerja Anestesi Lokal
Anastesi lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf,
tempat kerja utamanya di aksoplasma hanya sedikit saja. Sebagaimana
diketahui, potensial aksi saraf terjadi krena adanya adanya peningkatan
sesaat (sekilas) permeabilitas membrane terhadap ion Na+ akibat
depolarisasi ringan pada membrane. Proses fundamental inilah yang
dihambat oleh anastesi local hal ini terjadi karenma adanya interaksi
langsung antara zat anastesik lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap
adanya perubahan voltase muatan listrik ( voltage sensitive channels)
dengan semakin bertambahnya efek anastesi local didalam saraf, maka
ambang rangsang membrane akan meningkat secara bertahap, kevcepatan
peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan factor

4
pengaman ( safety factor ) konduksi saraf juga berkurang. Factor – factor
ini akan mengakibatkan penurunan menjalarnya potensial aksi dengan
demikian mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.3
2.4 Indikasi dan Kontraindikasi Anestesi Lokal
*Indikasi
1.Penderita dalam keadaan sadar dan kooperatif
2 Tekniknya relatif sederhana dan persentase kegagalan dalam
penggunaannya relatif kecil
3.Pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan
4.Peralatan yang digunakan sedikit seklai dan sederhana serta obat yang
digunakan relatif murah
5.Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi
tertentu
6.Dapat diberikan pada penderita yang keadaan umumnya kurang baik,
sebab adanya pemberian obat anestesi penyimpangan fisiologi dari keadaan
normal fisiologis dari keadaan normal penderita sedikit sekali.
*Kontraindikasi
1. Terdapat suatu infeksi
2. Usia penderita terlalu tua atau di bawah umur
3. Alergi terhadap semua anastesikum
4. Anomali rahang
5. Letak jaringan anastesi terlalu dalam

2.5 Cara Melakukan Anestesi Lokal


Teknik Vazirani-Akinosi closed mouth biasanya digunakan untuk pasien yang
terbatas dalam membuka mulut, untuk menganestesi n. alveolaris inferior. Jarum
diinsersikan sejajar dengan mucogingival junction gigi molar rahang atas dalam
keadaan beroklusi, menuju pterygomandibular space, dan diberikan 2 ml
anestetik.Blok n.mental menganestesi bagian anterior mukosa bukal foramen
mental dan hingga ke garis tengah rahang. Jarum diinsersikan di mucobuccal fold
hanya di bagian anterior foramen mental.Injeksi intra pulpa untuk gigi rahang

5
bawah yang biasanya mengalami kendala dalam mendapatkan anestesi yang
dalam.Untuk itu digunakan injeksi intra pulpa untuk menangani rasa nyeri. Jarum
diinsersikan langsung ke dalam kamar pulpa, 0,2–0,3 ml anestetik dikeluarkan
dengan perlahan tanpa tekanan (5–10 detik). Teknik ini membutuhkan sedikit
anestetik, onset-nya cepat dan mudah dilakukan. Kekurangan teknik ini, hasil
akhirnya tidak dapat diprediksi (bervariasi), rasa anestetiknya kurang disukai
pasien, dan adanya rasa nyeri yang tajam selama dan sesudah pemberian anestetik
pada beberapa pasien.5
Untuk rahang bawah dapat digunakan teknik blok n. alveolaris inferior, blok
n. bukal, blok n.Mandibular, teknik Vazirani-Akinosi closed mouth, blok n.
mental, injeksi intra pulpa.Blok n.alveolaris inferior menganestesi n. alveolaris
inferior, n. lingualis dan cabang-cabang nervus terminal seperti mentale dan
insisif. Daerah yang dianestesi adalah gigi rahang bawah, bodi mandibula dan
bagian inferior ramus mandibula, mukosa bukal sampai molar pertama, 2/3
anterior lidah, jaringan lunak bagian lingual dan dasar rongga mulut.Jarum
diinsersikan paralel bidang oklusi dari sisi yang berlawanan menuju
pterygomandibular space untuk memberikan 1,5–1,8 ml anestetik.Blok n.bukal
menganestesi mukosa bukal gigi molar rahang bawah. Jarum diinsersikan ke
mukosa bukal dan distal gigi molar terakhir. Blok n. mandibular untuk anestesia
yang lengkap digunakan teknik Gow-gates technique dan extra oral approach.5
2.6 Bahan yang Digunakan untuk Anestesi Lokal
1.Anestesi Golongan Ester
 Pada saat ini obat anestesi lokal golongan ester sudah sangat jarang
dipakai semenjak ditemukannya obat-obatan sejenis dari golongan amida,
yangdipandang memiliki beberapa kelebihan dibanding golongan ester,
antara lain :
lebih poten, tidak menimbulkan masalah toksisitas yang besar, dan
tidakmenyebabkan reaksi alergi.1
Pada saat ini obat anestesi golongan ester yang masih diproduksi adalah
kombinasi procaine dan propoxycaine yang termasuk golongan ini adalah
prokain, tetrakain, kokain, dan benzokain.1

6
2.Anestesi Golongan Amida
1. Lidokain
Penggunaan lidokain sebagai larutan polos dalam konsentrasi sampai 2%
memberi efek anastesi yang pendek pada jaringan lunak. Lidokain tidak
memberikan efek yang cocok pada pulpa gigi. Sementara Lidokain cocok
untuk anastesi infiltrasi, blok, topikal.1
2. Mepivakain
Mepivikain anestetikum lokal golongan amida yang sifat farmakologiknya
mirip lidokain. Mepivikain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blok saraf
regional dan anastesi spinal.1
3. Prilokain
Anestikum lokal ini efek farmakologinya mirip dengan lidokain, tetapi mula
kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya dan efek
toksisitasnya lebih kurang dibanding lidokain. Biasanya digunakan untuk
anestesi infiltrasi dan blok.1
4. Artikain
Artikain digunakan baik untuk anestesi infiltrasi maupun blok, dengan teknik
blok menghasilkan masa kerja yang lebih lama.1
5. Bupivakain
Bupivakain memiliki mula kerja yang lambat tapi masa kerjanya panjang.
Bahan ini telah terbukti mengurangi jumlah analgesik yang digunakan untuk
mengontrol rasa nyeri pasca operasi. Bahan ini digunakan untuk anestesi
infiltrasi, blok saraf, epidural, dan anestesi intratekal.1
6. Ropivakain
Ropivakain memiliki kardiotoksisitas yang kurang dibanding bupivakain.
Bahan ini diindikasikan untuk anestesi lokal termasuk infiltrasi, blok saraf,
epidural dan anestesi pada orang dewasa dan anak di atas 12 tahun.1

7
2.7 Efek Anestesi Lokal
Penggunaan anestesi lokal untuk mengontrol rasa sakit selama
operasi dalam rongga mulut adalah prosedur yang cukup aman dan
dapat dipercaya. Meskipun demikian tetap ada kejadian tidak biasa
yang mengganggu operator jika ia belum pernah menjumpainya.
Gangguan seperti ini bisa karena injeksi anestetikum yang salah masuk
ke dalam vena, idiosinkrasi, anomali anatomi atau suatu fenomena
yang masih belum dapat dijelaskan.1
Gangguan ini tidak sama dengan sinkop yang kadang-kadang
dihubungkan dengan injeksi anestetikum lokal. Konvulsi umumnya
jarang terjadi. Gangguan timbul selama injeksi atau segera
sesudahnya, ditandai dengan gejala mengejangnya tubuh dan tangan,
bola mata berputar ke atas dan kemudian hilangnya kesadaran yang
berlangsung dalam waktu singkat. Gejalanya mirip dengan epilepsi
abortif. Sinkop tidak perlu perawatan khusus kecuali mengamati
perkembangan pasien. Apabila tidak ada kontraindikasi, operasi bisa
dilanjutkan dengan sangat berhati-hati dan dengan persiapan yang
cukup baik.1,2
2.8 Reaksi Hipersensitivitas Tipe I
Mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe 1 (anafilaktik)
A. fase sensitasi
Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat oleh
reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil.6
B. fase aktivasi
Yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang
spesifik dan sel mast maupun basofil yang melepas isinya yaitu berisikan
granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh karena ikatan silang
antara antigen dengan IgE.6

8
C. Fase efektor
Yaitu fase ketika terdapat respon yang kompleks (anafilaksis) sebagau
efek mediator-mediator yang di lepas sel mast/basofil dengan aktivitas
farmakologik.6
2.9 Penanganan Pasien dengan Alergi Anestesi
*Kegawatdaruratan
Apabila pasin mengalami syok anafilaktik, tindakan yang dilakukan
adalah8:
• Penderita langsung dibaringkan dengan posisi Trandelenberg (posisi kaki
lebih tinggi dari kepala) dengan alas yang keras
• Pemberian Oksigen melalui hidung/mulut 5-10 liter/menit. Apabila terjadi
obstruksi, dipertimbangkan untuk dilakukan instubasi endotracheal
• Pasang catheter IV (infuse) dengan cairan elektrolit seimbang (Ringer
Laktat atau NaCl 0,9%) untuk mengisi kekurangan cairan pada pembuluh
darah yang melebar, ditambah dextrose 5% sebagai tambahan nutrisi
• Medikamentosa :
• Adrenal 1:1000 sebanyak 0,3-0,5 ml secara SC atau IV pada lengan
atas/paha dan dapat diulang 2-3 kali dengan selang waktu 5-10 menit pada
keadaan yang parah sampai tekanan darah systole mencapai 100 mmHg.
• Diphenhidramine diberikan perlahan secara IV atau IM.Pemberian PO
(per oral) dengan dosis 1-2 mm/kgBB sampai dengan 50 mg dosis tunggal.
Apabila pasien tetap merasa sesak dan hipotensi masih terjadi, maka
segera rujuk.
• Kortikosteroid/hidrocortison dengan dosis 100-200 mg untuk mencegah
relaps
• Monitoring :
Observasi ketat selama 24 jam sampai keadaan fungsi membaik.
Pemeriksaan klinis yang dilakukan adalah keadaan umum pasien,
kesadaran, vital sign, produksi urin, dan keluhan lain yang menyertai

9
2.10 Tes Penunjang Untuk Pemeriksaan Pasien yang Alergi
Pemeriksaan alergi salah satunya dengan cara tes kulit yang
merupakan metode untuk mendiagnosis adanya alergi dengan respon
alergi yang terkontrol.Uji kulit biasanya dilakukan di klinik dokter.
Biasanya, tes ini berlangsung sekitar 20 sampai 40 menit.9
2.11 Jenis-jenis tes kulit(skin testing):
1.Skin Prick Test(Tes Tusuk)
Tes tusuk berguna untuk memeriksa reaksi alergi segera. Dalam
sekali pengujian dapat memuat sebanyak 40 zat yang berbeda sekaligus.
Tes ini biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi alergi terhadap serbuk
bunga, jamur, bulu kucing, dan makanan.Jenis pengujian ini menggunakan
jarum (lancets).9
2.Tes Intradermal
Tes intradermal lebih sensitif dibanding tes tusuk
- 0,02 ml alergen dalam disuntikkan secara superfisial pada kulit.
- Hasil tes positif alergi jika muncul bentol-bentol kemerahan
3. Patch Test (Tes tempel)

Tes tempel umumnya dilakukan untuk mengetahui apakah suatu


zat tertentu dapat menyebabkan alergi iritasi kulit (contact dermatitis). Tes
tempel digunakan untuk mendeteksi reaksi alergi delayed, yang bisa
memakan waktu beberapa hari untuk melihat hasilnya.9
Caranya alergen diletakan pada tempelan(patches),kemudian
ditempelkan pada permukaan kulit. Selama tes tempel, terdapat 20 sampai
30 ekstrak zat yang diujikan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak.
Misalnya obat-obatan, wewangian, pewarna rambut, logam dan resin.9

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Anestesi Lokal adalah Tindakan menghilangkan rasa sakit untuk
sementara pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan
topikal atau suntikan tanpa menghilangkan kesadaran. Jenis-jenis
anestesi lokal adalah : Anestesi topikal, Anestesi Infiltrasi, Dan
Anestesi blok. Beberapa faktor akan mengakibatkan penurunan
menjalarnya potensial aksi sehingga mengakibatkan kegagalan
konduksi saraf. Pada anastesi terdapat indikasi dan kontraindikasi
yang harus diperhatiakan oleh operator sebelum pengaplikasian.
Cara melakukan anastesi lokal ada banyak teknik, salah satunya
teknik Vazirani-Akinosi closed mouth yang digunakan pada pasien
keterbatasan membuka mulut. Selain cara, bahan yang digunakan
untuk anastesipun beragam dan harus disesuaikan dengan pasien agar
tidak memiliki efek samping atau komplikasi yang membahayakan
pasien.

3.2 SARAN
10. Untuk saran pada makalah ini yaitu dari semua pembahasan
mengenai Anastesi seperti jenis-jenis anastesi lokal, mekanisme
kerja, indikasi dan kontraindikasi, cara mengaplikasikan, bahan
yang sering digunakan, efek anestesi lokal, reaksi hipersensitivitas
type I dan penanganan pasien alergi anestesi, maka diharapkan
dapat membantu kita selaku mahasiswa kedokteran gigi agar dapat
mengaplikasikan ilmu ini pada waktu yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumawinata N. Anastesi lokal dalam perawatan konservasi gigi.


Jakarta:EGC; 2013
2. Mitchell, D A. An Introduction to oral and maxillofacial surgery. Ed 2.
CRC Press. Boca Raton : 2015
3. Obstretri Williams. 2009. Panduan Ringkas Anestesi. Jakarta : EGC
4. Howe, G.L, Whitehead, F.I. 2009. Anestesi Lokal. Edisi 3th. Hipokrates:
Jakarta.
5. Garg n.Texbook of endodontic.2011
6. Barata widjaja. 2010: 371
7. Kumar, Abbas. 2005 dan Litchman 2006.
8. Laura mitchell. Kedokteran gigi klinik edisi 5. EGC: 2015
9. Anesthesia, Paul J. Schwartz, 2013, Volume 25, No.3

12

Anda mungkin juga menyukai