Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FILSAFAT HUKUM

DOSEN (Dr. I KETUT WIRAWAN,SH.,M.Hum)

Oleh :

NAMA : WAYAN WIDIARTHA


NIM : 0215016027
TUGAS : FILSAFAT HUKUM

MAGISTER ILMU HUKUM


UNIVERSITAS DWIJENDRA
DENPASAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum sebagai sebuah produk dialektika evolusioner masyarakat nicaya


harus berkembang dalam lingkungan zaman dan waktu, hukum yang dahulu
dianggap sebagai suatu keniscayaan, lambat laun mulai ditinggalkan dn
digantikaan perannya oleh hukum yang lebih relevan bagi zaman dan waktu
tertentu. Namun, kejadian yang sangat menarik dalam ranah perkembangan
ilmu hukum adalah: dalam perkembangan ilmu huku dari masa ke masa tidak
terjadi suatu lonctan revolusianer sebagaimana yang terjadi dlam ilmu
eksak,hukum sebagai ilmu berkembang secara kumulatif dan evolusi
dimanaperkembangan ilmu hukum tidak dapat di prediksi secara
matematis,namun harus dengan pendekataan filosofis yang juga menyangkut
akan keyakinaan (faith) suatu individu /masyarakat terhadap hukum tersebut.1

Perlu ditegaskan dari awal bahwa filsafat hukum bukan cabangilmu


hukum, melainkan cabang filsafat. Mengingat filsafat hukum adalah cabang
dari filsafat, dalam banyak hal, sejarah filsafat hukum berjalan seiring dengan
sejarah filsafat pada umumnya. Aliran –aliran filsafat hukum sesungguhnya
dapat dikembangkan kedalam beberapa kelompok besar filsafat, seperti
materialism, idealism, dualism (dari aspek ontology) atau empirisme,
nasinalisme, positifsme, dan intuiisionisme (dari aspek etistemologi).

Sebagaimanan pertanyaan tentang hukum yang selalu dimulai dengan


“apakah hukum itu”, demikian juga dengan filsafat hukum, kita akan
memulainya dengan perbincangan “apakah filsfat hukum itu, namun sebelum
sampai kepada persoalan ini ,mari kita dahulu membicarakan istilah filsafat .
Hal ini sangat pentinga karena filsafat adlah genus fdari filsafat hukum itu
sendiri. Oleh karena itu, tidak mungkin membicarakan filsafta itu sendiri, dan
kita akan ulai membahas tentang tentang filsafat.

1
R. Otje Salma,2001, Ikhtisar Filsafat Hukum, Armico, Bandung, hlm.3
Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan memiliki pengertian ynag vukup
luas, mislanya saja apa yang oleh plato dijlaskan sebagai “ilmu atau ajaran
tentang kesunyataan abadi,atau oleh Aritoteles sebagai ilmu atau ajaran
tentang kebenaran, dengan meliputi metafisika, logika, retorika, etika,
ekoneomi, politik, dan estensika, yang ruang lingkupnya paling tidak meliputi
4 hal ,yaitu apa yang dapat kita ketahui ,apa yang harus kita perbuat ,apa yang
harus kita harapakan, apa manusia itu. Filsafat, dalam lintasan sejarahnya,
selalu membahas problem sehari-hari atau situasi manusiawi. Perkembangan
filsafat varat telah mencurahakn perhatiannya kepada sejarag filsafat atau
pembahasaan tentanf istilah dan Bahasa yang dipakai untuk memaparkan
pemikiran-pemikirannya.

Pada tahap ini dirasakan bahwa filsafat menjaidi sngat-sangat berat dan
semakin menjauh dari realitas kehidupan sehari-hari, filsafta menjadi pokok
pembahsaan yang sulit dipahami karena telah memalingkan dirinya dari
realitas kehidupan yang nyata.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud denagn filsafat?


2. Apa pengetian filsafat?
3. Mengapa orang berfilsafat?
4. Apa itu filsafat hukum?

BAB II

PEMBAHASAAN
A. DEFINISI FILSAFAT
Filsafat sebenarnya merupaka studi tentang hakikat realitas dan
keberadaan, soal apa yang mungkin diketahui serta perilaku yang benar atau
salah. Filsafat berasal dari kata philosophia yang berarti cinta kebijksanaan. Ini
merupakan bidang pemikiran manusia yang paling penting karena bercita-cita
untuk mencapai makna hidup yang paling hakikat.
Filsafat adalah salah satu ilmu pengetahuan yang menarik untuk disimak.
Bukan tanpa alasan, filsafat melahikan pikiran –pikiran tentang berbgai macam
hal sengan pendekataan yang lebih dalam dan mkana. Hal ini dapat dilihat dari
beberpa pemikran pemikiran para ahli.
Tidak dapat dipungkiri ,bagi sebagiamana orang ilmu filsafat dipandang
sebgai suau hal yang membosankan dan berbeli-belit .Namun bagi sebagaian
orang lainnya, cara berpikir dlam ilmu filsafat sangat membuka wawasan
.bahkan pemikiran –pemikiran dasar yang dikemukakaan para filsuf zaman
dahulu masih menjadi rujukan dalam melihat berbgai permaslahhan di duni
moder ini .2
B. PENGERTIAN FILSAFAT
Secara Etimologis kata filsafat berasal dari bahsa yunani “Philosophia”
yang merupakan pengabunggan du kata yakni “philos” atau ”philein” yang
berarti “cinta “,”menncintai “,serta kata “Sophia” yang berarti “kebijaksanaan “
atau hikmat.
Secara Bahasa “filsafat” memiliki arti cinta akan kebijakan, cinta artinya
hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar kebijakan artinya kebenaraan sejati
atau kebenaraan yang sesungguhnya.
 Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayyan terhadap
kehidupan dana lam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
Definisi ini erupakan arti yanginformasi tentang filsafat atau kata-kata
“mempunyai filsafat” misalyaketika seseorang berkata. ”Filsafat saya

2
Abidin Zainal,Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat,
Bandung:PT.Remaja Rosda Karya,2000.
adalah ..”, ia menunjukkan sikapnya yang informal terhadap apa yang
dibicarakan .
 Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi ini adalah arti
yang formal dari berfilsafat.
 Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan . filsafat berusaha untuk mengobinasikan hasil
bermacam-macam sains dan pengalamanan kemanusiaan sehingga
menjadi pandangan yang konsisten tentang alam. Seorang ahli filsafat
ingin melihat kehidupan ,tidak dengan pandangan seorang saintis,
seorang pengusaha atau seorang seniman, akan tetapi dengan
pandnagan yang menyeluruh ,mengatasi pandnagan-pandnagan yang
parsial.
 Keempat, filsafta adlah sebgai analisa logis dari bahasa serta
penjelasaan tentang arti kata dan konsep, memang ini merupakan
fungsi filsafat hamper semua ahli filsafat telah memakai metode
abaliis serta berusaha untuk menjelaskan arti istilah –istilah dan
pemakain bahasa
 Kelima, filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung
mendapat perhatian dari anusia dan yang dicarikan jawabannya oleh
ahli-ahli filsafat.
 Filsafat mendorong penyelidikannnya sampai kepada soal-soal ynag
paling mendalam dari ekstitensi manusia. Sebagian dari soal-soal
dengan jawaban yang memuaskan kebnyakan ahli filsafat.
C. MANUSIA BERFILSAFAT

Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit.


Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita untuk meyelidiki. Dan dari
penyelidikan ini berasal filsafat. Berbeda dengan Plato; Agustinus dan Rene
Descartes beranggapan lain. Menurut mereka, berfilsafat itu bukan dimulai dari
kekaguman atau keheranan, tetapi sumber utama mereka berfilsafat dimulai
dari keraguan atau kesangsian. Ketika manusia heran, ia akan ragu-ragu dan
mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca inderanya yang sedang
keheranan?
Rasa heran dan meragukan ini mendorong manusia untuk berpikir lebih
mendalam, menyeluruh dan kritis untuk memperoleh kepastian dan kebenaran
yang hakiki. Berpikir secara mendalam, menyeluruh dan kritis seperti ini
disebut dengan berfilsafat.3
Bagi manusia, berfilsafat dapat juga bermula dari adanya suatu kesadaran
akan keterbatasan pada dirinya. Apabila seseorang merasa bahwa ia sangat
terbatas dan terikat terutama pada saat mengalami penderitaan atau kegagalan,
maka dengan adanya kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat.
Ia akan memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu
yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan
kebenaran yang hakiki.

Ada enam persoalan yang selalu menjadi bahan perhatian para filsuf dan
memerlukan jawaban secara radikal, dimana tiap-tiapnya menjadi salah satu
cabang dari filsafat yaitu: ada, pengetahuan, metode, penyimpulan, moralitas,
dan keindahan.
1. Tentang ”Ada” Persoalan tentang ”äda” ( being ) menghasilkan
cabang filsafat metafisika; dimana sebagai salah satu cabang filsafat
metafisika sendiri mencakup persoalan ontologis, kosmologi
( perkembangan alam semesta ) dan antropologis ( perkembangan
sosial budaya manusia ). Ketiga hal tersebut memiliki titik sentral
kajian tersendiri.
2. Tentang ”Pengetahuan” ( knowledge ) Persoalan tentang
pengetahuan ( knowledge ) menghasilkan cabang filsafat epistemologi
( filsafat pengetahuan ). Istilah epistemologi sendiri berasal dari kata
episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti
teori. Jadi, epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang

3
Lorens Bagus,2005,Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,hlm.294
mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula
pengetahuan, struktur, metode dan validitas pengetahuan.
3. Tentang ”Metode”( method ) Persoalan tentang metode ( method )
menghasilkan cabang filsafat metologi atau kajian / telaah dan
penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan azas-azas logis
dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan
kajian ilmiah; atau sebagai penyusun ilmu-ilmu vak.
4. Tentang ”Penyimpulan” Logika ( logis ) yaitu ilmu pengetahuan dan
kecakapan untuk berpikir tepat dan benar. Dimana berpikir adalah
kegiatan pikiran atau akal budi manusia. Logika sendiri dapat dibagi
menjadi 2, yaitu logika ilmiah dan logika kodratiah. Logika bisa
menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :
Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan
pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang
membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah?
Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan
tentang penyimpulan.
5. Tentang ”Moralitas” ( morality ) Moralitas menghasilkan cabang
filsafat etika ( ethics ). Etika sebagai salah satu cabang filsafat
menghendaki adanya Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang,
matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan kepada kita
untuk meyelidiki. Dan dari penyelidikan ini berasal filsafat. Berbeda
dengan Plato; Agustinus dan Rene Descartes beranggapan lain.
Menurut mereka, berfilsafat itu bukan dimulai dari kekaguman atau
keheranan, tetapi sumber utama mereka berfilsafat dimulai dari
keraguan atau kesangsian. Ketika manusia heran, ia akan ragu-ragu
dan mulai berpikir apakah ia sedang tidak ditipu oleh panca inderanya
yang sedang keheranan? Rasa heran dan meragukan ini mendorong
manusia untuk berpikir lebih mendalam, menyeluruh dan kritis untuk
memperoleh kepastian dan kebenaran yang hakiki. Berpikir secara
mendalam, menyeluruh dan kritis seperti ini disebut dengan
berfilsafat. Bagi manusia, berfilsafat dapat juga bermula dari adanya
suatu kesadaran akan keterbatasan pada dirinya. Apabila seseorang
merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada saat
mengalami penderitaan atau kegagalan, maka dengan adanya
kesadaran akan keterbatasannya itu manusia berfilsafat. Ia akan
memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas, pastilah ada sesuatu
yang tidak terbatas yang dijadikan bahan kemajuan untuk menemukan
kebenaran yang hakiki.
6. Tentang ”Keindahan” Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang
lahir dari persoalan tentang keindahan. Merupakan kajian kefilsafatan
mengenai keindahan dan ketidakindahan. Lebih jauhnya lagi,
mengenai sesuatu yang indah terutama dalam masalah seni dan rasa
serta norma-norma nilai dalam seni.4
D. DEFINISI FILSAFAT HUKUM
Istilah “filsafat Hukum ”berpadannan dengan istilah legal
philosophy,philosopy of law,reschsphilosopie. Pengertian filsafat hukum pun
ada berbagai pendapat seperti merupakan filsafat teoritis, merupakan filsafat
terapan dan filsafat praktis, merupakan filsafat teoretis, merupakan filsafat
terapan dan filsafat yang objeknya hukum,dan merupakan filsafat khusus,yaitu
hukum. beberapa pakar. Penggunaan istilah legal philosophy misalnya
dirasakan tidak sesaui atau tidak sepadan dengan filsafat hukum. Menurut
mochtar kusumatmaja, istilah filsagat hukum lebih sesuai jika diisinonimkan
dengan philosophy og law atau rechts filosofie. hal ini dikarenakan istilah legal
dari beberapa pakar. Penggunaan istilah legal philosophy misalnya tidak sesuai
atau tidak sepadaan dengan filsafat hukum. 5
Filsafat hukum mrngaji segala hal yang berkaitan dengan hukum secara
universal, radikal dan sistematis.
Jadi pengertian dan pokok bahasa filsafat hukum adalah filsafat tentang
hukum. Yaitu kajian yang mendalam dan sunnguh-sungguh secara sistematis
4
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan ilmu hukum pmikiran
menuju masyarakat yang berkeadilan dan bermartabat, Jakarta, rajawali pres
5
Ibid.hlm.11
dan metodis tentang hakikat hukum sampai kedasaratau akarnya. Masalah-
masalah dasar yang menjadi perhatian para filosof masa dahulu terbatas pada
masalah tujuan hukum (trutama masalah keadilan ) hubungan hukum alam dan
hukum positif hubungan hukum negara dan hukum .6
Jadi filsafat hukum adalah adalah petunjuk tentang nilai- nilai ,norma –
norma ,serta peraturan yang berlaku dalam masyarakat sebagai pedoman dalam
beretka dalam masyarakat hingga berkembang dan majunya suatu zaman di
daerah-daerah tersebut.7

BAB III
PENUTUP

6
Al-Ahwani Ahmad Fuad,Filsafat Islam ,Jakarta:Pusat Firdaus,1997
7
Bagus Lorens,Kamus Filsafat, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2002
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan filsafat hukum adalah filsafat tentang hukum. Yaitu
kajian yang mendalam,dan sungguh-sungguh secara sistematis dn metodis tentang
hakikat hukum sampai kesadaran atau akarnya, Masalah –masalah dasar yang
menjadi perhatian para filosof dahulu terbats pada masalah tujuan hukum
,hubungan hukum alam dan hukum positif, hubungan negara dan hukum maka
melihat dari tujuan hukum itu sendiri .

DAFTAR PUSTAKA
R. Otje Salma, 2001, Ikhtisar Filsafat Hukum, Armico, Bandung, hlm.3

Abidin Zainal, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui,


Filsafat,Bandung:PT. Remaja Rosda Karya,2000.

Lorens Bagus,2005,Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,hlm.294

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan ilmu hukum
pmikiran menuju masyarakat yang berkeadilan dan bermartabat,
Jakarta,rajawali pres Ibid.hlm.11

Al-Ahwani Ahmad Fuad,Filsafat Islam, Jakarta :Pusat Firdaus, 1997

Bagus Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2002

Anda mungkin juga menyukai