LABORATORIUM BETON
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan buku Petunjuk
Praktikum Teknologi Beton.
Buku petunjuk ini ini telah kami susun secara maksimal dengan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini sehingga laporan dapat selesai dengan baik dan lancar.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku petunjuk ini
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki buku petunjuk ini.
Kami berharap semoga laporan ini dapat menambah wawasan terhadap pembaca mengenai
bidang teknologi beton.
i
DAFTAR ISI
ii
LAMPIRAN ...............................................................................................................................
iii
BAB I
PENGUJIAN BAHAN SEMEN
1.1 Percobaan Konsistensi Normal Semen Portland (SNI 03-6826-2002 dan ASTM C187-79)
1.1.1 Tujuan percobaan
Mengetahui kadar air normal yang digunakan untuk mengikat dan mengeringkan
semen portland.
1.1.2 Teori
Semen bersama-sama dengan air berfungsi sebagai perekat (binder) dalam beton.
Reaksi yang terjadi antara semen dan air disebut reaksi hidrasi. Banyaknya air untuk
proses atau reaksi hidrasi sangat tergantung dari komposisi senyawa penyusun semen
dan kehalusan semen. Terlalu banyak air akan menyebabkan campuran pasta semen
terlalu encer dan kekuatan pasta menurun sedangkan terlalu sedikit air akan
menyebabkan campuran pasta semen menjadi kering/kaku dan tidak semua butiran
semen terhidrasi . Oleh karena itu, sebelum digunakan, perlu diuji dulu agar didapat
kebutuhan air yang optimum.
Konsistensi normal semen adalah suatu kondisi standar yang menunjukkan kebasahan
ideal pasta semen. Pengujian konsistensi semen adalah pengujian kondisi pasta semen
yang kandungan airnya bisa tembus/ menahan jarum vikat besar selama 30 detik
masuk 10 mm.
1.1.3 Peralatan yang digunakan
- Timbangan kapasitas 2600 gram
- Tempat adukan dan pengaduk
- Gelas ukur 200cc
- Seperangkat alat vikat (menggunakan jarum vikat besar)
- Solet perata
1.1.4 Bahan yang diperlukan
- Semen
- Air suling
1
Timbangan
Gelas Ukur
Alat Vikat
2
2. Bila pasta semen telah tercampur rata agar dibentuk bola dan dilempar dari tangan
kanan ke tangan kiri atau sebaliknya pada jarak ± 15 cm sebanyak 6 kali lemparan.
3. Setelah itu bola pasta agar dimasukkan dalam konikel dan permukaannya diratakan
dengan alat solet perata.
4. Jarum vikat besar ditempelkan pada bidang muka pasta semen tepat di tengahnya
dan lepaskan kunci pengikatnya agar jarum vikat tersebut masuk kedalam pasta
semen.
3
5. Catat berapa mm penurunan jarum tersebut selama 30 detik.
6. Jika dalam waktu 30 detik jarum vikat masuknya kurang dari 10 mm maka
buatlah adonan semen lagi dengan air yang lebih banyak dari yang pertama,
sebaliknya apabila dalam waktu 30 detik jarum vikat lebih dari 10 mm maka
buatlah adonan semen dengan air lebih sedikit dari yang pertama.
Catatan : Jika pada percobaan pertama jarum vikat tidak masuk tepat di 10 mm,
maka ulangi lagi percobaan konsistensi mulai dari tahap no 1.
Perhitungan :
Konsistensi = Berat air (W2) x 100%
Berat semen (W1)
4
Perhitungan Percobaan II :
Berat semen (W1) = 500 gram
Berat air (W2) = 110 gram
Konsistensi = Berat air (W2) x 100%
Berat semen (W1)
Konsistensi = 110 x 100% = 22%
500
Jika dari 3 pengujian, belum didapatkan nilai penurunan vikat sebesar 10 mm, maka
dibuat grafik dari 3 pengujian tersebut, untuk kemudian diplot.
23%
Penetrasi (mm)
Konsistensi (%)
Catatan : beri kesimpulan pada percobaan yang telah dilakukan
5
1.2 Percobaan Waktu Mengikat dan Waktu Mengeras Semen Portland (SNI 03-6827-2002
dan ASTM C191-77)
1.2.1 Tujuan percobaan
Menentukan waktu mengeras dan mengikat semen Portland
1.2.2 Teori
Setelah semen bercampur dengan air akan terjadi proses hidrasi semen sehingga pasta
semen akan mengalami pengikatan kemudian pengerasan. Waktu pengikatan pada
pasta semen ada 2 macam, yaitu waktu pengikatan awal (initial setting time) dan waktu
pengikatan akhir (final setting time). Initial setting time adalah waktu yang dibutuhkan
sejak semen bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis, sedangkan
final setting time adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air
dari kondisi plastis menjadi “keras”. Pada kondisi final setting time pasta semen belum
boleh langsung dibebani, baik oleh berat sendiri maupun beban dari luar. Lama
pengikatan pasta semen tergantung dari komposisi senyawa semen dan temperature
udara sekitar.
Pengujian setting time semen Portland :
- Waktu mengikat semen (initial setting time) adalah waktu pada saat jarum vikat
kecil masuk ke pasta semen sedalam 25 mm
- waktu mengeras semen (final setting time) adalah waktu pada saat jarum vikat kecil
masuk 0 mm.
1.2.3 Peralatan yang digunakan
- Timbangan kapasitas 2600 gram
- Tempat adukan dan pengaduk
- Gelas ukur 200cc
- Seperangkat alat vikat (menggunakan jarum vikat kecil)
- Solet perata
1.2.4 Bahan yang diperlukan
- Semen
- Air suling (dengan volume yang sesuai hasil percobaan konsistensi semen)
6
Timbangan
Gelas Ukur
Alat Vikat
Solet Perata
7
3. Selanjutnya bola pasta tersebut masukkan dalam konikel dan permukaannya
diratakan.
4. Letakkan jarum vikat kecil di atas konikel yang berisi bola pasta yang sudah
dipadatkan.
5. Setelah 45 menit dibiarkan, pengunci jarum vikat kecil dilepas dan diukur
penurunannya.
6. Jarum vikat ditarik kembali dan konikal yang berisi pasta semen agar digeser ±
jaraknya 3 mm dari lubang yang tadi kemudian jarum tersebut tempelkan
dipermukaan pasta semen tersebut dan dikunci kembali.
7. Setelah tenggang waktu 15 menit pengikat/ pengunci jarum vikat dilepas dan baca
penurunannya.
8. Ulangi percobaan tersebut setiap 15 menit sekali sampai jarum vikat kalau dilepas
penurunannnya 0 mm
8
Pengujian Pengikatan dan Pengerasan Semen
45
40
35
Waktu mengikat
Penetrasi (mm) 30
25
20
15
10 Waktu mengeras
5
0
0 20 40 60 80
91 100 120 140
Interval waktu (mm)
Interval
waktu (menit)
Penetrasi
(mm)
Data hasil percobaan pada tabel 2, kemudian di plot grafik inverval waktu vs penetrasi.
Catatan : beri kesimpulan pada percobaan yang telah dilakukan
9
1.3 Percobaan Berat Jenis Semen Portland
1.3.1 Tujuan percobaan
Menentukan berat jenis semen Portland
1.3.2 Teori
Berat jenis semen umumnya berkisar 3,10 – 3,30. Berat jenis perlu untuk diuji untuk
melihat kualits dari semen yang akan digunakan dalam campuran beton. Semen yang
mempunyai berat jenis kurang dari 3,0 biasanya terjadi karena pembakaran yang
kurang sempurna atau tercampur dengan bahan lain atau tekah terjadi penurunan
kualitas pada semen tersebut.
1.3.3 Peralatan yang digunakan
- Timbangan analisis kapasitas 2600 gram
- Labu takar 500 cc
- Corong dan wadah
1.3.4 Bahan yang diperlukan
- Semen portland
- Kerosin (minyak tanah)
10
1.3.5 Prosedur percobaan
1. Timbang semen sebanyak 250 gram.
2. Timbang labu takar 500 cc yang telah dibersihkan.
5. Tambahkan minyak tanah ke dalam labu takar sampai batas garis, pegang labu
takar dengan posisi miring dan diputar-putar sampai gelembung udara keluar
semua, jika posisi minyak dibawah batas garis, maka tambahkan minyak lagi
sampai batas.
7. Bersihkan labu takar yang berisi semen dan minyak tanah sampai bersih.
8. Isi labu takar dengan minyak tanah sampai batas garis.
9. Timbang labu takar yang telah diisi minyak tanah
Perhitungan :
𝑊1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 𝐵𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛
(𝑊1 + 𝑊2 ) − 𝑊3
Dimana :
W1 : Berat semen portland (gr)
W2 : Berat labu ukur + Kerosin (gr)
W3 : Berat labu ukur + Semen + Kerosin (gr)
BJ Kerosin : 0,8gr/cm3
12
Percobaan I :
Berat semen (W1) = 250 gram
Berat labu+semen+minyak (W3) = 840,5 gram
Berat labu+minyak (W2) = 652,5 gram
𝑊1
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 𝐵𝐽 𝐾𝑒𝑟𝑜𝑠𝑖𝑛
(𝑊1 + 𝑊2 ) − 𝑊3
250
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑥 0,8 = 3,22
(250 + 652,5) − 840,5
13
1.4.3 Bahan yang diperlukan
- Semen portland
Timbangan
14
Perhitungan :
𝐵−𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 =
𝑉
Dimana :
B : Berat semen dengan silinder (gr)
A : Berat silinder (gr)
V : Volume silinder (cm3)
1.4.5 Contoh Pengamatan Berat Volume Semen
Tabel 7 Data pengamatan Berat Volume Semen (contoh)
Tanpa Rojokan Dengan Rojokan
I II I II
Percobaan no
4000 3725 3725 3725
Berat Silinder (gram)
16/15 16/15 16/15 16/15
d / h silinder (cm)
7200 7010 7140 7130
Berat Silinder + Semen
(gram)
3200 3285 3415 3405
Berat Semen (gram)
3014,4 3014,4 3014,4 3014,4
Volume Silinder (cm3)
1,06 1,09 1,13 1,13
Berat/volume (gr/cm3)
Rata-rata (gr/cm3) 1,08 1,13
15
1.4.6 Hasil Pengamatan Berat Volume Semen
Tabel 8 Data pengamatan Berat Volume Semen*)
Tanpa Rojokan Dengan Rojokan
I II I II
Percobaan no
d / h silinder (cm)
Berat/volume (gr/cm3)
Rata-rata (gr/cm3)
*) Lakukan masing-masing 2 kali percobaan
Catatan : beri kesimpulan pada percobaan yang telah dilakukan
16
BAB II
PENGUJIAN BAHAN AGREGAT HALUS (PASIR)
Gambar 3 Tabel gradasi agregat halus berdasarkan SNI dan ASTM (Sumber :
https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi--agregat-halus.html)
17
Gambar 4 Grafik Zona 1 Agregat Halus
(Sumber : https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi--agregat-halus.html)
18
Gambar 6 Grafik Zona 3 Agregat Halus
(Sumber : https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi--agregat-halus.html)
19
Gambar 9 Grafik Gradasi Agregat Halus berdasarkan ASTM C-33
(Sumber : https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi--agregat-halus.html)
Modulus kehalusan pasir adalah suatu indeks yang menggambarkan nilai kehalusan
atau kekasaran yang dimiliki oleh agregat halus. Nilai modulus kehalusan pasir
didapatkan dari jumlah akumulatif prosentase agregat halus tertahan (kecuali
PAN) dibagi 100. Kehalusan atau kekasaran agregat dapat mempengaruhi kelecakan
dari mortar beton. Syarat Modulus kehalusan adalah tidak kurang dari 2,3 dan tidak
lebih dari 3,1 (ASTM C33-03).
20
No. Ayakan Ukuran Diameter Lubang Ukuran Diameter Lubang
(mm) (SNI) (mm)
No. 16 1,18 1,20
No. 30 0,60 0,60
No. 50 0,30 0,30
No. 100 0,15 0,15
Pan Pan Pan
- Alat penggetar
- Sikat kuningan
- Nampan
2.1.4 Bahan yang diperlukan
- Pasir dalam keadaan kering oven
Timbangan
Nampan
21
2.1.5 Prosedur percobaan
1. Timbang pasir kering oven sebanyak 1000 gram
2. Susun saringan dengan diameter paling besar ditempat paling atas dan selanjutnya
diurutkan sesuai dengan diameternya.
3. Masukkan pasir tersebut kedalam saringan yang sudah tersusun di no.2
4. Taruh saringan yang sudah berisi pasir di atas mesin penggetaran, setel baut
penguncinya.
5. Hidupkan mesin penggetar selama ± 10 menit.
6. Timbang pasir yang tertinggal pada tiap-tiap ayakan dengan nampan.
𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑊1)
Persentase pasir yang tertahan = 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑚𝑢𝑙𝑎 𝑚𝑢𝑙𝑎 (𝑊2)
22
Perhitungan saringan no. 16 :
Berat pasir tertahan = (berat tempat+pasir) – berat tempat = 281,8 – 149,5 = 132,3gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 132,3
% Pasir tertahan = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑚𝑢𝑙𝑎 𝑚𝑢𝑙𝑎 = 𝑥 100% = 13,23%
1000
Plotting hasil perhitungan analisa saringan ke dalam grafik gradasi zona agregat halus
berdasarkan SNI 03-2834-2000 :
80.00
Zone 2
60.00 Zone 1
40.00 Zone 1
20.00 Zone 3
Zone 3
0.00
0.1 0.2 0.4 0.8 1.6 3.2 6.4 Zone 4
Diameter Ayakan (mm)
100.00
% Lolos Ayakan
80.00
20.00 Zone 3
0.00
0.1 0.2 0.4 0.8 1.6 3.2 6.4
Diameter Ayakan (mm)
Gambar 11 Contoh plotting hasil Analisa gradasi agregat halus terhadap zona 3
23
2.1.6 Hasil Pengamatan Analisa Saringan Pasir
Berat tempat = …………… gram
Berat tempat + pasir = …………… gram
Berat pasir (W2) = …………… gram
Tabel 11 Data Pengamatan Analisa Saringan Pasir
Saringan Tinggal pada saringan % Kumulatif
mm Berat Berat tempat Pasir % Pasir Tertahan Lolos
No
Tempat + pasir tertahan tertahan (A) (100-A)
(gram) (gram) (W1)
(gram)
No. 4 4,75
No. 8 2,36
No. 16 1,18
No. 30 0,60
No. 50 0,30
No.100 0,15
Pan 0
Jumlah
Modulus kehalusan Σ%Kumulatif tertahan/100
24
Zona Gradasi Pasir (agregat Halus)
120
Zone 2
100
Zone 2
80
% Lolos Ayakan
Zone 1
60
Zone 1
40
Zone 3
20 Zone 3
0 Zone 4
0.1 0.2 0.4 0.8 1.6 3.2 6.4
Zone 4
Diameter Ayakan (mm)
1
Catatan : Plotting grafik analisa ayakan pasir serta penentuan zona gradasi pasir harus dilakukan
terlebih dahulu sebelum melakukan perhitungan campuran beton (mix design).
Beri kesimpulan pada hasil percobaan yang telah dilakukan.
Timbangan Nampan
1
2.2.5 Prosedur percobaan
1. Pasir dalam keadaan asli ditimbang beratnya 500 gram.
2
2.2.6 Contoh pengamatan kelembaban pasir
Tabel 12 Data Pengamatan Kelembaban Pasir (contoh)
Percobaan no I II
Berat tempat (gram) 149,5 147
Berat tempat + pasir asli (gram) 649,5 647
Berat pasir asli (W1) (gram) 500 500
Berat tempat + pasir oven (gram) 647,5 644,5
Berat pasir oven (W2) (gram) 498 497,5
Kelembaban pasir (%) 0,4 0,5
Rata – rata (%) 0,45
Percobaan I :
Berat pasir asli (W1) = 500 gram
Berat pasir oven (W2) = Berat pasir oven di atas wadah – berat wadah
= 647,5 – 149,5
= 498 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑎𝑠𝑙𝑖 (𝑊1) − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 (𝑊2)
% Kelembaban 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 (𝑊2)
500 − 498
% Kelembaban 𝑥 100% = 0,4%
498
3
2.3 Percobaan Air Resapan Pasir (ASTM C128)
2.3.1 Tujuan percobaan
Menentukan nilai kadar air resapan dalam pasir pada kondisi SSD (Saturated Surface
Dry)
2.3.2 Teori
Kondisi SSD (saturated surface dry) atau kondisi jenuh-kering permukaan adalah
kondisi dimana pori-pori dalam agregat terisi penuh oleh air atau jenuh air tapi
permukaannya kering. Pada kondisi ini, agregat tidak dapat menyerap air sehingga
tidak menambah air ke dalam campuran.
Penyerapan/absorption adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering dinyatakan dalam persen. Masing-masing agregat memiliki
tingkat resapan yang berbeda-beda tergantung jumlah rongga udara atau void di dalam
partikel agregat tersebut.
2.3.3 Peralatan yang digunakan
- Timbangan kapasitas 2600 gram
- Oven
- Nampan
- Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40±3) mm, diameter bagian bawah
(90±3) mm dan tinggi (75±3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.
- Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15) gram,
diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
2.3.4 Bahan yang diperlukan
Pasir pada kondisi SSD sebanyak 500 gram.
Timbangan
Oven
4
Kerucut dan batang penumbuk Nampan
Pasir kondisi SSD
2. Masukkan pasir tersebut kedalam oven yang bertemperatur 110o + 5oC selama 24
jam.(sampai kering).
3. Keluarkan pasir dari oven, diamkan sebentar, setelah dingin baru ditimbang.
5
Perhitungan :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑆𝑆𝐷 (𝑊1) −𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 (𝑊2)
% Kadar Resapan = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 (𝑊2)
Catatan
Untuk membuat pasir dalam keadaan Saturated Surfase Dry (SSD) atau kering
permukaan jenuh :
- Rendam pasir asli selama ± 24 jam
- Setelah terlihat sudah agak kering / mamel saudara coba dengan alat kerucut yang
telah disediakan.
- Cara mengetahui pasir dalam keadaan SSD :
6
➔ Isi kerucut 1/3 bagian dengan pasir tersebut dan ditumbuk 25 kali. Sampai
kerucut tersebut penuh. (diisi 3 lapis masing-masing lapisan ditumbuk 25 kali
setelah penuh ratakan).
➔ Angkat kerucut tersebut apabila pasir bagian luar longsor tetapi bagian dalam
masih berbentuk kerucut maka itulah kondisi pasir SSD.
➔ Apabila kerucut diangkat pasir tidak ada yang runtuh maka harus dikeringkan
lagi, sebaliknya apabila waktu kerucut diangkat pasirnya runtuh semua berarti
kondisi SSD telah dilewati, sehingga harus membuat dari awal kembali.
7
2.3.6 Contoh pengamatan uji air resapan pasir
Tabel 14 Data pengamatan uji air resapan pasir (contoh)
I II
Percobaan No.
Berat wadah (gram) 196,2 187,5
Berat wadah + pasir SSD (gram) 696,2 687,5
Berat pasir SSD (W1) (gram) 500 500
Berat wadah + pasir oven (gram) 690,5 683
Berat pasir oven (W2) (gram) 494 495,5
Kadar air resapan (%) 1,21 0,9
Rata-rata 1,055
Percobaan I :
Berat pasir SSD (W1) = 500 gram
Berat pasir oven (W2) = Berat pasir oven di atas wadah – berat wadah
= 690,5 – 196,2
= 494 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑆𝑆𝐷 (𝑊1) −𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 (𝑊2)
% Kadar Resapan = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑜𝑣𝑒𝑛 (𝑊2)
500 − 494
% Kadar Resapan = 𝑥 100% = 1,21%
494
8
2.4 Percobaan Berat Jenis Pasir (ASTM C128-01)
2.4.1 Tujuan percobaan
Menentukan berat pasir dalam kondisi jenis jenuh kering permukaan (Saturated
Surface Dry).
2.4.2 Teori
Berat jenis kering permukaan jenuh/saturated surface dry (SSD) specific gravity
adalah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C.
2.4.3 Peralatan yang digunakan
- Timbangan analisa kapasitas 2600 gram
- Labu takar 1000 cc
- Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40±3) mm, diameter bagian bawah
(90±3) mm dan tinggi (75±3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm.
- Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15) gram,
diameter permukaan penumbuk (25 ± 3) mm.
2.4.4 Bahan yang diperlukan
Pasir kondisi SSD
Timbangan
Labu takar
9
2.4.5 Prosedur percobaan
7. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas garis pada labu takar.
8. Timbang labu takar berisi air dan pasir, catat hasilnya.
9. Bersihkan pasir yang ada di dalam labu takar
10. Isi labu takar dengan air sampai batas garis, lalu timbang dan catat hasilnya.
10
Perhitungan :
𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 = 𝐶 +𝐴 − 𝐵
Dimana :
D : Berat agregat halus SSD setelah di oven (gr)
C : Berat piknometer dengan air suling (gr)
A : Berat SSD agregat halus (gr)
B : Berat piknometer dengan pasir SSD dan air suling (gr)
Catatan
Untuk membuat pasir dalam keadaan Saturated Surfase Dry (SSD) / kering permukaan
jenuh :
- Rendam pasir asli selama ± 24 jam
11
- Setelah terlihat sudah agak kering/ mamel saudara coba dengan alat kerucut yang
telah disediakan.
- Cara mengetahui pasir dalam keadaan SSD :
➔ Isi kerucut 1/3 bagian dengan pasir tersebut dan ditumbuk 25 kali. Sampai
kerucut tersebut penuh. (diisi 3 lapis masing-masing lapisan ditumbuk 25 kali
setelah penuh ratakan).
➔ Angkat kerucut tersebut apabila pasir bagian luar longsor tetapi bagian dalam
masih berbentuk kerucut maka itulah kondisi pasir SSD.
➔ Apabila kerucut diangkat pasir tidak ada yang runtuh maka harus dikeringkan
lagi, sebaliknya apabila waktu kerucut diangkat pasirnya runtuh semua berarti
kondisi SSD telah dilewati, sehingga harus membuat dari awal lagi.
12
Percobaan I :
Berat pasir SSD (A) = 500 gram
Berat piknometer + pasir SSD + air (B) = 1549 gram
Berat piknometer + air (C) = 1234 gram
𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 = 𝐶 +𝐴 − 𝐵
500
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝐽𝑒𝑛𝑢ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 = 1234 + 500 − 1540 = 2,58
13
Memasukkan contoh agregat ke dalam nampan sekurang-kurangnya sebanyak
kapasistas wadah, kemudian keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)° C sampai
beratnya tetap atau selama 24 jam, kemudian baru digunakan sebagai benda uji.
Timbangan
Proses mengisi takaran silinder dengan benda uji pasir (tanpa dirojok)
14
Perhitungan :
𝐵−𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 =
𝑉
Dimana :
B : Berat pasir dengan silinder (gr)
A : Berat silinder (gr)
V : Volume silinder (cm3)
2 Dengan rojokan
2.1 Timbang silinder dalam keadaan kering dan bersih serta ukur tinggi dan
diameternya.
2.2 Isi silinder dengan 3 tahap, yaitu isi silinder dengan pasir sampai 1/3 bagian
tingginya dan dirojok 25 kali, kemudian isi dengan pasir kembali ssampai
tinggi pasir memenuhi 2/3 dari tinggi silinder dan dirojok 25 kali, lalu isi
kembali takaran silinder dengan pasir sampai penuh (khusus untuk lapisan
terakhir ketinggian pasir harus sedikit melebihi tinggi silinder) dan dirojok 25
kali..
2.3 Ratakan permukaan pasir sesuai tinggi silinder dan timbang.
Proses mengisi takaran silinder dengan benda uji pasir (dengan dirojok)
Perhitungan :
𝐵−𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 =
𝑉
Dimana :
B : Berat pasir dengan silinder (gr)
A : Berat silinder (gr)
V : Volume silinder (cm3)
15
2.5.5 Contoh pengamatan berat volume pasir
Tabel 18 Data Pengamatan Berat Volume Pasir (contoh)
Pengujian Tanpa Rojokan Dengan Rojokan
Berat silinder (A) (gram) 3737 3737
D / H Silinder (cm) D = 15,74 D = 15,74
H = 15,19 H = 15,19
Volume silinder (V) (cm3) 2957 2957
Berat silinder + pasir (B) (gram) 8680 8920
Berat pasir (gram) 4943 5183
Berat / Volume (gram/cm3) 1,67 1,75
Perhitungan Berat Volume Pasir (tanpa rojokan) :
Berat silinder (A) = 3.737 gram
Berat silinder + pasir (B) = 8.680 gram
1 22
Volume silinder (V) = 4 𝑥 𝑥(15,74)2 𝑥15,19 =2.957 cm3
7
𝐵−𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑟𝑜𝑗𝑜𝑘𝑎𝑛 = 𝑉
8680 − 3737
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎 𝑟𝑜𝑗𝑜𝑘𝑎𝑛 = 1,67𝑔𝑟/𝑐𝑚3
2957
16
2.6 Tes Pengembangan Volume Pasir (Bulking)
2.6.1 Tujuan percobaan
Untuk mengetahui presentase volume udara yang terkandung dalam rongga antar butir.
2.6.2 Peralatan yang digunakan
- Gelas ukur 1000 cc
- Batang pengaduk
2.6.3 Bahan yang diperlukan
- Pasir asli
- Air
Pasir asli
Gelas Ukur
17
2. Tuangkan pasir dari gelas ukur sampai bersih pasir tersebut ke wadah jangan
sampai ada yang tercecer.
3. Isi gelas ukur tersebut dengan air ± ½ bagian.
4. Masukkan pasir kembali kedalam gelas ukur sedikit demi sedikit sambil diaduk,
diamkan ± 4 s/d 8 jam ukur volume pasir didalam air tersebut
Proses memasukkan air ke dalam gelas ukur yang telah terisi pasir sambil diaduk
18
Perhitungan :
𝑉1 −𝑉2
𝐵𝑢𝑙𝑘𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 100%
𝑉2
Dimana :
V1 : Agregat halus pada saat mengisi gelas ukur sebanyak ±3/4 bagian
V2 : Agregat halus pada saat sudah tercampur dengan air selama ±4jam – 8jam
Percobaan I :
Volume pasir awal (V1) = 380 ml
Volume pasir dalam air (V2) = 370 ml
𝑉1 −𝑉2
𝐵𝑢𝑙𝑘𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 100%
𝑉2
380 − 370
𝐵𝑢𝑙𝑘𝑖𝑛𝑔 = 𝑥 100% = 2,7%
370
19
2.7 Tes Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur dengan Cara Basah (ASTM C117-95)
2.8.1 Tujuan percobaan
Menentukan banyaknya kadar lumpur dalam pasir
2.8.2 Peralatan yang digunakan
- Botol / gelas ukur yang bening 500 cc
- Penggaris
20
Perhitungan :
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐸𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 𝑥 100%
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐸𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟
Berdasarkan ASTM C33, persyaratan kandungan lumpur dalam agregat halus yang
diijinkan adalah 3% (untuk beton yang mengalami abrasi) dan 5% (untuk beton
lainnya).
21
2.8 Test Kebersihan Pasir Terhadap Lumpur dengan Cara Kering (ASTM C117-95)
2.8.1 Tujuan percobaan
Mengetahui kadar lumpur pasir
2.8.2 Peralatan yang digunakan
- Timbangan analitis 2600 gram
- Saringan no. 200
- Oven
- Nampan
2.8.3 Bahan yang diperlukan
- Pasir kering oven
- Air
Timbangan Nampan
Oven
Pasir oven
Ayakan no.200
22
2.8.4 Prosedur percobaan
1. Timbang pasir kering oven sebanyak 1000 gram (W1).
2. Cuci pasir tersebut hingga bersih, yaitu dengan menaruh pasir di dalam wadah yang
terisi air kemudian diremas-remas hingga terlihat keruh.
3. Air cucian di saring dengan saringan no. 200 hingga habis. Material yang tertahan
diatas saringan dikembalikan ke wadah pasir lagi.
4. Lakukan prosedur 2 dan 3 berulang kali hingga air cucian terlihat jernih.
5. Pasir yang telah dicuci dipindahkan ke nampan kemudian dioven dengan suhu
110o+ 5o C selama 24 jam.
6. Keluarkan pasir dari dalam oven, setelah dingin ditimbang (W2).
Perhitungan :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑐𝑢𝑐𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑐𝑢𝑐𝑖
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑐𝑢𝑐𝑖
Berdasarkan ASTM C33, persyaratan kandungan lumpur dalam agregat halus yang
diizinkan adalah 3% (untuk beton yang mengalami abrasi) dan 5% (untuk beton
lainnya).
2.8.5 Contoh pengamatan kebersihan pasir terhadap lumpur (cara kering)
Tabel 24 Data pengamatan kebersihan pasir terhadap lumpur (cara kering)
Percobaan I II
Berat wadah (gram) 98,5 95,5
Berat pasir kering (W1) (gram) 1000 1000
23
Percobaan I II
Berat wadah + pasir bersih kondisi kering (gr) 1075 1075,5
Berat pasir bersih kondisi kering (W2) (gr) 976,5 980
Kadar lumpur (%) 2,35 2
Percobaan I :
Berat pasir kering sebelum dicuci (W1) = 1.000 gram
Berat wadah = 98,5 gram
Berat wadah + pasir bersih kondisi kering = 1.075 gram
Berat pasir bersih kondisi kering (W2) = (berat wadah+pasir bersih kondisi kering) -
berat wadah
Berat pasir bersih kondisi kering (W2) = 1.075 – 98,5 = 976,5 gr
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑐𝑢𝑐𝑖 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑐𝑢𝑐𝑖
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑐𝑢𝑐𝑖
1000 − 976,5
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 𝑥 2,35%
1000
Rata-rata (%)
24
BAB III
PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR
25
Gambar 14 Persyaratan Gradasi Agregat Halus berdasarkan SNI 03-2834-2000
(Sumber : https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi--agregat-kasar.html)
Timbangan
Ayakan kerikil
26
Nampan
3.1.5 Prosedur percobaan
1. Timbang kerikil dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 26 Ketentuan berat agregat minimum (ASTM C 136-14)
Diameter saringan max Berat agregat minimum
3/8 “ (9,5 mm) 1 kg
½ “ (12,5 mm) 2 kg
¾ “ (19,0 mm) 5 kg
1” (25,0 mm) 10 kg
1,5” (37,5 mm) 15 kg
2” (50 mm) 20 kg
2,5” (63 mm) 35 kg
2. Masukkan agregat kasar dalam ayakan dengan ukuran saringan yang besar terletak
diatas.
Memasukkan agregat kedalam ayakan yang sudah tersusun (diameter besar ke diameter kecil)
27
3. Menggoyangkan atau mengayunkan saringan tersebut satu persatu dan bawahnya
diberi wadah untuk menampung agregat kasar yang lolos sampai tidak ada kerikil
yang lolos.
Perhitungan :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎 −𝑚𝑢𝑙𝑎
28
3.1.6 Contoh pengamatan Analisa ayakan agregat kasar
Berat agregat (W1) = 15.000 gram
Tabel 27 Hasil pengamatan Analisa ayakan agregat kasar (contoh)
Tertinggal pada saringan % Kumulatif
Saringan
mm Berat Berat tempat Berat % Tertahan Lolos
No
tempat + agregat agregat Agregat (A) (100-
(gram) (gram) (gram) tertahan A)
3/2” 37,5 102 102 0 0 0 100
3/4” 19,0 102 1062 960 6,4 6,4 93,6
3/8” 9,5 102 9910 9.808 65,4 71,8 28,2
No. 4 4,75 102 3564 3.462 23,1 94,8 5,2
No. 8 2,36 102 537 435 2,9 98 2,2
No. 16 1,18 102 209 107 0,71 98,51 1,49
No. 30 0,60 102 325 223 1,48 99,99 0,01
No. 50 0,30 102 107 5 0,01 100 0
No. 100 0,15 xxxx xxxx 0 0 100 0
Pan 0 xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Jumlah xxxx 15.000 669,5
Modulus kehalusan Σ%Kumulatif tertahan/100 6,69
Perhitungan saringan 3/8” :
Berat agregat tertahan = (berat tempat + agregat) – berat tempat
= 9.910 – 102 = 9.808 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 9.808
% Agregat tertahan = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 65,4%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑙𝑎 − 𝑚𝑢𝑙𝑎 15.000
Plotting hasil perhitungan analisa saringan ke dalam grafik gradasi zona agregat kasar
berdasarkan SNI 03-2834-2000 :
29
Zona Gradasi Agregat Kasar
(SNI 03-2834-2000)
120
100
% Lolos Ayakan
80
60
40
20
0
2 4 8 16 32 64
Diameter Ayakan (mm)
Gambar 15 Contoh plotting hasil analisa gradasi agregat kasar berdasarkan SNI 03-
2834-2000
100
% Lolos Ayakan
80
60
40
20
0
2 4 8 16 32 64
Diameter Ayakan (mm)
dia maks 20 mm dia maks 20 mm Hasil analisa ayakan
Gambar 16 Contoh plotting hasil analisa gradasi agregat kasar diameter maksimum
20 mm
30
3.1.7 Tabel pengamatan Analisa ayakan agregat kasar
Berat tempat = ……………..gr
Berat tempat + batu pecah = ……………….. gr
Berat batu pecah (W1) = ……………………… gr
31
Zona Gradasi Agregat Kasar (SNI 03-2834-2000)
120
100
80
% Lolos Ayakan
60
40
20
0
2 4 8 16 32 64
1
Tabel 29 Persyaratan gradasi agregat kasar (ASTM C-33)
2
3.2 Percobaan Kelembaban Agregat Kasar (ASTM C566-97)
3.2.1 Tujuan percobaan
Untuk mengetahui/ menentukan kandungan air dari agregat kasar kondisi asli.
3.2.2 Peralatan yang digunakan
- Timbangan analisa kapasitas 2600 gram
- Oven, yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±50) C
- Nampan/wadah
3.2.3 Bahan yang diperlukan
Agregat kasar dalam keadaan asli
Tabel 30 Ketentuan berat agregat minimum (ASTM C 566-97)
Diameter saringan max Berat agregat minimum
No. 4 (4,75 mm) 0,5 kg
3/8 “ (9,5 mm) 1,5 kg
½ “ (12,5 mm) 2 kg
¾ “ (19,0 mm) 3 kg
1” (25,0 mm) 4 kg
1,5” (37,5 mm) 6 kg
2” (50 mm) 8 kg
2,5” (63 mm) 10 kg
3” (75 mm) 13 kg
3,5 (90 mm) 16 kg
4” (100 mm) 25 kg
6” (150 mm) 50 kg
Timbangan
Oven
Nampan
3
3.2.4 Prosedur percobaan
1. Agregat kasar dalam keadaan asli ditimbang beratnya sesuai dengan berat
minimum yang dijabarkan pada tabel 30.
2. Agregat kasar dimasukkan kedalam oven selama ±24 jam dengan temperatur
110o ± 5o C.
Perhitungan :
𝐴−𝐵
𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵
Dimana :
A : Agregat kasar asli (gr)
B : Agregat kasar yang telah keluar dari oven (gr)
4
Contoh hasil pengujian kelembaban agregat kasar
Tabel 31 Hasil Pengujian Kelembaban Agregat Kasar (Contoh)
Percobaan no. I II
Berat wadah (gram) 150 195
Berat wadah+ag. kasar asli (gram) 3150 3195
Berat ag. kasar asli (A) (gram) 3000 3000
Berat wadah+ ag. kasar oven (gram) 3050 3075
Percobaan I :
𝐴−𝐵
%𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵
3000 − 2900
%𝐾𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏𝑎𝑛 = 𝑥 100% = 3,45%
2900
Percobaan I II
Berat wadah (gram)
Berat wadah+kerikil asli (gram)
Berat kerikil asli (A) (gram)
Berat wadah+kerikil oven (gram)
Rata-rata (%)
5
3.3.2 Peralatan yang digunakan
- Timbangan kapasitas 5 kg yang dilengkapi dengan alat penggantung keranjang
- Kain lap
- Keranjang kawat
- Nampan
- Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat
air ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
6
Proses menimbang agregat kasar
4. Masukkan agregat kasar SSD (3000 gram) kedalam keranjang kawat, timbang
keranjang kawat+agregat kasar dengan cara menggantungkan keranjang
ditempat gantungan tempat air.
7
Perhitungan :
𝐵
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑆𝐷 = 𝐵−(𝐶−𝐴)
Dimana :
B : Berat agregat kasar SSD (gr)
C : Berat keranjang + agregat kasar + air (gr)
A : Berat keranjang dalam air (gr)
Rata-rata 2,595
Percobaan I :
𝐵
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑆𝐷 = 𝐵−(𝐶−𝐴)
3000
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑆𝐷 = 3000 − (2703 −855) = 2,60
Rata-rata
8
3.4 Percobaan Air Resapan Agregat Kasar (ASTM C127-01)
3.4.1 Tujuan percobaan
Menentukan kadar air resapan agregat kasar.
3.4.2 Peralatan yang digunakan
- Timbangan kapasitas 5 kg
- Oven, yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±50) C
- Nampan/wadah
3.4.3 Bahan yang diperlukan
Agregat kasar pada kondisi SSD
Oven
Timbangan
Nampan
Agregat kasar kondisi SSD
9
2. Masukkan agregat kasar tersebut kedalam oven yang bertemperatur 110o + 5oC
selama 24 jam.
3. Keluarkan agregat kasar dari oven, setelah dingin lakukan penimbagan. Apabila
telah selesai, lakukan pencatatan.
Perhitungan :
𝐴−𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑅𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵
Dimana :
A : Agregat kasar SSD (gr)
B : Agregat kasar yang telah keluar dari oven (gr)
10
Percobaan no. I II
Percobaan I :
𝐴−𝐵
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑅𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝐵
3000 − 2922
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 𝑅𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛 = 𝑥 100% = 2,67%
2922
Rata-rata (%)
11
3.5.3 Bahan yang diperlukan
Agregat kasar dalam keadaan kering oven
12
1.2 Isi silinder dengan agregat kasar kering dan permukaan diratakan (cara
pengisiannya dengan dituangkan saja).
Proses mengisi takaran silinder dengan benda uji agregat kasar (tanpa dirojok)
Perhitungan :
𝐵−𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 =
𝑉
Dimana :
B : Berat agregat kasar dengan silinder (gr)
A : Berat silinder (gr)
V : Volume silinder (cm3)
2. Dengan rojokan
2.1 Timbang silinder dalam keadaan kering dan bersih serta ukur tinggi dan
diameternya.
13
2.2 Isi silinder dengan 3 tahap, yaitu isi silinder dengan pasir sampai 1/3 bagian
tingginya dan dirojok 25 kali, kemudian isi dengan pasir kembali ssampai
tinggi pasir memenuhi 2/3 dari tinggi silinder dan dirojok 25 kali, lalu isi
kembali takaran silinder dengan pasir sampai penuh (khusus untuk lapisan
terakhir ketinggian pasir harus sedikit melebihi tinggi silinder) dan dirojok
25 kali.
2.3 Ratakan permukaan agregat kasar sesuai tinggi silinder dan timbang.
14
Perhitungan :
𝐵−𝐴
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 =
𝑉
Dimana :
B : Berat agregat kasar dengan silinder (gr)
A : Berat silinder (gr)
V : Volume silinder (cm3)
15
3.6 Tes Kebersihan Agregat Kasar Terhadap Lumpur dengan Cara Kering (ASTM C117-
95)
3.6.1 Tujuan percobaan
Mengetahui kadar lumpur agregat kasar
3.6.2 Peralatan yang digunakan
- Timbangan analitis 2600gr
- Saringan No. 200 atau saringan No. 250 (diameter 0,063mm)
- Oven
- Nampan
3.6.3 Bahan yang diperlukan
- Agregat kasar kering oven
- Air suling
Oven Nampan
16
3.6.4 Prosedur Percobaan
1. Timbang kerikil kering oven sebanyak 1000 gram
2. Kerikil dicuci hingga bersih, yaitu dengan menaruh kerikil di dalam wadah yang
terisi air kemudian diremas-remas hingga terlihat keruh.
3. Air cucian di saring dengan saringan No.200 hingga habis. Material yang
tertahan diatas saringan dikembalikan ke wadah kerikil lagi. Cuci kerikil tersebut
dengan air berulang kali hingga airnya kelihatan jernih.
17
4. kerikil yang telah dicuci dipindahkan ke nampan kemudian dioven dengan suhu
110o± 5o C selama ±24 jam.
Perhitungan :
𝐵−𝐶
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 𝑥 100%
𝐵
Dimana :
B : Berat agregat kasar kering (gr)
C : Berat agregat kasar kering setelah dicuci (gr)
Kandungan lumpur yang terdapat pada kerikil yang akan digunakan dalam
pembuatan beton menurut ASTM C33 kandungan lumpur yang terdapat pada agregat
kasar (kerikil) tidak boleh melebihi 1%.
18
3.6.5 Contoh hasil pengujian kebersihan agregat kasar dengan cara kering
Tabel 39. Contoh hasil data kebersihan agregat kasar dengan cara kering
Percobaan No. I II
Berat wadah (gr) 1.773gr 1.773gr
Berat kerikil kering (B) (gr) 1.000gr 1000gr
Berat kerikil bersih kering (C) (gr) 992gr 995gr
Kadar lumpur (%) 0,8% 0,5%
Rata – Rata 0,65%
Perhitungan Percobaan I :
𝐵−𝐶
Kadar Lumpur = 𝑥 100%
𝐵
1000 − 992
Kadar Lumpur = 𝑥 100% = 0,8%
1000
19
Timbangan
Mesin Los Angeles
Ayakan
Nampan
20
3.7.3 Bahan yang diperlukan
- Kerikil dalam keadaan kering oven dan gradasi agregat kasar
3.7.4 Prosedur
1. Persiapkan benda uji sesuai dengan gradasi dan beratnya pilih satu gradasi saja.
2. Masukkan benda uji beserta bola bajanya sesuai dengan tabel yang telah dipilih.
4. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan no.12. Butiran yang tertahan diatas saringan no.12 dicuci bersih,
selanjutnya dimasukkan dalam oven dengan suhu 110o ± 5o C selama ±24 jam.
21
5. Keluarkan kerikil dari oven setelah dingin ditimbang.
22
BAB IV
PERENCANAAN CAMPURAN BETON
23
20 Berat agregat gabungan 19-12-11 …………. – …………. – ………… =
…………….. kg/m3
21 Berat agregat halus …………. x ………… = …………
kg/m3
22 Berat agregat kasar …………..– ………… = …………
kg/m3
Sebelum dikoreksi
(per m3)
24
4.2. Grafik dan Tabel yang dibutuhkan untuk Mix Desain
25
Untuk w/c = 0,5
26
4.3.Prosedur Pengecoran
27
Hubungan antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen Benda Uji Silinder diameter 150
mm dan tinggi 300 mm
28
29
30
* Tahapan pengecoran beton, antara lain:
1. Siapkan semua bahan yang diperlukan.
2. Molen diisi dengan air sedikit (sekadar untuk membasahi molen tersebut).
3. Masukkan seluruh kerikil dan masukkan ¾ bagian dari jumlah airnya.
4. Setelah semua kerikil sudah terbasahi dengan rata masukkan semen.
6. Adonan beton dalam molen harap diperiksa apakah airnya sudah cukup atau
kurang, apabila kurang masukkan sisa airnya.
7. Setelah campuran beton sudah homogen (sekitar 7 – 10menit), campuran beton
tersebut dapat dikeluarkan dari molen dan ditampung di bak tempat adonan.
31
BAB V
PENGUJIAN BETON
32
Proses pengujian slump beton
Perhitungan :
tinggi awal (kerucut cone slump) – tinggi akhir (tinggi beton segar setelah
kerucut dilepas )
33
- Mold beton ukuran 15cm x 30cm
- Alat perojok
- Cetok
- Timbangan kapasitas 100 kg
34
5.2.5 Contoh hasil pengujian berat volume beton segar
Tabel 45. Contoh hasil pengujian berat volume beton
Percobaan No. I II III
35
Beton yang akan diuji Timbangan
5.4.7 Prosedur
1. Test kekuatan tekan hancur dilakukan saat benda uji berukur : 7, 14, 21, dan
28 hari.
2. Timbang masing-masing benda uji.
3. Letakkan benda uji pada alat tekan dan pilih permukaan yang rata sebagai
bidang yang akan dibebani (khusus untuk kubus).
4. Gerakkan handel ke kanan dan tekan tombol penggerak (selama pengetesan
tombol tidak boleh dilepas), sebab kalau dilepas mesin tekan akan mati.
5. Untuk menghentikan pengetesan :
5.1 jika benda uji sudah kelihatan cacat / retak baca jarum manometernya.
5.2 Jika jarum manometer sudah berhenti dalam keadaan tekan.
6. Catat jarum manometer di atas yang lebih dahulu terpenuhi.
7. Untuk mengambil benda uji dari alat tekan gerakkan handel kekiri dan
tekanlah tombol penggeraknya.
36
5.4.2 Peralatan yang digunakan
- Hammer test
5.4.3 Bahan yang diperlukan
- Kubus/ silinder beton yang sudah berumur 28 hari
5.4.4 Teori
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak
beton, metode ini akan diperoleh cukup banyak data dalam waktu yang
relatif singkat dengan biaya yang murah.
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact
(tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu massa
yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak
pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan
dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan
juga setelah dikalibrasi, dapat memberikan pengujian ini adalah jenis
"Hammer".
Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material
beton pada struktur. Alat ini sangat peka terhadap variasi yang ada pada
permukaan beton, misalnya keberadaan partikel batu pada bagian-bagian
tertentu dekat permukaan. Oleh karena itu, diperlukan pengambilan
beberapa kali pengukuran disekitar setiap lokasi pengukuran, yang
hasilnya kemudian dirata-ratakan.
Secara umum alat ini bisa digunakan untuk:
• Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur.
• Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton.
37
5.4.5 Prosedur
1. Tes hammer dilakukan dua kali, yaitu dalam arah vertikal dan horisontal.
1.1 Test cara vertikal
- Kubus/ selinder beton ditaruh dilantai yang datar dan rata
pengetesan dari atas tegak lurus dari posisi benda ujinya.
1.2 Test cara horisontal
- Kubus/ silinder beton ditaruh di alat mesin hidrolis dan ditekan
dengan kekuatan ± 2 ton supaya waktu ditest hammer tidak
goyang, pengetesan dari samping dengan posisi sedut 90o.
- Catat angka (R) pada alat hammer test dan baca tegangan
benda uji sesuai dengan petunjuk alatnya.
38
LAMPIRAN
1
TATA CARA PERENCANAAN CAMPURAN BETON
DENGAN METODE DOE
(SNI 03-2834-2000)
2
CONTOH MERENCANAKAN CAMPURAN BETON
(SNI 03-2834-2000) :
• Buatlah campuran beton dengan ketentuan sebagai berikut :
Susunan besar butir agregat halus ditetapkan harus termasuk
dalam daerah susunan butir no 2
Agregat yang tersedia adalah pasir IV dan V, kerikil VII yang
perhitungan analisa ayakannya seperti di dalam table
Data-data agregat sesuai dengan tabel dibawah ini :
3
PENENTUAN f’cr, jenis semen, jenis agregat,
• Kekuatan rata-rata yang ditargetkan (f’cr) :
f’cr = f’c + M = 22,5 + 11,5 = 34,0 Mpa
• Jenis semen
Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I
• Jenis Agregat :
Agregat yang digunakan adalah :
Agregat kasar → batu pecah
Agregat halus → alami
4
Dari tabel 2 dan grafik 2 (benda uji kubus)
Didapatkan FAS = 0,6
Dari tabel 4
Didapatkan FAS maksimum = 0,6
5
PENENTUAN SLUMP
• Slump pada dasarnya merupakan salah satu pengetesan
sederhana untuk mengetahui workability beton segar sebelum
diterima dan diaplikasikan dalam pekerjaan pengecoran.
• Slump ditetapkan setinggi:
30 – 60 mm
6
PENENTUAN KADAR SEMEN, kadar semen
MAKSIMUM
• Kadar semen :
FAS yang digunakan = 0,6
Kadar air bebas = 170 kg/m3
Kadar semen = 170/0,6 = 283,33 kg/m3
• Kadar semen maksimum :
Kadar semen maksimum tidak ditentukan sehingga bisa diabaikan.
7
Penentuan fas yg disesuaikan,susunan besar
butir agregat halus dan kasar
• Faktor Air Semen yang disesuaikan :
dalam hal ini dapat diabaikan oleh karena syarat minimum kadar
semen sudah dipenuhi.
•Susunan butir agregat butir halus :
ditetapkan masuk Daerah Susunan Butir No. 2 → berdasarkan analisa
ayakan
•Susunan butir agregat butir kasar :
Sesuai
Grafik 7, 8, 9 atau Tabel 7
Grafik 10, 11, 12
8
9
PENENTUAN BERAT JENIS RELATIF AGREGAT (SSD)
• Berat jenis relatif agregat :
adalah berat jenis agregat gabungan, artinya gabungan agregat halus
dan agregat kasar. Jika agregat halus dalam hal ini merupakan
gabungan pula dari dua macam agregat halus lainnya, maka berat
jenis pasir gabungan dihitung dulu sebelum menghitung berat jenis
agegat gabungan antara pasir dan kerikil. Dengan demikian
perhitungan berat jenis relatif menjadi sebagai berikut:
- BJ agregat halus gabungan = (0,36 x 2,5) + (0,64 x 2,66) = 2,46
- BJ agregat gabungan Halus dan kasar = (0,35 x 2,46) + (0,65 x
2,66) = 2,59
10
Penentuan kadar agregat gabungan, kadar
agregat halus dan kasar
• Kadar agregat gabungan :
Kadar agregat gabungan = berat jenis beton dikurangi jumlah kadar semen dan
kadar air = 2.380 – 283 – 170 = 1.927 kg/m3
11
koreksi proporsi campuran :
• Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran halus
dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat.
12
koreksi proporsi campuran :
242,6
Kelebihan air
Kekurangan air
150 kg
13
g
14
1.253
• Kontrol :
Jumlah air + total agregat (SSD) = Jumlah air + total agregat (setelah
koreksi)
170 + 674 + 1.253 = 150 + 702 + 1.245
2.097 kg = 2.097 kg (ok)
15