Anda di halaman 1dari 14

PEMIKIRAN TEOLOGI AL-MU’TAZILAH DAN AL-SYI’AH

Makalah ini di susun guna memenuhi mata perkuliahan

ILMU KALAM

DOSEN PENGAMPU : SAPRUDIN EFENDI, M.Pd.I

Di Susun Oleh:
1. ZAINUDDIN
2. SUSI APRIUDIANISTI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAHPALAPA NUSANTARA

LOMBOK TIMUR
NTB
TA/2021/2022
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................1
1. Latar Belakang......................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
3. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
4. Manfaat Penulisan..........................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Pemikiran Kalam Al-Mu’tazilah ..............................................................................2
B. Pemikiran Kalam Syi’ah...........................................................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................................8
1. Analisa....................................................................................................................8
2. Kesimpulan....................................................................................................................8
3. Saran....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah ILMU KALAM,dengan judul “PEMIKIRAN TEOLOGI AL-
MU’TAZILAH DAN AL-SYI’AH "

Dengan tulisan ini diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari

PEMIKIRAN TEOLOGI AL-MU’TAZILAH DAN AL-SYI’AH. Dengan demikian, tulisan

ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang berwawasan nusantara,
karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemikiran kalam belum muncul di zaman Nabi. Umat di masa itu menerima
sepenuhnya penyampaian Nabi. Mereka tidak mempertanyakan secara filosofis apa
yang diterima itu. Kalau terdapat kesamaran pemahaman, mereka langsung bertanya
kepada Nabi dan umat pun merasa puas dan tenteram. Hal itu berubah setelah Nabi
wafat. Nabi tempat bertanya sudah tidak ada. Pada waktu itu pengetahuan dan budaya
umat semakin berkembang pesat karena terjadi persentuhan dengan berbagai umat
dan budaya yang lebih maju. Penganut Islam sudah beragam dan sebagiannya telah
menganut agama lain dan memiliki kebudayaan lama. Hal-hal yang diterima secara
imani mulai dipertanyakan dan dianalisa.
Dalam islam sebenarnya terdapat lebih dari satu pemikiran-pemikiran kalam.
Namun yang akan dibahas pada makalah ini adalah Pemikiran Kalam aliran Al-
mu’tazilah dan Syi’ah.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas bisa menimbulkan beberapa pertanyaan yang
penting untuk dibahas, yaitu:
a. Bagaimanakah pemikiraan kalam Al-Mu’tazilah?
b. Bagaimanakah pemikiran kalam Syi’ah?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran kalam Al-mu’tazilah.
b. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran kalam Syi’ah

4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
a) Agar kita lebih memahami tentang pemikiran kalam Al-mu’tazilah dan Syi’ah
b) Dapat membantu dalam membangun diri sendiri untuk berfikir lebih mendalam
dan menyadari bahwa ia mahkluk Tuhan.

1
c) Dapat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan.

5. Penegasan Istilah
a. Pemikiran adalah sebuah proses yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
b. Kalam secara bahasa adalah setiap lafadz yang digunakan untuk suatu makna
(baik berupa kata atau kalimat). Secara istilah kalam, adalah kalimat, yaitu lafadz
yang mengandung faedah.
c. Mu’tazilah adalah kata dalam bahasa arab yang asalnya yaitu ‘aza atau i’tazala,
kata-kata ini diulang dalam Al-quran sebanyak sepuluh kali yang kesemuanya
mempunyai arti sama yaitu al ibti’ad ‘ani al- syai-i : menjauhi sesuatu. Mu’tazilah
adalah firqoh Islamiyyah (aliran dalam islam) yang muncul pada masa akhir
dinasti umayyah dan tumbuh pesat pada masa dinasti abbasiyyah. Mereka
berpegang pada kekuatan rasionalitas dalam memahami aqidah Islam (al-
Aqidah al-Islamiyyah).
d. Syi’ah dari segi bahasa berarti pengikut, kelompok, atau golongan. Dari segi
terminologi berarti satu faham dalam islam yang menyakini bahwa khalifah ke-
empat dari Khulafahur Rasyidin adalah khalifah Ali bin Abi Thalib dan
keturunanya adalah imam – imam atau para pimpinan agama dan umat setelah
Nabi Muhamad SAW.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Kalam Al-Mu’tazilah
Mu’tazilah sebagai sebuah aliran teologi memiliki akar dan produk pemikiran
tersendiri. Yang dimaksud akar pemikiran di sini adalah dasar dan pola pemikiran
yang menjadi landasan pemahaman dan pergerakan mereka. Sedangkan yang
dimaksud produk pemikiran adalah konsep-konsep yang dihasilkan dari dasar dan
pola pemikiran yang mereka yakini tersebut.
Mu’tazilah adalah kelompok yang mengadopsi faham qodariyah, yaitu faham
yang mengingkari takdir Allah; dan menjadikan akal (rasio) sebagai satu-satunya
sumber dan metodologi pemikirannya. Dari sinilah pemikiran Mu’tazilah berakar dan
melahirkan berbagai kongklusi teologis yang menjadi ideologi yang mereka yakini.
Disebutkan dalam buku “al-mausu’ah al-muyassaroh fi’ladyan wa’lmadzahib
wa’lahzab al-mu’ashirah” bahwa pada awal sekte Mu’tazilah ini mengusung dua
pemikiran yang menyimpang (mubtadi’), yaitu:
a. Pemikiran bahwa manusia punya kekuasaan mutlak dalam memilih apa yang
mereka kerjakan dan mereka sendirilah yang menciptakan pekerjaan tersebut.
b. Pemikiran bahwa pelaku dosa besar bukanlah orang mu’min tetapi bukan pula
orang kafir, melainkan orang fasik yang berkedudukan diantara dua kedudukan –
mu’min dan kafir- (manzilatun baina ‘lmanzilataini)
Dari dua pemikiran yang menyimpang ini kemudian berkembang dan
melahirkan pemikiran-pemikiran turunan seiring dengan perkembangan mu’tazilah
sebagai sebuah sekte pemikiran. Sejalan dengan keberagamaan akal manusia dalam
berfikir maka pemikiran yang dihasilkan oleh sekte Mu’tazilah ini pun sama
beragamnya. Tidak hanya beragam akan tetapi melahirkan sub-sub sekte yang tidak
sedikit jumlahnya. Setiap sub sekte memiliki corak pemikiran tersendiri yang
ditentukan oleh corak pemikiran pimpinan sub sekte tersebut.
Dalam bukunya, ”Al-farqu baina ‘lfiraq”, Al-Baghdadi menyebutkan bahwa
sekte Mu’tazilah terbagi menjadi 20 sub sekte. Ke 20 sub sekte ini disebutnya sebagai
Qodariyah Mahdhah. Selain 20 sub sekte tersebut masih ada lagi 2 sub sekte
Mu’tazilah yang oleh al-Baghdadi digolongkan sebagai sekte yang sudah melampaui
batas dalam kekafiran, kedua sekte tersebut adalah: Al-khabithiyah dan Al-
himariyyah. Namun, meskipun sudah terbagi dalam lebih dari 20 sub sekte mereka
masih memiliki kesatuan pandangan dalam beberapa pemikiran. Hal tersebut
3
ditegaskan Al-Baghdadi dengan menyebutkan enam pemikiran yang mereka sepakati,
pemikiran-pemikiran tersebut adalah:
a. Pemikiran bahwa Allah tidak memiliki sifat azali. Dan pemikiran bahwa Allah
tidak memiliki ‘ilmu, qudrah, hayat, sama’, bashar, dan seluruh sifat azali.
b. Pemikiran tentang kemustahilan melihat Allah dengan mata kepala dan keyakinan
mereka bahwa Allah sendiri tidak bisa melihat “diri”-Nya dan yang lain pun tidak
bisa melihat “diri”-Nya.
c. Pemikiran tentang ke-baru-an (hadits) kalamullah dan ke-baru-an perintah,
larangan, dan khabar-Nya. Yang kemudian kebanyakan mereka mengatakan
bahwa kalamullah adalah makhluk-Nya.
d. Pemikiran bahwa Allah bukan pencipta perbuatan manusia bukan pula pencipta
perilaku hewan. Keyakinan mereka bahwa manusia sendirilah yang memiliki
kemampuan (Qudrah) atas perbuatanya sendiri dan Allah tidak memiliki peran
sedikitpun dalam seluruh perbuatan manusia juga seluruh prilaku hewan. Inilah
alasan Mu’tazilah disebut qodariyah oleh sebagaian kaum muslimin.
e. Pemikiran bahwa orang muslim yang fasiq berada dalam satu manzilah di antara
dua manzilah -mu’min dan kafir- (manzilatun baina manzilataini). Inilah alasan
mereka disebut Mu’tazilah.
f. Pemikiran bahwa segala sesuatu perbuatan manusia yang tidak di perintahkan oleh
Allah atau dilarang-Nya adalah sesuatu yang pada dasarnya tidak Allah
kehendaki. Inilah sebagian produk pokok pemikiran Mu’tazilah yang cukup
mewakili identitas
Mu’tazilah sebagai sebuah sekte pemikiran. Seluruh pemikiran Mu’tazilah
adalah produk dari kekuatan mereka berpegang teguh pada akal rasional. Sehingga
sekte ini adalah sekte yang paling menguasai ilmu kalam.
Selanjutnya, dari enam pemikiran yang menjadi konsensus seluruh sub sekte
Mu’tazilah di atas mereka merangkum kembali menjadi lima dasar (ushul) pemikiran
yang menjadi trade mark mereka. Kelima dasar pemikiran tersebut adalah: Al-
Tauhid, Al-Adlu (keadilan Allah), Al-wa’id wal wa’id (janji dan ancaman Allah), Al-
manzilatu baina ‘lmanzilataini, Amal Ma’ruf Nahi munkar. Berikut kutipannya
dengan sedikit perubahan:

4
1) Al-Tauhid
Mereka meyakini bahwa Allah di sucikan dari perumpamaan dan
permisalan (laisa kamislihi syai-un) dan tidak ada yang mampu menentang
kekuasaan-Nya serta tidak berlaku pada-Nya apa yang berlaku pada manusia. Ini
adalah faham yang benar, akan tetapi dari sini mereka menghasilkan konklusi
yang bathil: kemustahilan melihat Allah sebagai konsekwensi dari penegasan
sifat-sifat (yang menyerupai manusia), dan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah
makhluk sebagai konsekwensi dari penegasan Allah memiliki sifat kalam.
2) Al-Adlu (keadilan Allah)
Maksud mereka dengan keadilan Allah adalah bahwa Allah tidak menciptakan
perbuatan hamba-hamba-Nya dan tidak menyukai kerusakan. Akan tetapi hamba-
hamba-Nyalah yang melakukan apa-apa yang diperintahkan-Nya dan
meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya dengan kekuatan (qudrah) yang Allah
jadikan buat mereka. Dan bahwasanya Allah tidak memerintah kecuali dari yang
dibenci-Nya. Dan Allah adalah penolong bagi terlaksananya kebaikan yang
diperintahkan-Nya dan tidak bertanggungjawab atas terjadinya kemungkaran yang
dilarang-Nya.
3) Al-Wa’du wal Wa’id (Janji dan ancaman)
Prinsip janji dan ancaman yang dipegang Mu’tazilah adalah untuk
membuktikan keadilan Tuhan sehingga manusia dapat merasakan balasan tuhan
atas perbuatannya. Disinilah peranan janji dan ancaman bagi manusia agar tidak
terlalu menjalankan kehidupannya.
4) Al-manzilah bainal manzilataini (tempat diantara dua tempat)
Yang dimaksud tempat diantara dua tempat adalah tempat bagi orang-orang
yang fasik, yaitu orang-orang Mu’tazilah yang melakukan dosa besar, tetapi tidak
musyrik. Nanti akan ditempatkan disuatu tempat diantara surga dan neraka.
5) Amar Ma’ruf Nahi Munkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran)
Mereka menetapkan bahwa hal ini (Amar ma’ruf nahi mungkar) adalah
kewajiban seluruh mu’minin sebagai bentuk penyebaran dakwah islam,
penyampaian hidayah bagi mereka yang tersesat, dan bimbingan bagi mereka
yang menyimpang. Semuanya dilakukan sesuai kemampuan, bagi yang mampu
dengan penjelasan maka dengan penjelasan, yang mampu dengan pedang maka
dengan pedang.

5
Dari pemaparan tentang pemikiran mu’tazilah di atas, terlihat bahwa akal adalah
satu-satunya sandaran pemikiran mereka. Oleh karena itu, terkenallah bahwa
mu’tazilah adalah pengusung teolagi nasionalitas. Teologi nasionalitas yang di usung
kaum mu’tazilah tersebut bercirikan :
a. Kedudukan akal tinggi di dalamnya, sehingga mereka tidak mau tunduk kepada
arti harfiah dari teks wahyu yang tidak sejalan dengan pemikiran filosofis dan
ilmiyah. Mereka tinggalkan arti harfiah teks dan ambil arti majazinya, dengan lain
kata mereka tinggalkan arti tersurat dari nash wahyu dan mengambil arti
tersiratnya. Mereka dikenal banyak memakai ta’wil dalam memahami wahyu.
b. Akal menunjukan kekuatan manusia, maka akal yang kuat menggambarkan
manusia yang kuat, yaitu manusia dewasa, manusia dewasa, berlainan dengan
anak kecil, mampu berdiri sendiri, mempunyai kebebasan dalam kemauan serta
perbuatan, dan mampu berpikir secara mendalam. Karena itu aliran ini menganut
faham qadariah, yang di barat dikenal dengan istilah free-will and free-act, yang
membawa kepada konsep manusia yang penuh dinamika, baik dalam perbuatan
maupun pemikiran.
c. Pemikiran filisofis mereka membawa kepada penekanan konsep Tuhan Yang
Maha Adil. Maka keadilan Tuhanlah yang menjadi titik tolak pemikiran teologi
mereka. Keadilan Tuhan membawa mereka selanjutnya kepada keyakinan adanya
hukum alam ciptaan Tuhan, dalam al-Qur’an disebut Sunnatullah, yang mengatur
perjalanan apa yang ada di alam ini. Alam ini berjalan menurut peraturan tertentu,
danperaturan itu perlu dicari untuk kepentingan hidup manusia di dunia ini.
Teologi rasional Mu’tazilah inilah, dengan keyakinan akan kedudukan akal yang
tinggi, kebebasan manusia dalam berfikir serta berbuat dan adanya hukum alam
ciptaan tuhan, yang membawa pada perkembangn islam, bukan hanya filsafat, tetapi
juga sains, pada masa antara abad ke VIII dan XIII M.

B. Pemikiran Kalam Syi’ah


Mengenai latar belakang munculnya aliran Syi’ah, terdapat dua pendapat:
Pertama menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada akhir dari masa jabatan
Usman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin
Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syi’ah bener-bener muncul ketika berlangsung
peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan Perang siffin. Dalam
peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang
6
ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok
mendukung sikap Ali di sebut Syi’ah dan kelompok lain menolak sikap Ali di sebut
Khawarij.
Kaum Syi’ah memiliki lima pemikiran yang wajib di percayai oleh penganutnya.
Kelima pemikiran itu adalah :
a. Al- Tauhid
Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa Allah itu ada, Maha Esa,
tunggal, tempat bergantung, segala makhluk, tidak beranak, tidak diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang menyamainya. Dan juga mereka mempercayai
adanya sifat-sifat Allah.
b. Al-Adlu
Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah tidak
melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan perbuatan
buruk karena ia melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang yang berbuat
zalim.
c. Al-Nubuwwah
Kepercayaan Syi’ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda dengan
keyakinan umat muslim yang lain. Menurut mereka, Allah mengutus sejumlah
nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing umat manusia.
d. Al-Imamah
Menurut Syi’ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama dan
dunia sekaligus, ia pengganti rasul dalam memelihara Syari’at,
melaksanakan Hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.

e. Al-Ma’ad
Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat percaya
sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti terjadi.

7
BAB III
PENUTUP
1. Analisa
Dari pembahasan diatas, penulis berkesimpulan bahwa penulis lebih setuju
dengan pemikiran aliran Syi’ah. Salah satu pemikiran itu adalah dimana Syi’ah
mempercayai adanya sifat-sifat Allah, sedangkan Al-Mu’tazilah memiliki pemikiran
bahwa Allah tidak memiliki ‘ilmu, qudrah, hayat, sama’, bashar, dan seluruh sifat
azali. Salah satu sifat Allah adalah Wahdaniyyah yaitu Esa atau tunggal. Hal ini
sesuai dengan kalimat syahadat, “Asyhadu alaa ila ha illalllah” tiada Tuhan selain
Allah. Sifat ini ditegaskan kembali didalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya: 22.
“Sekiranya ada dilangit dan dibumi tuhan-tuhan selain Allah, tentunya
keduanya itu sudah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy
daripada apa yang mereka sifatkan.”
2. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
Pemikiran Al-Mu’tazilah adalah
a) Al-Tauhid
Mereka meyakini bahwa Allah di sucikan dari perumpamaan
dan permisalan (laisa kamislihi syai-un) dan tidak ada yang mampu
menentang kekuasaan-Nya serta tidak berlaku pada-Nya apa yang berlaku
pada manusia
b) Al-Adlu (keadilan Allah)
Maksud mereka dengan keadilan Allah adalah bahwa Allah tidak
menciptakan perbuatan hamba-hamba-Nya dan tidak menyukai kerusakan.
Akan tetapi hamba-hamba-Nyalah yang melakukan apa-apa yang
diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa-apa yang dilarang-Nya dengan
kekuatan (qudrah) yang Allah jadikan buat mereka.
c) Al-Wa’du wal Wa’id (Janji dan ancaman)
Prinsip janji dan ancaman yang dipegang Mu’tazilah adalah untuk
membuktikan keadilan Tuhan sehingga manusia dapat merasakan balasan
tuhan atas perbuatannya. Disinilah peranan janji dan ancaman bagi manusia
agar tidak terlalu menjalankan kehidupannya.
d) Al-manzilah bainal manzilataini (tempat diantara dua tempat)

8
Yang dimaksud tempat diantara dua tempat adalah tempat bagi orang-
orang yang fasik, yaitu orang-orang Mu’tazilah yang melakukan dosa besar,
tetapi tidak musyrik. Nanti akan ditempatkan disuatu tempat diantara surga
dan neraka.
e) Amar Ma’ruf Nahi Munkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran)
Mereka menetapkan bahwa hal ini (Amar ma’ruf nahi mungkar) adalah
kewajiban seluruh mu’minin sebagai bentuk penyebaran dakwah islam,
penyampaian hidayah bagi mereka yang tersesat, dan bimbingan bagi mereka
yang menyimpang. Semuanya dilakukan sesuai kemampuan, bagi yang
mampu dengan penjelasan maka dengan penjelasan, yang mampu dengan
pedang maka dengan pedang.
· Pemikiran kalam Syi’ah adalah:
 Al- Tauhid
Kaum Syi’ah mengimani sepenuhnya bahwa allah itu ada, Maha Esa,
tunggal, tempat bergant seoran ung, segala makhluk, tidak beranak, tidak
diperanakkan, dan tidak ada g pun yang menyamainya. Dan juga mereka
mempercayai adanya sifat-sifat Allah.
 Al-Adlu
Kaum Syi’ah mempunyai keyakinan bahwa Allah Maha Adil. Allah
tidak melakukan perbuatan zhalim dan perbuatan buruk, ia tidak melakukan
perbuatan buruk karena ia melarang keburukan, mencela kezaliman dan orang
yang berbuat zalim.
 Al-Nubuwwah
Kepercayaan Syi’ah terhadap para Nabi-nabi juga tidak berbeda
dengan keyakinan umat muslim yang lain. Menurut mereka, Allah
mengutussejumlah nabi dan rasul ke muka bumi untnk membimbing umat
manusia.
 Al-Imamah
Menurut Syi’ah, Imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama
dan dunia sekaligus, ia pengganti rasul dalam memelihara Syari’at,
melaksanakan Hudud, dan mewujudkan kebaikan dan ketentraman umat.

9
 Al-Ma’ad
Ma’ad berarti tempat kembali (hari akhirat), kaum Syi’ah sangat
percaya sepenuhnya akan adanya hari akhirat, bahwa hari akhirat itu pasti
terjadi.

3 Saran
Harapan saya kepada para pembaca agar mengamalkan setiap ilmu yang
diperoleh agar ilmu tersebut tidak sia-sia. Harapan saya kepada para pembaca khususnya
bagi dosen pembimbing mata kuliah ini agar kiranya memperbaiki setiap kesalahan baik
disengaja maupun tidak disengaja dalam uraian isi makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1919834-kalam-syi’ah/
http://jenongsendiri.wordpress.com/2011/06/10/teologi-mu’tazilah-dan-pemikirannya/
http://sevensweet.wordpress.com/2010/05/17/pemikiran-teologi-mu’tazilah/
Nasir, Sahilun A. Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1996.
Nasution, Harun, Teologi islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1986

11

Anda mungkin juga menyukai