KONSEP GURU
PENGAMPU MATA KULIAH:
MUKHLISH ABDI, M.ED
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
NAMA: NIM:
MUHAMMAD FIKRI 20010233
NIDYA RAHAYU 20010240
NOOR AIDA SANTI 20010241
NOR JANNAH 20010242
SITI RAHMAH 20010252
ِالرحِيِم
ِ ِِالرحِمِن
ِ ِِبِسِمِِالل
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Syukur
Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Profesi Keguruan, dengan judul “Konsep Guru”. Shalawat beserta salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah menjadi
suri tauladan bagi umat Islam diseluruh dunia.
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat, pengetahuan dan
wawasan bagi para pembacanya. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Mukhlish Abdi,
M.Ed selaku dosen pengampu, dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam
penulisan makalah dari awal hingga akhir.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi ataupun penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan tepat
waktu. Oleh karenanya, kami dengan senang hati menerima masukan, saran dan kritik guna
penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan seseorang yang sangat berperan dalam dunia pendidikan. Untuk
menjalankan tugasnya, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mendidik siswanya.
Menurut Buchory, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.1
Guru memiliki tanggung jawab terhadap peserta didiknya untuk lebih memiliki
pengetahuan, wawasan tentang ilmu dan berperilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai dan
norma yang berlaku. Sebagai seorang guru harus melaksanakan pembelajaran dengan
memberikan pengalaman belajar langsung yang bermakna dalam hidupnya sehingga anak
akan memiliki kecakapan hidup yang berguna dalam kehidupannya kelak.2
Dalam proses pembelajaran, tidak semua siswa itu senang dan bisa mengikuti
pembelajaran dengan baik, tidak semua siswa mau mengikuti pembelajaran secara seksama,
dan juga tidak semuanya bisa mengikuti perintah guru secara baik. Dari sinilah menjadi
seorang guru harus memiliki sikap yang sangat profesional dalam menghadapi siswa-
siswanya. Maka dari itu, menjadi seorang guru haruslah menguasai pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan dalam dunia pendidikan.
1
Yusuf Hanafiah, dkk, Aku Bangga Menjadi Guru; Peran Guru Dalam Penguatan Nilai Karakter
Peserta Didik (Yogyakarta: UAD Press, 2021), hlm. 164.
2
Sulthon, Konsep Guru Yang Menginspirasi Dan Demokratif: Jurnal Elementary, Vol. 3, No. 1, 2015,
hlm. 115-116.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
2
3
Sebagai pendidik, seorang guru memiliki banyak tugas dan tanggung jawab. Tugas dan
tanggung jawab tersebut sesungguhnya sangat berat. Di pundak seorang gurulah tujuan
pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Mengapa di pundak seorang guru, dan
bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab orang tua peserta didik yang mendapatkan
amanat langsung dari Allah Swt? Mc.Leod menyatakan bahwa guru adalah "A person
whose occupation is teaching others, artinya ialah, seseorang yang tugas utamanya adalah
mengajar".4 Dalam hal ini, guru sangat berperan sebagai seseorang yang mengajarkan ilmu
pengetahuan yang bersumber dari berbagai bidang tertentu kepada peserta didiknya dengan
tujuan agar peserta didik mampu mendapatkan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya.
2. Guru sebagai Motivator
Motivator adalah orang yang memiliki profesi atau pencaharian dari memberikan
motivasi kepada orang lain. KBBI mendefinisikan motivator adalah orang (perangsang)
yang menyebabkan motivasi orang lain untuk melaksanakan sesuatu, pendorong,
penggerak. Pengertian Guru Sebagai Motivator artinya guru sebagai pendorong siswa
dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Sering
terjadi siswa yang kurang berprestasi, hal ini bukan disebabkan karena memiliki
kemampuan yang rendah, akan tetapi disebabkan tidak adanya motivasi belajar dari siswa
sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Guru Sebagai
motivator hendaknya menunjukkan sikap sebagai berikut :
a. Bersikap terbuka, artinya bahwa seorang guru harus dapat mendorong siswanya agar
berani mengungkapkan pendapat dan menanggapinya dengan positif.
b. Membantu siswa agar mampu memahami dan memanfaatkan potensi yang ada pada
dirinya secara optimal.
4
Andi Fitriani Djollong, Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: Jurnal Istiqra’, Vol.4, No.2, 2017, hlm. 125-
127.
4
c. Sikap aktif dari subjek belajar (siswa) mutlak diperlukan karena minat belajar itu
seharusnya dapat tumbuh dari dalam diri subjek belajar sendiri dengan atau tanpa
bantuan orang lain, melalui penekanan pemahaman bahwa belajar itu ada manfaatnya
bagi dirinya.5
3. Guru sebagai Fasilitator
Peran sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar
yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar
mengajaar akan berlangsung secara efektif.
Menurut Dickinson, peran guru yang utama adalah memfasilitasi pembelajaran siswa,
yang secara luas dijabarkan, dengan berbagai cara.6 Menjadi fasilitator, yaitu menyediakan
materi atau bahan ajar kepada peserta didiknya dalam mencapai tujuan pembelajaran dan
bertugas menyajikan pengetahuan atau materi pelajaran bagi peserta didik. Sebagai
fasilitataor guru yang profesinal seharusnya menyediakan beberapa hal, yaitu:
a. Guru berbakti membimbing dan memfasilitasi anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang berpancasila.
b. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai kebutuhan
anak didik masing masing.
c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang peserta
didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang
tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan peserta didik.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun
masayarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
f. Guru secara mandiri atau bersama sama mengembangakan dan meningkatkan mutu
profesinya.
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasarakan
lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
h. Guru secara bersama sama memeliara membina dan meningkatkan mutu organisasi guru
dan peserta didik.
5
Elly Manizar, Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar: Jurnal Tadrib Vol. 1, No 2, 2015, hlm.
178-180.
6
Dorlan Naibaho, Peranan Guru Sebagai Fasilitator Dalam Perkembangan Peserta Didik: Jurnal
Christian Humaniora ,Vol.2, No.1, 2018, hlm. 81.
5
7
Dorlan Naibaho, Peranan Guru Sebagai Fasilitator Dalam Perkembangan Peserta Didik, ... hlm. 81.
8
Enco Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 37.
9
Pasal 1 Ayat (10) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
10
Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
6
11
Pasal 28 Ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
12
Pasal 28 Ayat 3 Butir B Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
7
13
Enco Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Indonesia, 2009),
hlm. 176.
14
Pasal 10 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
15
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Yayasan Bhakti Winaya,
2003). hlm. 183.
16
Ramaliya, Pengembangan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran: Jurnal Studi Ilimu-Ilmu
Keislaman, Vol. 9, No. 1, 2018. hlm. 78-81.
8
C. Kualifikasi Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah keahlian yang
diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu, dengan kata lain
kualifikasi diartikan sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis
untuk mengisi jenjang kerja tertentu. Kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu
keahlian atau kecakapan khusus. Dalam dunia pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagai
keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata
pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat
dari segi derajat lulusannya.
Kualifikasi guru dalam kegiatan belajar mengajar menentukan tercapainya tujuan
pembelajaran. Ketarampilan dalam pekerjaan profesi sebagai guru didukung oleh teori yang
telah dipelajari, seorang guru yang kompeten diharuskan untuk belajar terus menerus dan
mendalami fungsinya sebagai guru yang memiliki kualifikasi. Karena guru yang profesional,
mereka harus memiliki keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, dan
menjaga kode etik guru. Guru yang profesional, memiliki skil dalam pekerjaan sebagai
pendidik. Sebagai pendidik tidak bosan dengan profesinya sebagai guru, menganggap
pekerjaan itu sebagai hobi dan tidak merasa puas dengan apa yang dimiliki tentang seluk
beluk pendidikan secara khusus dalam kegiatan belajar mengajar, dan menjaga sikap sebagai
pendidik.
Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-Undang Guru dan Dosen, yang
merupakan kebijakan untuk intervensi langsung meningkatkan kualitas kompetensi guru
lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat
profesi. Dengan sertifikat profesi ini pula guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar
1 bulan gaji pokok guru. Di samping UUGD juga menetapkan berbagai tunjangan yang
berhak diterima guru sebagai upaya peningkatan kesejahteraan finansial guru. Kebijakan
dalam UUGD ini pada intinya adalah meningkatkan kualitas kualifikasi dan kompetensi guru
seiring dengan peningkatkan kesejahteraan mereka.
1. Kualifikasi Akademik
Berdasarkan Standar Pendidik dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005,
disebutkan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.17 Undang-undang Guru dan Dosen merupakan
17
Pasal 28 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
9
suatu ketetapan politik bahwa pendidik adalah pekerja profesional, yang berhak
mendapatkan hak-hak sekaligus mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi secara
profesional. Dengan itu diharapkan, pendidik dapat mengabdikan secara total seluruh
kemampuan, perhatian dan kepeduliann pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi
yang dilakoninya tersebut. Dalam UUGD diatur ketentuan bahwa seorang:
1. Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen
pembelajaran.
2. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau
program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk guru
dan S-2 untuk dosen.18
Terkait dengan kualifikasi guru maka dapat dirujuk dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru.19 Dapat dilihat bahwa kualifikasi akademik guru terdiri dari:
a. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal.
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi
akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman Kanak-kanak/Raudatul Atfal
(PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah
menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar
biasa/sekolah menengahatas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah
menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), sebagai berikut:
a) Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA.
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau
psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
b) Kualifikasi Akademik Guru SD/MI.
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam
bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
18
Jaja Jahidi, Kualifikasi Dan Kompetensi Guru: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pascasarjana Administrasi
Pendidikan, Vol. 2, No.1, 2014. hlm. 24.
19
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru.
10
20
Rusydi Ananda, Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Telaah Terhadap Pendidik dan Tenaga
Kependidikan), (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2018), hlm. 38-39.
11
procedurs), dan 3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Ketiga dimensi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rencana Pengajaran
Rencana pengajaran tercermin dalam kalender pendidikan, program kerja tahunan,
program kerja semester, program kerja bulanan, program kerja mingguan, dan jadwal
pelajaran. a) perencanaan dan pengorganisasian bahan pelajaran, b) pengelolaan
kegiatan belajar mengajar, c) pengelolaan kelas, d) penggunaan media dan sumber
pengajaran, serta e) penilaian prestasi.
2. Prosedur Mengajar
Prosedur mengajar berkaitan dengan kegiatan mengajar guru. Kegiatan mengajar
diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam
mengorganisasi atau mengatur lingkungan mengajar dengan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
3. Hubungan Antar Pribadi
Ditinjau dari prosesnya, kegiatan belajar-mengajar merupakan proses komunikasi antara
guru dengan siswa. Guru sebagai aktor utama dalam proses komunikasi berfungsi
sebagai komunikator. Komunikasi yang dibina oleh guru akan tercermin dalam: a)
mengembangkan sikap positif siswa, b) bersifat luwes dan terbuka pada siswa dan orang
lain, c) menampilkan kegairahan dan kesungguhan dalam kegiatan belajar-mengajar,
dan d) mengelola interaksi pribadi dalam kelas.21
21
Jaja Jahidi, Kualifikasi Dan Kompetensi Guru, .... hlm. 24-26.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah seseorang yang sangat penting didalam dunia pendidikan. Demi
menjalankan tugasnya, seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam mendidik
peserta didiknya Tujuannya agar siswa-siswanya dapat menerima ilmu yang telah
diajarkan. Guru sebagai pendidik memiliki tanggung jawab yang besar terhadap siswanya.
Guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam pembelajaran supaya siswa merasa
senang dan nyaman untuk menerima ilmu pengetahuan.
Kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, proses berfikir, penyesuaian diri, sikap dan
nilai-nilai yang dianut dalam melaksanakan profesi sebagai guru. Kemampuan dasar yang
harus dimiliki oleh guru meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keprofesionalan
dalam mendidik siswanya. Adapun kompetensi guru diantaranya kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Kualifikasi guru merupakan keahlian yang diperlukan untuk keberlangsungan dalam
mendidik siswanya. Kualifikasi guru sangat menetukan tercapainya tujuan pembelajaran.
Ketarampilan dalam pekerjaan profesi sebagai guru didukung oleh teori yang telah
dipelajari, seorang guru yang kompeten diharuskan untuk belajar terus menerus dan
mendalami fungsinya sebagai guru yang memiliki kualifikasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rusydi. 2018. Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Telaah Terhadap
Pendidik dan Tenaga Kependidikan). Medan: Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia.
Djollong, Andi Fitriani. 2017. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik: Jurnal Istiqra’, 4(2): 122-
137.
Hanafiah, Yusuf. Dkk. 2021. Aku Bangga Menjadi Guru; Peran Guru Dalam Penguatan
Nilai Karakter Peserta Didik. Yogyakarta: UAD Press.
Jahidi, Jaja. 2014. Kualifikasi Dan Kompetensi Guru: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pascasarjana
Administrasi Pendidikan. 2(1): 41-47.
Manizar, Elly. 2015. Peran Guru Sebagai Motivator Dalam Belajar: Jurnal Tadrib. 1(2): 171-
189.
Mulyasa, Enco. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru Bandung: PT. Remaja
Indonesia.
Mulyasa, Enco. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Naibaho, Dorlan. 2018. Peranan Guru Sebagai Fasilitator Dalam Perkembangan Peserta
Didik: Jurnal Christian Humaniora. 2(1): 77-86.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Ramaliya. 2018. Pengembangan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran: Jurnal Studi Ilimu-
Ilmu Keislaman. 9(1): 77-88
Sulthon. 2015. Konsep Guru Yang Menginspirasi Dan Demokratif: Jurnal Elementary. 3(1):
115-134.
Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
13