Anda di halaman 1dari 6

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa

untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada pada era globalisasi saat ini. Problem Based
Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an
dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada (Amir, 2009 ,h. 124). Model
pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian
diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan
masalah.

Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme dan
mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang
kontekstual. Untuk memperoleh informasi dan mengembangkan konsep-konsep sains, siswa belajar
tentang bagaimana membangun kerangka masalah, mencermati, mengumpulkan data, dan
mengorganisasikan masalah, menyusun fakta, menganalisis data, dan menyusun argumentasi terkait
pemecahan masalah, baik secara individual maupun dalam kelompok.
Istilah pengajaran berdasarkan masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction
(PBI), yaitu suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik
awal akuisi dan integrasi pengetahuan baru.
Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang berdasarkan
kontruktivisme dan mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat pemecahan masalah
yang kontekstual.

Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Learning dapat disimpulkan bahwa Problem
Based Learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata
(real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Based Learning adalah pengembangan
kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut
siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah,
dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya
menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Model Problem Based Learning bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang
harus dipelajari siswa. Dengan model Problem Based Learning diharapkan siswa mendapatkan lebih
banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah,
kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi,
serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi (Amir, 2007 h. 35).

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dalam Problem Based Learning pembelajarannya lebih
mengutamakan proses belajar, dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa,
mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah,
penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas pembelajaran.
Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual
siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan
membimbing pertukaran gagasan.

Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Problem Based Learning yaitu dimunculkannya masalah
pada awal pembelajarannya.. Menurut Arends (Trianto, 2007,h. 68 ), berbagai pengembangan
pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai
berikut :

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah


1. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa dari pada berakar pada
prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa
yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudahdipahami siswa dan disesuaikan
dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi
pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia.
5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru
sebagai pembuat masalah.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu. Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai
disiplin ilmu.

c. Penyelidikan autentik (nyata)


Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan
hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan,
dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya.
e. Kolaboratif
Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar
siswa.

Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses Problem Based Learning dapat disimpulkan
bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses Problem Based Learning yaitu adanya suatu permasalahan,
pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.

Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap

proses, yaitu :
Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik untuk terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.
Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam
kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah.
Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong
peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan
penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu peserta didik
dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka
berbagi tugas dengan sesama temannya.

Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Pada tahap ini guru
membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan
yang mereka lakukan. (Trianto, 2007 h. 70 )

Kelebihan dalam penerapan metode Pembelajaran Problem Based Learning antara lain:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah-masalah menurutcara-
cara atau gaya belajar individu masing-masing. Dengan cara mengetahui gaya belajar masing-masing
individu, kita diharapkan dapat membantu menyesuaikan dengan pendekatan yang kitapakai dalam
pembelajaran.
b. Pengembangan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skills).
c. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan (discovery), bertanya(questioning),
mengungkapkan (articulating), menjelaskan atau mendeskripsikan (describing)mempertimbangkan atau
membuat pertimbangan (considering), dan membuat keputusan (decisionmaking). Dengan demikian,
peserta didik menerapkan suatu proses kerja melalui suatu situasi bermasalah yang mengandung
masalah.
Selanjutnya adalah Kelemahan dalam penerapan metode Pembelajaran Problem Based Learning antara
lain:
a. Pembelajaran model Problem Based Learning memnbutuhksn waktu yang lama.
b. Perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama
membuat soal.

Project based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada
peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada
akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain.
“Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru meliputi pendekatan, strategi, metode, teknik dan
bahkan taktik pembelajaran yang sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh”.

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pembelajaran inovatif yang
berpusat pada peserta didik ( student centered) dan menetapkan guru sebagai motivator dan fasilitator,
dimana peserta didik diberi peluang bekerja secara otonom mengkontruksi belajarnya.
Model project based learning (PjBL) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu
proyek dalam proses pembelajaran.

“ Model pembelajaran berbasis proyek ( project based learning ) merupakan model pembelajaran yang
menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media”.
Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan pemberian tugas kepada
semua peserta didik untuk dikerjakan secara individual, peserta didik dituntut untuk mengamati,
membaca dan meneliti.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis
proyek ( project based learning) adalah pembelajaran yang 5Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan berfokus pada aktivitas peserta didik untuk dapat
memahami suatu konsep dan prinsip dengan melakukan penelitian yang mendalam tentang suatu
masalah dan mencari solusi yang relevan dan peserta didik belajar secara mandiri serta hasil dari
pembelajaran ini adalah produk.

Model pemebelajaran merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar, dalam hal ini tidak semua
karakteristik dari model pembelajaran tersebut cocok dengan karakteristik yang dimiliki peserta didik.
Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), yaitu:
Peserta didik sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja.

a. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.


b. Peserta didik sebagai perancang proses untuk mencapai hasil.
c. Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.
d. Melakukan evaluasi secara kontinue.
e. Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
f. Hasil akhir berupa produk dan evaluasi kualitasnya.
g. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan

Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) juga didukung oleh teori belajar kontruktivistik
bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun pengetahuannya sendiri didalam konteks
pengalamannya sendiri.

Penerapam PjBL telah menunjukkan bahwa model tersebut sanggup membuat peserta diidk mengalami
proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan faham
kontruktivisme
Menurut pemaparan diatas bahwa penerapan pembelajaran didalam kelas bertumpu pada kegiatan
belajar aktif dalam bentuk kegiatan (melakukan sesuatu) dari pada kegiatan pasif seperti guru hanya
mentransfer ilmu pada tersebut. Pembelajaran ini memberi peluang untuk menyampaikan ide,
mendengarkan ide orang lain dan memperkenalkan ide sendiri kepada orang lain, adalah suatu bentuk
pembelajaran individu. Dari meningkatkan ketrampilan dan memecahkan masalah secara bersama.

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning sebagaimana yang dikembangkan oleh
The George Lucas Educational Foundation terdiri dari:

a. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial


Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan suatu investigasi
mendalam. Pertanyaan esensial diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide
peserta didik mengenai tema proyek yang akan diangkat.
b. Perencanaan aturan pengerjaan proyek
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek mungkin, serta mengetahui alat
dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Membuat jadwal aktifitas
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Jadwal ini disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
d. Me-monitoring perkembangan proyek peserta didik.

Pendidik bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap
proses.
e. Penilaian hasil kerja peserta didik
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
f. Evaluasi pengalaman belajar peserta didik

Pada akhir proses pembelajarannya, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas
dan hasil proyek yang sudh dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu amupun kelompok.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek. Pembelajaran Project Based Leaning memiliki langkah secara umum yaitu:
planning (perencanaan), creating (Impelementasi), Processing (pengolahan).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek yang
diungkapkan The George Lucas Educational Foundation yang terdiri dari 6 langkah pembelajaran yaitu
dimulai dengan pertanyaan yang esensial, perencanaan aturan pengerjaan proyek, membuat jadwal
aktivitas, memonitoringperkembangan proye peseta didik, penilaian hasil kerja peserta didik, evaluasi
pengalaman belajar peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai