Anda di halaman 1dari 52

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BIG ASSIGNMENT OF STEEL


STRUCTURE

2 STORES BUILDING PLANNING

ARRANGED BY:
1. Yohanes Usman Nandyanto (1431900009)
2. Heningtyas Rofi Hana (1431900032)
3. Boyke Mangaratua Nainggolan (1431900116)

STEEL STRUCTURE II
(433063)

IN CLASS
1. Pendahuluan
Untuk meberikan kemampuan penguasaan materi secara utuh baik pemahaman teori, dan
kemampuan implementasi dalam perancangan terkait materi yang telah dipelajari :
-Elemen batang Tarik, elemen batang tekan, Elemen batang lentur, Geser, Torsi, dan
elemen yang terbebani gaya gaya kombinasi dari Axial, lentur , dan Torsi.
- Pemahaman Untuk konsep struktur tahan Gempa : ( pada bangunan dengan KDS
rendah sampai Sedang) - Sambungan.

Maka mahasiswa secara team Work diberikan tugas untuk mendesain sebuah
bangunan Gedung Bertingkat yang meliputi : sistim atap, Sistim struktur utama, Brucing
(untuk yang menggunakan sistim Brucing), dan sistim tumpuannya.

2. Ketentuan Tugas.
Tugas bersifat dikerjakan Tim dengan kelompok 3 sampai dengan 4 Mahasiswa setiap Tim
Work. Tugas Besar yang dikerjakan oleh setiap Tim Work memiliki sifat ukuran yang berbeda
dan sistim strukturnya diarahkan untuk 2 sistim struktur penahan gempa yaitu sistim Struktur
Rangka Momen dan Rangka terbreis
.
Ukuran struktur baik lebar, panjang, ketinggian setiap lantai,jumlah lantai, sistim
tumpuan dapat diusulkan.
Sistim struktur yang diarahkan adalah sistim struktur yang diakui oleh SNI 7860
tahun 2020 pada BAB E sub E1 dan E2, Pada BAB F sub F1 dan F2. (Pada tugas perancangan
Baja 2 masih dibatasi untuk bangunan yang memiliki KDS A,B dan C yaitu kondisi
kegempaan yang rendah dan Sedang).
Sistim tumpuan boleh diasumsikan yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan yang
diedealisasikan sebagai Sendi atau Jepit.

3. Susunan Pelaporan
Sampul Laporan Tugas
Daftar Isi
Daftar
Gambar
Daftar Tabel
Kata
Pengantar
BAB I Pendahuluan
1.1 Pendahuluan / Introduction ( menggambarkan bangunan yang akan didesain dan
disertai Justifikasi pemilihan sistim atap, profil yang digunakan, mutu baja yang
digunakan, sistim dinding, dan Pondasi)
1.2 Deskripsi dan Fungsi Bangunan dan Strukturnya/Description of Building and
Structure
1.2.1 Fungsi Gedung( Example:ruko, perkantoran)
1.2.2 Klasifikasi penggunaan Gedung / Classification of all Building by Use or
Occupancy (terkait dengan kegempaan)

1.3 Peraturan Peraturan Yang digunkan / Code reference (termasuk peraturan


pemebanan)
1.4 Parameter desain / Design Parameters (terkait dengan kegempaan dan Beban
Angin, kombinasi beban, Material yang digunakan)
1.5 kriteria desain / Structural Design Criteria (sesuai dengan kategori sistim struktur
yang terkait dengan kegempaan yang ditrapkan (pilih diantara E1,E2,F1,F2 SNI
7680)
BAB II Pembebanan ( Beban Mati, Beban Hidup, Beban Angin, dan Beban

Gempa) BAB III Analisa Gaya gaya Dalam

3.1 Konsep preliminy ukuran ukuran Profil yang digunakan, daftar Profil yang digunakan
3.2 Metode Analisa dan software yang digunakan
3.3 Analisa struktur struktur sekunder
3.4 Analisa struktur Struktur Atap
3.5 Analisa Struktur Utama ( Brucing , Balok dan Kolom)
3.6 Reaksi reaksi Tumpuan

BAB IV Analisa Stabilitas


4.1 Aanalisa stabilitas Sistim Atap
4.2 Analisa Stabilitas Struktur utama (Rangka, Balok, Kolom)
4.3 Analisa Stabilitas persyaratan stabilitas Driff
4.4 Analisa stabilitas Sambungan ( sambungan g, rafter ke Kolom dan Rafter ke Rafter,
sambungan antar elemen truss)
4.5 Analisa stabilitas

Tumpuan BAB V Gambar

Detail

Cantoh sampul dan Susunan penulisan (ikuti arahan diatas)


ATTACHMENT OF BUILDING DESIGN PROVISIONS
(The proposed one is accompanied by the size of the building)

Sketch Plan Drawing

Front Look Design


Side View
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Semakin meningkatnya perekonomian di Indoensia memicu pertumbuhan dan pembangunan
pertokoan pun semakin banyak. Hal tersebut mengakibatkan kebutuhan bangunan pertokoan
sebagai penunjang sarana jual beli ikut meningkat. Dengan permasalahan lahan yang terbatas,
maka alternatifnya penulis membuat bangunan pertokoan tingkat dua. Hal tersebut mendorong
para perencana bangunan untuk membuat bangunan tingkat tinggi tahan terhadap kekuatan
gempa. Kondisi tektonik Negara Indonesia terletak pada pertemuan lempeng besar dunia dan
beberapa lempeng kecil atau microblocks (Bird,2013), hal tersebut menyebabkan daerah tersebut
berpotensi mengalami banyak kejadian gempa. Indonesia dikelilingi oleh empat lempeng utama
yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Pasifik.
(Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017)

Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada dibagian paling atas, yang
berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga
memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan, untuk perencanaannya atap ini haruslah
diperhitungkan dan harus mendapat perhatian yang khusus dari perencana (arsitek). Karena dilihat dari
penampakannya ataplah yang paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap yang
memperhatikannya.Untuk itu dalam merencanakan bentuk atap harus mempunyai daya arstistik.Bisa
juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari suatu bangunan rumah. Pada tugas ini desain atap
yang Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada dibagian paling atas,
yang berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga
memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan, untuk perencanaannya atap ini haruslah
diperhitungkan dan harus mendapat perhatian yang khusus dari perencana (arsitek). Karena dilihat dari
penampakannya ataplah yang paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap yang
memperhatikannya. Untuk itu dalam merencanakan bentuk atap harus mempunyai daya arstistik.Bisa
juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari suatu bangunan rumahdigunakan adalah desain
atap sandar. Desain atap sandar dipilih karena biaya yang terjangkau dan mempermudah aliran hujan.
Jenis pondasi yang digunakan adalah tipe pondasi footplate beton bertulang. Dengan
menggunakan mutu baja BJ 41 dengan nilai Fy 250 MPa.

1.2 2 Deskripsi dan Fungsi Bangunan dan Struktur


1.2.1 Fungsi Gedung
Fungsi Gedung : Pertokoan

1.2.2 Classification of all Building by Use or Occupancy


Berdasarkan SNI-1726-2012 Kategori resiko penggunaan gedung adalah kategori II.
1.3 Peraturan Peraturan Yang Digunakan
1. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Gedung (SNI 1726-2019)

2. Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung 2012 (SNI 1726-2013)

3. Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural (SNI 1729:2015)

4. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD – 2008

5. Persyaratan Beton Struktral untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2019).

6. Dan peraturan serta kaidah lainnya yang berkaitan

1.4 Parameter Desain


Kombinasi pembebanan Struktur didisain menurut Tata Cara Perhitungan Struktur Untuk Bangunan
Gedung

a. Beban Mati (DL) Beban Mati adalah segala sesuatu bagian struktur yang bersifat tetap, termasuk
dalam hal ini berat sendiri struktur. Sebagai contoh adalah berat sendiri balok, kolom, pelat lantai dan
dinding. Contoh lain adalah atap, dinding, jendela, plumbing, peralatan elektrikal, dan lain-lain sesuai
dengan peraturan pembebanan indonesia dan berat jenis bahan yang dipakai

b. Beban Hidup (LL) Beban Hidup adalah beban yang berubah ubah pada struktur dan tidak tetap.
Termasuk beban berat manusia dan perabotnya atau beban menurut fungsinya. Beban hidup yang
dipakai adalah berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia. Sebagai contoh adalah Rumah tingal,
Perkantoran, Fasilitas umum, dll.

c. Beban Angin (W) Untuk memperhitungkan pengaruh dari angin pada struktur bangunan, pedoman
yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut : -Tekanan tiup angin harus
diambil minimum 25 kg/m2 -Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai,
harus diambil minimum 40 kg/m2

d. Beban Gempa (E) Beban gempa pada perencanaan struktur bangunan ini ditinjau secara analisa
dinamis 3 dimensi. Fungsi response spectrum ditetapkan sesuai peta wilayah gempa yang direncanakan.
Sesuai SNI gempa untuk struktur bangunan gedung. Page 20 of 30

e. Kombinasi Pembebanan berdasarkan SNI 1727-2013 1)

Kombinasi dan faktor untuk kondisi beban tetap :

- 1 DL + 1 LL

- 1.2 DL + 0.6 LL

2) Kombinasi dan faktor untuk kondisi beban sementara akibat angin :

- 1.2 DL + 1.6 LL + 0.8 W


- 1.2 DL + 1.6 LL - 0.8 W

3) Kombinasi dan faktor untuk kondisi beban sementara akibat gempa :

- 1.2 DL + 1 LL + 1 E

- 1.2 DL + 1 LL - 1 E

Spesifikasi bahan

Adapun spesifikasi bahan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut :

a. Beton (Mutu beton yang digunakan adalah) :

- Untuk pondasi strous dan poer digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa

- Untuk plat lantai digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa

b. Baja Tulangan (Mutu beton yang digunakan adalah) :

- Untuk baja tulangan < 13 mm digunakan baja U 24, fy = 240 MPa

- Untuk baja tulangan > D 13 mm digunakan baja U 39, fy = 390 Mpa

c. Struktur Baja

- Mutu baja yang digunakan,

BJ 41 ( fy = 250 Mpa = 2550 kg/ cm2)

(fu = 400 Mpa = 4078 kg/cm2 )

1.5 Kriteria Desain


Kriteria desain gedgung pertokoan menggunakan LFRD
BAB II

PEMEBEBANAN

2.1 Data Perencanaan


Dari data gambar yang ada diperoleh data – data yang dipakai oleh perencana sebagai data awal
perencanaan :

a. Fungsi bangunan : Pertokoan

b. Lebar bangunan : 24 m

c. Panjang bangunan : 12 m

d. Tinggi bangunan : 8 m

2.2 Sistematika Perencanaan


Didalam perencanaan ini dibuat sistematika perencanaan sebagai berikut :

a. Perhitungan beban – beban mati, hidup dan gempa

b. Permodelan Struktur 3 dimensi menggunakan software

c. Perhitungan Analisa Gaya Dalam

d. Perhitungan Analisa Stabilitas

2.3 Adapun Spesifikasi Bahan Yang Digunakan Dalam Perencanaan Ini Adalah
Sebagai Berikut :
a. Beton (Mutu beton yang digunakan adalah) :

- Untuk pondasi strous dan poer digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa

- Untuk plat lantai digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa

b. Baja Tulangan (Mutu beton yang digunakan adalah) :

- Untuk baja tulangan < 13 mm digunakan baja U 24, fy = 240 MPa

- Untuk baja tulangan > D 13 mm digunakan baja U 39, fy = 390 Mpa

c. Struktur Baja

- Mutu baja yang digunakan,

BJ 41 ( fy = 250 Mpa = 2550 kg/ cm2)


(fu = 400 Mpa = 4078 kg/cm2 )

2.4 Perhitungan Pembebanan Gravitasi


2.4.1 Portal Memanjang Lantai
Beban mati :

 Pelat lantai = 2 m x 0,12m x 2400kg/m3 = 576 kg


 Spesi (2 cm) = 2 mx 21kg/m2 x 2 = 84 kg
 Plafond = 2 m x 11kg/m2 = 22 kg
 Penggantung = 2 m x 7kg/m2 = 14 kg
 Plumbing = 2 m x 10kg/m2 = 20 kg
 Sanitasi = 2 m x 20kg/m2 = 40 kg
 Tegel = 2 m x 24kg/m2 = 48 kg

Berat total = 804 kg

qek = 2/3𝑞𝑑 = 2/33 𝑥 804 = 536 𝑘𝑔/m

Berat sendiri balok (wf 300x300x10x15) = 94 kg/m

Pasangan ½ bata = 250 kg/m2 x 4 m = 1000 kg/m

Berat sendiri Balok = qek + berat sendiri balok + pasangan ½ bata

= (536+536) + 94 + 1000 =2.166 kg/m

Beban hidup

Beban guna = 250 kg/m2

Qll segitiga = 250 kg/m2 x 2 m = 500 kg/m

Qek = 2/3 x qll

Qek = 2/3 x 500 kg/m = 333,3 kg/m

Berat total = 333,3 + 333,3 kg/m2 = 666,6 kg/m

2.4.2 Portal Melintang Lantai


Beban mati :

 Pelat lantai = 2 m x 0,12m x 2400kg/m3 = 576 kg


 Spesi (2 cm) = 2 mx 21kg/m2 x 2 = 84 kg
 Plafond = 2 m x 11kg/m2 = 22 kg
 Penggantung = 2 m x 7kg/m2 = 14 kg
 Plumbing = 2 m x 10kg/m2 = 20 kg
 Sanitasi = 2 m x 20kg/m2 = 40 kg
 Tegel = 2 m x 24kg/m2 = 48 kg

Berat total = 804 kg qek = 2/3 𝑞𝑑 = 2/3 𝑥 804 = 536 𝑘𝑔/𝑚

Berat sendiri balok (wf 300x300x10x15) = 94 kg/m

Pasangan ½ bata = 250 kg/m2 x 4 m = 1000 kg/m

Berat sendiri Balok = qek + berat sendiri balok + pasangan ½ bata

= (536+536) + 94 + 1000 =2.166 kg/m

Beban hidup :

Beban guna = 250 kg/m2

Qll segitiga = 250 kg/m2 x 2 m = 500 kg/m

Qek = 2/3 x qll

Qek = 2/3 x 500 kg/m = 333,3 kg/m

Berat total = 333,3 + 333,3 kg/m2 = 666,6 kg/m

2.4.3 Portal Memanjang Atap


Beban mati :

 Pelat lantai = 2 m x 0,10m x 2400kg/m3 = 480 kg


 Spesi (2 cm) = 2 mx 21kg/m2 x 2 = 84 kg
 Plafond = 2 m x 11kg/m2 = 22 kg
 Penggantung = 2 m x 7kg/m2 = 14 kg
 Plumbing = 2 m x 10kg/m2 = 20 kg
 Sanitasi = 2 m x 20kg/m2 = 40 kg
 Tegel = 2 m x 24kg/m2 = 48 kg
Berat total = 708 kg
qek = 2/3 𝑞𝑑 = 2/3 𝑥 708 = 472 𝑘𝑔/𝑚

Berat sendiri balok (wf 300x300x10x15) = 94 kg/m

Berat sendiri Balok = qek + berat sendiri balok

= (472+472) + 94 = 1038 kg/m

Beban hidup :

Beban guna = 100 kg/m2


Qll segitiga = 100 kg/m2 x 2 m = 200 kg/m

Qek = 2/3 x qll Qek = 2/3 x 200 kg/m = 133,3 kg/m

Berat total = 133,3 + 133,3 kg/m2 = 266,6 kg/m

2.4.4 Portal Melintang Atap


Beban mati :

 Pelat lantai = 2 m x 0,10m x 2400kg/m3 = 480 kg


 Spesi (2 cm) = 2 mx 21kg/m2 x 2 = 84 kg
 Plafond = 2 m x 11kg/m2 = 22 kg
 Penggantung = 2 m x 7kg/m2 = 14 kg
 Plumbing = 2 m x 10kg/m2 = 20 kg
 Sanitasi = 2 m x 20kg/m2 = 40 kg
 Tegel = 2 m x 24kg/m2 = 48 kg
Berat total = 708 kg
qek = 2/3 𝑞𝑑 = 2/3 𝑥 708 = 472 𝑘𝑔/𝑚

Berat sendiri balok (wf 300x300x10x15) = 94 kg/m

Berat sendiri Balok = qek + berat sendiri balok

= (472+472) + 94 = 1038 kg/m

Beban hidup :

Beban guna = 100 kg/m2

Qll segitiga = 100 kg/m2 x 2 m = 200 kg/m

Qek = 2/3 x qll Qek = 2/3 x 200 kg/m = 133,3 kg/m

Berat total = 133,3 + 133,3 kg/m2 = 266,6 kg/m


BAB III

ANALISA GAYA GAYA DALAM

3.1 Konsep Preliminary


Adapun spesifikasi bahan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut :

a. Beton (Mutu beton yang digunakan adalah) :

- Untuk pondasi strous dan poer digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa

- Untuk plat lantai digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa

b. Baja Tulangan (Mutu beton yang digunakan adalah) :

- Untuk baja tulangan < 13 mm digunakan baja U 24, fy = 240 MPa

- Untuk baja tulangan > D 13 mm digunakan baja U 39, fy = 390 Mpa

c. Struktur Baja

- Mutu baja yang digunakan,

BJ 41 ( fy = 250 Mpa = 2550 kg/ cm2)

(fu = 400 Mpa = 4078 kg/cm2 )

3.2 Metode Analisa


Penganilsa strktur menggunakan software Sap 2000

3.3 Analisa Struktur Struktur Sekunder


3.3.1 Balok
(mengacu pasal F2) sebuah balok dengan perletakan sederhana (sendi-rol), memikul beban merata (DL =
2166 Kg/m dan LL = 666,6 Kg/m). profil yang digunakan adalah WF 300 x 300 x 10 x 15 dengan BJ 41 dan
Panjang 4 m . Analisa batang tersebut apakah dapat memikul sebagai balok

Step 1 – tentukan properties material dan penampang dari elemen struktur lentur.

BJ – 41 – WF 300 x 300 x 10 x 15

Fy = 250 mpa

Fu = 410 MPa

Ag = 11.980
Ix = 20.400 x 104 mm4

Iy = 6.750 x 104 mm4

rx = 131 mm ry = 75,1 mm

Zx = 1360000

Step 2 – hitung gaya internal (momen dan geser)yang ada pada balok akibat beban luar.

Hitung beban berfaktor :

DL = 2166 kg/m

LL = 666,6 kg/m

Qu = 1,2 DL + 1,6 LL

Qu = 1,2 (2166) + 1,6 (666,6)

Qu = 3665,8 Kg/m = 36,658 N/mm

gaya geser max (Vu)

Vu = ½ x Qu x L

= ½ x 3665,8 x 4 = 7331,6 kg = 7 ton

Momen max ditengah bentang (x = 2)

Mu = (Vu . x/2) – (Qu . x /2)

Mu = (7331,6 x 2/2) – (3665,8 x 2 / 2)

Mu = 3665,8 kgm = 36,7 kNm

Step 3 – control lendutan yang terjadi agar tidak melewati batas yang diijinkan. Batas max lendutan
untuk perletakan sendi-rol bisa menggunakan pendekatan.

Δmax = L/360 = 400/360 = 1,1 cm = 11 mm

Δy = 5 x q x L^4 / 384 x E x Ix

Δy = 5 x 36,658 x (4000^4) / 384 x 200000 x 204000000 = 0,0007 mm

Jadi nilai Δy < Δmax = 0,0007 < 11 memenuhi syarat

Step 4 – klasifikasi penampang (kompak atau non-kompak)

Sayap (flanges)
λ = b/t = 145/15 = 9,67

λp = 0,38 x √200000/250 = 10,75

λr = 1,0 x √200000/250 = 28,28

jadi λ ≤ λp ≤ λr = 9,67 ≤ 10,75 ≤ 28,28 termasuk kompak badan (web)

λ = b/t = 300 – 15 - 15/10 = 27

λp = 3,76 x √200000/250 = 106,35

λr = 5,7 x √200000/250 = 161,220

jadi λ ≤ λp ≤ λr = 27 ≤ 106,35 ≤ 161,220 termasuk kompak

Step 5 – klasifikasi keadaan batas berdasarkan Analisa pada step 4. Penampang bisa disimpulkan
kategori kompak. Kemudian dengan menggunakan tabel F1.1 SNI 1729-2015, profil yang digunakan
tergolong 35 Analisa sesuai pasal F2 yaitu yield & lateral torsional buckling (LTB), yang akan dibahas
pada step – 6.

Step 6 – menghitung parameter keadaan batas (momen kapasitas) Berdasarkan step – 5, Analisa
keadaan batas dari profil ini berdasarkan pasal F2, SNI 1729- 2015. Sehingga parameter yang perlu
dihitung untuk memperoleh momen nominal adalah sebagai berikut :

a) Pelelehan (yield) Mn = MP = Zx x fy = 1360000 x 250 = 340000000 nmm

b) LTB

LP = 1,76 x Iy x √E/fy = 1,76 x 75,1 x √200000/250 = 3738 = 3,7 m

c) Rts = √Iy x ho / 2 x Sx = √204000000 x 285 / 2 x 7671150 = 61,60 mm

d) J = (2 x b x tf³) + (J X lW³) / 3

J = (2 X 300 X 15^3) + (285 X 10^3) / 3

J = 770000 mm⁴

e) L = 1,95 x rts x E/0,7fy x √(J x c) / Sx x ho + √(J x c/Sx x ho)^2 + 6,76(0,7 fy/E)^2

L = 1,95 x 61,60 x 200000/0,7 x 250 x 0,0515

Ls = 7070 mm = 7,070 m

Lb = 2 m

Lb < Lpm aka


Mn = Mp = 1360000 x 250 = 340000000 nmm = 340 knmm

Sehingga Φ x Mn > Mu 0,9 x 340 > 36,7 306 > 36,7 (ok)

3.3.2 Kolom
Step-1. Menentukan Properties Material dan Penampang

WF 400X400X21X13

Fy = 400 Mpa

Fu = 520 Mpa

Ag = 218.70 cm2 = 21.870 mm2

W = 171,68 kg/m

Ix = 66.600 cm4 = 666.000.000 mm4

Iy = 22.400 cm4 = 224.000.000 mm4

ix = 17,45 cm = 174,5 mm

iy = 10,12 cm = 101,2 mm

Sx = 3.330 cm3 = 3.330.000 mm3

Sy = 120 cm3 = 120.000 mm3

Zx = 3.600 cm3 = 3.600.000 mm3

Zy = 1.695 cm3 = 1.695.000 mm3

Step-2. Menghitung kuat rencana kolom sebagai elemen tekan

Analisa kelangsingan penampang elemen tekan

- Sayap (flanges)

(b/t) ≤ 𝝀r

(b/t) ≤(0,56) √E/fy

( [[400 − 13+/2+/21 ) ≤ (0,56)√ 200.000/400

9,21 ≤ (0,56)(22,360)

9,21 ≤ 12,52 (Memenuhi Syarat)

- Badan (Web) (b/t) ≤ 𝝀r


(b/t) ≤ 𝝀r

(b/t) ≤(1.49) √E/fy

( **400 − 21+/13 ) ≤ (1,49)√ 200.000/400

29,153≤ (1,49)(22,360)

29,153 ≤ 33,3164 (Memenuhi Syarat)

Dengan demikian, maka penampang tergolong tidak langsing dan memenuhi syarat

Step-3. Menghitung kuat rencana kolom sebagai elemen lentur.

Klasifikasikan penampang

- Sayap

𝜆 =( 𝑏/𝑡 ) = (*400−13)/2+/21 = 9,214

𝜆𝑝 = (0,38)√ 𝐸/𝑓𝑦

= (0,38)√ 200.000/400

= (0,38)(22,360) = 8,49

𝜆𝑟 = (1,0)√ 𝐸/𝑓𝑦

= (1,0)√ 200.000/400

= (1,0)(22,360) = 22,360

Jadi 𝜆>𝜆𝑝; Profil sayap tergolong NON-KOMPAK.

- Badan (Web) (b/t) ≤ 𝝀r

𝜆 = ( ) = (400−21−21)/13 = 27,538

𝜆𝑝 = (3,76)√ 𝐸/𝑓𝑦

= (3,76)√ 200.000/400

= (0,38)(22,360) = 84,0736

𝜆𝑟 = (5,7)√ 𝐸/𝑓𝑦

= (5,7)√ 200.000/400

= (5,7)(22,360) = 127,452
Jadi 𝜆 ≤ 𝜆𝑝 ≤ 𝜆𝑟; Profil badan tergolong KOMPAK

3.4 Analisa Struktur Struktur Atap

3.4.1 Perencanaan Ketentuan


Rangka atap baja bentang : 21 m

Panjang : 36 m Jarak antar kolom : 6 m

Bahan penutup atap : Asbes

Tinggi bangunan : 6 m

Sudut kemiringan atap : 20

3.4.2 Beban Hidup


Beban Orang = 200 kgm² = 200 kgm²

3.4.3 Beban Mati


Beban atap = ( panjang atap yang miring + lebihan atap ) x berat atap

= ( 11.2 + 1.5 ) x 11 x 6 kgm²

= 838.2 x 2 kgm² 16 = 1676.4 kgm² 4.1.3

3.4.4 Beban Gording


Gording = Menggunakan canal 100 x 50 x 5 x 7.5 berat = 9.36 kgm²

= Jumlah gording x panjang gording x berat

= 12 x 6 x 9.36 = ( 673.92 x 2 ) kgm² = 1347.84 kgm²


3.4.5 Beban Rangka
Untuk semua batang sisi diagonal dan tegak menggunakan baja siku 75 x 75 x 12 beratnya 13.1 kg

Jika menggunakan double maka 13.1 x 2 = 26.2 kg

Total berat sendiri struktur + sambungan 10% PDL = 1864.942 kg

Beban total yang bekerja pada bentang adalah

Ptotal = 1864.942 + 1347.84 + 1676.4 + 200

= 5089.182 kg

3.5 Analisa Struktur Utama


Perhitungan Profil Balok WF 250.125.6.9 : a) Dari hasil output SAP 2000 didapat :

- Momen max = 5196,2 Kg.m

- 𝑀஺ (momen ¼ batang) = 726,33 Kg.m

- 𝑀஺ (momen ½ batang) = 2733 Kg.m

- 𝑀□ (momen ¾ batang) = 823,87 Kg.m

- Gaya tekan P = 11,7 Kg

- Gaya geser = 2268 Kg

b) Direncanakan menggunakan profil WF 250.125.6.9


- Fy = 2550 𝑘𝑔/𝑐𝑚ଶ

- E = 2.039.432,43 𝑘𝑔/𝑐𝑚ଶ

- A = 38 𝑐𝑚ଶ - Ix = 4.050 𝑐𝑚ସ

- Iy = 294 𝑐𝑚ସ

- Sx = 324 𝑐𝑚ଷ

- Zx = 917 𝑐𝑚ଷ - J = 7,75 𝑐𝑚ସ

3.5.1 Balok
a. Perhitungan Profil Balok WF 250.125.6.9 :
Data yang didapatkan
- Momen max = 5196,2 Kg.m
- 𝑀Æ (momen ¼ batang) = 726,33 Kg.m
- 𝑀B (momen ½ batang) = 2733 Kg.m
- 𝑀C (momen ¾ batang) = 823,87 Kg.m
- Gaya tekan P = 11,7 Kg
- Gasa geser = 2268 Kg
b. Direncanakan menggunakan profil H 250.250.9.14
- Fy = 250 Mpa = 2.550 kg/cm2
- E= 2.039.432,43 kg/cm2
- A = 38cm2
- Ix = 4.050 cm4
- Iy = 294cm4
- Sx = 324 cm3
- Zx = 917cm3
- J = 7,75cm4

Sambungan pada balok induk melintang ke kolom :

Diketahui :
Kolom K1 menggunakan profil H 250.250.9.14 Balok induk
menggunakan profil WF 250.125.6.9
h = d = 370 mm
b = 199 mm
tw = 8 mm
tf = 13 mm
r0 = 16 mm
As = 255,65 cm2
Ix = 17918,85 cm4

Mutu baja, ST 41 Fy = 250 MpaFu = 370 Mpa

Dicoba menggunakan 8 buah baut ∅ 20 dan


tebal las 5 mmdengan mutu ST 41

Nu = 5,355 Kn

Vu = 69,8 KN
Mu = 101,35 Kn

3.5.2 Kolom
Perhitungan Profil Kolom H 250.250.9.14

a. Data yang didapatkan

- Momen max = 1961,5 Kg.m


- 𝑀Æ (momen ¼ batang) = 999,02 Kg.m
- 𝑀B (momen ½ batang) = 36,54 Kg.m
- 𝑀C (momen ¾ batang) = 925,94 Kg.m
- Gaya tekan P = 4166,96 Kg
b. Direncanakan menggunakan profil H 250.250.9.14

- Fy = 250 Mpa = 2.550 kg/cm2


- E= 2.039.432,43 kg/cm2
- Ag = 89,98 cm2
- Ix = 10.578,81 cm4
- Iy = 3.647,18 cm4
- Sx = 864 cm3
- Zx = 936,89 cm3
- J = 51,47 cm4
BAB IV

ANALISA STABILITAS

4.1 Analisa Stabilitas Sistem Atap

4.1.1 Data-Data Perencanaan


 Bentang kuda-kuda = 30 m
 Jarak kuda-kuda = 3 m
 Jarak gording = 1,73 m
 Sudut Kemiringan Atap = 30º (Asumsi)
 Gording = Hollow Structural Tubings
= 125mm x 7,5mm x 3,2mm
 Berat Gording = 9,520 kg/m
 Modulus Elastisitas (E) = 200000 Mpa
 Modulus Geser (G) = 80000 Mpa
 Poisson Ratio () = 30%
 Koefisien Muai (at) = 12 * 10-6 /ºC (SNI 03 – 1729 – 2002, hal 9)
 Mutu Baja = BJ 37
 Tegangan Leleh (fy) = 240 Mpa
 Tegangan Ultimit (fu) = 370 Mpa
 Tegangan Dasar = 160 Mpa
 Peregangan Minimum = 20% (SNI 03-1729 – 2002, hal 11)
 Berat per unit volume = 7850 kg/ m3
 Penutup atap = 50 kg/ m2
 Plafond Eternit + Penggantung = 11kg/m2 + 7kg/m2 = 18 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 5 dan 6)
 Beban Hidup Pekerja = 100 kg
 Beban Air Hujan = (40 – 0,8 x 300 ) = 16 kg/ m2
 Tekanan Tiup Angin = 25 kg/m2 
4.1.2 Perhitungan Gording
Pembebanan
a. Beban Mati (q)
 Beban penutup atap = 50 kg/m2 x 1,73 m = 66,5 kg/m
 Berat Gording = 9,520 kg/m Beban Mati (q) = 76,02 kg/m

b. Beban Hidup (P)


Beban hidup adalah beban terpusat dan terjadi karena beban manusia
yang bekerja pada pekerjaan atapdan beban air hujan.
 Beban Hidup Pekerja = 100 kg
 Beban Air Hujan = (40 – 0,8 x 300 ) = 16 kg/ m2
= 16 kg/m2 x 3 m x 1,73 m = 83,04 kg

c. Beban Angin (W)


Tekanan tiup angin = 25 kg/ m2
Koefisien angin:
 Angin tekan = 0,02α – 0,4 = 0,02 x 30º - 0,4 = 0,2
 Angin hisap = - 0,40

Beban angin :
 Beban angin tekan = 0,2 x 1,73 m x 25 kg/m2= 8,65 kg/m
 Beban angin hisap = - 0,4 x 1,73 m x 25 kg/m2= - 17,30 kg/m

4.2 Analisa Stabilitas Struktur Utama

4.2.1 Data-Data Perencanaan


 Bentang kuda-kuda = 30 m
 Jarak kuda-kuda = 3 m
 Jarak gording = 1,73 m
 Sudut kemiringan atap = 30º
 Penutup atap = Genteng
 Plafond = Eternit
 Sambungan = Baut
 Berat gording = 9,520 kg/m (Asumsi)
 Modulus Elatisitas (E) = 200000 Mpa
 Modulus Geser (G) = 80000 Mpa
 Poisson Ratio (m) = 30 %
 Koefisien muai (at) = 12 * 10-6 (SNI 03 – 1729 – 2002, hal 9)
 Penutup atap genteng = 50 kg/ m2
 Berat per unit volume = 7850 kg/m3 (PPPURG 1987, hal 5)
 Plafond eternit + penggantung =11 kg/m2 +7 kg/m2 = 18 kg/ m2
 Beban Hidup Pekerja = 100 kg
 Beban Air Hujan = (40 – 0,8 x 300 ) = 16 kg/ m2
 Tekanan Tiup Angin = 25 kg/ m2
 Mutu Baja = BJ 37
 Tegangan Leleh (fy) = 240 Mpa
 Tegangan Ultimit (fu) = 370 Mpa
 Tegangan Dasar = 160 Mpa
 Peregangan Minimum = 20%

4.1.2 Pembebanan Kuda-Kuda


1. Akibat Berat Atap
Beban permanen yang bekerja pada kuda-kuda akibat dari benda yang berada
diatasnya berupa atap yang diasumsikan dengan menggunakan penutup
genteng.
BA = Berat Atap Genteng x Jarak Gording x Jarak Kuda-Kuda
BA = 50 kg/m2 x 1,73 m x 3 m
BA = 259,5 kg

2. Akibat Berat Sendiri Kuda-Kuda


Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai
kuda-kuda. Beban terhitung secara manual dalam Program SAP, dalam
perencanaan menggunakan profil baja.

3. Akibat Berat Sendiri Gording


Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai
gording. Beban terhitung secara manual dalam Program SAP, dalam
perencanaan menggunakan profil baja

4. Akibat Berat Plafond


Beban yang timbul akibat adanya berat dari plafond yang digantungkan pada
dasar kuda-kuda.
BP = Beban Plafond x Jarak Kuda-Kuda x Panjang Kuda-Kuda
BP = 18 kg /m2 x 3 m x 30 m / 20 = 81 kg
5. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban terpusat yang terjadi karena beban pekerja yang
bekerja pada saat pembuat atau perbaikan kuda-kuda pada atap dan beban
air hujan.
a. PPekerja = 100 kg
b. PAir Hujan = (40 – 0,8 x 300 ) = 16 kg/ m2
= 16 kg/m2 x 3 m x 1,73 m = 83,04 kg

6. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Pada konstruksi ini
diasumsikan nilai W = 25 kg/m2

a. Akibat Angin Tekan


Angin Tekan = 0,02α – 0,4
Angin Tekan = 0,02 x 30º - 0,4 = 0,2
T Vertikal = Angin Tekan x W x sin300 x Jarak Gording x Jarak Kuda-Kuda
= 0,2 x 25 kg/m2 x sin300 x 1,73 m x 3 m = 12,975 kg
T Horisontal = Angin Tekan x W x cos30º x Jarak Gording x Jarak Kuda-Kuda
= 0,2 x 25 kg/m2 x cos300 x 1,73 m x 3 m = 22,317 kg

b. Akibat Angin Hisap


Angin hisap = - 0,4
H Vertikal = Angin Hisap x W x sin300 x Jarak Gording x Jarak Kuda-Kuda
= - 0,4 x 25 kg/m2 x sin300 1,73 m x 3 m = -25,95 kg
H Horisontal = Angin Hisap x W x cos300 x Jarak Gording x Jarak Kuda-Kuda
= - 0,4 x 25 kg/m2 x cos300 1,73 m x 3 m = -44,634 kg

c. Akibat Angin Pusat


Angin pusat vertikal = Angin Tekan Vertikal + Angin Hisap Vertikal
= 12,975 + ( -25,95 ) = -12,975 kg
Angin pusat horisontal = Angin Tekan Horisontal + Angin Hisap Horisontal
= 22,317 + ( -44,634) = -22,317 kg

4.1.2 Perhitungan Kuda-Kuda


Batang 390
P maks = Nu = 9,549 ton → hasil output SAP 2000
L bentang = 1732 mm

Properti penampang elemen 2L.80.80.12


Ag = 1790 mm2
Ex = ey = 24,1 mm
Ix = Iy = 1020000 mm4
Rx = Ry = 23,9 mm
R min = 15,3 mm
Tp = 12 mm

Keterangan :
h = 80 mm
b = 80 mm
a = 10 mm
t = 12 mm

Periksa terhadap Kelangsingan elemen penampang


𝑏 80
λ= = 6,67
𝑡𝑝 12
200 200
λr = = = 12,91 (penampang tak kompak)
√𝑓𝑦 √240
Periksa terhadap kelangsingan dan kestabilan komponen
- Digunakan pelat kopel 6 buah → Pembagian batang minimum adalah 3
Jarak antar pelat kopel
𝐿𝑏 1732
Lt = 𝑛−1 = 6−1 = 346,4 mm
𝐿𝑡 346,4
λt = = = 22,640 mm
𝑟𝑚𝑖𝑛 15,3
Syarat kestabilan komponen
50 < λt
22,640 < 50 (OK)
4.3 Analisa Stabilitas Sistim ikatan Angin
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal ( axial ) tarik
saja.Adapun cara kerjanya adalah apabila salah satu ikatan angin
bekerja sebagai batang tarik, maka yang lainnya tidak menahan
gaya apa-apa.Sebaliknya apabila arah angin berubah, maka secara
bergantian batang tersebut bekerja sebagai batang tarik.

ß = arc tan (2,31 . 3 ) / 3,5 =63,204º 63º


Nx = w
N = 𝑤/cos ß = 25 . ( 2,31 .3 )/cos 63 = 381,616 kg
σ = 𝑁 𝐹𝑛 ≤ 𝜎 = 1600 kg/cm2
Fn = 𝑁 𝜎 = 381 ,616 1600 = 0,23851 cm2
Fbr = 125 % . Fn = 1,25 . 0,23851 = 0,298 cm2
Fbr = ¼ .π.d2
4 .Fbr 4 .0,298
d=√ =√ = 0,616 cm
π 3,14
Maka ikatan angin yang dipakai adalah ∅ 10 mm

4.4 Analisa Stabilitas Sambungan

4.4.1 Macam-Macam Sambungan


1. Sambungan Las
a. Sambungan antara SU 1 dan SU 2
b. Sambungan antara BU 1 dan BU 2
c. Sambungan antara RF 1 dan RF 2
d. Sambungan antara LT 1 dan LT 2
e. Sambungan antara SU 1 dan BU 1
f. Sambungan antara SU 1 dan RF 1
g. Sambungan antara RF 1 dan LT 2

2. Sambungan Baut
a. Sambungan segmen SU 1 108
b. Sambungan segmen BU 1
c. Sambungan segmen RF 1

3. Spesifikasi Las
Mutu las yang digunakan adalah Las Fe70xx (ksi)
4. Spesifikasi Baut Mutu baut yang digunakan adalah A307 :
fy = 250 MPa = 2500 kg/cm2
fu = 420 MPa = 4200 kg/cm

4.4.2 Perhitungan Sambungan Las


6.2.2 Perhitungan Sambungan Las
a. Sambungan antara Batang SU 1 dan SU 2 Sambungan antara batang pada
rangka busur akan menggunakan tipe las. Batang-batang yang akan
disambungkan adalah batang SU 2 yang menumpu pada batang SU 1,
sedangkan dimensi masing-masing batang sebagai berikut :
SU 1
Diameter Luar : 355,6 mm
Tebal : 9,52 mm
SU 2
Diameter Luar : 88,9 mm
Tebal : 5,49 mm
Dari program SAP 2000, Pu maksimum yang terjadi pada batang SU 2 adalah :
Pu : 15.000,57 kg
Las yang digunakan adalah Las Fe70xx (ksi)
Dimisalkan te = 1 cm
Menghitung luas las :
Luas las = keliling lingkaran x te
ASU1 = π x D SU1 x 1 = π x 35,56 x 1 = 111,715 cm2
ASU2 = π x D SU2 x 1 = π x 8,89 x 1 = 27,929 cm2
Øfn = 0,75 x 0,6 x fulas
= 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3
Øfn = 2.214,45 kg/cm2

Akibat Pu :
fh = Pu / ASU2
= 15.000,57 / 27,929
fh = 537,10 kg/cm2
te = fh / Øfn
= 537,10 / 2214,45
te = 0,24 cm

Maka tebal las total :


a = te / 0,707 = 0,24 / 0,707 = 0,34 cm = 3,4 mm
Syarat tebal las (berdasarkan SNI 03-1729-2002, Pasal 13.5.3)
Tebal pelat paling tebal adalah profil SU 1, t = 9,52 mm
7mm < t ≤ 10mm amin = 4 mm

aef maks = 1,41 x 4150


x 5,49 = 6,52 mm
70𝑥70,3

No. Sambungan Dimensi (mm) Tebal (mm) Luas (cm2)


Batang 1 Batang 2 Batang 1 Batang 2 Batang 1 Batang 2

1 SU1 dan SU2 355.60 88.90 9.52 5.49 111.72 27.93


BU1 dan
2 168.30 42.20 7.11 3.56 52.87 13.26
BU2
3 RF1 dan RF2 114.30 42.20 6.02 3.56 35.91 13.26
4 LT1 dan LT2 88.90 26.70 5.49 2.87 27.93 8.39
SU1 dan
5 355.60 88.90 9.52 5.49 111.72 27.93
BU1
6 SU1 dan RF1 355.60 114.30 9.52 6.02 111.72 35.91
7 RF1 dan LT1 114.30 88.90 6.02 5.49 35.91 27.93

No. Sambungan Pu max fp a


kg kg/cm2 kg/cm2 cm mm a min
1 SU1 dan SU2 15,000.57 2,214.45 537.10 0.24 3.43 4.00
2 BU1 dan BU2 1,618.80 2,214.45 122.10 0.06 0.78 4.00
3 RF1 dan RF2 4,724.13 2,214.45 356.34 0.16 2.28 3.00
4 LT1 dan LT2 966.70 2,214.45 115.25 0.05 0.74 3.00
5 SU1 dan BU1 5,424.86 2,214.45 194.24 0.09 1.24 4.00
6 SU1 dan RF1 10,970.32 2,214.45 305.51 0.14 1.95 4.00
7 RF1 dan LT1 5,402.81 2,214.45 193.45 0.09 1.24 3.00
4.4.3 Perhitungan Sambungan Baut
Sambungan baut digunakan mempermudah proses pemasangan rangka atap.
Sambungan ini diletakkan pada bagian tengah bentang dengan bantuan pelat
baja. Adapun dimensi pelat baja yang digunakan tergantung dari diameter
pipa yang akan dipakai. Batang yang akan disambung seperti yang sudah
disebutkan di atas. Untuk contoh perhitungan akan diambil perencanaan
sambungan baut pada batang SU 1.

Spesifikasi profil SU 1
Diameter Luar : 355,6 mm
Tebal : 9,52 mm
A53 Gr. B : fy : 2400 kg/cm2
fu : 4150 kg/cm2

Spesifikasi pelat penyambung


BJ37 : fy : 2400 kg/cm2
fu : 3700 kg/cm2

Tebal pelat : 10 mm

Spesifikasi baut Baut tipe tumpu


A325 : fy : 6600 kg/cm2
fu : 8300 kg/cm2

Diameter baut : 15,875 mm


Ab : 1,979 cm2
Pembuatan lubang baut dengan bor, perlemahan = 1,5 mm
Jadi, diameter perlemahan = 15,875 + 1,5 = 17,375 mm

Dari hasil program SAP 2000 didapatkan gaya yang bekerja pada batang yang
akan disambung adalah :
Pu : 6.829,74 kg (Tarik)
Pu : - 81.782,27 kg (Tekan)
V : 9.518,54 kg

Direncanakan baut berjumlah 4 buah


Ukuran pelat diameter 50 cm
Ditinjau gaya geser pada tengah penampang sambungan/pipa.
Ag = Apelat sambungan - Apipa
= (50 x 1) – (35,56 x 1)
Ag = 14,44 cm2

An = Ag – Aperlemahan baut
= 14,44 – (2 x 1,7375 x 1) An = 10,965 cm2
Ae = 0,9 x An
Ae = 0,9 x 10,965 = 9,87 cm2

a. Kontrol sambungan baut memikul beban geser


Kontrol kekuatan pelat
Kuat leleh :
Pn = Øtl x Ag x fy
= 0,9 x 14,44 x 2400
Pn = 31.190,4 kg

Kuat putus :
Pn = Øtp x Ae x fu
= 0,75 x 9,87 x 3700
Pn = 27.385,09 kg

Kontrol kekuatan baut


Kuat geser :
Vd = Øf x r1 x Fub x Ab x m x jumlah baut
= 0,75 x 0,4 x 8300 x 1,979 x 1 x 4
Vd = 19.714,09 kg

Kuat tumpu :
Rd = Øf x 2,4 x db x tp x fu x jumlah baut
= 0,75 x 2,4 x 1,5875 x 1 x 3700 x 4
Rd = 42.291,00 kg
Pn > Vu 19.714,09 kg > 9.518,54 kg (OK)

b. Kontrol sambungan baut memikul beban tarik


Kekuatan tarik nominal baut
Tn = 0,75 x fub x Ab = 0,75 x 8300 x 1,979
Tn = 12.321,30 kg Td = Øf x
Tn = 0,75 x 12.321,30 kg = 9.240,98 kg
Kuat rencana baut total : Vd = n x Td = 4 x 4.676,16 = 36.963,91 kg
Vd > Pu (Tarik)
36.963,91 kg > 6.829,74 kg (OK)

Syarat baut menerima beban kombinasi geser dan tarik (SNI 03-1729-2002)
(OK)
𝑉𝑢
fuv = ≤ r1 x Øf x fub x m
𝑛 𝑥 𝐴𝑏

𝑉𝑢
fuv = ≤ 0,4 x 0,75 x 8300 x 1
𝑛 𝑥 𝐴𝑏
fuv = 1.202,25 kg ≤ 2.490 kg (OK)

𝑇𝑢
Td = Ø x Tn = Ø x ft x Ab ≥
f f
𝑛
6.829,74
Td = 9.240,98 ≥ 4
Td = 9.240,98 kg ≥ 1.707,44 kg (OK)

ft = f1 - r2 x fuv ≤ f2
f1 = 8070 kg/cm2
f2 = 6210 kg/cm2
ft = 8070 − 1,9 x 1.202,25 ≤ 6210
ft = 5.785,73 kg ≤ 6.210 kg (OK)

Kontrol sambungan pelat dengan pipa baja


Diameter Luar : 355,6 mm
Tebal : 9,52 mm
A53 Gr. B : fy : 2400 kg/cm2
fu : 4150 kg/cm2
Pu : 6.829,74 kg (Tarik)
Pu : - 81.782,27 kg (Tekan)
Las yang digunakan adalah Las Fe70xx (ksi)
Dimisalkan te = 1 cm
Menghitung luas las :
Luas las = keliling lingkaran x te
= π x d x te
ASU1 = π x 35,56 x 1 = 111,715 cm2

Øfn = 0,75 x 0,6 x fulas


= 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3
Øfn = 2.214,45 kg/cm2

Akibat Pu :
fh = Pu / ASU1
= 81.782,27 / 111,715
fh = 732,06 kg/cm2
te = fh / Øfn
= 732,06 / 2214,45
te = 0,33 cm
Maka tebal las total :
a = te / 0,707 = 0,33 / 0,707 = 0,468 cm = 4,68 mm

Syarat tebal las (berdasarkan SNI 03-1729-2002, Pasal 13.5.3)


Tebal pelat paling tebal adalah pelat penyambung, t = 10 mm
7mm < t ≤ 10mm  amin = 4 mm

Tebal pelat yang disambung adalah profil SU 1, t = 9,52 mm


t > 6,4mm amaks = (10-1,6) = 8,40 mm

4150
aef maks = 1,41 x 9,52 = 11,32 mm
70 𝑥 70,3

4.5 Analisa Stabilitas Tumpuan

4.5.1 Tumpuan Kuda-Kuda pada Kolom Beton

PIPA□PEDESTAL Z
BAUT□PIN
PELAT□PELAT□PENUMPU
BAUT□ANGKUR

Y X

KOLOM□BETON

Gambar 6.2 Rencana Tumpuan Pedestal Kuda-Kuda pada Kolom


Beton

Profil Pipa Pedestal


Diameter : 114,3 mm
Tebal : 6,02 mm
A53 Gr. B
fy : 2400 kg/cm2
fu : 4150 kg/cm2

Spesifikasi Pelat Penumpu dan Pelat Dasar :


BJ37
fy : 2400 kg/cm2
fu : 3700 kg/cm2
Spesifikasi Baut Pin dam Angkur :
A307, Gr 4.6
fy : 2500 kg/cm2
fu : 4200 kg/cm2

Dari hasil SAP 2000 didapatkan gaya-gaya maksimum pada


pedestal sebagai berikut :
Pz : - 10.693,93 kg (Tekan)
Py : 936,56 kg
Mx : 23.065,33 kg cm

Ly
Lx

a. Desain Pelat Penumpu

Rencana :
Tebal Pelat Penumpu (t) : 8 mm = 0,8 cm
Diameter Baut Pin (D) : 30 mm = 3 cm

Kuat leleh :
Pu = Øtl x Ag x fy
10.693,93 = 2 x (0,9 x Ag x 2400)
Ag = 2,48 cm2 (Menentukan)

Kuat putus :
Pu = Øtp x Ae x fu
10.693,93 = 2 x (0,75 x Ae x 3700)
Ae = 1,93 cm2
Ag = t x (2 . Lx)
2,48 = 0,8 x (2 . Lx)
Lx = 1,55 cm

Lebar horisontal minimum = 2 . Lx + D


= 2 x 1,55 + 3
= 6,1 cm

Ly > 1,5 x 3 = 1,5 x 3 = 4,5 cm


Lebar vertikal minimum = 2 . Ly + D
= 2 x 4,5 + 3
= 12 cm

Dipakai Ukuran Pelat Penumpu 1/2 Lingkaran dengan diameter 25 cm =


250 mm.

b. Desain Pin Baut


Spesifikasi Baut Pin :
A307, Gr 4.6
fy : 2500 kg/cm2
fu : 4200 kg/cm2
Diameter : 30 mm = 3 cm
Ab : 7,07 cm2

Kontrol Kuat Geser :


Vd = Øf x r1 x Fub x Ab x m
= 0,75 x 0,5 x 4200 x 78,54 x 1
Vd = 11.135,25 (Menentukan)

Kontrol Kuat Geser :


Rd = Øf x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 3 x 0,8 x 3700
Rd = 15.984 kg

Rd > Pz
11.135 kg > 10.693,93 kg (OK)
c. Desain Base Plate

Spesifikasi Pelat Dasar :


BJ37
fy : 2400 kg/cm2
fu : 3700 kg/cm2
Panjang (L1): 400 mm = 40 cm
Lebar (B1) : 400 mm = 40 cm
Spesifikasi Kolom Beton
f’c 35 MPa
Panjang (L2): 800 mm = 80 cm
Lebar (B2) : 800 mm = 80 cm

Luas Pelat Dasar (A1) = L1 x B1


A1 = 40 x 40 = 1.600 cm2

Luas Muka Kolom (A2) = L2 x B2


A2 = 80 x80 = 6.400 cm2

Cek eksentrisitas :
e = Mx / Pz = 23.065,33 / 10.693,93 = 2,14 cm
B1 / 6 = 40 / 6 = 6,67 cm
e = 2,14 cm < L1 / 6 = 6,67  eksentrisitas kecil

Tegangan yang terjadi pada muka beton dan pelat dasar (fcu) :

Pz MX . C
ƒ1,2 = ±
𝐵1 𝑥 𝐿1 𝐼

23.065,33 ‫ ݔ‬1 / 2‫ܤ‬


ƒ1,2 = 10
4 ±
12
ƒ1,2 = 6,68 ± 2,14

ƒ1 = 8,82 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
ƒ2 = 4,54 𝑘𝑔/𝑐𝑚2

Cek tegangan tumpu nominal kolom beton :


ƒ = Ø 𝑥 0,85 𝑥 ƒ′𝑐 𝑥 √𝐴2
𝑝 𝐴1
6400
ƒ𝑝 = 0,6 𝑥 0,85 𝑥 350 𝑥 √ = 357 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
1600

fp = 357 kg/cm2 > f1 = 8,82 kg/cm2… (OK)

Cek dimensi pelat dasar (base plate) :


𝑃1
𝐴1 =
1,7 𝑥 ∅𝑐 𝑥 ƒ′𝑐

ƒ1 𝑥 𝐿1 𝑥 𝐵1
𝐴1 =
1,7 𝑥 ∅𝑐 𝑥 ƒ′𝑐
8,82 𝑥 40 𝑥 40
𝐴 = = 39,53 𝑐𝑚2 < A1 renc = 1600 cm2 (OK)
1 1,7 𝑥 0,6 𝑥 350

Gggggggggggggggggggggggggggggggggggg
tp = n √2. 𝑃1/0,9𝑥𝑓𝑦𝑥𝐿1𝑥𝐵1

tp = n √2. 𝑃1/0,9𝑥𝑓𝑦𝑥𝐿1𝑥𝐵1

tp = L1-0,9L Pelat Penumpu/2 x √2. 𝑃1/0,9𝑥𝑓𝑦𝑥𝐿1𝑥𝐵1

tp = 40-0,8 x 25/2 x √2.8,82/0,9𝑥2400 = 0,9 cm


Jadi, pelat dasar dipakai t = 1,2 cm = 12 mm

d. Desain Baut Angkur


Pelat dasar tidak mengalami beban tarik ke atas, sehingga untuk
baut angkur hanya dikontrol dengan gaya geser Py = 927,10 kg
Spesifikasi Baut Pin dam Angkur :
A307, Gr 4.6
fy : 2500 kg/cm2
fu : 4200 kg/cm2
Diameter : 12 mm = 1,2 cm
2
Ab : 1,13 cm

Kontrol Kuat Geser :


Vn = Øf x r1 x fub x Ab x m
Vn = 0,75 x 0,4 x 4200 x 1,13 x 1 = 1.423,8 kg

Kontrol Kuat Tumpu :


Rn = Øf x 2,4 x db x tp x fu
Rn = 0,75 x 2,4 x 1,2 x 1,2 x 3700 = 9.590,4 kg

Jumlah baut angkur = 4 buah


Total Vn = 4 x 1.423,8 = 5.695,2 kg
Vn = 5.695,2 kg > Py = 936,56 kg (OK)

Jadi, dipakai angkur diameter 12 mm, panjang 250 mm


e. Sambungan Las Pelat Penumpu pada Pelat Dasar Gaya
maksimum yang ditahan oleh sambungan las adalah gaya
geser arah Y, yaitu sebesar Py = 936,56 kg

Las yang digunakan adalah Las Fe70xx (ksi)


Dimisalkan te = 1 cm
Menghitung luas las :
Luas las = 2 x diameter pelat penumpu x te
= 2 x 25 x te
ALas Rencana = 2 x 25 x 1 = 50 cm2

Øfn = 0,75 x 0,6 x fulas


= 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3
Øfn = 2.214,45 kg/cm2

Akibat Pu :
fh = Pu / ALas Rencana
= 936,56 / 50
fh = 18,73 kg/cm2

te = fh / Øfn
= 18,73 / 2214,45
te = 0,0085 cm

Maka tebal las total :


a = te / 0,707 = 0,0085 / 0,707 = 0,012 cm = 0,12 mm
Syarat tebal las (berdasarkan SNI 03-1729-2002, Pasal 13.5.3)
Tebal pelat paling tebal adalah pelat penyambung, t = 12 mm
10mm < t ≤ 15mm  amin = 5 mm
Sehingga berdasarkan persyaratan di atas maka tebal las
yangdipakai adalah :
a = 5 mm
6.3.2 Tumpuan Busur Utama
Z

X Y

PELATPENUMPU

BAUT ANGKUR

PELATDASAR

PELATRIBS

KOLOMBETON

Gambar 6.6 Rencana Tumpuan Busur Utama

Profil Pipa
Diameter : 355,6 mm
Tebal : 9,52 mm
A53 Gr. B
fy : 2400 kg/cm2
fu : 4150 kg/cm2
Spesifikasi Pelat Penumpu dan Pelat Dasar :
BJ37
fy : 2400 kg/cm2
fu : 3700 kg/cm2

Spesifikasi Baut Pin dan Angkur :


A307, Gr 4.6
fy : 2500 kg/cm2
fu : 4200 kg/cm2

a. Desain Pelat Penumpu


Ly
Lx

Rencana :
Tebal Pelat Penumpu (t) : 16 mm = 1,6 cm
Diameter Baut Pin (D) : 100 mm = 10 cm

Gaya maksimum yang terjadi pada pelat


penumpuP = 81.782,27 kg (Tekan)

Mencari diameter pelat


tumpuKuat leleh :
Pu = Øtl x Ag x fy
81.782,27 = 2 x (0,9 x Ag x 2400)
Ag = 18,93 cm2

Kuat putus :
Pu = Øtp x Ae x fu
81.782,27 = 2 x (0,75 x Ae x 3700)
Ae = 14,74 cm2

Ag = t x (2 . Lx)
18,93 = 1,6 x (2 . Lx)
Lx = 5,92 cm

Lebar horisontal minimum = 2 . Lx + D


= 2 x 5,92 + 10
= 21,84 cm

Ly > 1,5 x D = 1,5 x 10 = 15 cm


Lebar vertikal minimum = 2 . Ly + D
= 2 x 15 + 10
= 40 cm

Dipakai Ukuran Pelat Penumpu 1/2 Lingkaran dengan diameter


80 cm = 800 mm.

b. Desain Pin Baut


Spesifikasi Baut Pin :
A307, Gr 4.6
fy : 2500 kg/cm2
fu : 4200 kg/cm2
Diameter : 100 mm = 10 cm
Ab : 78,54 cm2

Kontrol Kuat Geser :


Vd = Øf x r1 x Fub x Ab x m
= 0,75 x 0,5 x 4200 x 78,54 x 1
Vd = 123.700,5

Kontrol Kuat Geser :


Rd = Øf x 2,4 x db x tp x fu
= 0,75 x 2,4 x 10 x 1,6 x 3700
Rd = 106.560 kg

Rd > Pu
106.560 kg > 81.782,27 kg … (OK)

c. Desain Base Plate


Gaya maksimum yang terjadi pada tumpuan / pelat dasar :
Px : 40.637,21 kg
Py : 64.892,7 kg
Pz : -73.816,28 kg

Spesifikasi Pelat Dasar :


BJ37
fy : 2400 kg/cm2
fu : 3700 kg/cm2
Panjang (L1): 1100 mm = 110 cm
Lebar (B1) : 3300 mm = 330 cm

Spesifikasi Kolom Beton


f’c 35 MPa
Panjang (L2): 1300 mm = 130 cm
Lebar (B2) : 3800 mm = 380 cm

Luas Pelat Dasar (A1) = L1 x B1


A1 = 110 x 330 = 36.300 cm2

Luas Muka Kolom (A2) = L2 x B2


A2 = 130 x 380 = 49.400 cm2

Karena tidak ada momen, maka pelat dasar hanya ditinjau dari
beban tekan dari struktur busur utama saja.
Tegangan yang terjadi pada beton di bawah base plate :
ƒ = 𝑃𝑧 = 73816,28 = 2,03 kg/cm2
u
𝐴1 36300
Cek tegangan tumpu nominal kolom beton :
ƒ = Ø 𝑥 0,85 𝑥 ƒ′𝑐 𝑥 √𝐴2
𝑝 𝐴1
49.400
ƒ𝑝 = 0,6 𝑥 0,85 𝑥 350 𝑥 √ = 208,23 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
36.300

fp = 208,23 kg/cm2 > fu = 2,03 kg/cm2 (OK)

Cek dimensi 𝑃𝑧
pelat dasar (base plate) :
A1 =
1,7 𝑥 Øc X f′c

73816,28
A1 = ≤ A1 rencana
1,7 𝑥 0,6 X 350

206,76 cm2 ≤ 36300 cm2 (OK)

2.𝑝𝑧
tp = n √
0,9.fy.L1.B1

𝐵1−0,8 𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑚𝑝𝑢 2.𝑝𝑧


tp =
2
√ 0,9.fy.L1.B1

330−0,8.240 2.73816,28
tp =
2
√ = 2,99 cm
0,9.2400.110.330
Jadi, pelat dasar dipakai t = 3,0 cm = 30 mm

d. Desain Baut Angkur


Baut angkur tidak mengalami gaya tarik, sehingga hanya
dikontrol dengan resultan gaya geser Px = 40.639,83 kg dan Py =
64.892,7 kg
Vu = √40637,212+ 64892,702 = 76567,99 kg

Spesifikasi Baut Pin dam Angkur :


A307, Gr 4.6
fy : 2500 kg/cm2
fu : 4200 kg/cm2
Diameter : 25 mm = 2,5 cm
Ab : 4,91 cm2

Kontrol Kuat Geser :


Vn = Øf x r1 x fub x Ab x m
Vn = 0,75 x 0,4 x 4200 x 2,5 x 1 = 3.150 kg
(Menentukan)

Kontrol Kuat Tumpu :


Rn = Øf x 2,4 x db x tp x fu
Rn = 0,75 x 2,4 x 2,5 x 2,5 x 3700 = 41.625 kg

Jumlah baut angkur :


𝑉𝑢
n= = 76567,99 = 24,3
𝑉𝑛 3150

Dipakai 42 buah baut angkur diameter 25 mm, panjang 350 mm


e. Sambungan Las Pelat Penumpu pada Pelat Dasar
Gaya maksimum yang ditahan oleh sambungan las adalah gaya
geser resultan antara arah X dan Y, yaitu sebesar Vu = 76.567,99
kg

Las yang digunakan adalah Las Fe70xx (ksi)


Dimisalkan te = 1 cm
Menghitung luas las :
Luas las = 2 x diameter pelat penumpu x te
= 2 x 80 x te
ALas Rencana = 2 x 80 x 1 = 160 cm2

Øfn = 0,75 x 0,6 x fulas


= 0,75 x 0,6 x 70 x 70,3
Øfn = 2.214,45 kg/cm2

Akibat Pu :
fh = Pu / ALas Rencana
= 76.567,99 / 160
fh = 478,55 kg/cm2

te = fh / Øfn
= 478,55 / 2214,45
te = 0,22 cm

Maka tebal las total :


a = te / 0,707 = 0,22 / 0,707 = 0,31 cm = 3,1 mm

Syarat tebal las (berdasarkan SNI 03-1729-2002, Pasal 13.5.3)


Tebal pelat paling tebal adalah pelat penyambung, t = 25
mm t > 15mm  amin = 6 mm

Sehingga berdasarkan persyaratan di atas maka tebal las yang


dipakai adalah :
a =6
BAB IV

GAMBAR DETAIL

Gambar 4.1 Sketa Atap

Gambar 4.2 Sambungan Las

Gambar 4.3 Sambungan Baut


Gambar 4.3 Desain SAP Gedung

Anda mungkin juga menyukai