Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Pro Lingkungan

1. Pengertian Perilaku Pro lingkungan

Secara umum, perilaku dapat dirumuskan sebagai kecenderungan

untuk berespon baik positif maupun negatif terhadap orang, obyek atau situasi

(Sarwono, 2007). Perilaku masyarakat yang posisit terhadap penanganan

sampah akan mewujudkan sikap positif pula terhadap nilai kesehatan, tetapi

tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata. Agar perilaku dapat terwujud

menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan, antara lain informasi, fasilitas, dan faktor

dukungan (support) dari berbagai pihak Sedangkan perilaku adalah suatu

tindakan yang mempunyai frekuensi, lama dan tujuan khusus, baik yang

dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (Notoatmodjo, 2003).

Dijelaskan oleh Lindenberg dan Steg (2007) bahwa sikap dan perilaku

pro-lingkungan akan kuat ketika individu memiliki pengetahuan (keahlian) di

bidang lingkungan dan menunjukkannya kepada orang lain, sehingga

memudahkan orang untuk bertindak sejalan dengan tujuan yang ingin

ditetapkan.

Sedangkan menurut Wawan (2011) perilaku merupakan suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frek-uensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari mau-pun tidak perilaku adalah kumpulan berbagai faktor

yang saling berinteraksi. Perilaku peduli lingkungan akan kuat ketika individu

memiliki pengetahuan di bidang lingkungan dan menunjukannya kepada

orang lain, sehingga memudahkan orang untuk bertindak sejalan dengan

tujuan yang ingin ditetapkan (Robert-son, 2016).

Perilaku pro lingkungan disebut sebagai perilaku yang dilakukan

dengan mempertimbangkan aspek yang paling tidak membahayakan

lingkungan, atau perilaku yang dilakukan dengan melihat aspek paling

menguntungkan bagi lingkungan (Gatersleben, 2013). Perilaku pro

lingkungan juga disebut sebagai perilaku yang memiliki akibat paling minim

dari penggunaan sumber daya alam (Reid, Sutton, & Hunter, 2010).

Perilaku pro lingkungan merupakan suatu tindakan yang memberikan

kontribusi terhadap kelestarian lingkungan dan atau konservasi (Kaiser,

2009). Perilaku pro-lingkungan memiliki banyak istilah seperti yang telah

dikemukakan di atas. Meskipun demikian, berbagai istilah tersebut merujuk

pada suatu konsep yang sama yaitu ramah lingkungan. Perilaku pro-

lingkungan bertujuan untuk mengurangi atau memberikan solusi terkait

permasalahan lingkungan hidup (Homburg & Stolberg, 2006). Perilaku pro-

lingkungan memiliki kemungkinan terbaik dilihat sebagai kombinasi antara

kepentingan pribadi dan kepedulian terhadap orang lain, generasi selanjutnya,

makhluk hidup lainnya atau ekosistem secara keseluruhan (Bamberg &

Moser, 2007).
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku pro-

lingkungan merupakan berbagai macam bentuk tindakan manusia yang

bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif pada lingkungan.

2. Aspek-aspek Perilaku Pro Lingkungan

Menurut Kaiser, terdapat enam aspek perilaku pro-lingkungan (Kaiser,

Oerke, & Bogner, 2007), aspek-aspek tersebut meliputi:

a. Konservasi energi

Konservasi energi terkait dengan perilaku dan atau tindakan-

tindakan yang bertujuan untuk menghemat energi. Contohnya

yaitu mematikan lampu apabila menjadi orang terakhir yang keluar

dari ruangan, mematikan AC apabila keluar ruangan lebih dari 4

jam dan lain-lain.

b. Mobilitas dan transportasi

Mobilitas dan transportasi terkait dengan perilaku dan atau

tindakan-tindakan yang bertujuan untuk menggunakan alat

transportasi secara efektif dan efisien, misalnya menggunakan

transportasi umum, naik sepeda atau berjalan kaki untuk jarak

yang dekat dan lain-lain.

c. Menghindari limbah

Menghindari limbah terkait dengan perilaku dan atau tindakan-

tindakan yang bertujuan untuk menghindari limbah seperti


misalnya meminimalisir penggunaan plastik, membeli barang atau

produk jenis isi ulang dan lain-lain.

d. Daur ulang

Daur ulang terkait dengan perilaku dan atau tindakan-tindakan

yang bertujuan untuk mendaur ulang bahan-bahan bekas yang

sudah tak terpakai, misalnya mengumpulkan kertas yang sudah

terpakai untuk didaur ulang, membuat catatan dengan memakai

kertas yang sudah digunakan pada satu sisi dan lain-lain.

e. Konsumerisme

Konsumerisme terkait dengan perilaku dan atau tindakan-tindakan

yang bertujuan untuk memilih dan menggunakan produk-produk

yang ramah lingkungan, misalnya memilih produk organik,

menggunakan bahan alami untuk mengatasi hama dll.

f. Konservasi

Konservasi terkait dengan perilaku dan atau tindakan-tindakan

yang secara umum tidak merugikan bagi lingkungan di sekitarnya,

misalnya ketika piknik meninggalkan tempat tersebut dengan

kondisi bersih seperti sebelumnya, terlibat pada suatu organisasi

lingkungan hidup, belajar tentang isu-isu lingkungan melalui

berbagai media dan lain-lain.


Di teori yang lain, Larson et al (2015) mengungkapkan empat aspek

perilaku pro-lingkungan tersebut meliputi:

a. Environmentalisme sosial

Environmentalisme sosial terkait dengan perilaku atau tindakan

masyarakat yang berlandaskan pada ide atau paham untuk

berpartisipasi dalam mengatasi isu-isu lingkungan. Hal tersebut dapat

dilaksanakan melalui upaya-upaya mensosialisasikan atau mendidik

orang lain tentang isu-isu lingkungan.

b. Pengelolaan tanah

Pengelolaan tanah terkait dengan perilaku atau tindakan dalam upaya

peningkatan kualitas habitat tanah pribadi dan atau umum, kegiatan

perlindungan satwa liar dan sejenisnya.

c. Gaya hidup yang mendukung konservasi

Gaya hidup yang terkait dengan perilaku atau tindakan yang bertujuan

untuk mendukung upaya-upaya konervasi, seperti contohnya

melakukan daur ulang, menghemat air dan energi, meminimalkan

timbulan sampah dan menggunakan barang-barang yang eco-friendly.

d. Kewarganegaraan yang peduli lingkungan

Kewarganegaraan yang peduli lingkungan terkait dengan perilaku atau

tindakan yang bertujuan untuk berpartisipasi dalam proses

pengambilan kebijakan yang terkait dengan lingkungan hidup.


Disimpulkan…..

B. Wisata Religi Makam Sunan Muria

Desa Colo merupakan desa tempat berdirinya Yayasan Masjid dan

Makam Sunan Muria. Desa ini adalah terletak di Kecamatan Dawe,

Kabupaten Kudus dengan jumlah penduduk sebanyak 4346 jiwa.

Kawasan Masjid dan Makam Sunan Muria adalah wisata religi/ziarah

yang letaknya 18 km dari kota Kudus mengarah ke Utara, tepatnya di lereng

Gunung Muria. Khusus kawasan wisata religi/ziarah ini pemerintah

Kabupaten Kudus berusaha untuk mengangkat kearifan lokal yang dimiliki.

Dengan segala upaya pemerintah untuk memelihara kawasan religi/ziarah

yang cukup unik yang tidak banyak dijumpai di kota – kota lain. Kawasan

wisata religi/ziarah Masjid dan Makam Sunan Muria ini letaknya dibukit

Gunung Muria, untuk mencapai kesana ada dua alternatif jalan yang dapat

ditempuh yaitu melalui jalan tangga yang cukup curam dan melalui jalan yang

menggunakan kendaraan bermotor mengelilingi bukit.

Sunan Muria adalah seorang wali yang tergabung dalam kelompok

Wali Songo tetapi namanya tidak se populer dengan Sunan Kudus, dengan

Menaranya sebagai ciri khas kawasan Masjid dan makam Sunan Kudus, tetapi

kalau Sunan Muria ada keunikan letak Masjid dan Makamnya di atas bukit

yaitu di bukit Muria. Dari tahun ke tahun Masjid dan Makam Sunan Muria

mulai dikunjungi oleh peziarah baik dalam kota maupun luar kota oleh orang
– orang ingin mengetahui tempat pemuka agama Islam yang tergabung dalam

Wali Songo, bahwa wali inilah yang menyebarkan agama Islam diberbagai

daerah.

Peziarah dari tahun ketahun semakin meningkat sampai sekarang yang

tidak bisa terbendung. Kalau melihat aktivitas di Masjid dan Makam Sunan

Muria semakin lama semakin padat maka perlu adanya fasilitas yang dapat

mendukung aktivitas tersebut, perlu diketahui bahwa aktivitas tersebut akan

mempengaruhi yang lainnya.

C. DINAMIKA PERILAKU PRO LINGKUNGAN MASYARAKAT DI

KAWASAN WISATA MAKAM SUNAN MURIA

Ledakan kawasan wisata menyebabkan populasi wisatawan berlebihan. Hal

ini diperparah dengan pola konsumtif dari masyarakat, gaya hidup dan

ketidakseimbangan ekosistem. Sebagai akibatnya muncullah dilema lingkungan

(environmental dilemma). Dilema lingkungan adalah keadaan di mana

masyarakat harus bertahan hidup dengan kebutuhan akan air, makanan, tempat

tinggal, pekerjaan, dan sebagainya, sementara di sisi lain, keseimbangan alam

harus tetap dijaga (Corral-Verdugo, 2010).

Dilema lingkungan memunculkan dua respons, yaitu (1) preservationis atau

kelompok yang menjaga alam secara mutlak agar tidak terganggu manusia dan

segala kebutuhannya, dan (2) konservasionis atau kelompok yang berusaha

menjaga keseimbangan keberadaan alam sekaligus pemenuhan kebutuhan


manusia (Corral-Verdugo, 2010). Perilaku pro lingkungan kemudian menjadi

penting untuk dilakukan mengingat pemenuhan kebutuhan hidup dan pelestarian

lingkungan menjadi dua hal yang harus dilakukan secara bersama-sama. Pada titik

ini psikologi lingkungan penting dipahami mengingat terdapat peran persepsi,

nilai, keyakinan dan banyak hal lain yang memengaruhi perilaku pro lingkungan.

Secara umum, Fujii (2006) menyatakan bahwa ada empat perilaku pro

lingkungan, yaitu (1) pengurangan penggunaan energi listrik, (2) pengurangan

penggunaan gas, (3) pengurangan sampah, dan (4) pengurangan penggunaan

kendaraan bermotor. Namun demikian, konsep Fujii (2006) tersebut memang

digunakan dalam studinya di Jepang dengan keadaan alam yang memang

memiliki banyak keterbatasan dalam hal sumber daya. Pada prinsipnya, perilaku

pro lingkungan menjadi lebih luas dan tentu saja lebih detail. Hal krusial dari

perilaku pro lingkungan adalah pengurangan efek negatif terhadap lingkungan.

Wisata religi dan wisata alam menjadi citra untuk kawasan wisata Makam

Sunan Muria. Oleh karena itu, hampir tiap hari ramai pengunjung yang datang

untuk berwisata dan berziarah. Dengan adanya keberadaan Sunan Muria dan

ditambah bentangan alam yang indah membuat kawasan ini diberi nama oleh

Pemerintah Kabupaten Kudus sebagai objek wisata Colo, nama yang merujuk

pada nama desa sebagai administrasi sekaligus tempat makam Sunan Muria.
Kawasan Obyek Wisata Colo berada pada ketinggian 500 m dari permukaan

air laut, beriklim tropis dan berjarak 17 Km dari Ibu Kota Kabupaten.

Letak geografis yang berada di pegunungan dan terdapat wisata religi ini

akhirnya menjadi daya tarik sendiri. Setiap harinya kawasan ini ramai di kunjungi

oleh wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia. Data Pemerintah Kabupaten

Kudus mencatat, total jumlah pengunjung pada tahun 2016 sekitar 500.000 orang

berarti rata-rata dalam sehari jumlah pengunjung di atas 1.000 orang. Pada tahun

2017-2019 jumlah pengunjung mengalami peningkatan yang signifikan totalnya

mencapai 800.000 pertahun.

Perilaku pro lingkungan sulit tercipta jika individu atau masyarakat tidak

memiliki sikap yang positif terhadap lingkungan. Menurut Gifford dan Sussman

(2012), kepedulian individu dan masyarakat terhadap lingkungan dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain yaitu (1) usia di mana individu dengan usia yang

lebih muda cenderung lebih peduli dengan lingkungan dibandingkan individu

yang berusia lebih tua, (2) jenis kelamin di mana wanita cenderung lebih peduli

dengan lingkungan dibandingkan pria, (3) status sosial ekonomi di mana ada

kecenderungan individu yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi

juga memiliki kepedulian lebih besar dibandingkan individu dengan status sosial

ekonomi rendah, (4) pengalaman langsung dengan alam di mana individu yang

tinggal di daerah bencana alam menjadi lebih peka terhadap topik-topik alam,
atau individu yang memiliki kepentingan terhadap alam seperti keberadaan ruan

terbuka juga cenderung memiliki sikap lebih positif terhadap alam.

Pengetahuan mengenai lingkungan juga merupakan hal yang penting dalam

menampilkan perilaku pro lingkungan. Pengetahuan yang benar mengenai

lingkungan memicu terciptanya sikap positif mengenai lingkungan. Studi

Vicente-Molina, Fernandez-Sainz, dan Izagirre-Olaizola (2013) yang melibatkan

mahasiswa dari Amerika, Spanyol, Meksiko, dan Brasil menemukan bahwa

pengetahuan mengenai lingkungan, terutama yang diperoleh di dalam pendidikan

formal berperan besar terhadap perilaku pro lingkungan yang ditunjukkan oleh

individu. Hasil yang sama juga ditemukan melalui studi Latif, Omar, Bidin, dan

Awang (2013) yang melibatkan individu yang tinggal di beberapa residensi besar

di Malaysia.
D. SKEMA ALUR PIKIR

Perilaku Pro Lingkungan

Kaiser, aspek-aspek perilaku pro-


lingkungan (2007)
1. Konservasi energi
2. Mobilitas dan transportasi
3. Menghindari limbah
4. Daur ulang
5. Konsumerisme
6. Konservasi

Perilaku Pro Lingkungan Pada


Masyarakat di Kawasan Wisata Religi
Sunan Muria

Anda mungkin juga menyukai