PENDAHULUAN
A. Latar belakang
diperkirakan menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global dan prevalensinya
hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju ( WHO, 2003).
Penyakit ini merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain
primer penyakit jantung dan stroke. Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga
kardiovaskular dan 49% penyakit jantung. Penyakit ini telah membunuh 9,4 juta
warga dunia setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah
hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang membesar.
Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang di
1
2
35 %, 36% terjadi pada orang dewasa menderita hipertensi (Candra, 2013). Untuk
kawasan Asia, penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini
menandakan satu dari tiga orang menderita tekanan darah tinggi. Menurut Khancit,
pada 2011 WHO mencatat ada satu miliar orang terkena hipertensi. Di Indonesia,
angka penderita hipertensi mencapai 32% pada 2008 dengan kisaran usia diatas 25
tahun. Jumlah penderita pria mencapai 42,7% , sedangkan 39,2% adalah wanita
masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan terutama
daerah pedesaan. Sementara itu, berdasarkan data NHANES (National Health and
memperlihatkan
kurang lebih 76,4 juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti
dalam 5 besar penyakit terbanyak. Pada tahun 2011, penderita hipertensi sebanyak
6755 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 dengan jumlah penderita
sebanyak 20.116 orang (Dinkes, 2011, 2012). Hipertensi adalah penyebab kematian
3
utama ketiga di Indonesia untuk semua umur, yaitu mencapai 17-21 % dari
Departemen Kesehatan RI tahun 2007 mencapai sekitar 31% dan angkanya pun
meningkat 2-3 kali lipat. Data pasien hipertensi di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) yang mengunjungi poli rawat jalan maupun rawat inap
( Girsang, 2013).
penduduk umur >18 tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%),
Katingan (49,6%), Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir
(47,7 %), Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan
prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 Tahun terendah adalah Jayawijaya
(6,8%),
dimana kejadian hipertensi pada tahun 2007 sekitar 23,7 % dan pada tahun 2013
pasien dalam melakukan aktivias sehari-hari, dimana dalam keadaaan sakit pasien
tidak dapat melakukan aktivias secara mandiri. Penyakit ini jika tidak terkontrol,
akan menyerang target organ dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke,
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar
terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih
mengatasi penyakit ini (WHO, 2005). Salah satu tindakan yang dapat
implementasi dan evaluasi perawat hanya berfokus dalam pemberian obat saja
tampa melakukan pemeriksaan fisik secara utuh dengan pasien, sehingga sulit
bagi pasien untuk mencapai kesembuhan yang optimal. Maka dari itu dalam kasus
ini penulis ingin melakukan tindakan keperawatan holisti yang berjudul “Asuhan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
diharapkan mahasiswa:
prioritas masalah.
D. Manfaat penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah
and Treatment of The Blood Pressure (2004) dikatakan hipertensi jika tekanan
7
darah sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.
rata.
B Etiologi Hipertensi 1 Stres
atau perasaan tertekan.
Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
( Dunitz, 2001).
2 Kegemukan (Obesitas).
Perubahan struktur dan fungsi vaskuler berhubungan dengan patogenesis
pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu darah
yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu,
4 Kurang berolahraga.
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang
yang lebih tingi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada tiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin
lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
9
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam
( Sloane, 1994)
1) Dinding jantung
10
ventrikel kanan.
b) Atrium kiri
Atrium kiri terletak di bagian superior kiri janrung, berukuran
berkontraksi.
Ventrikel kanan dan kiri berfungsi untuk mendorong darah ke luar
meninggalkan jantung.
e) Katup jantung
(1) Katup atrioventrikularis
Katup trikuspidalis dan Katup mitralis
(2) Katup semilunaris
Katup aorta dan Katup pulmonalis
Keempat katup jantung ini berfungsi untuk mempertahankan aliran
a Arteri
Arteri terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Arteri Kepala dan Leher, arteri vertebralis, arteri basilaris, arteri
subklavia: terdiri dari dekstra yaitu cabang dari arteri anonima dan sinitra
cabang dari arkus aorta, arteri Rongga perut terdiri dari : arteri seliaka, A.
diafragma, turun ke abdomen. Jalan arteri ini terdiri dari 3 bagian yaitu
aorta asenden, arkus aorta dan aorta desenden. Aorta asenden mempunyai
cabang yaitu aorta torakalis dan aorta abdominalis. Aorta adalah pembuluh
darah dari alat-alat tubuh kembali ke jantung. Vena terbesar adalah vena
pulmonalis. Pembuluh darah vena yang terdapat dalam tubuh yaitu, Vena
yang bermuara pada vena cava superior yaitu vena aurikularis posterior,
tonsil dan palatum, vena punggung, vena yang bermuara pada vena cava
gerak atas dan vena anggota gerak bawah. Vena berfungsi membawa
darah
14
2005).
D Patofisiologi hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral
Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang
sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,
garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam berlebihan. Peningkatan
oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol kecil.
Penderita hipertensi tinggi renin memiliki kadar renin tinggi akibat jumlah
hipertrofi dan proliferasi otot polos vaskular. Kadar renin dan angiotensin
Sedangkan pada pasien rendah renin, akan mengalami retensi natrium dan
air yang mensupresi sekresi renin. Hipertensi rendah renin akan diperburuk
dengan asupan tinggi garam (Chris at al, 2010) Jantung harus memompa
secara kuat dan menghasilkan tekanan lebih besar untuk mendorong darah
(Wibowo, 2011).
kemudian oleh hormon renin yang diproduksi ginjal akan diubah menjadi
tekanan darah.
terletak di pusat vasomotor pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
saraf pusat
4 Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5 Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler
F Klasifikasi hipertensi :
a Berdasarkan Nilai Tekanan Darahnya
Pada tahun 2004, The Joint National Commitee of Prevention,
Didalamnya ada kelas baru dalam klasifikasi tekanan darah yaitu pre-
dalam kelas ini memiliki resiko tinggi untuk terkena hipertensi, penyakit
jantung koroner dan stroke dengan demikian baik dokter maupun penderita
b Berdasarkan Etiologinya
2 Hipertensi Sekunder
3 Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan tekanan
atau keparahan target organ. Hipertensi ini ditandai nilai tekanan darah
yang tinggi yaitu ≥ 180 mmHg/120 mmHg dan ada atau tidaknya
kerusakan berat dari organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau lebih
G Tes diagnostik
kasus hipertensi yang menyerang organ ginjal, hasil gula darah puasa
urin.
(Yogiantoro,
2006).
H Penatalaksanaan medis
24
1 Penatalaksanaan farmakologis
a Terapi Tunggal
kurang dari 20 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan kurang darah
sistolik dan kurang dari 10 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Hal
sasaran<140/90 mmHg.
b Terapi Kombinasi
2 Penatalaksanaan non
farmakologis ( diet)
25
I. Komplikasi
Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah
a. Stroke
Pada penderita hipertensi dapat mengakibatkan stroke yang merupakan
embolisasi dari jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh
hubungan antara nilai tekanan darah dan stroke. Kekuatan yang lebih
rendah ini menunjukan adanya factor – factor resiko lain yang dapat
lebih besar untuk menderita gagal jantung dari pada penderita tanpa
decade.
d. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi terhadap
darah yang tinggi. Pada akhirnya peningkatan massa otot melebihi suplai
kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan mulai bocor
kabur, dan bukti nyata pendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal
arteri – ginjal kecil. Pada hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal
Dx medik.
b) Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri pada daerah kepala dan tengkuk, pada kasus
dispnea.
c) Riwayat kesehatan
28
menjadi ansietas, depresi, euphoria dan marah kronis. Dalam hal ini,
keadaan baik dikarenakan pada pasien ini seluruh sistem organ masih
gangguan spiritual.
f) ADL
1. Nurisi
diuretik.
2. Eliminasi
3. Personal hygine
30
4. Istirahat tidur
stroke hemoragik
2. Sistem pengelihatan
Pada pasien dengan hipertensi memiliki sistem pengelihatan yang
cepat dan dangkal, adanya batuk dan terdapat sputum pada batuk
bunyi mengi.
6. Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
32
frekuensi nadi pasien dapat mencapai > 100 x/menit, irama tidak
7. Sistem hematologi
Pasien mengalami gangguan hematologi pada hiperensi berat yang
pembuluh darah.
8. Sistem syaraf pusat
Pada hipertensi ringan adanya rasa nyeri pada daerah kepala dan
negative.
9. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan pada pasien hipertensi dalam keadaan baik, pada
abdomen.
10. Sistem Endokrin
Pada pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan pada
sistem endokrin.
inadekuat
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan
jaringan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
g. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (Nanda, NIC NOC,
2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian pasien 4 Desember 2013 diruang kenanga Kelas II
dengan Diangnosa medis hipertensi dan AKI. Tanggal Masuk rumah sakit 4
kepala. susah untuk makan, meriang, demam naik turun, pasien tampak
daerah kepala pada bagian frontal dan pada bagian tengkuk, S : 3, T : lebih
pasien yang sulit untuk bergerak, hal ini dapat dilihat dari kemampuan
35
Keterangan :
: 22 x/menit
c. Riwayat kesehatan masa lalu : pasien pernah dirawat dirumah sakit
dengan keluhan lupus dan pasien juga memiliki riwaya penyakit ginjal.
d. Riwaya kesehatan keluarga :
Bagan 3.1
: Laki-Laki
: Menikah
e. Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang menjadi faktor
porsi makan tidak dihabiskan dirumah sakit pasien belum dapat dikaji pola
warna urin kuning dan jumlah urin yang keluar sediki dan tidak ada
BAK dirumah lebih kurang 2 x sehari dan pengeluaran urin sedikit dengan
warna urin kuning dan tidak ada keluhan saat mengeluarkan urin. Dalam
tidak sama sekali dengan konsistensi feses padat, berbeda dengan keadaan
dirumah 2 x sehari dengan konsisensi padat dan tidak ada keluhan ketika
BAB.
c. Personal hygine kebiasaan kebersihan diri pribadi pasien dirumah sakit
mencuci rambut 1 x sehari dan hal tersebut dilakukan dengan dibantu oleh
sehari.
d. Pola istirahat tidur
Tidak ada perbedaan pola tidur dirumah dan dirumah dakit bagi pasien
dimana waktu tidur dirumah dan dirumah sakit pada pasien I dam yaitu 6-
e. Pola aktivitas
Dirumah sakit pasien memiliki kesulitan dalam melakukan aktivitas yang
pasien dirumah tidak terkontrol dan menjadi faktor resiko penyakit yang
4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien Y pada tanggal 25-11-
2014 didapakan hasil berat badan pasien 56 kg dengan tinggi badan 153
Frekuensi nafas pasien 20 x/menit suhu tubuh pasien dalam batas normal
Keadaan daun telinga pasien simetris antara kiri dan kanan dengan kondisi
telinga tengah sedikit kotor, tidak terdapatnya cairan dalam telinga dengan
pada psien I.
d. Sistem wicara
Pasien ketika ditanyai seputar identitasnya pasien dapat menjawab dengan
e. Sistem pernafasan
Keadaan jalan nafas pasien baik, tidak mengalami sumbatan dari cairan
dan benda padat, tidak adanya penggunaan otot bantu nafas pada pasien
seputum, tidak adanya darah ketika pasien batuk dan suara nafas klien
vaskuler.
f. Sistem kardiovaskuler
Frekuensi nadi pasien 78 x/mnt dengan irama regular dan lemah dengan
dengan temperatur kulit 36,9 C. warna kulit gelap dengan adanya edema
tertusuk benda tajam dan region nyeri di daerah frontal kepala dengan
skala nyeri 4 dan durasi waktu terjadinya nyeri lebih kurang 5 menit.
menit, reflex fisiologis pasien yang terdiri dari biceps dan triceps secara
berturut turut adalh fleksi dan ekstensi dan tidak adanya refleks patologis
yang terjadi.
j. Sistem pencernaan
Keadaan sistem pencernaan pasien baik dengan keadaan mulut pasien
yang berupa gigi utuh serta keadaan lidah bersih, pasien tidak mengalami
feses padat dan ketika dilakukan palpasi pada bagian abdomen tidak
didapatkan hasil tidak adnya pembesaran kelenjar tiroid dan tidak adanya
gelap dan keadaan kulit terdapat luka tidak ada dan gatal-gatal pada kuli
tidak ada serta kondisi kuli pasien baik. Tidak adanya kelainan pada kulit
41
dan terjadinya udem pada daerah kulit yang terpasan infus dan pada
daerah ekstremitas atas dan bawah, keadaan tekstur rambut pasien baik
dan kebersihan
B. Penatalaksanaan
Infus RL = 20 tts/menit, Drip ondan/kolop 1 ampul
Glukosa 10% 30 tts/menit
1. Obat
Parenteral
Tabel 3.2
42
Analisa data
Tabel 3.4
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. PERENCANAAN
Tabel 3.5
Medication Management
21. Memberikan
informasi untuk
membantu dalam
menentukan pilihan/
keefektifan intervensi
n dengan kalori dan nutrisi yang keseimbangan nutrisi dibutuhkan pasien. intake
yang Outcomes: yang adekuat
tidak 1.Makanan oral, 3. Anjurkan pasien untuk adekuat
pemberian meningkatkan intake Fe 3. Meningkatkan
makanan 4. Anjurkan pasien untuk kesehatan pasien lewat slang, meningkatkan protein dan 4. Dapat
meningkatkan atau nutrisi vitamin C intake yang adekuat
parenteral 5. Berikan substansi gula
total 5. Meningkatkan gula
2. Asupan cairan 6. Yakinkan diet yang dimakan darah oral atau IV mengandung tinggi serat 6.
Mempermudah untuk mencegah konstipasi melancarkan
defekasi
7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah 7. Nutrisi yang adekuat dikonsultasikan
dengan ahli dapat meningkatkan
gizi) status kesehatan
8. Ajarkan pasien bagaimana 8. Mempertahankan membuat catatan makanan
nutrisi pasien yang
harian. adekuat
9. Monitor jumlah nutrisi dan 9. Mepertahankan kandungan kalori keseimbangan
nutisi
10. Berikan informasi tentang 10. Pengetahuan yang kebutuhan nutrisi cukup
dapat
meningkatkan
11. Kaji kemampuan pasien untuk motivasi pasien mendapatkan nutrisi yang 11.
Menjaga kebutuhan dibutuhkan nutrisi
Monitoring Nutrisi
12. BB pasien dalam batas normal
12. Meningkatkan
13. Monitor adanya penurunan keseimbangan nutrisi berat badan
D. IMPLEMENTASI
Tabel 3.6
3.
50
D. IMPLEMENTASI
CATATAN PERKEMBANGAN
Tabel 3.7
52
Nutrisi
2 kurang dari S : pasien mengatakan mual berkurang, porsi makan
kebutuhan habis
tubuh O : Mual muntah berkurang, porsi makan habis,
berhubunga BB 58 Kg, turgor kulit baik, konjungtiva ananemis n
dengan pemberian makanan melalui oral, asupan cairan intake
melalui oran dan IV.
inadekuat A : indikator status gizi pasien dalam keadaan cukup
adekuat.
P : Intervensi dihentikan
Intoleransi
aktivitas
3 berhubunga S : Pasien mengatakan tubuh masih lemah n
dengan O : Pasien dapat berpartisipasi dalam aktifitas fisik
kelemahan tanpa disertai peningkatan TD, nadi dan RR, pasien
fisik. melakukan aktivitas yang dapat dilakukan seperti
personal hygine dan berjalan disekitar ruangan,
pola aktifitas dan keseimbangan pasien dalam
keadaan baik.
A : pasien dapat melakukan aktivitas ringan secara
mandiri,
53
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada
proses keperawatan sesuai teori yang ada. Dimana proses keperawatan yang
evaluasi.
A. Pengkajian
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan curah
sistolik yang lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan tekanan
darah diastolik yang lebih besar atau sama dengan 90mmHg. Umumnya tekanan
tekanan darah pada pasien dalam 3 hari berturut-turut adalah 160/90 mmhg,
140/90 mmhg, dan 150/100 mmhg, pasien mengalami gangguan pada sistem
syaraf pusat yang mengakibatkan pasien mengalami nyeri pada bagian frontalis
kepala, pasien mengalami mual dan penurunan nafsu makan serta pasien
otot dalam keadaan lemah. Tanda dan gejala pasien pada kasus ini sudah tepat
dan
20 tts/menit dan keterolak 1 ampul dengan 20 tts/menit. Ny. I diberikan obat oral
furosemide 10 mg/ml 1x1 ampul. Paien juga diberikan obat oral berupa
amlodipine 100 mg/ml 1x1 tablet, Hct 25 mg 1x1 tablet, as. Folat 1 mg 3x1 tablet,
caco3 50 gr 3x1 tablet dan ambrokol 15 mg 3x1 tablet. Terapi pengobatan pada
Ny. I sudah tepat sesuai dengan penatalaksanaan pada penderita hipertensi seperti
mengatur tekanan darah. Tetapi pada kasus Ny. I juga diberikan obat seperti
furosemide, caco3 dan sejenisnya, ini dikarenakan pasien juga memiliki masalah
pada ginjal dan didapat dari diagnosa medis selain hipertensi pasien mengalami
AK.
B. Diagnosa
klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten
untuk mengatasinya (Potter, 2005). Dalam teori pada hipertensi dapat diangkat 7
diagnosa yaitu, pola nafas tidak efekif berhubungan dengan penurunan suplay
volume cairan berhubungan dengan retensi cairan dan natrium oleh ginjal,
aktivitas b/d kelemahan fisik.Berdasarkan hal tersebut di atas ada 7 diagnosa yang
terdapat dalam teori dan 4 diagnosa yang tidak ditemukan di lapangan. Hal ini
terjadi karena setiap individu berbeda satu sama lain dalam merespon suatu
penyakit sehingga diagnosa yang didapatkan dalam teori tidak semuanya bisa
diangkat sebagai diagnosa yang akan dikaji dan pada pasien Tn. Y pasien
mengalami hipertensi ringan, dan 4 diagnosa yang tidak diangkat tersebut terjadi
pada kasus hipertensi berat dimana pada kasus hipertensi berat pasien dapat
yang mengakibatkan terjadinya masalah keperawatan pola nafas tidak efekif dan
gangguan perfui jaringan perifer, pada pasien dengan hipertensi berat dapat
fungsi ginjal dan mengakibakan retensi cairan dalam tubuh sehingga cairan
menumpuk pada bagian ekstratisial dan mengakibatkan udem. Kondisi ini dapat
kondisi yang buruk pada pasien dengan hipertensi berat dapat memberikan
C. Rencana Keperawatan
Pada kasus pasien I, penulis melakukan rencana tindakan keperawatan.
dapat diatasi dalam waktu singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena
56
nyeri berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, rasa nyaman dan harus terpenuhi
( Potter, 2006) dan kriteria hasil yang ditulis penulis yaitu pasien mengatakan
mengetahui pengalaman nyeri pasien, bantu pasien dan keluarga untuk mencari
nyeri, kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi, ajarkan tentang
istirahat, berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur, ikuti lima
sebelum pemberian obat, cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi, cek riwayat alergi, tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri, monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali, evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
Pada diagnosa kedua untuk mengatasi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
dilakukan Kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, anjurkan pasien
57
untuk meningkatkan intake Fe, anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
tinggi serat untuk mencegah konstipasi, berikan makanan yang terpilih ( sudah
makanan harian, monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori, berikan informasi
berat badan, monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan, monitor
monitor turgor kulit, monitor mual dan muntah, monitor makanan kesukaan,
aktivitas, kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan, monitor nutrisi dan
sumber energi yang adekuat, monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
D. Implementasi keperawatan
Implementasi pada paien I, dilakukan penulis sesuai rencana tindakan
keperawatan dimana pada diagnosa pertama dengan nyeri akut terdapat 21 item
melakukan 6 item tindakan. Item- item yang tidak digunakan seperi mengurangi
faktor presipitasi nyeri telah dikontrol dengan tindakan keperawatan lain seperi
mengkaji keadaan nyeri serta melakukan diit rendah garam kepada pasien. Pada
diagnosa kedua yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terdapat 20 item
rencana tindakan dan hanya 6 item rencana tindakan yang dilakukan, tindakan
seperti mengkaji alergi makana pada pasien tidak dilakukan karena pasien tidak
keperawatan yang tidak dilakukan seperti bantu pasien untuk mendapatkan ala
bantu kursi roda atau kruk tidak dilakukan karena pada diagnosa ini penulis ingin
melatih kemampuan fisik pasien agar kembali optimal, sedangkan jika dilakukan
pemakaian alat bantu seperti kursi roda akan menghambat kriteria hasil penulis
pasien meminta pulang pada hari ke-4 pada pukul 11.00 WIB.
E. Evaluasi Keperawatan
59
sesuai dengan kriteria hasil dimana nyeri pada Ny. I berkurang, pasien tampak
rileks daan pasien mengetahui bagaimana cara mengurangi rasa nyeri dengan
nyeri dapat dihentikan. Pada diagnosa kedua adalah nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh didapatkan keadaan kondisi pasien sesuai dengan kriteria hasil dimana
indikator status gizi pasien dalam keadaan cukup adekuat dan dapat dilihat dari
pasien dalam melakukan aktivitas meningkat yang ditandai dengan kriteria hasil
pasien dapat melakukan aktivitas ringan seperi personal hygine dan pasien juga
dapat melakukan kegiatan kecil seperti berjalan disekitar ruangan, maka dari itu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bersarkan data diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan penulis dalam asuhan keperawatan ini sesuai
dengan teori. Beberapa tanda gejala dari peyakit hipertensi ditemukan saat
Ny. I adalah hipertensi ringan atau sekunder dan disebabkan oleh komplikasi
NANDA NIC NOC, yaitu nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vascular
fisik.
3. Perencanaan pada kasus ini telah dibuat sesuai dengan rencana keperawatn
rencana yang telah ditetapkan. Tidak ada tindakan pada Tn. Y pada
pada diagnosa nyeri dalam waktu 3 hari belum mampu untuk menghilangkan
nyeri pada Tn. Y, pada masalah keperawatan nutrisi dan intoleransi aktivias
61
dapat bermanfaat:
1. Perawat
2. Rumah Sakit
mengontrol penyakit hipertensi baik untuk pasien rawat inap maupun pasien
rawat jalan.
3. Institusi pendidikan.
62
terhadapa pasien dengan hipertensi untuk dapat melakukan diit yang perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth , 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Terjemahan
Suzanne C. Smeltzer. Edisi 8. Vol 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Barry, L.C. 2004, Implementing the New Guidelinees for Hypertension : JNC VII,
ADA, WHA-ISH, J Manag Care Pharm.,10 (5):18-25
Subardja, D. (2004) Obesitas Primer Pada Anak. Bandung : PT Kiblat Buku Utama.
63
Yogiantoro M. (2006). “Hipertensi Esensial” dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I edisi IV.Jakarta: FK UI.
Sloane, E., 1994. Anatomy and Physiology: An Easy Learner. Jones and Bartlett
Publisher, Inc, USA.
Black, J.M, Hawks J.H, 2006, Medical Surgical Nursing, Clinical Management for
Positive Outcomes (8 Edition), Philadelpia: WB. Saunders Company
Corwin, Elizabeth J., 2001. Buku Saku PatofisiologI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; hal 356
Gray, et al., 2005. Hipertensi. Lecturer Notes Kardiologi, Edisi ke-4, Jakarta: Erlangga
Johnson, et al. 2014. Nursing oucomes classification, (Noc), Edisi 2. St. Louis : Mosby.
Dongeoes, dkk. 2010. Nursing care plans, guidelines for individualizing client care
across the life span. I group press Co., Ltd : Thailand
Potter, P. A. Perry, A. G., 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses
Keperawatan dan Praktek, Vol. 1 E/4. Jakarta : EGC
E.J. Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi Jakarta : EGC