KEPERAWATAN KELUARGA
Dosen :
Ns. Kamriyah., S.kep.,M.kep
Oleh :
Kelompok 6
Kelompok 6
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
2.18.........................................................................................................................T
ahapan Perkembangan Keluarga......................................................................28
BAB III
3.1 ASKEP TEORI KELUARGA.............................................................................29
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................50
4.2 Saran.................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................51
Lampiran .................................................................................................................52
BAB I
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
a) Gout renal primer: terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli
distal ginjal yangsehat.
b) Gout renal sekunder: disebabkan oleh ginje yang rusak, misalnya pada
glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal kronis (chronic renalfailure)
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis gout akut)
secara mendadak, dapat dipicu oleh:
Luka ringan
Pembedahan
Konsumsi alcohol dalam jumlah besar atau makanan yang kaya akan
protein purin
Kelelahan
Stress secaraemosional
Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi asam urat, seperti
salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid (diuretic), INH, furosemid, asam-
asam keton hasil pemecahan lemak sebagai akibat dari terlalu banyak
mengonsumsi lemak
2.12 Tanda dan
Gejala
Tanda dan gejala penyakit gout yang dapat terjadi menurut monica
estes (2011) meliputi :
b. Eritema dan bengkak pada sendi akibat endapan asam urat dan
iritasi
c. Tofus pada ibu jari kaki, pergelangan kaki, dan daun telinga
akibat endapanurat
e. Sendi terlihatkemerahan
Menurut Zairin Noor (2017) faktor resiko pada asam urat adalah :
a) Faktor Genetik
Faktor pemicu hiperurisemia dan gout bias terbawa oleh gen
resesif yang terjadi akibat kelainan kromosom. Kromosom tertentu
memiliki pengaruh yang kuat untuk mendorong tubuh memproduksi asam
urat dalam jumlah lebih banyak dibandingkan gen dengan kromosom
normal. Individu dengan kromosom khusus ini memproduksi asam urat
dalam jumlah banyak, sedangan ekskresi asam urat yang berlangsung
dalam tubuhnya relatif rendah.Tidak adanya kesimbangan antara
reproduksi asam urat endogen dan ekspresi asam urat inilah yang
membuat asam urat serum cenderung lebih tinggi.
Prevalensi hiperurisemia menjadi tinggi jika bangsa dengan gen
resesif memiliki kebiasaan mengkonsumi makanan tinggi purin. Dalam
hal ini, gen resesif yang dimiliki oleh orang tua dapat diwariskan pada
gen berikutnya.Presentase penurunan sifat tersebut sebesar5-15%.
b) Gender
c) Obesitas
2.13 Patofisiologi
2.14 Manajemen(penanganan)
d. Terapi dengan kolsicin (oral atau IV) setiap jam sekali selama 8
jam untuk menghambat fagositosis Kristal asam urat oleh sel-
sel neutrofil; terapi ini dilakukan sampai rasa nyeri mereda
atau sampai terjadi diare (pada inflamasi yangakut)
a. Laboratorium
Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya Kristal
monosodium uratintraselular
Pemeriksaan serum uratmeningkat > 7mg/dL.
Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asamurat.
Urinalisis untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes
mellitus.
Leukositosis didapatkan pada fesesakut.
b. Radiodiagnostik
C. KONSEP LANSIA
2.18 Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatanya, oleh karena itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian
khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin
dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat
ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006).
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
(graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994).
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan saraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi
sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa
penampilan seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis
alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun
aat menurunya.Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai
puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat
tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian
menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.
Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
mendukung kesejahteraan lansia misalnya Perpindahan tempat tinggal lansia.
Ketika lansia memasuki pensiun, pendapatan menurun secara tajam dan semakin
tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat, sementara
tabungan/pendapatan berkurang.
Tugas perkembangan ini secara umum:tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari
bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan
kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak pada reorganisasi fungsi keluarga
secara total.
a. Demensia
Demensia adalah gangguan intelektual/ daya ingat yang umumnya
progresif dan ireversibel. Biasanya terjadi pada usia> 65 tahun. Faktor
resiko yang sering menyebabkan lanjut usia terkena demensia adalah :
usia, riwayat keluarga, jenis kelamin perempuan. Demensia merupakan
suatu penyakit degeneratif primer pada susunan sistem saraf pusat dan
merupakan penyakit vaskuler.
c. Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda dan
menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia lambat
dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah adanya
skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.
d. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut,
gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik pada lansia
adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia
kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak
lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori eksistensial
menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi
secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
f. Gangguan Tidur
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan dengan
peningkatan prevalensi gangguan tidur. Fenomena yang sering
dikeluhkan lansia daripada usia dewasa muda adalah :
- Gangguan tidur,
- Ngantuk siang hari,
- Tidur sejenak di siang hari,
- Pemakaian obat hipnotik.
Terapi dapat diberikan obat hipnotik sedatif dengan dosis yang sesuai
dengan kondisi masing-masing lansia dengan tidak lupa untuk memantau
adanya gejala fungsi kognitif, perilaku, psikomotor, gangguan daya ingat,
insomnia rebound dan gaya jalan.
1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygine, kebersihan lingkungan serta makanan yang
sesuai dan kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
lanjut usia pasif pada dasarnya sama sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan
bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang
lumpuh, perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan
kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain :
2. Diagnosa Keperawatan
4. Menonjolnya masalah 1
a. Masalah berat harus ditangani 2
b. Masalah yang tidak perlu segera 1
ditangani
c. Masalah tidak dirasakan 0
Skoring
1) Tentukan jumlah skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
3.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan materi
atau referensi pembelajaran dan menambah pengetahuan mahasiswa khususnya
mengenai “Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah gout artritis”
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan
khususnya prodi Keperawatan Universitas Jambi.
3. Bagi Masyarakat Umum
Sebaiknya lebih memahami bagaimana “perawatan keluarga pada usia
lanjut dengan masalah gout artritis”
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6.
Jakarta : EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Ilmu.
Yogyakarta
SarjanaUniversitasSebelasMaret.
Suprajitno.(2012). AsuhanKeperawatanKeluargaAplikasiDalamPraktik.
Jakarta: EGC.
Ellyza Nasrul, Sofitr. 2012. Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas
Kurniawati, Eni. Kaawoa, Adeleida, dkk. 2014. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Klien Gout Arthritis Di Puskesmas Tahuna Timur
Kabupaten Sangihe. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.
Universitas Sam Ratulangi Manado
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/5210/4724 diakses tanggal
27 Agustus 2016
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Pada Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : ECG.