FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
ARRANGED BY:
1. Yohanes Usman Nandyanto (1431900009)
2. Heningtyas Rofi Hana (1431900032)
3. Boyke Mangaratua Nainggolan (1431900116)
STEEL STRUCTURE II
(433063)
IN CLASS
1. Pendahuluan
Untuk meberikan kemampuan penguasaan materi secara utuh baik pemahaman teori, dan
kemampuan implementasi dalam perancangan terkait materi yang telah dipelajari :
-Elemen batang Tarik, elemen batang tekan, Elemen batang lentur, Geser, Torsi, dan
elemen yang terbebani gaya gaya kombinasi dari Axial, lentur , dan Torsi.
- Pemahaman Untuk konsep struktur tahan Gempa : ( pada bangunan dengan KDS
rendah sampai Sedang) - Sambungan.
Maka mahasiswa secara team Work diberikan tugas untuk mendesain sebuah
bangunan Gedung Bertingkat yang meliputi : sistim atap, Sistim struktur utama, Brucing
(untuk yang menggunakan sistim Brucing), dan sistim tumpuannya.
2. Ketentuan Tugas.
Tugas bersifat dikerjakan Tim dengan kelompok 3 sampai dengan 4 Mahasiswa setiap Tim
Work. Tugas Besar yang dikerjakan oleh setiap Tim Work memiliki sifat ukuran yang berbeda
dan sistim strukturnya diarahkan untuk 2 sistim struktur penahan gempa yaitu sistim Struktur
Rangka Momen dan Rangka terbreis
.
Ukuran struktur baik lebar, panjang, ketinggian setiap lantai,jumlah lantai, sistim
tumpuan dapat diusulkan.
Sistim struktur yang diarahkan adalah sistim struktur yang diakui oleh SNI 7860
tahun 2020 pada BAB E sub E1 dan E2, Pada BAB F sub F1 dan F2. (Pada tugas perancangan
Baja 2 masih dibatasi untuk bangunan yang memiliki KDS A,B dan C yaitu kondisi
kegempaan yang rendah dan Sedang).
Sistim tumpuan boleh diasumsikan yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan yang
diedealisasikan sebagai Sendi atau Jepit.
3. Susunan Pelaporan
Sampul Laporan Tugas
Daftar Isi
Daftar
Gambar
Daftar Tabel
Kata
Pengantar
BAB I Pendahuluan
1.1 Pendahuluan / Introduction ( menggambarkan bangunan yang akan didesain dan
disertai Justifikasi pemilihan sistim atap, profil yang digunakan, mutu baja yang
digunakan, sistim dinding, dan Pondasi)
1.2 Deskripsi dan Fungsi Bangunan dan Strukturnya/Description of Building and
Structure
1.2.1 Fungsi Gedung( Example:ruko, perkantoran)
1.2.2 Klasifikasi penggunaan Gedung / Classification of all Building by Use or
Occupancy (terkait dengan kegempaan)
3.1 Konsep preliminy ukuran ukuran Profil yang digunakan, daftar Profil yang digunakan
3.2 Metode Analisa dan software yang digunakan
3.3 Analisa struktur struktur sekunder
3.4 Analisa struktur Struktur Atap
3.5 Analisa Struktur Utama ( Brucing , Balok dan Kolom)
3.6 Reaksi reaksi Tumpuan
Detail
1.1 Pendahuluan
Semakin meningkatnya perekonomian di Indoensia memicu pertumbuhan dan pembangunan
pertokoan pun semakin banyak. Hal tersebut mengakibatkan kebutuhan bangunan pertokoan
sebagai penunjang sarana jual beli ikut meningkat. Dengan permasalahan lahan yang terbatas,
maka alternatifnya penulis membuat bangunan pertokoan tingkat dua. Hal tersebut mendorong
para perencana bangunan untuk membuat bangunan tingkat tinggi tahan terhadap kekuatan
gempa. Kondisi tektonik Negara Indonesia terletak pada pertemuan lempeng besar dunia dan
beberapa lempeng kecil atau microblocks (Bird,2013), hal tersebut menyebabkan daerah tersebut
berpotensi mengalami banyak kejadian gempa. Indonesia dikelilingi oleh empat lempeng utama
yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Pasifik.
(Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017)
Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada dibagian paling atas, yang
berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga
memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan, untuk perencanaannya atap ini haruslah
diperhitungkan dan harus mendapat perhatian yang khusus dari perencana (arsitek). Karena dilihat dari
penampakannya ataplah yang paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap yang
memperhatikannya.Untuk itu dalam merencanakan bentuk atap harus mempunyai daya arstistik.Bisa
juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari suatu bangunan rumah. Pada tugas ini desain atap
yang Atap merupakan bagian dari bangunan gedung (rumah) yang letaknya berada dibagian paling atas,
yang berfungsi sebagai penutup/pelindung bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga
memberikan kenyamanan bagi penggunan bangunan, untuk perencanaannya atap ini haruslah
diperhitungkan dan harus mendapat perhatian yang khusus dari perencana (arsitek). Karena dilihat dari
penampakannya ataplah yang paling pertama kali terlihat oleh pandangan setiap yang
memperhatikannya. Untuk itu dalam merencanakan bentuk atap harus mempunyai daya arstistik.Bisa
juga dikatakan bahwa atap merupakan mahkota dari suatu bangunan rumahdigunakan adalah desain
atap sandar. Desain atap sandar dipilih karena biaya yang terjangkau dan mempermudah aliran hujan.
Jenis pondasi yang digunakan adalah tipe pondasi footplate beton bertulang. Dengan
menggunakan mutu baja BJ 41 dengan nilai Fy 250 MPa.
2. Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung 2012 (SNI 1726-2013)
a. Beban Mati (DL) Beban Mati adalah segala sesuatu bagian struktur yang bersifat tetap, termasuk
dalam hal ini berat sendiri struktur. Sebagai contoh adalah berat sendiri balok, kolom, pelat lantai dan
dinding. Contoh lain adalah atap, dinding, jendela, plumbing, peralatan elektrikal, dan lain-lain sesuai
dengan peraturan pembebanan indonesia dan berat jenis bahan yang dipakai
b. Beban Hidup (LL) Beban Hidup adalah beban yang berubah ubah pada struktur dan tidak tetap.
Termasuk beban berat manusia dan perabotnya atau beban menurut fungsinya. Beban hidup yang
dipakai adalah berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia. Sebagai contoh adalah Rumah tingal,
Perkantoran, Fasilitas umum, dll.
c. Beban Angin (W) Untuk memperhitungkan pengaruh dari angin pada struktur bangunan, pedoman
yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut : -Tekanan tiup angin harus
diambil minimum 25 kg/m2 -Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai,
harus diambil minimum 40 kg/m2
d. Beban Gempa (E) Beban gempa pada perencanaan struktur bangunan ini ditinjau secara analisa
dinamis 3 dimensi. Fungsi response spectrum ditetapkan sesuai peta wilayah gempa yang direncanakan.
Sesuai SNI gempa untuk struktur bangunan gedung. Page 20 of 30
- 1 DL + 1 LL
- 1.2 DL + 0.6 LL
- 1.2 DL + 1 LL + 1 E
- 1.2 DL + 1 LL - 1 E
Spesifikasi bahan
Adapun spesifikasi bahan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut :
- Untuk pondasi strous dan poer digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa
c. Struktur Baja
PEMEBEBANAN
b. Lebar bangunan : 24 m
c. Panjang bangunan : 12 m
d. Tinggi bangunan : 8 m
2.3 Adapun Spesifikasi Bahan Yang Digunakan Dalam Perencanaan Ini Adalah
Sebagai Berikut :
a. Beton (Mutu beton yang digunakan adalah) :
- Untuk pondasi strous dan poer digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa
c. Struktur Baja
Beban hidup
Beban hidup :
Beban hidup :
Beban hidup :
- Untuk pondasi strous dan poer digunakan mutu beton K 300, fc = 24.9 MPa
c. Struktur Baja
Step 1 – tentukan properties material dan penampang dari elemen struktur lentur.
BJ – 41 – WF 300 x 300 x 10 x 15
Fy = 250 mpa
Fu = 410 MPa
Ag = 11.980
Ix = 20.400 x 104 mm4
rx = 131 mm ry = 75,1 mm
Zx = 1360000
Step 2 – hitung gaya internal (momen dan geser)yang ada pada balok akibat beban luar.
DL = 2166 kg/m
LL = 666,6 kg/m
Qu = 1,2 DL + 1,6 LL
Vu = ½ x Qu x L
Step 3 – control lendutan yang terjadi agar tidak melewati batas yang diijinkan. Batas max lendutan
untuk perletakan sendi-rol bisa menggunakan pendekatan.
Δy = 5 x q x L^4 / 384 x E x Ix
Sayap (flanges)
λ = b/t = 145/15 = 9,67
Step 5 – klasifikasi keadaan batas berdasarkan Analisa pada step 4. Penampang bisa disimpulkan
kategori kompak. Kemudian dengan menggunakan tabel F1.1 SNI 1729-2015, profil yang digunakan
tergolong 35 Analisa sesuai pasal F2 yaitu yield & lateral torsional buckling (LTB), yang akan dibahas
pada step – 6.
Step 6 – menghitung parameter keadaan batas (momen kapasitas) Berdasarkan step – 5, Analisa
keadaan batas dari profil ini berdasarkan pasal F2, SNI 1729- 2015. Sehingga parameter yang perlu
dihitung untuk memperoleh momen nominal adalah sebagai berikut :
b) LTB
d) J = (2 x b x tf³) + (J X lW³) / 3
J = 770000 mm⁴
Ls = 7070 mm = 7,070 m
Lb = 2 m
Sehingga Φ x Mn > Mu 0,9 x 340 > 36,7 306 > 36,7 (ok)
3.3.2 Kolom
Step-1. Menentukan Properties Material dan Penampang
WF 400X400X21X13
Fy = 400 Mpa
Fu = 520 Mpa
W = 171,68 kg/m
ix = 17,45 cm = 174,5 mm
iy = 10,12 cm = 101,2 mm
- Sayap (flanges)
(b/t) ≤ 𝝀r
9,21 ≤ (0,56)(22,360)
29,153≤ (1,49)(22,360)
Dengan demikian, maka penampang tergolong tidak langsing dan memenuhi syarat
Klasifikasikan penampang
- Sayap
𝜆𝑝 = (0,38)√ 𝐸/𝑓𝑦
= (0,38)√ 200.000/400
= (0,38)(22,360) = 8,49
𝜆𝑟 = (1,0)√ 𝐸/𝑓𝑦
= (1,0)√ 200.000/400
= (1,0)(22,360) = 22,360
𝜆 = ( ) = (400−21−21)/13 = 27,538
𝜆𝑝 = (3,76)√ 𝐸/𝑓𝑦
= (3,76)√ 200.000/400
= (0,38)(22,360) = 84,0736
𝜆𝑟 = (5,7)√ 𝐸/𝑓𝑦
= (5,7)√ 200.000/400
= (5,7)(22,360) = 127,452
Jadi 𝜆 ≤ 𝜆𝑝 ≤ 𝜆𝑟; Profil badan tergolong KOMPAK
Tinggi bangunan : 6 m
= 5089.182 kg
- E = 2.039.432,43 𝑘𝑔/𝑐𝑚ଶ
- Iy = 294 𝑐𝑚ସ
- Sx = 324 𝑐𝑚ଷ
3.5.1 Balok
a. Perhitungan Profil Balok WF 250.125.6.9 :
Data yang didapatkan
- Momen max = 5196,2 Kg.m
- 𝑀Æ (momen ¼ batang) = 726,33 Kg.m
- 𝑀B (momen ½ batang) = 2733 Kg.m
- 𝑀C (momen ¾ batang) = 823,87 Kg.m
- Gaya tekan P = 11,7 Kg
- Gasa geser = 2268 Kg
b. Direncanakan menggunakan profil H 250.250.9.14
- Fy = 250 Mpa = 2.550 kg/cm2
- E= 2.039.432,43 kg/cm2
- A = 38cm2
- Ix = 4.050 cm4
- Iy = 294cm4
- Sx = 324 cm3
- Zx = 917cm3
- J = 7,75cm4
Diketahui :
Kolom K1 menggunakan profil H 250.250.9.14 Balok induk
menggunakan profil WF 250.125.6.9
h = d = 370 mm
b = 199 mm
tw = 8 mm
tf = 13 mm
r0 = 16 mm
As = 255,65 cm2
Ix = 17918,85 cm4
Nu = 5,355 Kn
Vu = 69,8 KN
Mu = 101,35 Kn
3.5.2 Kolom
Perhitungan Profil Kolom H 250.250.9.14
ANALISA STABILITAS
Beban angin :
Beban angin tekan = 0,2 x 1,73 m x 25 kg/m2= 8,65 kg/m
Beban angin hisap = - 0,4 x 1,73 m x 25 kg/m2= - 17,30 kg/m
6. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Pada konstruksi ini
diasumsikan nilai W = 25 kg/m2
Keterangan :
h = 80 mm
b = 80 mm
a = 10 mm
t = 12 mm
2. Sambungan Baut
a. Sambungan segmen SU 1 108
b. Sambungan segmen BU 1
c. Sambungan segmen RF 1
3. Spesifikasi Las
Mutu las yang digunakan adalah Las Fe70xx (ksi)
4. Spesifikasi Baut Mutu baut yang digunakan adalah A307 :
fy = 250 MPa = 2500 kg/cm2
fu = 420 MPa = 4200 kg/cm
Akibat Pu :
fh = Pu / ASU2
= 15.000,57 / 27,929
fh = 537,10 kg/cm2
te = fh / Øfn
= 537,10 / 2214,45
te = 0,24 cm
Spesifikasi profil SU 1
Diameter Luar : 355,6 mm
Tebal : 9,52 mm
A53 Gr. B : fy : 2400 kg/cm2
fu : 4150 kg/cm2
Tebal pelat : 10 mm
Dari hasil program SAP 2000 didapatkan gaya yang bekerja pada batang yang
akan disambung adalah :
Pu : 6.829,74 kg (Tarik)
Pu : - 81.782,27 kg (Tekan)
V : 9.518,54 kg
An = Ag – Aperlemahan baut
= 14,44 – (2 x 1,7375 x 1) An = 10,965 cm2
Ae = 0,9 x An
Ae = 0,9 x 10,965 = 9,87 cm2
Kuat putus :
Pn = Øtp x Ae x fu
= 0,75 x 9,87 x 3700
Pn = 27.385,09 kg
Kuat tumpu :
Rd = Øf x 2,4 x db x tp x fu x jumlah baut
= 0,75 x 2,4 x 1,5875 x 1 x 3700 x 4
Rd = 42.291,00 kg
Pn > Vu 19.714,09 kg > 9.518,54 kg (OK)
Syarat baut menerima beban kombinasi geser dan tarik (SNI 03-1729-2002)
(OK)
𝑉𝑢
fuv = ≤ r1 x Øf x fub x m
𝑛 𝑥 𝐴𝑏
𝑉𝑢
fuv = ≤ 0,4 x 0,75 x 8300 x 1
𝑛 𝑥 𝐴𝑏
fuv = 1.202,25 kg ≤ 2.490 kg (OK)
𝑇𝑢
Td = Ø x Tn = Ø x ft x Ab ≥
f f
𝑛
6.829,74
Td = 9.240,98 ≥ 4
Td = 9.240,98 kg ≥ 1.707,44 kg (OK)
ft = f1 - r2 x fuv ≤ f2
f1 = 8070 kg/cm2
f2 = 6210 kg/cm2
ft = 8070 − 1,9 x 1.202,25 ≤ 6210
ft = 5.785,73 kg ≤ 6.210 kg (OK)
Akibat Pu :
fh = Pu / ASU1
= 81.782,27 / 111,715
fh = 732,06 kg/cm2
te = fh / Øfn
= 732,06 / 2214,45
te = 0,33 cm
Maka tebal las total :
a = te / 0,707 = 0,33 / 0,707 = 0,468 cm = 4,68 mm
4150
aef maks = 1,41 x 9,52 = 11,32 mm
70 𝑥 70,3
PIPA□PEDESTAL Z
BAUT□PIN
PELAT□PELAT□PENUMPU
BAUT□ANGKUR
Y X
KOLOM□BETON
Ly
Lx
Rencana :
Tebal Pelat Penumpu (t) : 8 mm = 0,8 cm
Diameter Baut Pin (D) : 30 mm = 3 cm
Kuat leleh :
Pu = Øtl x Ag x fy
10.693,93 = 2 x (0,9 x Ag x 2400)
Ag = 2,48 cm2 (Menentukan)
Kuat putus :
Pu = Øtp x Ae x fu
10.693,93 = 2 x (0,75 x Ae x 3700)
Ae = 1,93 cm2
Ag = t x (2 . Lx)
2,48 = 0,8 x (2 . Lx)
Lx = 1,55 cm
Rd > Pz
11.135 kg > 10.693,93 kg (OK)
c. Desain Base Plate
Cek eksentrisitas :
e = Mx / Pz = 23.065,33 / 10.693,93 = 2,14 cm
B1 / 6 = 40 / 6 = 6,67 cm
e = 2,14 cm < L1 / 6 = 6,67 eksentrisitas kecil
Tegangan yang terjadi pada muka beton dan pelat dasar (fcu) :
Pz MX . C
ƒ1,2 = ±
𝐵1 𝑥 𝐿1 𝐼
ƒ1 = 8,82 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
ƒ2 = 4,54 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
ƒ1 𝑥 𝐿1 𝑥 𝐵1
𝐴1 =
1,7 𝑥 ∅𝑐 𝑥 ƒ′𝑐
8,82 𝑥 40 𝑥 40
𝐴 = = 39,53 𝑐𝑚2 < A1 renc = 1600 cm2 (OK)
1 1,7 𝑥 0,6 𝑥 350
Gggggggggggggggggggggggggggggggggggg
tp = n √2. 𝑃1/0,9𝑥𝑓𝑦𝑥𝐿1𝑥𝐵1
tp = n √2. 𝑃1/0,9𝑥𝑓𝑦𝑥𝐿1𝑥𝐵1
Akibat Pu :
fh = Pu / ALas Rencana
= 936,56 / 50
fh = 18,73 kg/cm2
te = fh / Øfn
= 18,73 / 2214,45
te = 0,0085 cm
X Y
PELATPENUMPU
BAUT ANGKUR
PELATDASAR
PELATRIBS
KOLOMBETON
Profil Pipa
Diameter : 355,6 mm
Tebal : 9,52 mm
A53 Gr. B
fy : 2400 kg/cm2
fu : 4150 kg/cm2
Spesifikasi Pelat Penumpu dan Pelat Dasar :
BJ37
fy : 2400 kg/cm2
fu : 3700 kg/cm2
Rencana :
Tebal Pelat Penumpu (t) : 16 mm = 1,6 cm
Diameter Baut Pin (D) : 100 mm = 10 cm
Kuat putus :
Pu = Øtp x Ae x fu
81.782,27 = 2 x (0,75 x Ae x 3700)
Ae = 14,74 cm2
Ag = t x (2 . Lx)
18,93 = 1,6 x (2 . Lx)
Lx = 5,92 cm
Rd > Pu
106.560 kg > 81.782,27 kg … (OK)
Karena tidak ada momen, maka pelat dasar hanya ditinjau dari
beban tekan dari struktur busur utama saja.
Tegangan yang terjadi pada beton di bawah base plate :
ƒ = 𝑃𝑧 = 73816,28 = 2,03 kg/cm2
u
𝐴1 36300
Cek tegangan tumpu nominal kolom beton :
ƒ = Ø 𝑥 0,85 𝑥 ƒ′𝑐 𝑥 √𝐴2
𝑝 𝐴1
49.400
ƒ𝑝 = 0,6 𝑥 0,85 𝑥 350 𝑥 √ = 208,23 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
36.300
Cek dimensi 𝑃𝑧
pelat dasar (base plate) :
A1 =
1,7 𝑥 Øc X f′c
73816,28
A1 = ≤ A1 rencana
1,7 𝑥 0,6 X 350
2.𝑝𝑧
tp = n √
0,9.fy.L1.B1
330−0,8.240 2.73816,28
tp =
2
√ = 2,99 cm
0,9.2400.110.330
Jadi, pelat dasar dipakai t = 3,0 cm = 30 mm
Akibat Pu :
fh = Pu / ALas Rencana
= 76.567,99 / 160
fh = 478,55 kg/cm2
te = fh / Øfn
= 478,55 / 2214,45
te = 0,22 cm
GAMBAR DETAIL