Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN KELUARGA

Dosen :
Ns. Kamriyah., S.kep.,M.kep
Oleh :

Kelompok 6

Fitria Husni G1B118004


Indah tri zaina malini G1B118005
Citra Julia Anggraini G1B118006
Etia Zaria Amna G1B118007
Rachel Arga Mutiara G1B118008
Lintang Athala G1B118009
Indah Eka Purwasih G1B118030
Vanessa Rabbani G1B118031
Putri Dwita G1B118032
Gum Akbar Putra Gumay G1B118065

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT.Tuhan sekalian


alam yang selalumelimpahkan petunjuk rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan tutor kasus 1 ini dengan judul “ASUHAN
KELUARGA PADA USIA LANJUT DENGAN MASALAH GOUT
ARTRITIS”.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
atas bimbingan yang telah berikan dan telah  membantu, sehingga penulis merasa
lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan
dan kelemahan, baik dari segi penulisan, penyusunan kata demi kata maupun
dalam penyusunan bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua
pihak untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa kritik dan saran dari para
pembaca yang sifat yang membangun yang akan penulis terima dengan senang
hati demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

Jambi, Maret 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................3
1.4 Manfaat.............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sibling Rivalry....................................................................................6


2.2 Ciri Khas Sibling Rivalry.................................................................................6
2.3 Manifestasi Sibling Rivalry..............................................................................7
2.4 Bentuk Sibling Rivalry.....................................................................................7
2.5 Penyebab Sibling Rivalry.................................................................................8
2.6 Akibat Sibling Rivalry......................................................................................8
2.7 Pencegahan Sibling Rivalry..............................................................................9
2.8 Persiapan Sibling .............................................................................................11
2.9 Dampak Posistif Sibling Rivalry......................................................................12
2.10 Pengertian Remaja..........................................................................................13
2.11Karakteristik Remaja.......................................................................................14
2.12 Fase Pertumbuhan Remaja.............................................................................16
2.13 Remaja dan Permasalahannya........................................................................19
2.14 Pengertian Keluarga........................................................................................21
2.15Tugas Perkembangan Keluarga.......................................................................21
2.16 Masalah-masalah yang terjadi Pada Keluarga................................................24
2.17 Masalah-masalah Kesehatan...........................................................................26

2.18.........................................................................................................................T
ahapan Perkembangan Keluarga......................................................................28
BAB III
3.1 ASKEP TEORI KELUARGA.............................................................................29

3.2 ASKEP KASUS ..................................................................................................39

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.......................................................................................................50
4.2 Saran.................................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................51

Lampiran .................................................................................................................52
BAB I
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA

2.1 Pengertian Keluarga


Keluarga adalah dua atau lebih dari dau individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman, 2010).
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih
orang yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, tingga bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan
bersama, mempunyai generasi peneus, saling pengertian dan saling
menyayangi (Achjar, 2010).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas
anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal
dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan
yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014)

2.2 Karakteristik Keluarga Sehat


Karakteristik keluarga sehat :
1. Menunjukkan tingkat kemampuan keterampilan negosiasi yang tinggi dan
menghadapi masalahnya terus menerus.
2. Mengungkapkan berbagai perasaan, kepercayaan, dan perbedaan mereka
dengan jelas, terbuka, dan spontan.
3. Menghargai perasaan anggotanya.
4. Mengharapkan anggota untuk memikul tanggung jawab pribadi terhadap
tindakan yang mereka lakukan.
5. Menunjukan perilaku afiliatif (kedekatan dan kehangatan) satu sama lain.
(Setiawati, 2010)

2.3 Karakteristik Keluarga Sejahtera


Berdasarkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar,
psikososial, ekonomi, dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat keluarga
dikelompokkan menjadi 5 tahap yaitu sebagai berikut :
1. Keluarga pra sejahtera
Adalah yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan sandang,
papan dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah
satu atau lebih indikator keluarga sejahteraan tahap 1.
2. Keluarga sejahtera tahap I
Keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal serta memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu
kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam
keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3. Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal
serta telah memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan baik internal atau keluarga, serta berfikir
dengan menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan sosial,
kegamaan, kesenian,olahraga, pendidikan dan sebagainya.
5. Keluarga sejahtera tahap III (plus)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebuthan baik yang
bersifat dasar, sosial psikologis, pengembangan, serta telah mampu
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi
masyarakat.
2.4 Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a) Tipe keluarga tradisional
1. Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas
suami,istri dan anak.
2. Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak
memiliki anak
3. Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak
yang terjadi akibat peceraian atau kematian.
4. Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri dari
satu orang dewasa yang tidak menikah
5. Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah dengan anggota keluarga lainnya
6. Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri dirumah
dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.
7. Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan
menggunakan pelayanan Bersama.
b) Tipe keluarga non tradisional
1. Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari orang
tua dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
2. Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama tanpa
adanya ikatan perkawinan.
3. Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki persamaan
jenis kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri
4. Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup Bersama
tanpa adanyanya pernikahan dan sering berganti pasangan
5. Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki hubungan
darah dalam waktu sementara (Widagdo,2016).
2.5 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal,
sifat, dan kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan
posisi tertentu. Adapun macam peranan dalam keluarga antara lain
(Istiati, 2010):
a. Peran Ayah
Sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, ayah
berperan sebagai kepala keluarga, pendidik, pelindung, mencari nafkah,
serta pemberi rasa aman bagi anak dan istrinya dan juga sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat di lingkungan
di mana dia tinggal.
b. Peran Ibu
Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, dimana peran
ibu sangat penting dalam keluarga antara lain sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, sebagai pelindung dari anak-anak saat ayahnya
sedang tidak ada dirumah, mengurus rumah tangga, serta dapat juga
berperan sebagai pencari nafkah. Selain itu ibu juga berperan sebagai
salah satu anggota kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota
masyarakat di lingkungan di mana dia tinggal.
c. Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.

2.6 Struktur Keluarga


Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, 2012) sebagai
berikut:
1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur,terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan
pesan secara jelas dan berkualitas, sertameminta dan menerima umpan
balik. Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikanumpan balik, dan
valid.
2. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan.
Jadi, padastruktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/ status
adalah posisi individudalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami.
3. Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau
mengubah perilakuorang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent
power), keahlian (exper power),hadiah (reward power), paksa (coercive
power), dan effektif power.
4. Strukur nilai dan normaa
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan annggota keluarga..
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilaidalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkandengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

Adapun Struktur Keluarga Lainnya:

a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam


beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalurayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalurgaris ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluargasedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarahsuam
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagiankeluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.7 Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah keluarga
beroperasi sebagai unit dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu
sama lain. Hal ini mencerminkan gaya pengasuhan, konflik keluarga, dan
kualitas hubungan keluarga. Fungsi keluarga mempengaruhi kapasitas
kesehatan dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga (Families, 2010).
Fungsi keluarga menurut (Marilyn M. Friedman, 2010):
1) Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga
2) Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak
sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada
anggota keluarga
3) Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi
dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat
4) Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya
5) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan

2.8 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


1) Tahapan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga
menurut Friedman (2010) adalah :
2) Tahap 1 : Keluarga pemula Perkawinan dari sepasang insan menandai
bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan
perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
3) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak Tahap kedua dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30 bulan. Biasanya orang tua
bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut juga.
Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena
ibu dan bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan
semua peran-peran mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran
tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang
tua baru. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
b. Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. d. Memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran
orangtua dan kakek-nenek.
4) Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah Tahap ketiga siklus kehidupan
keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak
berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang,
dengan posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan
– saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
b. Mensosialisasikan anak.
c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga
besar dan komunitas).
5) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai ketika
anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir
pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah
anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
a.Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
c.Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
d. Meningkatkan komunikasi terbuka
6) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja Ketika anak pertama melewati
umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini
berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat
jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
c. Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
7) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda Permulaan dari
fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah
orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung
pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang
belum menikah yang masih tinggal di rumah. Adapun tugas perkembangan
keluarga yaitu :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
b. Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
c. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
d. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
8) Tahap VII : Orang tua pertengahan Tahap ketujuh dari siklus kehidupan
keluarga, tahap usia pertengahan dari bagi orangtua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki
usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya
16-8 tahun kemudian. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan
9) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia Tahap terakhir siklus
kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
a.Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
b. Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat
c.Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

B. KONSEP ASAM URAT


2.9 Definisi Asam Urat

Menurut Dr. Iskandar Junaidi (2013) Gout adalah suatu penyakit


yang di tandai dengan serangan mendadak, berulang, dan disertai dengan
arthritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan
kristalmonosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi
sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia). Gout sendiri cenderung dipicu oleh fator keturunan, yang
lebih menyerang pria dewasa daripada wanita dewasa.
Penyakit asam urat ataubiasa dikenal sebagai gout arthrits
merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan
kristalmonosodium urat di dalam tubuh. Asam uratmerupakan hasil
metabolisme akhir dari purin yaitusalah satu komponen asam nukleat
yang terdapatdalam inti sel tubuh. Penyebab penumpukan kristal di
daerah persendian diakibatkan kandungan purinyadapat meningkatkan
kadar urat dalam darah antara 0,5–0,75 g/ml purin yang dikonsumsi.
Artritis gout merupakan salah satu penyakit metabolic (metabolic
syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman
beralkohol.Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah
osteoarthritis dan kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen
penunjang sendi, peradangan, penggunaan berlebihan) (Nainggolan,
2009). Penyakit ini mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) merupakan
faktor utama terjadinya arthritis gout (Roddy dan Doherty,2010).
siku, dan jari tangan sehingga mengakibat kan radang persendian.
(Rahmatul Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan yang kita konsumsi.Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam
setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan
kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena
kita memakan makhuk hidup tersebut, maka zat purin tersebut pindah ke
dalam tubuh kita (Apriyanti,2013).
Peningkatan kadar asam darah di atas 7 mg/dl pada laki-laki dan
sedangkan untuk perempuan diatas 6 mg/dl. Apabila senyawa tersebut
terakumulasi dalam jumlah diatas normal maka akan memicu
pembentukan Kristal purin yang seperti jarum. Kristal –kristal ini
biasanya terdapat pada daerah sendi seperti kaki, lutut, F: 2015).
Asam urat adalah sampah hasil metabolisme normal dari
percernaan protein dari penguraian senyawa purin (sel tubuh yang rusak)
yang seharusnya dibuang melalui ginjal berupa urin, dan dapat melalui
feses serta keringat.Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh manusia
dan dijumpai pada semua makanan seperti makanan dari sayuran, buah,
kacang kacangan ataupun makanan yang berasal dari hewan seperti
daging, jeroan, ikan dan sarden (Prapti, 2009).
Peningkatan kadar asam urat pada serum dapat disebabkan oleh
meningkatnya produksi asam urat atau menurunnya pengeluaran asam
urat. Apabila produksi asam urat meningkat, akan terjadi peningkatan
pool asam urat, hiperurisemia,dan pengularan asam urat melalui urin
meningkat.
Penurunan pengeluaran asam urat biasanya disebabkan oleh
adanya gangguan ginjal, pengaruh pemberian obat, atau pengaruh
beberapa jenis zat gizi yang dapat menghambat pengeluaran asam urat.
Konsumsi lemak atau minyak tinggi (makanan yang
digoreng,santan,margarine,atau mentega) dan buah-buahan yang
mengandung lemak tinggi (durian dan avokad) juga dapat menganggu
pengeluaran asam urat. Selain itu khususnya alkohol juga menurunkan
pengeluaran asam urat dariginjal.
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan
mendadak, berulang, dan disertai dengan artritis yang terasa sangat nyeri
karena adanya endapan monosodium urat atau asam urat yang terkumpul
didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam
darah/hiperurisemia (Dr. Iskandar Junaidi, 2013).
Asam urat merupakan salah satu unsur protein yang ada dalam
struktur rantai DNA dan RNA, asam urat merupakan hasil buangan zat
purin yang ikut mengalir bersama darah dalam pembuluh darah.
Kelebihan kadar asam urat dalam cairan darah biasanya akan dibuang
bersama air seni. Setiap orang memiliki asam urat didalam tubuh, karena
pada setiap metabolisme normal menghasilkan asam urat (Suriana, 2014).
Masyarakat ini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat,
pengertian ini perlu diluluskan karena tidak semua keluhan dari nyeri
sendi disebabkan oleh asam urat, pengertian salah ini dipengaruhi oleh
jamu atau obat tradisional dan tidak semua keluhan nyeri sendi atau sendi
yang bengkak itu asam urat.Untuk memastikannya perlu pemeriksaan
laboratorium. Faktor – faktor yang di duga juga mempengaruhi penyakit
ini adalah diet, dan faktor resiko yang menyebabkan orang teserang
penyakit asam urat adalah usia, asupan purin yang berlebihan, konsumsi
alcohol, penyakit komplikasi lainnya.(Soeroso: 2011).

2.10 Klasifikasi AsamUrat

Menurut Zairin Noor (2017), Penyakit gout dapat di klasifikasikan


menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.
 Gout primer adalah gout yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Pada
penyakit gout primer ini, 99%penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Namun,
kombinasi faktor genetik dan hormonal diduga yang menjadi penyebab
terganggunya metabolisme. Akibatnya, produksi asam urat ikut meningkat. Gout
jenis ini juga dapat diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh.
 Gout sekunder biasanya timbul karena adanya komplikasi dengan penyakit lain
(hipertensi dan artheroklerosis). Penyebab penyakit gout sekunder antara lain
karena meningkatnya produksi asam urat akibat nutrisi, yaitu mengkonsumsi
makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik
yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentukan protein.
2.11 Etiologi
Menurut Dr. Iskandar Junaidi (2013) Asam urat darah tinggi
(hiperurisemia) terjadi karena :
1. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):
a) Gout primer metabolic: terjadi karena sintesa atau pembentukan asam
urat yang berlebih

b) Gout sekunder metabolic: terjadi karena pembentukan asam urat


berlebihan karena penyakit lain, seperti leukemia, terutama yang diobati
dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.

2. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (goutrenal)

a) Gout renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli
distal ginjal yangsehat.
b) Gout renal sekunder: disebabkan oleh ginje yang rusak, misalnya pada
glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis (chronic renalfailure)

3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis gout akut)
secara mendadak, dapat dipicu oleh:
 Luka ringan
 Pembedahan
 Konsumsi alcohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan
protein purin
 Kelelahan
 Stress secaraemosional
 Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat, seperti
salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretic), INH, furosemid, asam-
asam keton hasil pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak
mengonsumsi lemak
2.12 Tanda dan
Gejala

Tanda dan gejala penyakit gout yang dapat terjadi menurut monica
estes (2011) meliputi :

a. Nyeri sendi akibat endapan asam urat dan inflamasi

b. Eritema dan bengkak pada sendi akibat endapan asam urat dan
iritasi

c. Tofus pada ibu jari kaki, pergelangan kaki, dan daun telinga
akibat endapanurat

d. Kenaikan suhu kulit akibatinflamasi

e. Sendi terlihatkemerahan

f. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut

2.12 Faktor Resiko

Menurut Zairin Noor (2017) faktor resiko pada asam urat adalah :
a) Faktor Genetik
Faktor pemicu hiperurisemia dan gout bias terbawa oleh gen
resesif yang terjadi akibat kelainan kromosom. Kromosom tertentu
memiliki pengaruh yang kuat untuk mendorong tubuh memproduksi asam
urat dalam jumlah lebih banyak dibandingkan gen dengan kromosom
normal. Individu dengan kromosom khusus ini memproduksi asam urat
dalam jumlah banyak, sedangan ekskresi asam urat yang berlangsung
dalam tubuhnya relatif rendah.Tidak adanya kesimbangan antara
reproduksi asam urat endogen dan ekspresi asam urat inilah yang
membuat asam urat serum cenderung lebih tinggi.
Prevalensi hiperurisemia menjadi tinggi jika bangsa dengan gen
resesif memiliki kebiasaan mengkonsumi makanan tinggi purin. Dalam
hal ini, gen resesif yang dimiliki oleh orang tua dapat diwariskan pada
gen berikutnya.Presentase penurunan sifat tersebut sebesar5-15%.

b) Gender

Penyakit asam urat sebenarnya dapat dialami pria dan


wanita.Namun pria memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita. Badan Kesehatan Dunia(WHO) menyebutkan prevalensi
hiperurisemia dunia rata-rata adalah 0,3%. Rata-rata penderita
hiperurisemia pria sebanyak 15 orang dari 1000 orang dan wanita 45
orang dari 1000orang.
Presentasi resiko serangan gout pada pria dan wanita akan berubah
sejalan dengan pertambahan usia. Ketika usia paruh baya, pria memiliki
resiko hiperurisemia 3-4 kali lebih tinggi daripada wanita. Rasio tersebut
akan menurun saat wanita memasuki menopause. Wanita umumnya
mengalami gout setelah memasuki masa pre-menopause dan pasca-
manopause. Sejalan dengan pertambahan usia dan manopuase yang
dialamimya, resiko penyakit asam urat pada wanita akan meningkat
terkait penurunan produksiestrogen.

c) Obesitas

Hiperurisemia tidak memandang gemuk dan kurus tubuh


seseorang.Namun, jika melihat tingkat kecenderungannya, orang bertubuh
gemuk lebih beresiko hiperurisemia dibandingkan dengan orang bertubuh
kurus, karena obeistas merupakan sumber munculnya penyakit
metabolik.Sebagaian besar penderita obesitas mengalami sindrom
metabolik sekaligus hiperurisemia.
Penumpukan lemak dibagian perut cukup menjadi faktor tunggal
pengacau sistem pengaturan asam urat didalam tubuh.Lemak bagian perut
mendesak ginjal sehingga menganggu kinerja untuk mengekresikan
kelebihan asam urat.Karena keterbatasan tubuh untuk menjaga
keseimbangan antara asam urat yang diproduski dan yang diekresikan,
tidak semua asam urat bisa diekskresikan saat produksinya meningkat.
Hal ini tentunya mengakibatkan terdongkraknya kadar asam urat serum.
Apalagi dengan adanya lemak perut akan menganggu fungsi ginjal untuk
mengekresikan kelebihan asam urat.

2.13 Patofisiologi

Pada hiperurisemia, peningkatan kadar urat ada dalam cairan


ekstraselular lain, termasuk cairan synovial, dan juga pada plasma. Akan
tetapi, cairan synovial merupakan pelarut yang buruk untuk urat daripada
plasma, meningkatkan resiko untuk pembentukan Kristal urat.
Adanya gout pada sendi kaki menimbulkan respons lokal,sistemik
dan psikologis. Rasa nyeri yang timbul pada klien karena respons
inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf. Respon nyeri pada sendi
akan menyebabkan gangguan mobilitas fisik. Peningkatan metabolisme
akan menyebabkan pemakaian energi berlebihan sehingga klien
cenderung akan mengalami malase, anoreksia, dan status nutrisi klien
tidak seimbang. Pembentukan pannus pada pergelangan kaki
menyebabkan masalah citra tubuh dan prognosis penyakit dapat
menimbulkan respons ansietas (Ayu Linda,2012).

2.14 Manajemen(penanganan)

Menurut (kartikawati.E. : 2012),Tujuan penanganan penyakit gout


adalah mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
yang berulang, dan mencegah atau membalikkan
komplikasi. Penanganan penyakit gout yang akut terdiri atas :

a. Imobilisasi dan proteksi sendi yang nyeri dan mengalami


inflamasi

b. Kompres dingin atau hangat pada bagian kaki yangsakit


c. Peningkatan asupan cairan (hingga 3 L per hari) jika tidak
terdapat kontraindikasi penyakit lain; peningkatan asupan
cairan ini bertujuan mencegah pembentukan batu ginjal. Selain
minuman, cairan yang tinggi dapat diperoleh dari sayuran dan
buah yang banyak mengandungair

d. Terapi dengan kolsicin (oral atau IV) setiap jam sekali selama 8
jam untuk menghambat fagositosis Kristal asam urat oleh sel-
sel neutrofil; terapi ini dilakukan sampai rasa nyeri mereda
atau sampai terjadi diare (pada inflamasi yangakut)

e. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk mengatasi nyeri


daninflamasi

2.15 Pemeriksaan penunjang

Menurut Zairin Noor (2017), pemeriksaan penunjang pada pasien Gout


Artritis, adalah :

a. Laboratorium
 Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya Kristal
monosodium uratintraselular
 Pemeriksaan serum uratmeningkat > 7mg/dL.
 Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asamurat.
 Urinalisis untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes
mellitus.
 Leukositosis didapatkan pada fesesakut.
b. Radiodiagnostik

 Radiografi untuk mendeteksi adanya klasifikasisendi


 Radiografi didaptkan adanya erosi pada penumpukan sendidan
kapsulsendi.
2.16 Komplikasi

Penyakit ginjal dapat terjadi pada pasien gout yang tidak


ditangani, terutama ketika hipertensi juga ada. Kristal urat akan
menumpuk di jaringan interstisial ginjal. Kristal asam urat juga terbentuk
dalam tubula pengumpul, pelvis ginjal, dan ureter akan membentuk batu.
Batu asam urat dapat berpotensi mengobstuksi aliran urine dan
menyebabkan gagal ginjal akut (AyuLinda,2012).

2.17 Pencegahan Asam Urat (Gout Arthritis)


Pada penderita Gout Arthritis perlu memperhatikan cara
pencegahan dan mengatasi nyeri yang ditimbulkan penyakit asam urat
(Gout Arthritis), antara lain:
1) Mengenali makanan yang dikonsumsi. Salah satu cara adalah dengan
meminimalkan konsumsi makanan yang mengandung purin melalui
pengaturan diet. Adapun penggolongan makanan berdasarkan kandungan
purin yaitu :
Golongan A
Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100
gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru,
udang, remis, kerang, sarden, ekstrak daging,, alkohol,
makanan kaleng dan lainnya
Golongan B
Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100
gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan
A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan kering,
kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun
singkong, daun pepaya, kangkung
Golongan C
Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50
mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran,
buah-buahan
2. Menggunakan sepatu yang nyaman. Sepatu yang terlalu ketat dapat
membuat trauma ringan pada ibu jari kaki sehingga dapat memicu
nyeri
3. Mengurangi berat badan. Kelebihan berat badan sangat berkaitan
dengan kadar asam urat dalam darah. Penurunan berat badan dapat
mengurangi flare-up.Namun jika penurunan terlalu cepat ddapat
memicu terjadinya serangan asam urat.
4. Mengenali obat yang dikonsumsi. Beberapa obat penurun tekanan
darah dapat meningkatkan kadar asam urat,dan beberapa obat asam
urat tidak dapat bekerja dengan baik apabila diminum bersamaan
dengan obat lain
5. Istirahat yang teratur dapat enurunkan risiko datangnya nyeri
6. Menggunakan kompres dingin saat sendi sedang bengkak merah dan
terasa panas
7. Tidak memijat daerah yang bengkak.

C. KONSEP LANSIA
2.18 Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian
khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin
dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat
ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
(graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi
sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa
penampilan seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis
alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun
aat menurunya.Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai
puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat
tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian
menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.

Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut para ahli :


 Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu: young
old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
 Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih
dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun
(old); dan lebih dari 80 tahun (very old).
 Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
 Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah
mencapai usia 60-74 tahun.
 Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia
jika usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.

2.19 Batasan-batasan lansia

Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium


3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium

Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan menjadi

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 sampai 74 tahun.

3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 sampai 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

2.20 Tugas Perkembangan Lansia


a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
mendukung kesejahteraan lansia misalnya Perpindahan tempat tinggal lansia.

b. Penyesuaian terhadap pendapatan menurun

Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan semakin
tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara
tabungan/pendapatan berkurang.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan

Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga. Perkawinan


mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung dari
pasangan. Contoh: mitos tentang aseksualitas

d. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan

Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari
bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan
kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga
secara total.

e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi


Ada kecenderungan lansia untuk menjauhkan diri dari hub.sosial, namun keluarga
menjadi fokus interaksi lansia dan sumber utama dukungan sosial.

2.21 Masalah kesehatan yang muncul pada tahap lansia

Perubahan system tubuh lansia menurut NUgroho (2000) adalah :


1. Sel
a. Pada lansia jumlah sel akan lebih sedikit dan ukuranya lebih besar.
b. Cairan tubuh dan cairan intraselular akan berkurang.
c. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati juga ikut berkurang.
d. Jumlah sel otak akan menurun.
e. Mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak menjadi atropi.
2. System persyarafan
a. Rata – rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 detik ( pakkenberg
dkk.2003)
b. Hubungan persyarafan cepat menurun.
c. Lambat dalam merespon, baik dari gerakan maupun jarak waktu,
khususnya stress.
d. Mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap
sentuhan.
3. System pendengaran
a. Gangguan pada pendengaran ( presbiakusis)
b. Membrane timpani antropi.
c. Terjadi pengumpalan dan pengerasan serumen Karena peningkatan keratin.
d. Pendengaran menurun pada usia lanjut yang mengalami ketegangan jiwa
atau stress.
4. System penglihatan
a. Timbul sklerisis pada sfinter pupil dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk seperti bola ( sferis)
c. Lensa lebih suram ( keruh) dapat menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang.
e. Pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih
lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap.
f. Hilangnya daya akomodasi.
g. Menurunya lapang pandang dan menurunya daya untuk membedakan
antara warna biru dengan warna hijau pada skala pemeriksaan.
5. System kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap jantung sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini memyebabkan menurunya kontraksi dan
volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi.
e. Tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
6. System pengaturan suhu tubuh
a. Suhu tubuh menurun ( hipotermia) secara fisiologis. Hal ini diakibatkan
oleh metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan reflek mengigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas ototo.
7. Sistem pernapasan
a. Otot – otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunya aktivitas dari silia.
c. Paru – paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat.
d. Menarik napas lebih berat, kapasitas maksimum menurun, dan kedalaman
bernapas menurun.
e. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen
pada arteri menurun menjadi 75mmhg. Kemampuan untuk batuk berkurang
dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
8. System gastrointestinal
a. Kehilangan gigi, indera pengecapan mengalami penurunan.
b. Esophagus melebar.
c. Sensitivitas akan rasa lapar menurun.
d. Produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung menurun.
e. Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Fungsi absorsi menurun.
g. Hati semakin mengecil dan menurunya tempat menyimpan.
h. Berkurangnya suplai aliran darah.
9. System genetalia
a. Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah keginjal menurun
hingga 50%, fungsi tubulus berkurang ( berakibat pada penurunan
kemmapuan ginjal untuk mengonsentrasi urine, berat jenis urine menurun,
protein urine menurun, BUN meningkat, nilai ambang ginjalterhadap
glukosa meningkat.
b. Otot- otot kandung kemih (vesika urinaria) melemah kapasitasnya menurun
hingga hingga 200ml dan menyebabkan frekuansi BAK meningkat,
kandung kemih dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
c. Pria dengan usia 65th keatas sebagian besar mengalami pembesaran prostat
hingga 75% dari besar normalnya.
10. System endokrin.
Menurunya produksi ACTH,TSH,FSH,dan LH, aktivitas tiroid, basal
metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosterone, serta
sekresi hormone kelamin seperti progesterone, estrogen dan tetstoteron.
11. Sitem integument.
a. Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik.
c. Menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu.
e. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan vaskularisasi.
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi mengeras dan rapuh,
kuku jari tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
i. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12. System musculoskeletal
a. Tulang kehilangan kepadatan ( density) dan semkain rapuh.
b. Kifosis.
c. Persendian membesar dan menjadi kaku.
d. Tendon mengkerut dan mengalami sclerosis.
e. Atropi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot
kram dan mejadi tremor.

Beberapa masalah psokologis yang sering terjadi pada lansia

a. Demensia
Demensia adalah gangguan intelektual/ daya ingat yang umumnya
progresif dan ireversibel. Biasanya terjadi pada usia> 65 tahun. Faktor 
resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah :
usia, riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia merupakan
suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan
merupakan penyakit vaskuler.

Kriteria derajat demensia :


 Ringan : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas
sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal
cukup dan penilaian umum yang baik.
 Sedang : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat
suportivitas.
 Berat :aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak
berkesinambungan,inkoherensi.
b. Depresi
Gangguan depresi merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia.
Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi tetapi suatu keadaan
penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang dihadapi lansia yang
membuat mereka depresi.

Gejala depresi pada lansia, yaitu :


Gejala utama :
- Afek depresi
- Kehilangan minat
- Berkurangnya energi (mudah lelah)
Gejala lain :
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Kurang percaya diri
- Sering merasa bersalah
- Pesimis
- Ide bunuh diri
- Gangguan pada tidur
- Gangguan nafsu makan

Berdasarkan gejala di atas, depresi pada lansia dapat dibedakan beberapa


bentuk berdasarkan berat ringannya :
 Depresi ringan : 2 gejala utama + 2 gejala lain+ aktivitas tidak terganggu.
 Depresi sedang : 2 gejala utama + 3 gejala lain+ aktivitas agak terganggu.
 Depresi berat : 3 gejala utama + 4 gejala lain+ aktivitas sangat terganggu.

Penyebab terjadinya depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor


psikologik, sosial dan biologik.
 Biologik  : sel saraf yang rusak, faktor genetik, penyakit kronis seperti
hipertensi, DM, stroke, keterbatasan gerak, gangguan pendengaran /
penglihatan.
 Sosial      : kurang interaksi sosial, kemiskinan, kesedihan, kesepian, isolasi
sosial.
 Psikologis : kurang percaya diri, gaul, akrab, konflik yang tidak terselesai.

c. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda dan
menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat
dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya
skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.

Sekurang-kurangnya satu gejala berikut :


- Thought echo, insertion, broadcasting.
- Delution of control, influence, passivity, perseption
- Halusinasi auditorik
- Waham yang menetap

Paling sedikit 2 gejala berikut :


- Halusinasi panca indera yang menetap
- Arus pikir yang terputus
- Perilaku katatonik
- Gejala negatif

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas berlangsung selama


kurun waktu satu bulan atau lebih.Terapi dapat diberikan obat anti
psikotik seperti haloperidol, chlorpromazine, dengan pemberian dosis
yang lebih kecil.

d. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut,
gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik pada lansia
adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia
kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak
lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori eksistensial
menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi
secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.

Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang


mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan
kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik
Erikson”). Kerapuhan sistem saraf anotomik yang berperan dalam
perkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang berat.
Gangguan stres lebih sering pada lansia terutama jenis stres pasca
traumatik karena pada lansia akan mudah terbentuk suatu cacat fisik.
Terapi dapat disesuaikan secara individu tergantung beratnya dan dapat
diberikan obat anti anxietas seperti : hydroxyzine, Buspirone.

e. Gangguan penggunaan alcohol dan zat lain.


Riwayat minum / ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat
minum berlebihan yang dimulai pada masa remaja / dewasa. Mereka
biasanya memiliki penyakit hati. Sejumlah besar lansia dengan riwayat
penggunaan alkohol terdapat penyakit demensia yang kronis seperti
ensefalopati wernicke dan sindroma korsakof.

Presentasi klinis pada lansia termasuk terjatuh, konfusi, higienis pribadi


yang buruk, malnutrisi dan efek pemaparan. Zat yang dijual bebas seperti
kafein dan nikotin sering disalah gunakan. Di sini harus diperhatikan
adanya gangguan gastrointestiral kronis pada lansia pengguna alkohol
maupun tidak obat-obat sehingga tidak terjadi suatu penyakit medik.

f. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering
dikeluhkan lansia daripada usia dewasa muda adalah :
- Gangguan tidur,
- Ngantuk siang hari,
- Tidur sejenak di siang hari,
- Pemakaian obat hipnotik.

Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan dengan


tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih tinggi dibanding
dewasa muda. Disamping perubahan sistem regulasi dan fisiologis, penyebab
gangguan tidur primer pada lansia adalah insomnia. Selain itu gangguan mental
lain, kondisi medis umum, faktor sosial dan lingkungan. Ganguan tersering
pada lansia pria adalah gangguan rapid eye movement (REM). Hal yang
menyebabkan gangguan tidur juga termasuk adanya gejala nyeri, nokturia,
sesak napas, nyeri perut.

Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun


pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur. Perburukan
yang terjadi adalah perubahan waktu dan konsolidasi yang menyebabkan
gangguan pada kualitas tidur pada lansia.

Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai
dengan kondisi masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau
adanya gejala fungsi kognitif, perilaku, psikomotor, gangguan daya ingat,
insomnia rebound dan gaya jalan.

2.22 Mitos lansia dan kenyataannya 


1. Mitos konservatif
Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya:
 Konservaatif
 Tidak kreatif
 Menolak inovasi
 Berorientasi ke masa silam
 Merindukan masa lalu
 Kembali ke masa kanak-kanak
 Susah menerima ide baru
 Susah berubah
 Keras kepala
 Cerewet
Faktanya : tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku
demikian. 
2. Mitos berpenyakit dan kemunduran 
Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang
disertai dengan berbagai  penderitaan akibat bermacam penyakit yang
menyertai proses menua (lansia merupakan masa berpenyakitan dan
kemunduran)
Faktanya : memang proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan
tubuh dan  metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi,
saat ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.
3. Mitos senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya
kerusakan sel otak. 
Faktanya: banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar, daya
pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang, bnyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
4. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi
beban keluarganya.Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak
produktif, bahkan menjadi beban keluarganya.
Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai kebenaran,
kematangan, kemantapan, serta produktifitas mental dan material dimas
lanjut usia.
5. Mitos asektualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan,
dan daya seks menurun.
Faktanya: kehidupan seks pada lansia berlangsung normal, dan
frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi
masih tetap tinggi. 
6. Mitos tidak jatuh cinta
Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada
lkawan jenis.
Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa,
perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lansia.
7. Mitos kedamaian dn ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa
muda dan dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-
akan telah berhasil dilewatinya.
Faktanya:L sering ditemukan stres karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran,
depresi, paranoid, dan psikotik.

2.23 Peran Perawat Bagi Lansia


Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan, disesuaikan pada kelompok
lanjutusia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :

1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang
sesuai dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
lanjut usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan
bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang
lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus.

Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan
kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :

1. Berkurangnya jaringan lemak subkutan.


2. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3. Menurunnya efisiensi kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi
lebih tipis dan rapuh.
4. Ada kecendrungan lansia imobisasi sehingga potensi terjadinya dekubitus.

Disamping itu, faktor intrinsik (tubuh sendiri) juga berperan untuk


terjadinya dekubitus, yakni :
1. Status gizi
2. Anemia
3. Adanya hipoalbunemia
4. Adanya penyakit-penyakit neurologik
5. Adanya penyakit-penyakit pembuluh darah
6. Adanya dehidrasi
Faktor ekstrinsik, yakni :

1. Kurang kebersihan tempat tidur


2. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor
3. Kurangnya perawaatan yang baik dari perawatan
KONSEP ASUHAN SECARA TEORITIS

A. Askep Keluarga Dengan Asam Urat


1.         Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan


keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai
dengan keadaan keluarga. Data yang diperoleh  dari pengkajian :
a. Berkaitan dengan keluarga
1)      Data demografi dan sosiokultural
2)      Data lingkungan
3)      Struktur dan fungsi keluarga
4)      Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5)      Perkembangan keluarga

b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga


1)      Fisik
2)      Mental
3)      Emosi
4)      Sosio
5)      spiritual

Adapun tujuan pengkajian menurut Suprijno (2004) yang


berkaitan dengan tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan. Hal ini perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga
mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi
serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang
dialami anggota keluarga.
b.  Mengetahui kemamupuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
 Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah
 Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga ?
 Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami ?
 Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarga ?
 Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung
(negative) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada
anggota keluarga ?
 Apakh keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas pelayanan kesehatan ?
 Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga
kesehatan?
 Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan
yang tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi
masalah kesehatan ?
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan  keluarga merawat
anggota keluarga yang  sakit, perlu dikaji tentang :
 Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota
keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah
tindakan dan cara perawatannya)
 Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan
anggota keluarga
 Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara dan fasilitas untuk
merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
 Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga
(anggota keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab,
sumber keuangan/financial, fasilitas fisik, dukungan psikososial)
 Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
atau membutuhkan bantuan kesehatan
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara
memodifikasi lingkungan rumah yang sehat, perlu dikaji
tentang :
 Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga
disekitar lingkungan rumah
 Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan
 Pengetahuan keluarga dan sikap keluarga terhadap sanitasi
lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
 Pengetahuan keluarga tetang upaya pencegahan penyakit yang dapat
dilakukan oleh keluarga
 Kebersamaan anggota keluaga untuk meningkatkan dan memelihara
lingkungan rumah yang menunjang kesehatan keluarga

e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas


pelayanan kesehatan di masyarakat, perlu dikaji tentang :
 Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat dijangkau keluarga
 Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari
fasilitas kesehatan
 Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas kesehatan
melayani
 Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang melayani?
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak
dapat apakah penyebabnya ?

2.    Diagnosa Keperawatan

Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka


diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul pada kasus asam
urat adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
arti, tanda atau gejala penyakit asam urat.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit asam urat berhubungan dengan keluarga tidak
memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah asam urat.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan asam urat
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan asam urat
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit asam urat berhubungan
dengan kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan
terhadap faktor pencetus asam urat.
e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan 
guna perawatan dan pengobatan asam urat berhubungan dengan sikap
keluarga yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau
kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke
tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit asam urat.

Menentukan Diagnosa Keperawatan :


Sebelum menentukan diagnosa keperawatan tentu harus
menyusun prioritas masalah dengan menggunakan proses skoring seperti
pada tabel 2.1 berikut : Proses skoring menggunakan skala yang telah
dirumuskan oleh Balion dan Maglaya, 1978.

No Kriteria Nilai Bobot


1. Sifat masalah :
a.   Tidak/kurang sehat 3 1
b.   Ancaman kesehatan 2
c.   Krisis 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2


a.   Dengan mudah 2
b.   Hanya sebagian 1
c.   Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk diubah 1


a.   Tinggi 3
b.   Cukup 2
c.   Rendah 1

4. Menonjolnya masalah 1
a.   Masalah berat harus ditangani 2
b.   Masalah yang tidak perlu segera 1
ditangani
c.   Masalah tidak dirasakan 0

Skoring
1)      Tentukan jumlah skor untuk setiap kriteria
2)      Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3)      Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4)      Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

3.  Perencanaan (intervensi Keperawatan)

Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan Keperawatan


keluarga dengan asam urat ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012) :
a.       Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti,
tanda atau gejala penyakit asam urat.
Sasaran      : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti  tentang
penyakit asam urat.
Tujuan       :  Keluarga mengenal masalah penyakit asam urat setelah dua kali kunjungan
rumah
Kriteria      :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit asam urat
Standar      :  Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit
asam urat, serta pencegahan dan pengobatan penyakit asam urat secara lisan.
Intervensi :
1)   Jelaskan arti penyakit asam urat
2)   Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit asam urat
3)   Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan
b.      Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit asam urat berhubungan dengan keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah asam urat.
Sasaran      :  Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut
dari penyakit asam urat
Tujuan       :  Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan
asam urat setelah tiga kali kunjungan rumah
Krteria       :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang
tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit
Standar      :  Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat asam urat dan
dapat mengambil keputusan yang tepat
Intervensi :
1)      Diskusikan tentang penyakit asam urat
2)      Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita asam urat

c.                                     Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan


asam urat berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan asam urat
Sasaran         :       Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota  
keluarga yang menderita asam urat
Tujuan       :  Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga
yang menderita asam urat setelah tiga kali kunjungan rumah
Kriteria      :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan
penyakit asam urat
Standar      :  Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita asam
urat
Intervensi :
1)      Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit asam urat
2)      Jelaskan pada keluarga tentang manfaat ventilasi rumah yang baik
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita asam urat
d.      Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan
yang dapat mempengaruhi penyakit asam urat berhubungan dengan kurangnya
pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus
asam urat
Sasaran      :  setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan
terhadap penyakit asam urat
Tujuan       :  Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah
Kriteria      :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan
terhadap proses penyakit asam urat
Standar      :  Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit
asam urat
Intervensi :
1)        Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit asam urat misalnya :
a)        Jaga kebersihan lingkungan rumah agar bebas dari resiko tertular kepada
orang lain
b)        Gunakan alat pencegah tertular kepada oranglain misalnya masker
c)        Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan

e.       Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan 


guna perawatan dan pengobatan asam urat berhubungan dengan sikap keluarga
yang kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit asam urat.
Sasaran      :  setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan
Tujuan       :  Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
mengatasi penyakit asam urat setelah dua kali kunjungan rumah
Kriteria      :  Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta
pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit asam urat
Standar      :  Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat
Intervensi :
 Jelaskan kepada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk
perawatan dan pengobatan asam urat
4.        Pelaksanaan Rencana Keperawatan/Implementasi
Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan
untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah
perilaku hidup sehat.
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam
urat, yaitu :
a.    Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat yang terjadi pada
keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti,
tanda atau gejala penyakit asam urat
1)   Menjelaskan arti penyakit asam urat
2)   Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit asam urat
3)   Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan

b.    Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi


penyakit asam urat berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai
sifat, berat dan luasnya masalah asam urat
1)   Mendiskusikan tentang penyakit asam urat
2)   Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita asam urat

c.    Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan asam urat


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara
pencegahan dan perawatan asam urat
1)   Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit asam urat
2)   Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat ventilasi rumah yang baik
khususnya untuk anggota keluarga yang menderita asam urat

d.   Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan


yang dapat mempengaruhi penyakit asam urat  berhubungan dengan
kurangnya pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor
pencetus asam urat
1)   Mengajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi
penyakit asam urat misalnya :
a)    Menjaga kebersihan lingkungan rumah agar bebas dari resiko tertular kepada
orang lain.
b)   Menggunakan alat pencegah tertular kepada oranglain misalnya masker
c)    Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
                                             
e.    Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan  guna
perawatan dan pengobatan asam urat berhubungan dengan sikap keluarga yang
kurang tepat terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya
pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk pengobatan penyakit asam urat.
1)   Menjelaskan kepada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan
untuk perawatan dan pengobatan asam urat.
5.         Melaksanakan Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun
rencana baru yang sesuai (Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam
urat adalah :
a.       Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit asam urat
b.      Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga
dengan asam urat Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap
anggota keluarga yang menderita asam urat
c.       Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
penyembuhan dan pencegahan

d.      Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan untuk mengatasi


penyakit asam urat.
BAB II
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Definisi Keluarga: Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat.
Keluarga didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota
keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal balik
dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang disebabkan oleh
kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014)
Definisi Lansia: Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena itu
kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan
(Mubarak, 2006).
Definisi penyakit pada lansia Asam urat: Menurut Dr. Iskandar Junaidi
(2013) Gout adalah suatu penyakit yang di tandai dengan serangan mendadak,
berulang, dan disertai dengan arthritis yang terasa sangat nyeri karena adanya
endapan kristalmonosodium urat atau asam urat yang terkumpul di dalam sendi
sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).

3.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan materi
atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan mahasiswa khususnya
mengenai “Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah gout artritis”
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan
khususnya prodi Keperawatan Universitas Jambi.
3. Bagi Masyarakat Umum
Sebaiknya lebih memahami bagaimana “perawatan keluarga pada usia
lanjut dengan masalah gout artritis”
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6.
Jakarta : EGC

Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC

Muhith, Abdul , 2016. Pendidikan keperawatan gerontic, edisi 1, yokyakarta : ANDI


OFFFSET

Achjar, H.A., Komang. (2010). AsuhanKeperawatanKeluarga.Jakarta:SagungSeto.

Andarmoyo, S. (2012).KeperawatanKeluarga (Pertama.). Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Friedman, E. T. ., Bowden, V. ., & Jones, E. . (2010). Buku Ajar Keperawatan

Harmoko.(2012). AsuhanKeperawatanKeluarga.Penerbit: pustakaPelajar.

Yogyakarta

Hasanah, Uswatun. Mulyati,TeoriKeluarga: FakultasTeknikUniversitasNegeri Jakarta, 2013

Muhlisin, A. (2012). KeperawatanKeluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Ratnasari, N.Y., (2011). PengaruhPendidikanKesehatan Activities Daily Living

(ADL) LansiaTerhadapPengetahuandanSikapKeluarga (Di Wilayah RW

V GiriwonoKecamatanWonogiri).PhD Thesis. Surakarta: Program Pasca

SarjanaUniversitasSebelasMaret.

Setiadi.(2012). Konsep&penulisandokumentasiasuhankeperawatan.Yogyakarta :GrahaIlmu.

Setiawati, SantundanAgus Citra Dermawan.(2010). PenuntunPraktikAsuhanKeluarga.Edisi


2.Jakarta :TransinfoMedika

Suprajitno.(2012). AsuhanKeperawatanKeluargaAplikasiDalamPraktik.
Jakarta: EGC.

Amalina, Nur. 2015. Gout and Hyperuricemia. Volume 4 No 3.


http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/555/556.
diakses pada tanggal 26 Agustus 2016

Ellyza Nasrul, Sofitr. 2012. Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas

Kurniawati, Eni. Kaawoa, Adeleida, dkk. 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Klien Gout Arthritis Di Puskesmas Tahuna Timur
Kabupaten Sangihe. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.
Universitas Sam Ratulangi Manado
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/5210/4724 diakses tanggal
27 Agustus 2016
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Pada Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : ECG.

Anda mungkin juga menyukai