Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kinerja Flokulasi


Proses koagulasi dan flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan yang
tersuspensi dalam air, dimana jika dilakukan dengan cara pengendapan atau
sedimentasi memakan waktu yang lama. Flokulan sintetis banyak digunakan
untuk meningkatkan unjuk kerja pada proses pemisahan liquid/solid. Ada empat
gaya yang terjadi dalam partikel tersuspensi didalam suatu larutan, yaitu gravitasi,
gaya Van der Walls, gerak brown, dan gaya tarik elektrosatik
Gaya gravitasi adalah pemisahan partikel berdasarkan densitas, yang mana
partikel tersuspensi yang mempunyai densitas lebih besar akan mengendap lebih
dulu. Gaya Van der Walls adalah tarik menarik antara partikel tersuspensi. Gerak
brown adalah tumbukan yang terjadi antar partikel dan molekul dalam suatu
media tersuspensi. Sedangkan Gaya tarik elektrostatik adalah gaya yang dominan
untuk menjaga partikel bermuatan dalam suspensi tetap koloid.
Proses pemisahan solid dari liquid dengan menjadi gaya gravitasi dan Van
der Walls sebagai gaya yang dominan. Pertama partikel tersuspensi dalam air
dinetralkan untuk menghilangkan gaya tarik elektrostatik. Dengan penambahan
flokulan sintetis maka gaya Van der Walls akan dominan, sehingga terjadi
penggumpalan koloid. Kedua, penggabungan partikel koloid yang mempunyai
bentuk dan massa yang lebih besar dan akhirnya mengendap. Proses ini disebut
flokulasi .
Mekanisme terjadinya flokulasi ditunjukkan pada gambar II.1.1.

Lab Thermodinamika II - 1
Teknik Kimia FTI – ITS
II - 2



Gambar II.1.1 Flocculation by charge neutralization and bridging (A cationik


polimer is used in collect particles with a net negative charge)[11].

Dari gambar II.1.1 dijelaskan bahwa flokulan yang berupa rantai polimer
panjang bermuatan positif akan mengikat padatan tersuspensi yang telah
dinetralkan sehingga akan terbentuk elemen yang lebih besar, yang disebut floc.
Kemampuan flokulasi kopolimer acrylamide dibandingkan dengan
flokulan komersial telah dilakukan penjelitian oleh beberapa peneliti terdahulu.
Tridib Triparthy dan kawan-kawan [17] meneliti penggunaan sodium alginat (SAG)
sebagai komonomer dengan inisiator ion cerium dalam larutan 27 OC. Mereka
menyimpulkan bahwa semakin panjang rantai polimer maka semakin baik untuk
flokulasi.. Hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat pada gambar II.1.2 [17].
II - 3



Gambar II.1.2 Perbandingan karakteristik flokulasi dari SAG-VI terhadap


Rishfloc-225, Magnafloc-351 dan Sulfonac dalam suspensi bijih besi
0,5% berat [17].

Dari gambar II.1.2 dapat ditarik kesimpulan bahwa unjuk kerja flokulasi
SAG-VI yang merupakan kopolimer dari acrylamide dengan sodium alginat lebih
baik dari dari pada flokulan komersial. Dengan melakukan kopolimerisasi maka
padatan tersupensi lebih banyak terendapkan karena rantai polimer mempunyai
gugus negatif atau positif tergantung dari ikatan antara rantai utama dengan gugus
[12]
cabangnya. Menurut Ladislav Svarousky proses flokulasi terjadi dimana
kelompok kecil partikel membentuk agregat yang lebih besar yang disebut floc.
Saat ini flokulan umum digunakan dalam industri adalah polyelectrolytes. Salah
satu jenis polyelectrolytes yang dikenal adalah polyacrylamide[12].

II.2 Kopolimerisasi Radikal Bebas


Polimerisasi radikal bebas dapat dilakukan dengan menggunakan metode
bulk, suspensi, larutan dan emulsi. Polimerisasi bulk merupakan jenis paling
sederhana dilihat dari segi formulasi dan peralatan, tetapi juga paling sulit
dikontrol, terutama ketika reaksi polimerisasi tersebut sangat eksotermik.
Polimerisasi larutan memungkinkan transfer panas yang efisien. Pemilihan pelarut
II - 4



berperan sangat penting karena berpengaruh terhadap berat molekulnya. Karena


adanya masalah dalam penghilangan sempurna pelarut polimer yang terbentuk,
maka metode ini paling tepat untuk aplikasi-aplikasi dimana pelarutnya bisa
digunakan secara langsung, seperti untuk bahan perekat atau cat yang memakai
pelarut.
Polimerisasi suspensi melibatkan dispersi monomer secara mekanis dalam
suatu cairan nonkompatibel (tidak saling melarutkan), biasanya air dan
polimerisasi tetesan-tetesan kecil monomer yang terjadi dengan menggunakan
inisiator yang bisa larut dalam monomer. Polimerisasi emulsi menyerupai
polimerisasi suspensi dalam hal bahwa air digunakan sebagai medium dispersi
dan transfer panasnya sangat efisien [16].
Untuk polimerisasi dengan menggunakan metode emulsi dilakukan dalam
2 fase yang berbeda, biasanya sering disebut fase oil dan fase water.

Gambar II.2.1 Mekanisme terbentuknya micel dan radikal bebas dalam


polimerisasi emulsi

Anda mungkin juga menyukai