Anda di halaman 1dari 133

PANCASILA

DOSEN PEMBIMBING

Kota Raja M.pd

MATA KULIAH : PANCASILA

DISUSUN OLEH :

B. M.ALFU ISKANDAR
( 12120514732 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF QASIM RIAU


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
EKONOMI SYARIAH

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan tulus dipersembahkan ke hadirat allah SWT. Dialah tuhan yang menurunkan agama
melalui wahyu yang disampaikan kepada rosul pilihan – nya, Muhammad SAW. Melalui agama yang
terbentang luas jalan yang lurus yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan bahagia di dunia dan
di akhirat.
Agama yang disampaikan oleh Allah kepada rosulnya – nya, Muhammad SAW. Kini telah berusia
hampir lima belas abad lama ny, dan kian hari terasa semakin dibutuhkan oleh umat manusia yang
mendambakan kehidupan tertib , aman, dan damai.
Namun, bersamaan dengan itu pada setiap pundak kaum muslim terdapat tugas suci untuk
menyampaikan risalah nabi Muhammad SAW. Itu kepada generasi berikutnya hingga akhir zaman.
Penyampaian risalah tersebut dapat dilakukan melalui lisan, tulisan, perbuatan, dan sebagainya.
Buku ini ditulis dalam rangka memenuhi bahan perkuliahan bagi para mahasiswa Universitas Islam
Negeri Riau ( UIN SUSKA RIAU ).
Selanjutnya telah dimaklumi bahwa dalam kurikulum UIN SUSKA RIAU dengan tegas
dicantumkannya bahwa Pancasila termasuk salah satu komponen mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh
seluruh mahasiswa UIN SUSKA RIAU pada semua fakultas dan jurusan. Dalam kaitan ini, makna
kehadiran buku ini diharapkan dapat menjadi lebih nyata lagi, yaitu sebagai salah satu bahan rujukan bagi
para dosen dan mahasiswa.
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna baik dari sebgi
isi, metodologi penulisan, maupun analisis. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan
buku ini akan di sambut dengan senang hati.
Wabillahi taufik wa al – hodayah
Wassalamu’alaikum wr. wb

Bangkinang, 29 november 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN FILSAFAT NEGARA
A. Pengantar
B. Pengertian Pancasila
C. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara
D. Era Globalisasi

BAB III ETIKA, BUDAYA NUSANTARA DAN REAKTUALISASI


PANCASILA
A. Pengantar
B. Etika Pancasila

BAB VI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NKRI


A. Pengantar
B. Pengertian Pancasila dan Ideologi
C. Hubungan Pancasila sebagai Ideologi
D. Makna Pancasila
E. Pandangan Para Ahli Mengenai Makna dari Pancasila Sebagai ideology
F. Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi
G. Nilai Pancasila Sebagai Ideeeologi
H. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi

BAB V PANCASILA : NILAI – NILAI KETUHANAN DAN TOLERANSI


AGAMA
A. Pengantar
B. Nilai – Nilai Ketuhanan
C. Nilai – Nilai Ketuhanan dan Permasalahannya
D. Kaidah – Kaidah Toleransi Beragama

BAB VI PANCASILA : KEMANUSIAAN DAN ETIKA GLOBAL


A. Pengantar
B. Hakikat Kemanusiaan Sesuai Dengan Sila ke – 2 dan Definisi Etika Global
C. Unsur – Unsur Hakikat Manusia
D. Kepribadian Manusia yang Terkandung Dalam Pancasila
E. Hakikat Manusia Sebagai Dasar Ontologis Hak Asasi Manusia
F. Implementasi Sila Ke – 2 Daam Kehidupan Masyarakat

iii
G. Etika Global : Sebuah Nilai Dasar Kehidupan Bersama
H. Kaitan Kemanusiaan Sesuai dengan Sila Ke – 2 dengan Etika Global

BAB VII PANCASILA KEINDONESIAAN DAN WAWASAN BANGSA


A. Pengantar
B. Ke – Indonesiaan dan Karakter Indonesia
C. Sosial Budaya Masyarakat
D. Faktor – Faktor Mempengaruhi Ketahanan Dibidang Sosial Budaya
E. Kondisi Bangsa yang perlu Dicermati
F. Pengertian Wawasan Nusantara
G. Hakekat Wawasan Nusantara
H. Pengertian Wawasan Nusantara

BAB VIII NILAI – NILAI MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI GLOBAL


A. Pengantar
B. Pengertian Sila Ke – Empat
C. Makna Sila Ke – Empat
D. Pokok yang Terkandung dalam Sila Ke – Empat
E. Musyawarah
F. Demokrasi Global

BAB IX PANCASILA SUMBER NILAI EKONOMI KERAKYATAN


A. Pengantar
B. Keadilan
C. Ekonomi

BAB X PANCASILA DALAM TATANAN KEISLAMAN DAN


KEINDONESIAAN
A. Pengantar
B. Relasi Islam, Negara, dan Keadilan
C. Islam, Negara, dan Nasionalisme
D. Islam dan Negara dalam Tinjauan Sejarah Indonesia
E. Agama Islam
F. Pancasila
G. Hubungan Sila Pancasila dengan Agama Islam

BAB XI GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA


A. Pengantar
B. Pengertian Geopolitik
C. Perkembangan Teori Geopolitik

iv
D. Wawasan Geopolitik
E. Pengertian Wawasan Nusantara
F. Kedudukan Wawasan Nusantara
G. Peranan Wawasan Nusantara
H. Wawasan Sebagai Landasan Konsepsi Ketahanan Nasional
I. Wawasan Sebagai Wawasan Pembangunan Nasional
J. Wawasan Sebagai Wawasan Pertahanan dan Keamanan Nasional
K. Wawasan Sebagai Wawasan Kewilayaan

BAB XII GEOSTRATEGIS DAN KETAHANAN NASIONAL

A. Pengantar
B. Pengertian Geostategis
C. Perkembangan Konsep Geostrategis
D. Pengertian Ketahanan Nasioanal
E. Unsur – Unsur Ketahanan Nasional
F. Urgensi Ketahanan Nasional Terhadap Eksistensi Negara
G. Ketahanan Nasional sebagai Perwujudan dari Geostrategis Indonesia

BAB XIV PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila yang merupakan dasar negara indonesia, menjadi dasar pedoman dalam segala pelaksaan dan
penyelenggaraan pemenrintahan negara indonesia termasuk peraturan perundang – undangan. Pancasila
merupakan cerminan bangsa, dan bernegara. Nilai – nilai pancasila yang terkandung di dalam pancasila menjadi
tolak ukur bagi bangsa indonesia dalam penyelenggaraan bernegara. Karena konsekuensi dari hal itu bahwa
penyelenggaraan bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan.

Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus hafal dan mematuhi segala isi
dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga negara indonesia hanya menganggap pancasila sebagai
dasar negara/ideologi semata tanpa memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia
sadari nilai – nilai makna yang terkandung dalam pancasila sangat berguna dan bermanfaat.
Di dalam pancasila terkandung banyak nilai dimana dari keseluruhan niali tersebut terkandung di dalam 5 garis
besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak lepas dari
nilai pancasila. Sejak zaman penjajahan sampai sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai – nilai pancasila
tersebut.

Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya, dan agama. Dari semua itu,
indonesia berdiri dalam satu keutuhan. Menjadi kesatuan yang kokoh di bawah naungan pancasila dan
semboyannya, bhineka tunggal ika.
Pancasila membuat indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan
pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah.
Pancasila menajdi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di indonesia.

4
BAB II

PANCASILA SEBAGAI DASAR DAN FILSAFAT NEGARA


A. Pengantar

Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara oindonesia, sehingga dapat diartikan kesimpulan
bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan
hidup bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian
pertahanan bangsa dan negara.

Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia takk ada yang mampu
menandinginya. Indonesia yang terdiiri atas berbagai dan suku bangsa dapat dipersatukan oleh
pancasil. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun coba
menggulingkannya,akan berhadapan langsung dengan seluruh komponen-komponen kekuatan
bangsa dan negara indonesia.

Sebagai dasar negara republi indonesia ( way of life ), pancasila nilai- nilainya telah dimiliki oleh
bangsa indonesia sejak zaman dulu. Nilai –nilai tersebut meliputi nilai budaya, adat – istiadat dan
religiusitas yang diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jati diri bangsa indonesia melekat
kuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan pandangan hidup. Tindak –tanduk sert perilaku
masyarakat nusantara sejak dahulu kala telah tercermin dalam nilai- nilai pancasila. Untuk itu,
pendiri republik indonesia berusaha merumuskan nilai- nilai luhur itu kedalam sebuah ideologi
bernama pancasila.

5
B. Pengertian Pancasila

Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sendi ,asas, ata
peraturan tingkah laku yang penting dan baik . dengan demikian pancasila merupakan lima dasar yang
berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.Pancasila dapat kita artikan
sebagai lma dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan
dapat berdiri dengan kokoh tampa dasar negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui dengan jelas
kemana arah tujuan yang akan dicapai tampa pandangan hidup. Dengan adanya dasar negara, suatu
bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun
dari luar.
Peranan dan funsi pancasila pada era sekarang masih relevan karena pancasila mencakup aspek –
aspek dasar . selain itu, pancasila juga merupakan alat untuk keamana dan kemakmuran bersama rakyat
indonesia.hanya saja pelakanan sacara konkrtinya belum bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
karena keadilan dan kemakmuran bag seluruh rakyat indonesia belum juga terwujud sampai saat ini.
Pancasila juga merupaksn kepribadian seluruh rakyat indonesia. Akan tetapi, nilai-nilai luhur sudah
sangat pudar,terkikis oleh perilaku yang hanya mementingkan aspek ekonomi gaya hidup globalisasi
yang buruk.
Mengingat sangat pentingnya pancasila sebagai dasar negara, maka kita harus meneruskan
perjuagan serta memelihara, melestarikan menghayati , dan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan sahari-hari agar tujuan dan pancasila dapat terpenuhi, sehigga akan menjadi ketahanan jati
diri bangsa.

1. Konsep dasar pancasila


Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sendi ,asas, ata peraturan
tingkah laku yang penting dan baik . dengan demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau
aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.Pancasila dapat kita artikan sebagai lma dasar yang dijadikan
dasar negara serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tampa dasar
negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tampa
pandangan hidup. Dengan adanya dasar negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi
permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar.

6
2. Peranan Dan Fungsi Pancasila
a. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai makna
1) Sebagai dasar untuk menata nagara yang merdeka da berdaulat.
2) Sebagai dasar mengatur penyelengaraan aparatur negara yang bersih dan bewibawa, sehingga tecapai
tujuan nasional yang tercntum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 alinea ke-4, dan
3) Sebagai dasar, arah dan petunjuk aktifitas perikehidupan bangsa indonesia dalam kehidupan sehari- hari.

b. Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional


Istilah ini merupakan istilah baru dalam tata hukum indonesia, yaitu muncul pasca reformasi
melalui tap MPR NO. III / 2000,yang kemudian diubah UU NO. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan
peraturan perundang- undangan.

c. Sumber Hukum Tertulis Dan Tidak Tertulis


Sumber hukum dasar nasional adalah pancasila sebagaimana yang tertulis dalam perundang-undang
dasar 1945,serta batang tubuh undang-undang dasar 1945.dalam ilmu hukum , istilah sunmber hukum
berarti sumber nilai- nilai yang menjadi penyebab timbulnya aturan hukum. Jadi dapat diartikan ,
pancasia sebagai sumber hukum dasar nasional , yaitu segala aturan hukum yang berlaku dinegara kita
tidak boleh bertantangan dan harus bersumber pada pancasila.

d. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa atau way of life mengandung makna bahwa semua
aktivitas kehidupan bangsa indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila pancasila, karena
pancasila juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yag dimilki dan sumber dari kehidupan bangsa
indonesia sendiri. Nilai –nilai tersebut yaitu :
a. Nilai dan jiwa ketuhanan dan keagamaan
b. Nilai dan jiwa kemanusiaan
c. Nilai da jiwa persatuan
d. Nilai dan jiwa kerakyatan dan demokrasi
e. Nilai dan jiwa keadilan sosial
e. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Pada saat bangsa indonesia bangkit untuk hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka, bangsa

7
indonesia telah sepakatuntuk menjadikan pancasila sebagai dasar negara. Kesepakatan terwujud pada
tanggal 18 agustus 1945 denga disahkanya pancasila sebagai dasar negara oleh panitia persiapan
kemedekaan indonesia ( PPKI ) yang mewakili seliruh bangsa indonesia.

f. Pancasila Sebagai Ideolagi Negara


Pancasila sebagai ideologi negara yang merupakan tujuan bersama bangsa indonesia yang
diimplementasikanndalam pembengunan nasional, yaiti mewujudkan masyarakat adik dan makmrur
yang meratai material dan spritual berdasarkan pancasila dalam waah negara kesatuan RI ysng
merdeka, berdaulat, bersatu, dan kedulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,
tentram, tetib, dan dinamais serta dalam lingkungan kehidupan pergaulan dunia yang merdeka,
bersahabat, tetib dan damai.

g. Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa


Bangsa indonesia yang pluralis dan wilayah nusantara yang terdiri dari berbagai pulau –pulau, maka
sangat tepat apabila pancasila dijadikan pemersatu bangsa, hal ini karenakan pancasila mempunyai nila-
nilai umu dan universal sehingga memungkinkan dapat mengakomodir semua perikehidupan yang
berbhenika dan dapat diterima oleh semua pihak.

B. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat pembukaan UUD 1945
dan sebagaimana tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 juni 1966 yang menandaskan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan didapatkan oleh PPKI atas nama
rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.
Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 telah
ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang telah dianggap
sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama seluruh negara menurut Emest Renan kehendak untuk bersatu dan

8
memahami pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa pancasila merupakan sebuah
kompromi dan konsensus nasioanal karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua
golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.

Penerapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia
adalah negara Pancasila. Hal itu terkandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya, membela
dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undang. Mengenai hal itu, kirdi dipoyudo
menjelaskan bahwa negara pancasila adalah suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak asasi
semua warga negara Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat
hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir
batin selengkapnya mungkin, memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin
seluruh rakyat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).

Pancasila yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan keseragaman
sistematikanya melalui instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara hirarkis-piramidal.
Setiap sila (dasar/asas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu dengan lainnya
sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan mencari
pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu, pancasila pun harus
dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak dapat dipisahkan. Usaha
memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dari pancasila akan mengakibatkan pancasila
kehilangan esensinya sebagai dasar negara.

Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh karena setiap sila dalam
pancasila tidak dapat dintitesiskan satu sama lain. Secara tepat dalam seminar pancasila tahun 1959,
Prof. Notonegoro melukiskan sifat hirarki-piramidal pancasila dengan menempatkan sila
“ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat
sila yang lain harus dijiwai oleh sila “Ketuhan Yang Maha Esa”.
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi negara kesatuan Republik Indonesia
dengan alasa sebagi berikut:
1) Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat Indonesia yang
9
beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan secara berkeadilan yang sesuai dengan
kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan dengan sila kemanusiaan yang adil dan
beradab.

2) Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan negara kesatuan republik Indonesia yang
terbentang dari sabang sampai merauke, yang terdiri atas ribuanpulau sesuai sila Persatuan
Indonesia.
3) Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak- hak asasi manusia
sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini selaras dengan berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
4) Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan sila
keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai acuan dalam mencapai tujuan tersebut. Pancasila
sebagai kaidah negara pundamental yang berarti bahwa pada sila ketuhanan yang maha esa,
menjamin kebebasan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing.
Kemudian pada sila persatuan Indonesia, bangsa yang tetap menghormati sifat masing-
masing seperti apa adanya.

D. Era Gobalisasi

Menurut Setiawan globalisasi merupakan suatu porses dengan kejadian, keputusan, dan kegiatan
disalah satu bagian dunia menjadi satu konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat d
idaerah yang jauh. Globalisasi mendorong adanya perubahan yang terjadi dalam beberapa bidang,
seperti politik, ekonomi, sosial,budaya, teknologi, pertahanan keamanan, lingkungan hidup,dan
pergaulan hidup.

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yng mendunia dan tdak mengenal batas wilayah.
Globlisasi pada hakikatna adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan
untuk diikuti olh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi
pedoman bersma bagi bangsa-bangsa diseluruh dunia. Proses globalisasi berlangsung melalui dua
dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu.

Globalisasi seakan telah mampu menciptakan hubungan interpersonal masyarakat indonesia

10
menjadi lebih individualistik, mementingkan diri sendiri, dan pragmatis. Masyarakat kita ini cenderung
pragmatis sebagai akibat dari prngaruh persoalan gaya hidup global yang sudah merasuk kedalam
kesadaran pola hidup mereka. Selain itu, pemahaman nasionalisme bangsa mulai menurun disaat negara
butuh solidaritas dan persatuan hingga sikap gotong royon, sebagian kecil masyaralat terutamayan ada
diprotaaan justru lebih mengutamakan kelompok nya, golonganya,bahkan negara lain dibandingkan
kepentingan negaranya.
Diera globalisasi sepeti sekarang ini, setiap negara dituntut untuk lebih maju mengikuti setiap
perkembengan demi perkembangan, yanh terkadang jauh dari sebuah keteraturan. Pihak yang
diuntugkan dalam situasi tersebut, tentunya adalah negara maju yang memiliki tingkat kemapanandan
kemanpuan yang jauh lebih tinggijika dibandingkan dengan negara-negara berkembang.selain itu,
globaisasi mampu menciptakan peningkatan terkaittan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia diseluruh manusia. Akibatnya, tidak jarang banyak pengaruh yang masuk dari luar baik
yang memilikinilai positip maupun negatip. Perkembangan globalisasi, mampu memberikan pengaruh
yang besar terhadap nilai-nilai yang telah berkembang dimasyarakat. Bahkan dalam konteks yang lebih
luas, globalisasi mampu menghancurkan nilai-nilai yang telah ada dimasyarakat, seperti nilai- nilai
sosial buday, ideologi, agama, politik, dan ekonomi.

11
BAB III

ETIKA, BUDAYA NUSANTARA DAN REAKTUALISASI PANCASILA

A. Pengantar

Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu kemanusiaan
(humaniora). Etika sebagai cabang falsafah membahas sistem dan pemikiran mendasar tentang ajaran
dan pandangan moral. Etika sebagai cabang ilmu membahas bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral tertentu. Etika sosial meliputi cabang etika yang lebih khusus seperti etika keluarga,
etika profesi, etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika kedokteran, etika jurnalistik, etika
seksual dan etika politik.

Perkembangan zaman bukanlah suatu alasan sebagai penghancur nilai dan norma yang terdapat
dalam pancasila, Namun pancasila berperan sebagai bendungan penahan arus derasnya globalisasi.
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Di setiap
saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti
tercantum di sila ke dua pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga tidak
dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.

B. Etika Pancasila

 Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu ketika umum dan
etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa
kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia, sedangkan etika khusus
membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno,
1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia terhadap diri
12
sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup
masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.

Sebagai sebuah sistem nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang di gali dari
kebudayaan dan pengalaman Indonesia, Pancasila harus ditempatkan sebagai cita-cita etis dan hukum
juga sebagai etika berpolitik warga bangsa.  Sebagai etika politik sehari-hari, sila-sila Pancasila yang
saling terkait harus menjadi orientasi praktik politik sehari-hari. Misalnya, Sila Pertama “Ketuhanan
Yang Maha Esa” yang mengandung prinsip spiritualitas harus bersinergi dengan prinsip sila kedua
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” dimana cara-cara meraih kekuasaan politik dilakukan sebagai
media untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan di dunia sebagai pesan universal semua
agama.

Menjadikan Pancasila sebagai etika politik dalam tata kelola negara, menurut budayawan Abdul
Hadi W.M. adalah dengan menjadikan kekuasaan negara dijalankan sesuai dengan;  pertama, asas
legalitas atu legitimasi hukum yang berlaku di NKRI yang berdasarkan Pancasila. Kedua, disahkan dan
dijalankan secara demokratis. Ketiga, dilaksanakan berdasar kan prinsip-prinsip moral, sebagaimana
dinyatakan oleh Mohammad Hatta bahwa negara harus berdasarkan moral ketuhanan dan kemanusiaan
agar tidak terjerumus menjadi “negara kekuasaan” (machtsstaat). Pernyataan pendiri bangsa ini sangat
kental dengan prinsip ketuhanan, kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan yang tertuang dalam sila-sila
pada Pancasila.

a. Pengaruh Budaya Luar terhadap Budaya Indonesia

 Kebudayaan Indonesia walau beranekaragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi
oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan Kebudayaan Arab.
Kebudayaan India masuk dari penyebaran agama Hindu dan Budha di Nusantara jauh sebelum
Indonesia terbentuk. Dari waktu ke waktu budaya barat semakin marak dan diserap dengan mudah oleh
masyarakat kita. Tidak peduli budaya itu merusak ataukah tidak, namun nampaknya masyarakat kita
lebih suka menghadapi budaya-budaya luar itu daripada melestarikan budaya tanah airnya sendiri. Hal
ini harus bisa disikapi dengan seksama karena bila kebiasaan ini terus berlangsung tanpa proses
penyaringan dan pengontrolan, maka dapat dipastikan bahwa budaya Indonesia akan hilang lenyap

13
tinggal nama. Permasalahan ini timbul bukan karena faktor luar, namun timbul dari diri pribadi masing-
masing warga masyarakat yang seakan malu dan menganggap kuno budayanya sendiri.

 Beberapa contoh budaya asing yang sangat negatif namun telah marak di Indonesia yaitu freesex,
pengkonsomsian narkoba, dan abortus. Freesex ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja,
namun dari golongan remajalah yang sekarang ini marak diberikan misalnya saja kasus Itenas.
Pengkonsomsian narkoba dilakukan orang barat untuk merilekskan pikiran mereka dari berbagai
macam kerumitan hidup, untuk menambah stamina, semangat, dan kreatifitas saat bekerja itupun
dengan dosis aman bagi mereka. Namun di Indonesia mengkonsumsi narkoba adalah ajang coba-coba
dan cara menghilangkan stres tanpa mengetahui kandungan zat berbahaya yang ada di dalamnya.
Sehingga tidak jarang kasus kematian, tindak kriminal dan 8 kenakalan remaja yang disebabkan benda
haram tersebut. Kasus abortus ini sebenarnya tidak terlalu jauh hubungannya dengan kasus freesex
inilah banyak kaum wanita yang hamil di luar nikah dan karena rasa malu kebanyakan para wanita itu
melakukan aborsi. Selain dibenci oleh Tuhan, kegiatan ini dapat mencelakai pihak wanita itu sendiri.
Namun, selain mempunyai sisi negatif budaya barat juga mempunyai pengaruh positif pada budaya
Indonesia, misalnya dalam bidang IPTEK, pembangunan, dsb, yang tentunya kesemuanya itu tidak
terlepas dari pengawasan Pancasila sebagai paradigma kehidupan di Indonesia.

 Keberhasilan kebudayaan Barat adalah keberhasilan pembuatan suatu sistem nilai yang dijalankan
dengan baik sehingga mampu meningkatkan produktifitas masyarakatnya selama berabab-abad. Oleh
karena nilai-nilai yang dianggap berhasil terus dikembangkan untuk ditularkan seluas-luasnya secara
global untuk memudahkan dominasi atau lebih produktif dalam hal menguntungkan kepentingan Barat.
Ini yang dinamakan suatu penjajahan sistem atau penjajahan sistemik. Sebaliknya kemunduran
masyarakat di negara berkembang karena terlalu banyak benturan nilai-nilai yang menyebabkan
masyarakatnya tidak produktif. Disatu sisi ingin mempertahankan suatu nilai-nilai lokal dilain pihak ada
suatu usaha penjajahan sistemik yang ingin merangkul masuk menjadi suatu sistem global yang bisa
diatur untuk kepentingan negara-negara yang dominan.

 Begitu luasnya cakupan kebudayaan tetapi dalam pengamalan Pancasila kebudayaan bangsa
Indonesia adalah budaya ketimuran, yang sangat menjunjung tinggi sopan santun, ramah tamah,
kesusilaan dan lain-lain. Budaya Indonesia memang mengalami perkembangan misalnya dalam hal

14
Iptek dan pola hidup, perubahan dan perkembangan ini didapat dari kebudayaan asing yang berhasil
masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Semua kebudayaan asing yang diterima adalah kebudayaan
yang masih sejalan dengan Pancasila. Walaupun begitu tidak jarang kebudayaan yang jelas-jelas
bertentangan dengan budaya Indonesia dapat berkembang di Indonesia.[3]

b. Pancasila Sebagai Penangkal Pengaruh Budaya Asing

Dinamika aktualisasi Pancasila bersumber pada aktivitas di dalam menyerap atau menerima dan
menyingkirkan atau menolak nilai-nilai atau unsur-unsur dari luar (asing). Dewasa ini, akibat kemajuan
ilmu dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi, terjadilah perubahan pola hidup masyarakat yang
begitu cepat. Tidak satupun bangsa dan negara mampu mengisolir diri dan menutup rapat dari pengaruh
budaya asing. Demikian juga terhadap masalah ideologi. Dalam kaitan imi, M.Habib Mustopo (1992:
11-12) menyatakan, bahwa pergeseran dan perubahan nilai-nilai akan menimbulkan kebimbangan,
terutama didukung oleh kenyataan masuknya arus budaya asing dengan berbagai aspeknya. Kemajuan
di bidang ilmu dan teknologi komunikasi & transportasi ikut mendorong hubungan antar bangsa
semakin erat dan luas. Kondisi ini di satu pihak akan menyadarkan bahwa kehidupan yang mengikat
kepentingan nasional tidak luput dari pengaruhnya dan dapat menyinggung kepentingan bangsa lain.

 Ada semacam kearifan yang harus dipahami, bahwa dalam kehidupan dewasa ini, teknologi
sebagai bagian budaya manusia telah jauh mempengaruhi tata kehidupan manusia secara menyeluruh.
Dalam keadaan semacam ini, tidak mustahil tumbuh suatu pandangan kosmopolitan yang tidak selalu
sejalan dengan tumbuhnya faham kebangsaan. Beberapa informasi dalam berbagai ragam bentuk dan
isinya tidak dapat selalu diawasi atau dicegah begitu saja. Mengingkari dan tidak mau tahu tawaran´
atau pengaruh nilai-nilai asing merupakan kesesatan berpikir, yang seolah-olah menganggap bahwa ada
eksistens yang bisa berdiri sendiri. Kesalahan berpiklir demikian oleh Whitehead disebut sebagai the
fallacy of misplace concretness (Damardjati Supadjar, 1990: 68). Jika pengaruh itu tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, atau tidak mendukung bagi terciptanya kondisi yang sesuai
dengan Pancasila, maka perlu dikembangkan sikap yang kritis terutama terhadap gagasan-gagasan, ide-
ide yang datang dari luar.

15
 Dalam konteks budaya, masalah pertemuan kebudayaan bukan masalah memfilter atau menyaring
budaya asing, tetapi mengolah dan mengkreasi dalam interaksi dinamik sehingga tercipta sesuatu yang
baru. Jati diri bangsa, budaya politik adalah sesuatu yang harus terus menerus dikonstruksikan, karena
bukan kenyataan yang mandeg (Sastrapratedja, 1996: 11). Kalau ideologi-ideologi besar di dunia
sekarang ini diperhatikan dengan seksama, maka terlihat mereka bergeser secara dinamik. Para
penyangga ideologi itu telah melakukan revisi, pembaharuan, dan pemantapan-pemantapan dalam
mengaktualisasikan ideologinya.

 Ideologi Pancasila tidak prioritas menolak bahan-bahan baru dan kebudayaan asing, melainkan
mampu menyerap nilai-nilai yang dipertimbangkan dapat memperkaya dan memperkembangkan
kebudayaan sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Menurut Hardono Hadi
(1994: 57), bangsa Indonesia, sebagai pengemban ideeologi Pancasila, tidak defensif dan tertutup
sehingga sesuatu yang berbau asing harus ditangkal dan dihindari karena dianggap bersifat negatif.
Sebaliknya tidak diharapkan bahwa bangsa Indonesia menjadi begitu amorf, sehingga segala sesuatu
yang menimpa dirinya diterima secara buta tanpa pedoman untuk menentukan mana yang pantas dan
mana yang tidak pantas untuk diintegrasikan dalam pengembangan dirinya. Bangsa Indonesia mau tidak
mau harus terlibat dalam dialog dengan bangsa-bangsa lain, namun tidak tenggelam dan hilang di
dalamnya. Proses akulturasi tidak dapat dihindari. Bangsa Indonesia juga dituntut berperan aktif dalam
pergaulan dunia. Bangsa Indonesia harus mampu ikut bermain dalam interaksi mondial dalam
menentukan arah kehidupan manusia seluruhnya. Untuk bisa menjalankan peran itu, bangsa Indonesia
sendiri harus mempunyai kesatuan nilai yang menjadi keunikan bangsa, sehingga mampu memberikan
sumbangan yang cukup berarti dalam percaturan internasional.[4]

c. Aktualisasi Pancasila

 Aktualisasi berasal dari kata aktual yang berarti betul-betul ada, terjadi dan sesungguhnya,
hakikatnya. Dimana Pancasila memang sudah jelas berdiri dalam bangsa Indonesia sebagai dasar
negaranya.

Aktualisasi Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat tercermin dalam
16
sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur Negara sampai kepada rakyat biasa.[5]
Aktualisasi atau penyegaran kembali nilai-nilai pancasila adalah keharusan dan tuntutan sejarah, jika
menghendaki dasar negara indonesia itu tidak ditinggalkan oleh dinamika perjalanan bangsa Indonesia.
Salah satu upaya mengaktualkan Pancasila adalah melalui upaya menghangatkan kembali makna
pancasila sebagai haluan bersama bangsa indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan
merealisasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tatanan pemerintahan,
aktualisasi pancasila dapat dilakukan melalui pembuatan perundang-undangan atau kebijakan negara
yang harus senapas dengan nilai Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana akademik.[6]

Merealisasikan Panasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara


sesungguhnya dapat dilakukan melalui cara-cara berikut:
a. Aktualisasi Pancasila secara objektif, yaitu melaksanakan Pancasila dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara meliputu eksekutif, legislative, dan yudikatif. Selain itu juga meliputi
bidang – bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran
ke dalam undang – undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang
kenegaraan lainnya.

b. Aktualisasi Pancasila secara subjektif, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam setiap pribadi,
perseorangan, warga negara, dan penduduk. Pelaksanaan Pancasila secara subjektif sangat
ditentukan oleh kesadara, ketaatan, serta kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila.
Aktualisasi Pancasila yang subjektif ini justru lebih penting dari aktualisasi yang objektif,
karena aktualisasi subjektif ini merupakan persyaratan keberhasilan aktualisasi yang objektif.
Pelaksanaan Pancasila yang subjektif akan terselenggara dengan baik apabila suatu
keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib
hukum telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral, sehingga dengan demikian suatu perbuatan
yang tidak memenuhi wajib untuk melaksanakan Pancasila bukan hanya akan menimbulkan
akibat moral, dan ini lebih ditekankan pada sikap dan tingkah – laku seseorang. Sehingga
Aktualisasi Pancasila yang subjektif berkaitan dengan norma – norma moral.

17
BAB VI
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NKRI
A. Pengantar

Seluruh negara-negara didunia ini pasti memiliki suatu landasan atau dasar yang kita kenal dengan
Ideologi. Karena ideolgi merupakan merupakan dasar atau ide atau cita- cita negara tersebut untuk
semakin berkembang dan maju.Presiden dalam memimpin bangsa Indonesia dia tidak bisa mengandal
visi dan misinya sendiri untuk mencapai cita-cita bangsa, oleh karena itu harus memiliki suatu dasar
atau landasan yang dapat dijadikan sebagai patokan. Ideologi negara Indonesia adalah Pancasila,
pancasila bukan Ideologi negara bagi sebagian atau daerah-daerah tertentu saja tetapi menyuluruh,
terkadang perbedaan pendapat dalam mengartikan dasar negara maka terjadilah pertikaian.

18
B. Pengertian Pancasila dan Ideologi

Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Lima sendi utama
penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima
sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun
1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Ideologi merupakan suatu ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Antoine
Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18untuk mendefinisikan
"sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara
memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam
kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang
diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama di balik ideologi
adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem
pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik
sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti
sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit. (definisi ideologi
Marxisme).

C. Pengertian Pancasila sebagai Ideologi

19
Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan landasan/ide/gagasan yang fundamental
dalam proses penyelenggaraan tata pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana suatu sistem itu
dijalankan.visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan , kerakyatan serta nilai
keadilan. visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan , kerakyatan serta nilai
keadilan. seluruh warga negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.
seluruh warga negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.

D. Hubungan Pancasila sebagai Ideologi

Hubungan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan kata
lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah
terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-
Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.

E. Makna Pancasila sebagai Ideologi


1. Sebagai cita-cita Negara
Ideologi Pancasila sebagai cita – cita negara berarti bahwa nilai – nilai dalam Pancasila
diimplementasikan sebagai tujuan atau cita – cita dari penyelenggaraan pemerintahan negara. Secara
luas dapat diartikan bahwa nilai – nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila menjadi visi atau
arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Visi atau arah yang dimaksud adalah
terwujudnya kehidupan yang berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi kemanusiaan,
menjunjung tinggi persatuan, pro rakyat, serta adil dan makmur.

Dengan begitu, sudah sewajarnya apabila Pancasila diamalkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Akan tetapi, contoh yang paling menggambarkan makna Pancasila sebagai ideologi negara adalah
20
dengan mengamalkan nilai Pancasila di bidang politik. Contoh penerapan nilai–nilai pancasila
dalam bidang politik ada banyak sekali bentuknya. Sebagai contoh, pemilihan umum yang
dilakukan secara langsung, sebagai perwujudan dari sila ke-empat.Dan juga, penetapan kebijakan –
kebijakan yang lebih mementingkan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi atau
golongan. Hal itu sesuai dengan Pancasila sila kelima.

2. Sebagai nilai integratif bangsa dan Negara


Pancasila sebagai ideologi negara yang diwujudkan dalam nilai integratif bangsa dan negara
membuat Pancasila menjadi sarana untuk menyatukan perbedaan bangsa Indonesia.

Disitulah makna dari Pancasila sebagai ideologi negara memegang peran yang penting untuk
persatuan dan kesatuan. Sebagai wujud nilai bersama yang menjadi pemecah konflik atau penyetara
kesenjangan.

F. Pandangan para ahli mengenai makna dari pancasila sebagai ideology

Beberapa negarawan juga mengungkapkan makna Pancasila sebagai ideologi negara menurut
pandangan mereka.

1. Seperti yang disampaikan oleh mantan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, bahwa
Pancasila adalah asas bersama yang mambu membuat semua kelompok masyarakat di
Indonesia ini bersatu dan menerima asas tersebut.

2. Selain itu, Adnan Buyung Nasution pada tahun 1995 ,mengemukakan bahwa telah terjadi
perubahan fungsi asli Pancasila. Walaupun mendapat julukan sebagai filsafat atau buah piker
yang mendalam, Pancasila sebenarnya dimaksudkan sebagai sarana demokrasi bagi seluruh
warga negara Indonesia. Dalam perkembangannya, Pancasila menjadi ideologi yang unik
hanya dimiliki oleh Indonesia, dan berbeda dari ideologi yang lainnya.

3. Negarawan Notonegoro mengungkapkan Pancasila sebagai filsafat. Pancasila adalah ideologi


yang kemperhensif, mencapuk semua aspek. Hal tersebut menggambarkan bahwa Pancasila itu
bersifat massif dan bisa diinterpretasikan dalam berbagai bentuk. Di masa pemerintahan orde

21
baru, bahkan Pancasila menjadi monopoli politik.

G. Fungsi Pancasila sebagai Ideologi

1. mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan itu. Fungsi ini
sangatlah penting bagi bangsa Indonesia karena sebagai masyarakat majemuk sering kali
terancam perpecahan.

2. membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya. Pancasila memberi gambaran cita-
cita bangsa Indonesia sekaligus menjadi sumber motivasi dan tekad perjuangan mencapai cita-
cita, menggerakkan bangsa melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan
Pancasila.

3. memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa. Pancasila


memberi gambaran identitas bangsa Indonesia, sekaligus memberi dorongan bagi nation and
character building berdasarkan Pancasila.

4. menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan cita-cita yang terkandung
dalam Pancasila. Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai keadaan Bangsa
dan Negara.

H. Nilai Pancasila sebagai Ideologi


1. Nilai Dasar Artinya sila-sila Pancasila bersifat universal sehingga didalamnya terkandung cita-
cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar. sebuah nilai yang mendasar yang relatif tetap
dan tidak berubah dan ini terdapat dalam isi kelima sila dalam Pancasila.

2. Nilai Instrumental Artinya Pancasila dapat dijabarkan lebih lanjut secara kreatif dan dinamis

22
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan catatan, nilai- nilai
penjabarannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila.

3. Nilai Praktis Artinya Pancasila dapat diterapkan secara riil dalam kehidupan sehari-
hari.perwujudan nilai instrumental dalam bentuk nyata di dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, maupun bernegara. Dalam perwujudannya nilai praktis bersifat abstrak, misalnya
saling menghormati, bekerjasama, dan kerukunan antar sesama.

I. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi


1. Ideologi Komunis
Ideologi komunis ini pertama kali diterbitkan pada 18 Februari 1848 berasal dari Manifest der
Kommunistischen Manifest der Kommunistischen. Pada saat itupaham ini menjadi salah satu gerakan
yang paling berpengaruh dalam dunia .

Pada abad 19 komunisme adalah sebuah paham atau ideologi yang menjadi bahan pembenaran
mengenai paham kapitalisme , di masa itu paham ini lebih mengedepankan ekonomi hal itu
menjadikan petani atau buruh menjadi bagian dari produksi . Di masa selanjutnya muncul beberapa
faksi internal di paham komunis ini, karena adanya perbedaaan teori dan cara perjuangan dalam
pencapaian tujuan yaitu masyarakat sosialis untuk berubah menjdai masyarakat yang disebut
masyarakat utopia yang didebatkan oleh penganut komunis teori dan komunis revulusioner.

Komunis sebagai paham anti kapitalisme menjadi paham yang sangat menentang akumulasi modal
pada individu. Paham ini mempunyai prinsip bahwa semua dipreorientasikan sebagai milik rakyat
maka dari itu paham ini beranggapan bahwa semua alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara demi
kemakmuran rakyat secara merata. Dalam paham ini sistem demokrasi keterwakilan yang dilakukan
oleh para petinggi kelompok komunis ini dan membatasi demokrasi pada rakyat yang bukan penganut
paham komunis karena dalam komunis tidak ada hak perorangan seperti halnya paham liberalis. Pada
dasarnya paham ini tidak berdasarkan kepercayaan mitos, takhayul, dan agama.

Di Indonesia sendiri paham komunis ini berhubungan orang-orang yang pernah begelut dengan
23
politik dari Belanda. Beberapa diantaranya adalah Sneevliet, Bregsma dan Tan Malaka. Gerakan ini
berawal dari Surabaya yakni pada saat ada musyawarah interb para pekerja buruh kereta api Surabaya
yang biasa disebut dengan VSTP.

Pada awalnya anggora VTSP ini berasal dari orang-orang Eropa dan indo Eropa, namun setelah
sekian lama kaum pribumi juga tak sedikit yang menjadi anggota paham komunis ini. Semaoen adalah
salah satu anggota yang dikenal sampai sekarang, dia juga menjadi ketua SI Semarang pada saat itu.

Semarang juga salah satu kota yang menjadi daerah aktif paham komunis yang diketuai oleh
semaoen sehingga mempunyai julukan sebagai “kota merah” setelah menjadi basis PKI di era itu. Di
era itu kaum pribumi yang beraliran kiri dan ISDV masuk ke dalam Sarekat Islam dan
menjadikan komunis sebagai salah satu cabangnya dan diberi julukan sebagai “Si Merah”. Hal ini
menjadikan ISDV menjadi salah satu penanggung jawab atas adanya pemogokan buruh di daerah
jawa.

Asal mula kehancuran PKI karena adanya Persetujuan Prambanan yang memutuskan adanya
pemberontakan secara besar-besaran di seluruh Hindia-Belanda. Pemberontakan terjadi pada Tahun
1926-1927 yang berakhir denga kekalahan PKI. Para tokoh PKI menyalahkan Tan malaka atas
kekalahan itu sebab pada saat pemberontakan besar-besaran dilakukan, Tan Malaka menjadi orang
yang tidak setuju akan adanya paham komunis dan mencoba mengehentikan pemberontokan dan
mempengaruhi cabang-cabang PKI.
Keunggulan ideologi komunis :
1. Paham komunis ini mempunyai suatu kebijakan bahwa perokonomian di berikan seutuhnya ke
tangan pemerintah. seperti perencanaan, pelaksaan, pengawasan maka pemerintah lebih mudah
mengendalikan inflansi, tingkat penganguran dan keburukan perokonomian lainnya.
2. Pemerintah yang menjadi penentu perencaan kegiatan produsi sehingga pasar dalam negeri
dalam berjalan dengan lancar karena pengendali hanya satu sehingga tidak ada perbedaan
pendapat saat mengatur perencanaan kegiatan.
3. Sudah melalakukan distribusi pendapatan.
4. Jarang terjadi krisis ekonomi karena semua kegiatan diatur langsung oleh pemerintah yang
mempunyai pandangan ekonomi lebih luas.

24
Kekurangan ideologi komunis :
1. Pers menjadi alat propaganda oleh pemerintah untuk menyebarkan nilai- nilai komunis kepada
masyarakat.
2. Menonaktifkan intensiv individu karena semua kegiatan diatur oleh pusat.
3. Sering terjadi monopoli yang merugikan masyrakat.
4. Dan masyarakat tidak mempunyaSi kebebasan dalm memiliki sumber daya.

2. Ideologi Liberalisme
Munculnya ideologi liberalisme dilatarbelakangi oleh situasi di Eropa sebelum abad ke-18 yang
diwarnai oleh perang agama, feodalisme, dominasi kelompok aristokrasi, dan bentuk pemerintahan
yang bercorak monarki absolut. Dalam situasi demikian, ide-ide liberal yang mencerminkan aspirasi
kelompok industrialis dan pedagang mulai diterima.

Selanjutnya, dengan dukungan pemikir-pemikir liberal klasik seperti John Locke, J.S. Mill, Herbert
Spencer, Adam Smith, dan David Hume, ide-ide liberal tersebut mulai terwujud baik dalam pemikiran
ekonomi, politik maupun sosial, hingga akhirnya perkembangan liberalisme sebagai ideologi politik,
semakin mantap seiring dengan terjadinya Revolusi Inggris (1688), Revolusi Amerika (1776) dan
Revolusi Prancis(1789).

Ketiga Revolusi tersebut mengukuhkan dua prinsip hukum yang mendasari politik liberal, yaitu (1)
pernyataan tentang hak asasi manusia (HAM), dan (2) adanya konstitusi yang menetapkan tatanan
politik. Di tingkat praksis, kedua prinsip tersebut menjiwai pedoman-pedoman dalam kehidupan
bernegara. Pedoman-pedoman tersebut antara lain ialah (1) adanya hukum yang tidak memihak dan
berlaku umum (tidak ada keistimewaan bagi kelompok ningrat, agamawan, atau golongan terpandang
lainnya) dan (2) hukum dibuat untuk menjamin sebesar mungkin hak yang sama bagi tiap individu
agar mereka dapat mengejar tujuan hidupnya (Eatwell dan Wright (ed.), 2001).
Terdapat beberapa prinsip dasar yang melandasi liberalisme, yaitu individualisme, kebebasan, keadilan
dan kesetaraan, serta utilitarianisme:
1. Individualisme
Individualisme merupakan inti pemikiran liberal yang menjiwai seluruh basis moral, ekonomi,
politik, dan budaya. Individualisme sendiri dapat diartikansebagai pemikiran yang menjunjung
25
keberadaan individu, dan masyarakat hanya dipandang sebagai sekumpulan individu semata. Individu
memiliki otonomi dan merupakan sumber seluruh nilai. Individu juga dianggap sebagai hakim yang
terbaik bagi dirinya serta dapat bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Bertitik tolak dari
pandangan ini, kelompok liberal beranggapan bahwa negara tidak berhak mengintervensi kehidupan
warga negara.

2. Kebebasan
Kebebasan dalam liberalisme dipandang sebagai “hak” yang dimiliki tiap orang. Hak ini yang
memungkinkan tiap individumendapat kesempatan yang sama untuk mengejar kepentingannya.
Dari perspektif liberalisme, kebebasan tidak hanya dipandang sebagaihak melainkan juga sebagai
kondisi yang memungkinkan tiap-tiap individu dapat mengembangkan bakat dan ketrampilannya.
Dalam hal ini kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dalam hal positif.

3. Keadilan dan kesetaraan


Nilai keadilan yang dijunjung kaum liberal dilandasi oleh komitmen terhadap nilai kesetaraan.
Tekanan liberalisme di sini adalah keyakinan bahwa secara universal manusia memiliki hak yang
sama, dan secara moral kedudukan manusia adalah setara. Dengan demikian, tiap-tiap individu
memiliki hak dan kesempatan yang setara untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilannya.Oleh sebab itu, menurut kaum liberal, kesetaraan kesempatan harus terbuka bagi tiap
individu agar mereka dapat menikmati hak-hak dan penghormatan yang sama. Dan kaum liberal tidak
melihat bahwa ide kesetaraan kesempatan akan mengarah pada ketidaksetaraan sosial dan ekonomi.

4. Utilitarianisme
Prinsip utilitas atau manfaat adalah prinsip yang memungkinkan tiap-tiap individu dapat
mengkalkulasi apa yang secara moral baik dengan menjumlahkan keuntungan/kenikmatan yang
diperoleh dari setiap aspek tindakan yang dipilih. Di tingkat masyarakat pun, prinsip ini dapat
dijadikan pedoman untuk pengambilan keputusan yang menguntungkan masyarakat banyak, yang
kemudian dikenal sebagai prinsip “the greatest happiness for the greatest number”. Dengan
demikian, pilihan tindakan individu selalu didasarkan pada perhitungan jumlah keuntungan yang
diperoleh ketimbang kerugiannya. Inilah yang dimaksud dengan prinsip utilitas. Liberalisme dapat
dikatakan sebagai ideologi yang begitu menyatu dalam kehidupan masyarakat Barat, namun tidak

26
lepas dari kritik. Padaabad ke-20, bahkan hingga awal abad ke-21 ini, telah banyak pihak yang mulai
mempertanyakan prinsip- prinsip dasar liberalisme klasik seiring dengan munculnya dampak industri
modern. Hal ini disebabkan kelompok liberal terlalu membesar-besarkan nilai kebebasan dan
kesetaraan kesempatan bagi individu, sementara dalam realitas, kesempatan dalam bentuk peluang
kerja tidak tersedia secara merata dimasyarakat. Sebagai upaya untuk menanggapi tantangan terhadap
liberalisme klasik tersebut, dikembangkanlah liberalisme modern yang lebih sesuai dengan kondisi
masyarakat modern oleh tokoh- tokoh seperti T.H. Green, L.T. Hobhouse, J.M. Keynes, John Rawls,
dan Robert Nozick.

J. Ideologi Pancasila
Pencasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara
mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada ideologi-
ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam
sejarah bangsa Indonesia.

Secara kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai-nilainya telah ada
dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan dan nilai-
nilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut dan dirumuskan
secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam sidang-sidang BPUPKI
pertama, sidang Panitia Sembilan yang kemudian menghasilkan piagam Jakarta yang memuat
Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas lagi dalam sidang BPUPKI yang kedua. Setelah
kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon dasar filsafat negara
dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh PPKI
sebagai filsafat negara republik Indonesia.

Ditinjau secara kausalitas asal mula Pancasila dibedakan atas dua macam yaitu: asal mula langsung
dan asal mula tidak langsung. Asal mula langsung tentang pancasila adalah asal mula terjadinya
pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula sesudah dan menjelang proklamasi
Kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan oleh para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama, Panitia
Sembilan, sidang BPUPKI kedua serta sidang PPKI sampai pengesahannya. Asal mula tidak langsung
tentang Pancasila adalah asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan, yaitu asal mula adanya nilai-

27
nilai pancasila yang terdapat dalam adat istiadat, dalam kebudayaan serta dalam nilai-nilai agama
bangsa Indonesia.

Dengan demikian Pancasila pada hakikatnya adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia,
yang jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk negara, nilai-nilai tersebut telah tercermin dan
teramalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Fungsi pokok Pancasila, yaitu:


· Pancasila sebagai dasar negara
1. Sebagai negara. Pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau norma fundamental
(fundamental norm). Dengan demikian, Pancasila menempati norma hukum tertinggi
dalam ideologi Indonesia.
2. Sebagai sumber dari segala sumber hukum. Pancasila merupakan kaidah negara yang
fundamental, artinya kedudukannya paling tinggi dalam penyusunan aturan- aturan di
Indonesia.
3. Sebagai pandangan hidup. Nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan dalam
pembangunan bangsa dan negara.
4. Sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Nilai Pancasila mencerminkan
kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya merupakan kristalisasi nilai budaya bangsa
Indonesia.
5. Sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia. Pancasila lahir dari hasil musyawarah para
pendiri bangsa dan negara (founding fathers).

· Pencasila sebagai ideologi negara.


Ideologi dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu ideologi dalam arti luas dan ideologi
dalam arti sempit. Dalam arti luas, ideologi menunjuk sebagai pedoman hidup disemua segi
kehidupan, baik pribadi maupun umum. Sedangkan dalam arti sempit, menunjuk sebagai pedoman
hidup dalam bidang tertentu, misalnya sebagai ideologi negara. Ideologi negara merupakan ideologi
mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan
negara itu. Pancasila adalah ideologi negara, yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup
bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, Pancasila sebagai ikatan budaya (cultural bond) yang
berkembang secara alami dalam kehidupan masyarakat Indonesia, bukan secara paksaan.
28
Fungsi Pancasila sebagai ideologi negara, yaitu:

1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang


majemuk.
2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan negara.

Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi, yaitu:


1. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang terkandungdalam ideologi itu secara riil
berakar dan hidup dalam masyarakatatau bangsanya, yaitu mencerminkan kenyataan hidup
yang ada di dalam masyarakat di mana ideologi itu muncul untuk pertama kalinya.
2. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu mampu
memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat tentang masa depan yang
lebih baik.
3. Dimensi Fleksibilitas, atau dimensi pengembangan artinya kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.

Dengan memandang pengertian ideologi sebagai sebuah ide atau gagasan, Franz Magnis-Suseno
menyatakan bahwa ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup adalah ideologi yang
nilainya bersifat mutlak. Ideologi tertutup bersifat dogmatis dan apriori. Dogmatis berarti memercayai
suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori berarti berprasangka terlebih dahulu akan
suatu keadaan.

Ideologi tertutup memiliki ciri-ciri sebagai berikut.


1. Cita-cita sebuah kelompok, bukan cita-cita yang hidup di masyarakat.
2. Bersifat totaliter, menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.
3. Tidak ada keanekaragaman, baik pandangan maupun budaya.
29
4. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada ideologi mutlak, konkret, nyata, keras, dan
total.

Ideologi terbuka adalah ideologi yang pemikirannya terbuka. Ciri-ciri ideologi ini antara
lain:
1. Merupakan kekayaan rohani, budaya, dan masyarakat.
2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi digali dari budaya masyarakat.
3. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkannya.
4. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.

Perbedaan dari kedua ideologi ini adalah ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter, dan tidak
dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini bersifat demokratis
dan terbuka. Sedangkan ideologi tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai penguasa) dan
totaliter.

Berdasarkan ciri-ciri yang sudah disebutkan sebelumnya, Pancasila memenuhi syarat sebagai
ideologi terbuka.
1. Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat
Indonesia.
2. Isi Pancasila tidak langsung operasional, hanya berisi lima dasar, yaitu Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan,Kerakyatan, dan Keadilan. Karena hanya berisi nilai dasar, maka
perlu adanya penafsiran.
3. Pancasila menghargai kebebasan. Hal ini tercermin dalam makna sila kedua yang tidak
saja mengakui kebebasan dan kesedarajatan manusia Indonesia, tetapi semua bangsa di
dunia.
4. Pancasila adalah ideologi politik, pedoman hidup masyarakat, bangsa, dan negara.
5. Pancasila menghargai pluralitas, seperti yang tercermin dalam sila pertama. Sila ini
mencerminkan semua agama yang ada di Indonesia.

Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Hal ini bukan
berarti nilai dari Pancasila dapat diganti dengan nilai dasar lain yang dapat menghilangkan jati diri
30
bangsa Indonesia. Makna Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah nilai-nilai dasar Pancasila dapat
dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan
zaman dengan memperhaitkan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia, serta tidak
keluar dari eksistensi dan jati diri bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa
Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dan dalam ikatan NKRI.

Menurut moerdiono, faktor-faktor yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi


terbuka adalah:
1. Perkembangan dinamika masyarakat Indonesia yang cepat sehingga tidak semua
persoalan hidup dapat ditemukan jawabannya secara ideologis;
2. Runtuhnya ideologi tertutup, seperti Marxisme-Leninisme/komunisme;
3. Pengalaman sejarah politik Indonesia dengan pengaruh komunisme; dan
4. Tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Pancasila sebagai satu-satunya
asa telah dicabut oleh MPR pada tahun 1999).

Keunggulan dan Kelemahan Ideologi Pancasila


Keunggulan
1. Memiliki sikap-sikap positif yang dimiliki ideology-ideologi lain yang ada di dunia
2. Membela rakyat
3. Peran serta negara tidak membuat rakyat menderita (seharusnya)
4. Seluruh komponen masyarakat saling memiliki keterikatan
5. Bersifat terbuka
6. Memberi kebebasan kepada rakyat (dalam berpolitik dan beragama)
7. Menjunjung tinggi hak asasi manusia tanpa menghilangkan hak orang lain, dll.

Kelemahan
Terlalu ditinggi-tinggikan (berlebihan)
Kelemahan Pancasila dibandingkan ideology-ideologi lain sangatlah sulit untuk dicari. Karena
Pancasila sendiri mengambil segala hal-hal positif yang ada dalam setiap ideology yang ada. Untuk

31
bangsa Indonesia Pancasila memang sudah tepat apabila dijadikan sebagai ideology bangsa, hanya saja
cara pengamalan bangsa kita saat ini terhadap Pancasila sudah salah kaprah. Segala sesuatu yang
menjadi makna atau nilai Pancasila tersebut seakan-akan sudah tidak ada lagi. Dan pratek untuk
mengamalkan nilai-nilai Pancasila lama-kelamaan mulai memudar.

Perbedaan Ideologi Pancasila dengan Liberalisme, dan Komunisme


1. Ideologi Pancasila dengan LiberalismePancasila:
1) Kepemilikan individu dibatasi pada kepentingan yang tidak menjadi hajat hidup orang
banyak.
2) Bercampurnya aspek kepemerintahan dengan agama.
3) Masih adanya pembatasan oleh pemerintah dan agama.
Liberalisme:
1) Kepemilikan individu tidak dibatasi sama sekali.
2) Aspek pemerintahan dan keagamaan dilarang untuk dicampur adukkan.
3) Penolakan terhadap pembatasan oleh pemerintah dan agama.

Persamaan:
Sama-sama menganut sistem demokrasi, dimana semua orang berhak menyuarakan
pendapatnya.

2. Ideologi Pancasila dengan Komunisme


Pancasila:
1) Hak milik pribadi dan negara dipisahkan dengan jelas dan diperbolehkan sesuai peraturan.
2) Menimbulkan adanya kelas dalam masyarakatdengan penanganan masing-masing.
3) Pemerintah yang demokratis.

Komunisme:
1) Penghapusan seluruh hak milik pribadi dan negara menjadi hak milik besama.
32
2) Terciptanya negara tanpa kelas.
3) Pemerintahan cenderung otoriter agar rakyat dapat diatur sepenuhnya.

K. Faktor-faktor yang mendasari Pancasila dipilih sebagai Ideologi

1. Pancasila merupakan Ide ide para pahlawan bangsa Pancasila

2. merupakan sumber dari segala sumber hukum


3. Pancasila merupakan aturan paling umum pada bangsa Indonesia

33
BAB V
PANCASILA : NILAI – NILAI KETUHANAN DAN TOLERANSI AGAMA
A. Pengantar
Keberagaman di Indonesia tidak hanya meliputi suku, ras, budaya akan tetapi juga keberagaman
Agama. Ada enam agama besar dan diakui oleh negara yaitu Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha,
dan Khonghuchu. Banyaknya agama di Indonesia tidak terlepas dari adanya pengaruh kehidupan pada
zaman kerajaan yang membawa ajaran kegamaannya, sebagai contoh zaman kerajaan Hindu - Budha
hingga zaman kerajaan Islam. Hal ini membuat setiap daerah yang ada di Indonesia biasanya
mempunyai agama mayoritas secara turun-temurun yang menjadi ciri khas daerah tersebut.

Fenomena ini menjadi pekerjaan besar para pendiri bangsa dalam merumuskan dan menyusun
dasar negara pada masa-masa awal kemerdekaan. Sebagian golongan menginginkan negara
berdasarkan salah satu agama namun demikian golongan lain tidak menyetujuinya. Pada akhirnya
diperolehlah mufakat sebagai jalan tengah, yaitu negara berdasarkan Pancasila, yang mana sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sila pertama yang menghimpun seluruh keberagaman agama di
Indonesia. Dari keberagaman agama yang ada mendasari jaminan kebebasan untuk memeluk agama,
yang akhirnya diatur dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 yaitu pasal 28 E (1) yang menyatakan
bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara
dan meninggalkannya (Rachmadsyah, 2010). Hal ini kembali dipertegas pada pasal 29 (1) yang
menyatakan, bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kebebasan memeluk agama atas
dasar nilai Ketuhanan Yang Maha Esa inilah yang memberikan ruang kehidupan masyarakat dalam
menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.
Akan tetapi, meskipun sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan UUD 1945 telah menjamin kebebasan
dalam memeluk dan beribadah sesuai agama yang diakui negara, hal ini tidak serta memiliki arti
bahwa masyarakat Indonesia juga telah benar-benar memahami dan menjalankan agama yang di
anutya itu. Pada hakikatnya semua agama pastinya mengajarkan kebaikan dan melarang keburukan.
Namun, masih banyak kasus intoleransi agama, seperti kekerasan atas nama agama, kasus penistaan
34
agama, hingga tindakan terorisme yang selalu dikaitkan dengan jihad agama. Dikutip dari gatra.com,
Imparsial menyatakan bahwa sepanjang tahun 2019 terjadit 31 kasus intoleransi atau pelanggaran
kebebasan beragama dan berkeyakinan di Indonesia. Kasus-kasus tersebut mulai dari pelarangan
dalam mendirikan tempat ibadah, pelarangan perayaan kebudayaan etnis tertentu, perusakan tempat
ibadah hingga bentuk penolakan untuk hidup bertetangga terhadap yang tidak seagama. Sebanyak 12
kasus terbanyak yaitu adalah pelarangan atau pembubaran terhadap ritual, pengajian, ceramah, dan
ibadah agama atau kepercayaan tertentu. Hali ini membuktikan bahwa pemahaman keagamaan
mayarakat belum sepenuhnya dipahami dan dijalankan dengan taat, sehingga rasa toleransi antarumat
beragama dapat dengan mudah terprovokasi oleh berbagai oknum yang tidak bertanggungjawab.

35
B. Nilai-Nilai Ketuhanan
Perkataan Ketuhanan berasal dari Tuhan. Siapakah Tuhan itu? Jawabannya ialah Pencipta segala
yang ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagiNya, Esa dalam
zatNya, dalam sifatNya maupun dalam perbuatanNya.

Pengertian zat Tuhan disini hanya Tuhan sendiri yang Maha Mengetahui, dan tidak mungkin dapat
digambarkan menurut akal pikiran manusia, karena zat Tuhan adalah sempurna yang perbuatan-Nya
tidak mungkin dapat disamakan dan ditandingi dengan perbuatan manusia yang serba terbatas.
Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaan dari makhluk hidup dan siapapun, sedangkan
sebaliknya keberadaan dari makhluk dan siapapun justru disebabkan oleh adanya kehendak Tuhan.
Karena itu Tuhan adalah prima causa, yaitu sebagai penyebab pertama dan utama atas timbulnya
sebab-sebab yang lain.

Dengan demikian Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna adanya keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Dan diantara
makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha
Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas. Negara Indonesia
didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai
konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan
untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:

a. Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi: “Atas berkat rahmat Allah
Yang Maha Kuasa ….“. Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia tidak
menganut paham maupun mengandung sifat sebagai negara sekuler. Sekaligus menunjukkan
bahwa negara Indonesia bukan merupakan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas
landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau
negara Pancasila.

36
b. Pasal 29 UUD 1945 (1)Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Oleh karena itu di dalam negara
Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa, dan sikap atau
perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama. Sedangkan sebaliknya
dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini hendaknya diwujudkan dan dihidupsuburkan
kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh toleransi dalam batas-batas yang diizinkan
oleh atau menurut tuntunan agama masing-masing, agar terwujud ketentraman dan kesejukan
di dalam kehidupan beragama. Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model
kerukunan hidup yang meliputi :
c. Kerukunan hidup antar umat seagama

d. Kerukunan hidup antar umat beragama

e. Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah.

Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu faktor perekat kesatuan bangsa. Di dalam
memahami sila I yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka agama senantiasa
berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-masing untuk menaati norma-
norma kehidupan beragama yang dianutnya, misalnya : bagi yang beragama Islam senantiasa
berpegang teguh pada kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, bagi yang beragama Kristen (Katolik
maupun Protestan) berpegang teguh pada kitab sucinya yang disebut Injil, bagi yang beragama Budha
berpegang teguh pada kitab suci Tripitaka, bagi yang beragama Hindu pada kitab sucinya yang disebut
Wedha. Sila ke I, Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan bangsa
Indonesia, yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan dan Sila II sampai dengan
Sila V.

C. Nilai-Nilai Ketuhanan dan Permasalahannya


Pengamalan Sila kesatu yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa dalam lingkungan masyarakat
sekitar meliputi berbagai bidang, terutama kalau ditinjau menurut Agama yang menjadi mayoritas
lingkungan masyarakat yaitu menurut ajaran agama Islam, antara lain:

37
A. Bidang Keagamaan.
Menyangkut bidang keagaaman itu sendiri, masyarakat kita sudah tidak meyakini apa yang
menjadi tuntunan dan melaksanakan apa yang menjadi tuntutan serta kewajiban yang sudah
disyariatkan sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing. Contoh dalam ajaran Islam bahwa
sholat 5 waktu itu adalah wajib, dan semua orangpun tahu apa hukuman serta pahala yang
diperoleh, ketika seseorang itu melanggar atau melaksanakan apa yang menjadi tuntutan tersebut.
Namun tidak sedikit orang Islam yang belum bisa melakukan hal yang menjadi tuntutan tersebut. Ini
membuktikan bahwa pengamalan sila pertama ini belum menjiwai masyarakat itu sendiri. Sehingga
apa yang menjadi keyakinannya akan terkikis habis oleh perubahan zaman. Hal tersebut baru
merupakan pelaksanaan ibadah secara Hablum Minnallah (hubungan dengan Alloh), belum bagaimana
pelaksanaan ibadah secara Hablum Minannas (hubungan dengan manusia). Dan ini akan
mempengaruhi terhadap berbagai pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keyakinan
terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa ini, menjadikan kegiatan ibadah-ibadah keagamaan kita dapat
dirasakan oleh pribadi dan dapat bermanfaat untuk masyarakat luas, yang akan membentuk suatu
ketentraman dalam masyarakat itu sendiri.

B. Bidang Pemerintah
Bangsa kita menyatakan kepercayaan dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kita juga
meyakini bahwa Tuhan adalah maha kuasa atas segalanya. Dalam seluruh aspek kehidupan sangatlah
penting menempatkan bahwa Tuhan Maha kuasa atas segala hal, termasuk dalam menjalankan roda
pemerintahan, sehingga akan merasa ada control yang tidak pernah lepas dan lengah dalam melakukan
berbagai kebijakan pemerintahan. Dalam menjalankan roda pemerintahan pada kenyataannya, tenyata
belum cukup mengakui bahwa Pancasila sila, sila ke satu, yang berarti merasa bahwa setiap diri kita
tidak ada yang mengawasi atau lupa bahwa Tuhan Melihat kita. Para oknum pejabat pemerintahan kita
serta pelaksana pemerintahan kita sudah tidak lagi melaksanakan Pengamalan sila kesatu. Dibuktikan
bahwa disekitar kita masih banyak prilaku– prilaku yang seolah–olah Tuhan tidak mengetahui dan
tidak ada. Prilaku Korupsi adalah prilaku yang seharusnya tidak dilakukan oleh seseorang yang
berkeyakinan dan menyatakan ketaqwaannya. Seandainya kita tahu bahwa prilaku tersebut adalah
prilaku yang tidak sesuai dengan bangsa kita yang menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, Maka tindakan tersebut tidak mungkin dilakukan. Seolah Sila Kesatu dari
Pancasila tersebut hanyalah sebagai symbol saja, atau identitas bangsa saja yaitu bangsa yang
38
berketuhanan Yang Maha Esa, tanpa meyakini dan menjalankan apa yang menjadi landasan Sila
Kesatu tersebut. Korupsi adalah kata halus dari mencuri, merampok dan lain–lain. Sehingga apa yang
bukan haknya menjadikan sesuatu tersebut menjadi milik pribadi dengan tujuan memperkaya diri.
Yang akibatnya pembengunan suatu bangsa tidak mengalami perubahan yang signifikan, atau bahkan
mengalami kemunduran, baik dari segi materi ataupun moral.
C. Bidang sosial politik

Politik dalam pengertiannya adalah bermacam–macam kegiatan dalam suatu Negara yang
menyangkut proses menentukan tujuan–tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan–tujuan itu,
dengan kata lain politik adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Politik identik dengan
upaya mendapatkan kekuasaan, jabatan, wewenang. Dalam prakteknya jika perpolitikan di negara kita
berpedoman pada Sila ketuhanan yang Maha Esa, maka segala proses perpolitikan di negara kita ini
tidak perlu melakukan tindakan diluar ketentuan Perundang-undangan atau aturan agama itu sendiri.
Tidakan Money Politic dalam sebuah pesta demokrasi merupakan suatu tindakan yang secara nyata
tidak meyakini bahwa Tuhan akan memberikan kekuasaan sesuai apa yang di kehendakiNya. Kalau
dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku maka berakibat pula dalam melahirkan
sebuah penguasa atau penyelenggara Negara yang berkualitas atau tidak.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakini. Namun
melihat kondisi sekarang ini masyarakat kita sudah semakin jauh dari konsep tersebut, sehingga
perjudian, pemerkosaan, dan prilaku penyimpangan lainnya adalah suatu hal yang sudah menjamur
diseluruh pelosok negeri ini. Menurunnya moral suatu bangsa diakibatkan karna prilaku sosial kita
sudah tidak berpegang lagi terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga generasi harapan bangsa
kita terjerumus pada hal–hal yang tidak sesuai dengan norma agama. Hal tersebut diperparah lagi oleh
dukungan pemerintah kita yang terkesan setengah-setengah dalam membuat kebijakan yang
mendorong masyarakatnya untuk lebih menyadari bahwa agama merupakan pondasi dalam berbagai
bidang. Temasuk didalamnya bagaimana mengupayakan agar berbagai kegiatan keagamaan
mendapatkan porsi yang utama dalam membentuk generasi harapan bangsa, dukungan tersebut dapat
dituangkan baik dari segi moril ataupun kelayakan sebuah penetapan anggaran. Termasuk
mengupayakan agar tenaga pendidik serta kurikulum sekolah kita agar lebih berkualitas lagi dalam
membentuk moral generasi, karna dari sanalah berawal Sila Ketuhanan yang Maha Esa dapat

39
diamalkan secara menyeluruh pada berbagai bidang kehidupan.

Ada juga permasalahan-permasalahan yang muncul tertakait dengan nilai-nilai ketuhanan selain
permasalahan di atas, seperti kasus bom Bali dan bom bunuh diri di Solo. Dari kedua kasus tersebut
diatas menandakan bahwa sudah tidak relevannya warga indonesia dengan nilai pancasila khususnya
pada sila pertama. Dari kasus pertama dikatakan bahwa pelaku melakukan hal tersebut dengan alasan
jihad, sedangkan pada kasus kedua yaitu menunjukkan bahwa adanya pendangkalan iman seseorang.
Hal tersebut jelas sangat bertentangan dengan nilai pada sila pertama tentang Ketuhanan Yang Maha
Esa yaitu menghilangkan nyawa seseorang sekalipun alasannya adalah berjihad dan membela agama
islam. Belajar dari kasus pengeboman yang sering terjadi di berbagai daerah seharusnya pemerintah
mengadakan tindakan yang tegas kepada pelaku bom, memberikan hukuman kepada pelaku.

D. Kaidah-Kaidah toleransi beragama

a.Pengertian Toleransi

Toleransi secara bahasa bermakna sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dsb) yang berbeda
atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Menurut Siagian (1993) toleran diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak
disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat.
Secara istilah pengertian toleran adalah menghargai paham yang berbeda dari paham yang
dianutnya sendiri. Kesediaan untuk mau menghargai paham yang berbeda dengan paham yang
dianutnya sendiri.

Toleransi (Arab: tasamuh, as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik
secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep agung

40
dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama- agama, termasuk agama Islam.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan
dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh populer dari
toleransi dalam Islam. Selain ayat- ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga
sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam.

Fakta-fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep
asing. Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian
dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian rumusan- rumusan ini
disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik
kesejarahan dalam masyarakat Islam. Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama
manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi
yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian
penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan
manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga
menyedot perhatian besar dari Islam. Makalah berikut akan mengulas pandangan Islam tentang
toleransi. Ulasan ini dilakukan baik pada tingkat paradigma, doktrin, teori maupun praktik toleransi
dalam kehidupan manusia.

b. Konsep Islam Tentang Toleransi Beragama

Toleransi beragama dalam islam yakni menghargai, dengan sabar menghormati keyakinan atau
kepercayaan seseorang atau kelompok lain. Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan
talbisul haq bil bathil, mencampur adukan antara hak dan batil, suatu sikap yang sangat terlarang
dilakukan seorang muslim, seperti halnya nikah antar agama yang dijadikan alasan adalah toleransi
padahal itu merupakan sikap sinkretis yang dilarang oleh Islam. Harus kita bedakan antara sikap
toleran dengan sinkretisme. Sinkretisme adalah membenarkan semua keyakinan/agama. Hal ini
dilarang oleh Islam karena termasuk Syirik.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imran: 19)
Sinkretisme mengandung talbisul haq bil bathil (mencampurkan yang haq dengan yang bathil).

41
Sedangkan toleransi tetap memegang prinsip al-furqon bainal haq wal bathil (memilah/memisahkan
antara haq dan bathil). Toleransi yang disalah pahami seringkali mendorong pelakunya pada alam
sinkretisme. Gambaran yang salah ini ternyata lebih dominan dan bergaung hanya demi kepentingan
kerukunan agama. Dalam Islam toleransi bukanlah fatamorgana atau bersifat semu. Tapi memiliki
dasar yang kuat dan tempat yang utama. Ada beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yang bermuatan
toleransi.

Konsep islam tentang toleransi beragama dibagi menjadi dua:


1. Toleransi dalam keyakinan dan melakukan peribadatan
Dari pengertian diatas konsep terpenting dalam toleransi Islam adalah menolak sinkretisme. Yakni
Kebenaran itu hanya ada pada Islam dan selain Islam adalah bathil. Allah Ta’ala berfirman dalam surat
Al-Imran :
“Sesungguhnya agama yang diridhoi disisi Allah hanyalah islam”.(Al-Imran: 19)
Surat Al-Imran diatas merupakan berita dari Allah bahwa tidak ada agama yang diterima dari
seseorang di sisi-Nya selain Islam. Karena itu, barang siapa yang menghadap Allah dengan membawa
agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah.
Allah berfirman:
“Barangsiapa yang mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidak akan diterima
(agama itu) dari padanya, dan diakhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (Al-Imran: 85)
Kemudian Kebenaran yang telah diturunkan oleh Allah didunia ini adalah pasti dan tidak ada
keraguan sedikitpun kepadanya. Dan kebenaran itu hanya ada di agama Allah Ta’ ala.
Dalam Surat Al-baqarah dijelaskan:
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka janganlah engkau (Muhammad) termasuk
kalangan orang yang bimbang.”( Al- baqarah :147 )
Kebenaran Islam telah sempurna sehingga tidak bersandar kepada apapun yang selainnya untuk
kepastiaan kebenarannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Maidah:
“Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku lengkapi nikmatku atas
kalian dan Aku ridhoi islam sebagai agama kalian”. (Al-Maidah: 3)
Kaum mu’minin derajat kemuliaannya dan kehormatannya lebih tinggi daripada orang-orang kafir
(non-muslim) dan lebih tinggi pula daripada orang-orang yang munafik. Allah menegaskan yang dala
surat Al-imran:
“maka janganlan kalian bersikap lemah dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-
42
orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman (Al-Imran: 139)
Kaum muslimin dilarang ridho atau bahkan ikut serta dalam segala bentuk peribadatan dan
keyakinan orang-orang kafir dan musyrikin hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah Ta’ala
dalam firmanNya:
“1. Katakanlah (Muhammad), “wahai orang-orang kafir! 2. aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah, 3. dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, 4. dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang
aku sembah, 6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. (Al-Kafirun: 1-6).

2. Toleransi dalam Beragama atau hidup berdampingan dengan agama lain.


Yakni umat Islam dilarang untuk memaksa pemeluk agama lain untuk memeluk agama Islam
secara paksa. Karena tidak ada paksaan dalam agama. Allah berfirman:
“tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan)
antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada tagut dan beriman
kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan
putus. Allah maha mendengar, maha mengetahui.” ( Qs. Al-Baqoroh : 256 )
Jangan pernah memaksa seorangpun untuk masuk Islam. Islam adalah agama yang jelas dan
gamblang tentang semua ajaran dan bukti kebenarannya, sehingga tidak perlu memaksakan seseorang
untuk masuk ke dalamnya. Orang yang mendapat hidayah, terbuka, lapang dadanya, dan terang mata
hatinya pasti ia akan masuk Islam dengan bukti yang kuat. Dan barangsiapa yang buta mata hatinya,
tertutup penglihatan dan pendengarannya maka tidak layak baginya masuk Islam dengan paksa.

43
BAB VI

PANCASILA : KEMANUSIAAN DAN ETIKA GLOBAL

A. Pengantar
Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang paling sempurna dari makhluk –
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Yang membedakan manusia dengan yang lainya
adalah manusia dibekali akal dan pikiran untuk melakukan segala kegiatan. Oleh karena itulah manusia
menjadi makhluk yang paling sempurna dari semua makhluk cipaanNya. Kata adil memiliki arti bahwa
suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif,
sehingga tidak sewenang-wenang.

Kata beradab berasal dari kata adab, yang memiliki arti budaya. Jadi adab mengandung arti
berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan dan tindakan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai budaya,
terutama norma – norma sosial dan kesusilaan / moral yang ada di masyarakat.

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa dan
mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke 2 memiliki arti bahwa adanya kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-
norma dan kebudayaan umumnya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa
memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal.

Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber pada ajaran Tuhan Yang
Maha Esa yakni sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaanNya. Jika dihubungkan dengan etika
global, manusia sebagai objek dalam kajian kemanusiaan pastinya terlibat dalam peranan masyarakat
global. Oleh karena itu, manusia sendiri diharuskan untuk memahami kenyataan global dan dengan
memahaminya kita dimungkinkan untuk menuju masa depan, menuju apa yang secara ideal dicita-
citakan bersama. Sebab pada dasarnya, etika global mengacu pada sikap moral manusia yang paling
44
mendasar dan tentunya sesuai dengan hakikat Pancasila di sila kedua yang bunyinya “Kemanusiaan
yang adil dan beradab”.

B. Hakikat Kemanusiaan Sesuai Dengan Sila Ke-2 dan Definisi Etika Global

a. Hakikat Kemanusiaan Sesuai Dengan Sila Ke-2

Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang paling sempurna dari makhluk –
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan  Yang Maha Esa. Yang membedakan manusia dengan yang lainya
adalah manusia dibekali akal dan pikiran untuk melakukan segala kegiatan. Oleh karena itulah manusia
menjadi makhluk yang paling sempurna dari semua makhluk cipaanNya. Kata adil memiliki arti bahwa
suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas ukuran / norma-norma yang obyektif, dan tidak subyektif,
sehingga tidak sewenang-wenang.

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sederetan kata yang merupakan suatu frase, unsur 
inti sila tersebut adalah kata kemansiaan yang terdiri atas kata dasar manusia berimbuhan ke-an. Makna
kata tersebut secara morfologis berarti “abstrak”  atau “hal”. Jadi kemanusiaan berarti kesesuaian
dengan hakikat manusia. Arti kemanusiaan dalam sila kedua mengandung makna : kesesuaian sifat –
sifat dan keadaan negara dengan hakikat (abstrak) manusia.  Isi arti sila – sila pancasila adalah suatu
kesatuan bulat dan utuh. Oleh karena itu sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah dijiwa dan
didasari oleh sila ‘ Ketuhanan yang Maha Esa ’, dan mendasari sila Persatuan Indonesia karena
persatuan tersebut maka sila ‘ Kemausiaan yang adil dan beradab ’ senantiasa terkandung didalamnya
keempat sila yang lainnya. Maka sila kedua tersebut : Kemanusiaan yang adil dan beradab yang
Berketuhanan yang Maha Esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipmpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Maka sila kedua megandung cita–cita kemanusiaan yang lengkap yang bersumber pada
hakikat manusia. Adapun makna sila ke dua  antaralain :

a. Mengembangkan sikap tenggang rasa

45
b. Saling mencintai sesama manusia

c. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

d. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

e. Tidak semena-mena terhadap orang lain

f. Berani membela kebenaran dan keadilan

g. Mampu melakukan yang baik demi kebenaran

h. Menjaga kepercayaan orang

i. Ramah dalam bermasyarakat

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa dan
mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke 2 memiliki arti bahwa adanya kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-
norma dan kebudayaan umumnya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa
memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal.

b. Definisi Etika Global


Etika Global bermula dari asumsi bahwa sebagai manusia kita telah terllibat dalam masyarakat
global, entah kita mengetahuinya atau tidak; entah kita menyukainya atau tidak. Dengan kata lain, etika
global merupakan sebuah tanggapan etis terhadap konteks global yang baru. Tanggapan etis ini
dianggap bermanfaat bagi keseluruhan, yaitu bagi manusia, alam dan keseluruhan yang ada di planet
ini, yang merupakan titik berangkat yang normatif. Dengan memahami kenyataan global, kita
dimungkinkan untuk menuju masa depan, menuju apa yang secara ideal dicita-citakan bersama. Sebab
pada dasarnya, etika global mengacu pada sikap moral manusia yang paling mendasar. Ciri-ciri dari
etika global adalah:
1. Etika global masuk dalam level etis yang paling mendasar, nilai-nilai yang mengikat, serta
sikap-sikap dasariah yang paling fundamental.
2. Etika global menjadi sebuah konsensus bersama agama-agama, namun tidak terhisab dalam
satu tradisi iman tertentu. Karena etika global bukan bertujuan menciptakan suatu agama

46
tunggal (a unified religion), melainkan semua agama memberikan sumbangsihnya terhadap
persoalan bersama.
3. Etika global bersifat otokritik. Artinya, ia bukan hanya mengalamatkan pesannya kepada
dunia, tetapi juga pada agama-agama itu sendiri. Hal ini penting karena agama pada dirinya
bersifat paradoksal, satu sisi ia berpotensi mengupayakan kemanusiaan sejati, namun di sisi
lain berpotensi pula melegitimasi segala bentuk ketidakadilan dan perendahan nilai
kemanusiaan.
4. Etika global terkait dan berpijak pada kenyataan dan isu kongkret.
5. Etika global dapat dipahami secara umum. Itu berarti, etika global bukan menjadi suatu
diskursus ilmiah pada kalangan tertentu. Semuanya harus dijelaskan dan dapat dipahami
dalam setiap lapisan masyarakat.
6. Etika global harus memiliki pendasaran religius. Artinya, semua agama-agama baik itu
agama-agama besar maupun agama suku menjadi dasar untuk menopang etika global.
Dengan kata lain, pada saat yang sama etika global dapat dipandang oleh setiap agama dari
dalam masing-masing tradisi yang ada.

Dari ciri-ciri di atas, maka etika global memiliki empat dimensi aktual yang menjadi realitas hidup
global, yaitu:
1. DimensiKosmis (Manusia dengan alam)
Isu ekologis ini menuntut suatu cara hidup global baru yang tidak hanya berfokus pada
produktivitas, namun juga solidaritas dengan lingkungan hidup. Cara hidup tersebut harus
berpusat pada sebuah komunitas seluruh ciptaan. Visi ekologis ini sekaligus menyiratkan kritik
etis atas realitas ekologis yang sedang dialami secara global oleh bumi ini, seperti pengrusakan
alam, global warming/climate change, kelaparan, punahnya spesies tertentu, peperangan dsb.

2. Dimensi Antropologis (Laki-laki dan Perempuan)


Isu gender menjadi perhatian serius dalam mewujudkan etika global. Dunia pada masa kini
dipandang masih diwarnai sistem hubungan yang terlalu patriarkis; laki-laki pada kodratnya
dianggap memang lebih unggul ketimbang perempuan. Sistem patriarkis ini lebih jauh
dilihat sebagai sumber dari banyak realitas hidup yang amat tidak manusiawi: eksploitasi
laki-laki atas perempuan, pelecehan seksual anak-anak, serta pelacuran. Tanggung jawab

47
global seharusnya membawa serta cara hidup baru yang lebih mengusahakan kesetaraan dan
kesederajatan. Dengan kata lain, ada komitmen kuat pada sebuah budaya yang setara hak
dan kerja sama antara laki-laki dan perempuan.
3. Dimensi Sosio-Politis (Kaya dan Miskin)
Kemiskinan yang terjadi di seluruh dunia, penyebab utamanya bukan hanya pada individu-
individu. Institusi-institusi dan struktur-struktur yang tidak adil juga menjadi penyebab atas
tragedi kemiskinan. Kesenjangan yang terjadi antara penguasa dan rakyat semakin meluas
mengakibatkan akses ekonomi semakin lemah. Atas nama investasi, maka kaum borjuis
menguasai perekonomian yang tak terkendali tanpa memberikan penguatan pada ekonomi
lokal yang dikelola secara langsung oleh rakyat. Jika penguasa dengan “mesin politik” yang
haus kekuasaan tetap berlangsung, maka penguasa tidak lagi pro rakyat. Akibatnya,
penindasan dan eksploitasi atas nilai-nilai kemanusiaan tetap berlangsung. Kesejahteraan
hanya menjadi pemanis bibir pada saat berkampanye untuk mencari kekuasaan. Politik
seharusnya menjadi alat untuk mengabdi pada kemanusiaan; mengupayakan perjuangan
melawan kemiskinan dan ketidakadilan global.

4. Dimensi Religius (Manusia dan Tuhan)


Hubungan yang terbangun ini ada dalam lembaga-lembaga agama. Oleh karenanya, tidak
ada alasan dari semua agama untuk menjadi alat pemicu konflik atas dasar dogma yang
berbeda. Semua agama memiliki jalan tersendiri, namun menuju kepada satu tujuan yakni
Tuhan. Dengan demikian, maka toleransi harus menjadi dasar hidup bersama penganut
agama.

5. Prinsip dari etika global yakni setiap manusia harus diperlakukan manusiawi. Berdasarkan
prinsip ini dan golden rule di atas maka harus ada komitmen pada sebuah budaya tanpa
kekerasan dan penghargaan pada kehidupan; komitmen pada sebuah budaya solidaritas dan
sebuah tata ekonomi yang adil; komitmen pada sebuah budaya toleransi dan sebuah
kehidupan dalam kebenaran; dan komitmen pada sebuah budaya hak-hak yang setara dan
kerja sama antara laki-laki dan perempuan.

48
C. Unsur – Unsur Hakikat Manusia

Inti pokok sila kedua adalah manusia, yaitu dari kata kemanusiaan, kata “manusia” merupakan akar
kata, jadi manusia merupakan subjek dalam sila kedua jadi merupakan inti sila tersebut. Manusia adalah
sebagai pendukung pokok negara, oleh karena itu manusia jugalah yang menjadi subjek atau pendukung
sila – sila pancasila. Pancasila menjadi dasar filsafat dan asas kerokhanian bangsa dan Negara
Indonesia, karena bangsa sebgai rakyat yaitu terdiri atas manusia – manusia. Unsur – unsur hakikat
manusia adalah sebagai berikut antara lain :

1. Susunan kodrat

Pada hakikatnya susunan kodrat manusia terdiri atas susunan unsur :

a. Raga yaitu badan atau tubuh manusia yang bersifat kebendaan, dapat diraba, bersifat real. Raga
terdiri atas unsur :

1) Benda mati, yaitu unsur manusia yang besifat fisis atau unsur yang terdapat pada benda mati
yaitu gejala-gejala fisis dan kimiawi.
2) Unsur tumbuhan, unsur-unsur yang ada pada manusia yang mempunyai sifat-sifat dan gejala-
gejala seperti terdapat pada tumbuh-tumbuhan.
3) Unsur binatang, yaitu unsur-unsure ada pada cirri manusia mempunyai sifat-sifat dan gejala-
gejala sebagaimana terdapat pada binatang. Sifat-sifat yang tedapat dan berkeinginan,
berinsting, dapat menyesuaikan diri dengan tempat dan lingkungan fisis, bernafsu yaitu tertarik
pada sesuatu yang nikmat, enak yang berkaitan dengan nafsu biologis, makan minum serta
naluri seksual.

b. Jiwa yaitu unsur-unsur hakikat manusia yang bersifat kerokhanian, tidak berwujud, tidak dapat
diraba, dan tidak dapat oleh indera manusia. Unsur jiwa terdiri atas :

1) Akal, yaitu berkaitan dengan kemampuan manusia untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu
49
pengetahuan.
2) Rasa, yaitu unsur kejiwaan manusia yang berkaitan dengan hasrat dan kemampuan manusia di
bidang keindahan atau ekstetika.Kehendak, yaitu unsur kejiwaan manusia yang berhubungan
dengan hasrat tingkah laku oleh karena itu kehendak berkaitan dengan hasrat dan kemampuan
manusia untuk merealisasikan dan memperoleh kebaikan, kesusilaan.

2. Sifat kodrat manusia

Pada hakikatnya sifat kodrat manusia terdiri atas :

a. Makhluk individu
Makhluk individu yaitu manusia sebagai perseorangan memiliki sifat – sifat sendiri sebagai
individu. Manusia adalah bersifat nyata, sebagai pribadi yang berupaya merealisasikan potensi
pribadinya.

b. Makhluk sosial
Makhluk sosial yaitu manusia selain sebagai individu perseorangan juga sebagai warga masyarakat
(makhluk sosial). Manusia sebelum dilahirkanl, pada waktu dilahirkan senantiasa hidup di dalam
masyarakat ( sebagai warga masyarakat ). Manusia tidak dapat merealisasikan potensinya hanya
dengan dirinya sendiri. Manusia senantiasa membutuhkan manusia lainnya dalam bermasyarakat.
Menurut C.H.Cooley bahwa individu dan masyarakat bukan dua realitas yang terpisahkan, melainkan
dua sisi dari realitas yang satu, ibarat dua sisi dari sekeping mata uang. Jadi manusia sebagai warga
masyarakat adalah sekaligus sebagai individu, perseorangan.

3. Kedudukan kodrat manusia

Pada hakikatnya kedudukan manusia adalah sebagai berikut :

a. Makhluk berdiri sendiri


Makhluk berdiri sendiri yaitu manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah otonom, mempunyai
eksistensi sendiri, memiliki pribadi sendiri.

50
b. Makhluk Tuhan
manusia pada hakikatnya merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Jadi manusia adalah
berasal dari Tuhan, diatas manusia masih terdapat Dzat yang Maha Esa dan Maha Kuasa. Jadi Tuhan
adalah sebagai sebab pertama. Unsur-unsur hakikat manusia tersebut, masing-masing merupakan
kedua-tunggalan ( monodualis ), yaitu susunan kodrat manusia yang terdiri atas dua unsur yang
merupakan suatu kesatuan yaitu raga jiwa, sifat kodrat manusia yang terdiri ats dua unsur yang
merupakan suatu kesatuan yaitu makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan yang Maha Esa. Keseluruhan unsur-unsur hakikat
manusia pada hakikatnya mewujudkan suatu keutuhan ( ketunggalan ) jadi bersifat ‘ majemuk tunggal ’
atau monopluralis.

D. Kepribadian Manusia Yang Terkandung Dalam Pancasila


Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri, merupakan hasil antara
proses sejarah di masa lampau, tenteng perjuangan dan cita-cita hidup di masa mendatang yang secara
keseluruhan membentuk kepribadiannya sendiri. Jadi bangsa Indonesia lahir dengan sejumlah cirri
khas, sifat-sifat serta nilai-nilai yang dimilikinya sejak zaman dahulu kala sehingga membedakan
bangsa Indonesia dengan lainnya.

Jadi yang dimaksud kepribadian bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas jumlah sifat-sifat
yang tetap terlekat pada bangsa Indonesia, yang terdiri atas:

1. Hakikat abstrak manusia ‘ monopluralisme ’


Hakikat yang bersifat tetap dan terlekat pada semua orang dan sifatnya umum universal. Sifat-sifat
tersebut adalah : unsur tubuh (raga), jiwa, akal, rasa, kehendak ; makhluk individu dan makhluk
sosial ; makhluk pribadi berdiri sendiri dan makhluk tuhan yang dalam hal ini tersimpul dalam kata
pokok sila kedua yaitu kemanusiaan. Hal ini berarti bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat abstrak
tersebut yang sifatnya umum universal. Konsekuensinya bahwa dalam pengertian kepribadian Indonesia
juga tersimpul nilai – nilai kemanusiaan yang sifatnya universal. Maka kepribadian Indonesia juga
tersimpul di dalamnya kepribadian kemanusiaan, yang berarti memiliki sifat – sifat dan ciri – ciri
51
kemanusiaan yang bersifat universal.

2. Hakikat pribadi Indonesia


Hakikat yang secara keseluruhan sifat-sifat dan ciri-ciri khususnya bersifat tetap, yang terlekat pada
diri pribadi pada bangsa Indonesia sehingga menyebabkan bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa
lain. Ciri khas kepribadian Indonesia itu terkandung dalam seluruh isi sila kedua yaitu ‘ Kemanusiaan
yang adil dan beradab ’dalam hubungan kesatuannya dengan sila-sila yang lain. Hal ini berarti bahwa
kepribadian Indonesia terdiri atas kepribadian ‘ Kemanusiaan yang adil dan beradab ’ yang
berketuhanan yang Maha Esa berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Maka secara keseluruhan kepribadian Indonesia adalah kepribadian pancasila.

E. Hakikat Manusia Sebagai Dasar Ontologis Hak Asasi Manusia


Sesuai dengan fungsi dan makna hak asasi, maka hak asasi manusia tersebut tidak dapat dipisahkan
dengan hakikat manusia. Dengan kata lain hakikat manusia, pada prinsipnya merupakan dasar otologis
segala hak asasi. Berdasarkan sejarah terbentuknya Negara, tatkala manusia masih hidupdalam
kebebasan alamiah, dalam dirinya melekat hak sekaligus kewajiban yang merupakan suatu karunia dari
tuhan yang maha esa. Oleh karena itu dapat pula dikatakan bahwa, hak asasi itu ada sebelum manusia
bernegara. Dengan demikian hak asasi sangat ditentukan oleh hakikat nilai yang melekat pada manusia,
atau dapat pula dikatakan bahwa hak asasi manusia sangat ditentukan oleh filsafat manusia.

Secara filosofis hal ini bertentangan dengan hakikat manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa,
karena hak asasi adalah hak yang melekat pada kodrat manusia, sebagai karunia dari tuhan yang maha
esa. Oleh karena itu tidak logis jikalau, ada kebebasan asasi yang menyangkut ketidak percayaan
manusia terhadap Tuhan yang Maha Esa.

F. Implementasi Sila Kedua Dalam Kehidupan Masyarakat


Sesuai dengan butir-butir sila ke-dua yang telah diuraikan pada pembahasan diatas, sila
perikemanusiaan ini memiliki makna yang sangat berarti sebagai landasan kehidupan manusia. Sila ini

52
dijadikan sebagai pedoman bertingkah laku dalam masyarakat. Selain itu peri kemanusiaan adalah
naluri manusia yang berkembang sejak lahir. Sama halnya dengan naluri manusia yang lain, seperti
naluri suka berkumpul, naluri berkeluarga, dan lain-lain. Oleh karena peri kemanusiaan merupakan
naluri, maka tidak mungkin manusia menghapuskannya. Dengan perasaan peri kemanusiaan itulah
manusia dapat membentuk masyarakat yang penuh kasih sayang serta saling menghormati diantara
anggota-anggotanya. Oleh karena itu tepatlah rumusan sila kemanusiaan yang adil dan beradab masuk
dalam falsafah Pancasila. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam sila ini membentuk watak bangsa
kita menjadi bangsa yang lemah lembut, sopan santun, tengang rasa, saling mencintai, bergotong
royong dalam kebaikan, dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal tersebut maka pengamalannya
adalah sebagai berikut :

1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

Butir ini menghendaki bahwa setiap manusia mempunyai martabat, sehingga tidak boleh
melecehkan manusia yang lain, atau menghalangi manusia lain untuk hidup secara layak, serta
menghormati kepunyaan atau milik (harta, sifat dan karakter) orang lain.

2) Saling mencintai sesama manusia.

Kata cinta menghendaki adanya suatu keinginan yang sangat besar untuk memperoleh sesuatu
dan rasa untuk memiliki dan kalau perlu pengorbanan untuk mempertahankannya. Dengan
perasaan cinta pula manusia dapat mempergiat hubungan social seperti kerjasama, gotong
royong, dan solidaritas. Dengan rasa cinta kasih itu pula orang akan berbuat ikhlas, saling
membesarkan hati, saling berlaku setia dan jujur, saling menghargai harkat dan derajat satu
sama lain.

3) Mengembangkan sikap tenggang rasa.

Sikap ini menghendaki adanya usaha dan kemauan dari setiap manusia Indonesia untuk
menghargai dan menghormati perasaan orang lain. Harusnya dalam bertingkah laku baik lisan
maupun perbuatan kepada orang lain, hendaknya diukur dengan diri kita sendiri; bilamana kita

53
tidak senang disakiti hatinya, maka janganlah kita menyakiti orang lain. Sikap tenggang rasa
juga dapat kita wujudkan dalam toleransi dalam beragama.

4) Tidak semena-mena terhadap orang lain.

Semena-mena berarti sewenang-wenang, berat sebelah, dan tidak berimbang. Oleh sebab itu
butir ini menghendaki, perilaku setiap manusia terhadap orang tidak boleh sewenang-wenang,
harus menjunjung tinggi hak dan kewajiban.

5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Setiap warga Negara harus menjunjung tinggi dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan
dengan baik, seperti :

a. Mengakui adanya masyarakat yang bersifat majemuk


b. Melakukan musyawarah dengan dasar kesadaran dan kedewasaan untuk menerima
kompromi
c. Melakukan sesuatu dengan pertimbangan moral dan ketentuan agama
d. Melakukan sesuatu dengan jujur dan kompetisi yang sehat
e. Memerhatikan kehidupan yang layak antar sesama
f. Melakukan kerja sama dengan iktikad baik dan tidak curang

G. Etika Global: Sebuah Nilai Dasar Kehidupan Bersama


Konteks saat ini, sebenarnya menunjukkan bahwa kita sedang berada pada sebuah keprihatinan
dunia yang semakin tidak menentu arahnya. Dunia yang semakin tidak bersahabat, tidak damai, dan
seolah-olah tidak menghargai kemanusiaan, dunia yang diwarnai dengan pergolakan, konflik dan
pertumpahan darah. Anehnya agama kemudian dijadikan alat, ditunggangi atau bahkan ikut
melegitimasi kekacauan, konflik dan perang. Agama, dalam konteks ini digunakan sebagai alasan
pembenaran bagi tindakan melawan kemanusiaan.

54
Kalau dicermati secara saksama, fenomena keagamaan yang kita alami banyak memberikan kesan
paradoksal, tidak saja di Indonesia tapi juga pada skala makro. Setiap agama besar dunia, terutama
aspek esoteriknya menawarkan jalan moral-spiritual yang sangat sejuk, indah, hidup damai dan intim
dengan Dia Yang Maha Abadi yang selalu didambakan oleh orang beriman. Namun, ketika agama
menjelma menjadi sebuah institusi sosial (secara historis memang tidak bisa dihindari), maka masuklah
berbagai muatan kepentingan dan media penyaluran keluh-kesah pemeluknya yang merasa kalah dan
terancam dalam persaingan hidup. Agama yang awalnya diyakini sebagai wahyu Tuhan yang
transhistoris, kemudian berkembang menjadi sebuah realitas sosial-historis sebagai sebuah ideologi.
Namun perlu dicatat bahwa watak ideologi cenderung berfikir hitam-putih, komunalistik, emosional
dan selalu mengasumsikan adanya musuh bersama yang datang dari luar. Tanpa musuh bersama,
ideologi akan melemah.

Di sinilah permasalahannya, bahwa ketika agama telah menjadi sebuah ideologi maka akan selalu
terlibat dalam persaingan perebutan kekuasaan dan ekonomi, bersaing dengan ideologi lain. Akibatnya,
wajah agama-agama yang semula dipandang ramah dan sejuk bisa berubah menjadi galak, menakutkan
dan penuh retorika yang mengandung intrik serta ancaman bagi kelomok yang lain. Karena sikap
keberagamaan yang selalu mendua ini, maka logis jika muncul penilaian bahwa setiap agama sejak
kemunculannya telah membawa potensi cacat bawaan. Dengan wajah seperti ini, maka agama sering
ditunggangi, dan dijadikan alasan pembenaran tindakan melawan kemanusiaan. Dalam situasi dunia
yang mengalami krisis fundamental, krisis ekonomi, ekologi dan politik yang terjadi secara global
seperti inilah, “Etika Global” itu dirumuskan, oleh parlemen agama-agama sedunia.

Etika global kemudian dirujuk sebagai dasar bersama agama-agama dalam menyatukan paradigma,
komitmen, rencana dan aksi sebagai langkah awal penyelesaian pergolakan dunia. Sebagai dasar
bersama, maka etika global merupakan akumulasi dari nilai-nilai, kriteria utama dan sifat-sifat dasar
yang ada pada semua agama. Karena itu, etika global bukan merupakan sebuah kekhususan dari satu
agama tertentu. Dia adalah nilai bersama, yang bertujuan untuk kemanusiaan. Menurut Hans Kung,
formula dari etika global adalah kemanusiaan sejati. Dalam hal ini, ada penghargaan yang sama kepada
dua jenis makhluk yang dilabelkan sebagai perempuan dan laki-laki itu. Keduanya harus mempunyai
kesempatan yang sama dalam segala bidang. Sebuah budaya tanpa kekerasan, dengan komitmen

55
solidaritas dan toleransi yang tinggi.

Sebagai sebuah nilai, yang dirumuskan dari setiap agama untuk menanggulangi permasalahan
global, tentunya nilai ini cukup memadai. Permasalahannya, adalah bagaimana kita mampu
mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut dalam komunitas yang lokal. Komunitas lokal tentunya masih
mempunyai perspektif tentang wujud dan pengalaman keagamaan yang pada dasarnya bersifat metafisis
dan individual serat sulit diukur secara kuantitatif. Agama sanggup melahirkan kohesi sosial dan
gerakan politik yang bisa membangkitkan kekuatan revolusioner dengan pada pendukungnya yang
sangat militan. Sementara itu retorika agama yang selalu mengajarkan kedamaian tetap bergaung,
mungkin dalam wujud etika global, namun pada level praksis juga muncul banyak peperangan yang
terjadi karena motif keagamaan, terutama ketika sentimen agama bergandengan dengan sentimen kelas
maupun kelompok sosial.

Dalam konteks seperti ini, etika global harus terus di dialogkan, sebab nilai kemanusiaan, sifat
pemaaf, toleran dan kasih sayang dengan sesama manusia yang ditawarkan, sebenarnya mampu
mendorong sebuah dinamika perubahan sosial, termasuk perubahan paradigma agama-agama. Etika
global hadir dalam rangka memperjuangkan martabat manusia, yang selama ini martabat manusia itu
dikorbankan untuk institusi agama. Permasalahannya, gerakan ideologi cenderung memunculkan sikap
militan yang ada kalanya destruktif dan menggeser akal sehat ketika menghadapi kelompok yang
berbeda, bahkan gerakan keagamaan dalam realitasn ya sering menafikan nilai-nilai etika global.
Karena itu, dialog antar dan antara agama harus tetap ada dalam proses yang menjadi.

H. Kaitan  Kemanusiaan Sesuai dengan Sila Ke-2 dengan Etika Global


Kemanusiaan yang Adil dan Beradab didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa dan
mendasari ketiga sila berikutnya. Sila ke 2 memiliki arti bahwa adanya kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-
norma dan kebudayaan umumnya. Potensi kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia di dunia, tanpa
memandang ras, keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal.Sedangkan etika global sendiri,
merupakan tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkut

56
dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. Dan
penerapannya dalam sistem global, bagaimana manusia tersebut memainkan perannya secara baik dan
benar di dalam ruang lingkup bermasyarakat tanpa membedakan hak dan kewajiban dalam setiap
individu satu dengan yang lainnya.

Pengamalan nilai-nilai kemanusiaan yang berdasarkan kepada Sila ke-2 Pancasila yang berbunyi
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” dalam kehidupan masyarakat global atau etika global dapat
diambil contoh secara luasnya dalam kehidupan bernegara dan secara sederhananya dapat diambil
contoh dari kehidupan sehari-hari.

a. Dalam kehidupan bernegara


Pengamalan nilai kemanusiaan yang berdasar pada sila ke-2 pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat dalam ruang lingkup bernegara contoh lebih spesifiknya adalah negara menggalakkan
kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menegakkan Hak Asasi Manusia terhadap satu dengan
yang lainnya yang di landasi dengan sumber hukum dari UUDRI 1945 Pasal 28 A-J. Dimana sangat
terlihat jelas adanya keadilan yang merata bagi seluruh masyarakat indonesia dalam penerapannya
maupun penerimaannya.

b. Dalam kehidupan sehari-hari


Nilai kemanusiaan yang masih berdasarkan dengan sila kedua pancasila bukan hanya diterapkan
dalam kehidupan bernegara, tentunya juga harus diterapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia dalam
kehidupannya sehari - hari. Contoh penerapannya antara lain seperti:

1. Masyarakat Indonesia tentunyaharusbersikapadilsatusamalainnya, tidakmembeda-


bedakanmanusiaberdasarkansuku, warnakulit, tingkatekonomimaupuntingkatpendidikan.
2. Menyadaribahwaseluruhmasyarakatdunia, khususnya Indonesia memilikihakdankewajiban yang
samadimataTuhanmaupunhukum.
3. Membelakebenarandankeadilantanpamemihak.
4. Tidakmelakukantindakandiskriminatifsatusama lain antarmasyarakat Indonesia.

57
BAB VII
PANCASILA KEINDONESIAAN DAN WAWASAN BANGSA
A. Pengantar
Indonesia menurut David Steinberg, adalah suatu ciptaan baru-produk loncatan imajinasi yang besar
dan tidak mudah, dengan cita-cita, dan mencakupi medan kerja yang luas dalam arti geografis dan
setumpuk persoalan: ekonomi, politik, sosial, dan hukum yang harus diselesaikan. Bangsa Indonesia
dibangun di tengah desingan peluru dan di atas puing-puing kehancuran akibat penjajahan pun
berlandaskan pada cita-cita bersama, yaitu menciptakan suatu masyarakat yang adil dan sejahtera.
Lantas, keindonesiaan yang kita banggakan ini pun mengendap dalam memori kolektif kita sebagai
keniscayaan sejarah atau tapal batas sejarah,---the end of history--istilah Fukuyama yang terus berusaha
menggapai kesejahteraan itu sendiri.

Untuk menciptakan suatu kesejahteraan masyarakat dan menggapai cita-cita bangsa tentunya tidak
luput dari wawasan kebangsaan yang merupakan konsepsi cara pandang dalam mencapai tujuan
nasional. Wawasan kebangsaan adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia

58
sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di
bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara
utuh menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hankam.Sehingga ke-Indonesiaan dan wawasan kebangsaan merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan untuk mencapai cita-cita bangsa.

B. Ke-indonesiaan dan Karakter Indonesia

Indonesia merupakan Negara yang besar,luas dan majemuk yang terdiri dari 1128 suku bangsa dan
bahasa,Beragam agama dan keyakinan,terdiri dari 13466 pulau,258 juta jiwa pada tahun 2016,34
provinsi,216 kabupaten,98 kota, 7024 kecamatan dan 81626 desa.Indonesia menurut David Steinberg,
adalah suatu ciptaan baru-produk loncatan imajinasi yang besar dan tidak mudah, dengan cita-cita, dan
mencakupi medan kerja yang luas dalam arti geografis dan setumpuk persoalan : ekonomi, politik,
sosial, dan hukum yang harus diselesaikan.

Sifat atau watak bangsa Indonesia sama sekali tidak ada kaitannya dengan sifat atau watak nenek
moyang kita. Baik mereka yang hidup di zaman Majapahit atau yang lebih jauh lagi para ksatria
Sriwijaya yang hidup diantara laras harmoni gending Sriwijaya.Watak atau karakter bangsa Indonesia
sama sekali bukan perilaku atau budi pekerti warisan nenek moyang yang hidup pada zaman dunia
pewayangan atau dunia cerita silat.Watak,sifat atau karakter bangsa Indonesia sepenuhnya terbentuk
oleh pertarungan kepentingan masyarakat Nusantara yang terjajah saat melawan penjajah. Karena itu,
sifat dan karakter bangsa Indonesia ialah watak anti penjajahan dalam segala bentuk.Itulh karakter
59
bangsa Indonesa sebenarnya yang terbentuk dari proses keberadaan dirinya. Indonesia seharusnya
bicara tentang pemupukan semangat anti penjajahan baik yang lama maupun yang baru; bicara tentang
pemupukan semangat membangun sebuah masyarakat adil sejahtera atau masyarakat pancasila, yaitu
masyarakat yang anti keberadaan orang kaya, tetapi juga marah atas keberadaan orang miskin.

Indonesia adalah Negara yang pluralistic, multicultural, multietnik dan multiagam. Menurut gus dur,
tugas kita semua terutama Negara adalah menjamin kehidupan yang multi ini agar tetap rukun, damai,
dan tidak terjadi konflik. Pancasila dan undang-undang dasar 1945 adalah asas tunggal yang menjadi
landasan bersam untuk itu.Negara ini bukan Negara agama tetapi juga bukan Negara atheis.Artinya
agama melandasi kehidupan berbangsa dan bernegara bukan dalam pengertian formalisme agama tetapi
agama menjadi roh kehidupan berbangsa dan bernegara.

Indonesia dan ke-Indonesiaan merupakan nama atau penamaan dari konsep tentang orang,bangsa
dan wilayah Negara kita yang berbentuk republik dengan susunan organisasi Negara kesatuan. Karena
itu, Negara kita di sebut Negara kesatuan republik Indonesia sebagai wadah bersama segenap warga
bangsa kita mengasosiasikan diri dan mengikat diri dalam satu persekutuan  hokum organisasi Negara
di tengah pergaulan antar bangsa dan antar Negara di dunia. Ke-Indonesiaan berisi kandungan,
pengertiaan kebersamaan dan muatan perasaan kebangsaan yang mengatasi kebhinekaan dalam ruang
hidup di atas tanah dan air nusantara dalam satu kesatuan barisan berhadapan dengan dunia luar, dengan
bangsa-bangsa dan Negara-negara lain dalam dinamika pergaulan regional dan global. Spirit
kebersamaan dan perasaan sebangsa dan setanah air itulah yang biasa kita namakan dengan Indonesia
dan ke-Indonesiaan.

Namun demikian, jika di perhatikan penamaan Indonesia itu sendiri tidaklah sepenuhnya identik
dengan pengertian kita mengenai organisasi Negara.Indonesia dan ke-Indonesiaan tidaklah identik
dengan wilayah nusantara, dengan Negara Indonesia ataupun semata-mata dengan pengertian bangsa
Indonesia.Indonesia dan ke-Indonesiaan mencakup semua konsep di maksud, dan bahkan dapat
mencakup lingkup pengertian yang lebih dinamis dari ketiganya.

Dulunya, sebutan kata “Indonesia” itu sendiri kita dapatkan dari penamaan yang di berikan dan di
perkenalkan oleh sarjana Inggris dan Jerman bagi wilayah dan penduduk yang hidup di atas wilayah

60
nusantara.Ketika itu Indonesia dan ke-Indonesiaan tidak terkait dengan pengertian Negara tertentu.
Ketika sumpah pemuda di cetuskan pada tahun 1928, kata “Indonesia” secara resmi mulai di pakai
untuk menyebut nama bagi kesatuan bangsa penduduk nusantara yang di namakan sebagai bangsa
Indonesia, dan kesatuan tanah dan air wilayah nusantara yang  di namakan tanah tumpah darah
Indonesia, di iringi dengan tekad untuk menjunjung bahasa persatuan yang di namakan sebagai bangsa
Indonesia. Karena itu, keindonesiaan dalam semangat sumpah pemuda mencangkup pengertian
pengertian kewilayahan tanah air Indonesia, pengertian kebangsaan bangsa Indonesia, dan pengertian
kebahasaan sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia.
merajut kembali kebangsaan
membangun jati diri bangsa
Hal yang istimewa dari Indonesia adalah : tatanan, sejarah, pembentukan dan arti strategisnya-
khususnya jika dilihat dari geopolitik perkembangan bangsa-bangsa didunia terutama Asia tenggara.
Jika komponen-komponen tersebut digabung dengan variabel jumlah penduduk, luas wilayah, kekayaan
sumber daya alam, kebinekaan agama, etnis dan kultur, maka Indonesia bisa menjadi Negara besar.
Jadi secara alami bangsa indonesai adalah bangsa yang sangat majemuk.Masalahnya adalah
bagaimana mengaktualisasikan symbol bhineka tunggal ika yang biarpun berbeda, namun tetap satu itu
ke dalam konteks yang benar.
Bhineka Tunggal Ika : Faktor Integrasi
Ditengah arus reformasi dewasa ini, idiom yang harus diingat dan dijadikan basis strategi intergrasi
nasional mestinya adalah bhineka tunggal ika.Artinya, sekalipun satu, tidak boleh dilupakan bahwa
sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan. Pengalaman mengajarkan , bahwa
bukan semangat kemanunggalan atau ketunggalan (tunggal ika) yang paling potensial untuk bisa
melahirkan kesatuan dan persatuan yang kuat, melainkan pengakuan akan adanya pluralitas(bhineka) ,
dan kesediaan untuk menghormati kemajemukan bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, kebangsaan Indonesia yang berciri bhineka tunggal ika dan bersifat inklusif serta
egalitarian dalam bidang politik, budaya, dan ekonomi akan dapat diwujudkan dan dipelihara secara
dinamis bila terdapat  distribusi kekuasaan yang relatif seimbang diantara semua unsur bangsa

C. Sosial Budaya Masyarakat

61
Pengertian sosial budaya
Istilah sosial budaya menunjuk kepada dua segi kehidupan bersama manusia, yaitu segi
kemasyarakatan dan segi kebudayaan.

1.         Kemasyarakatan
Dalam usahanya beradaptasi dengan lingkungannya, manusia bekerjasama dengan sesamanya,
dengan kata lain bermasyarakat. Akan tetapi kerja sama itu hanya akan berjalan baik di dalam tertib
sosial budaya serta di dalam wadah organisasi sosial. Organisasi sosial ini merupakan produk sosial
budaya, sekaligus merupakan wadah perwujudan dan pertumbuhan kebudayaan.

Di dalam organisasi sosial manusia hidup berkelompok dan mengembangkan norma sosial yang
meliputi kehidupan normatif, status, kelompok asosiasi, dan institusi. Organisasi sosial juga mencakup
aspek fungsi yang mewujudkan diri dalam aktifitas bersama anggota masyarakat dan aspek
struktur.Aspek struktur terdiri dari struktur kelompok di dalam pola umum kebudayaan dan seluruh
kerangka lembaga sosial.
Setiap masyarakat mempunyai empat unsur penting yang menentukan eksistensinya yaitu struktur
sosial, pengawas sosial, media sosial dan standar sosial.

a.       Struktur sosial
Setiap masyarakat terdiri dari kelompok0kelompok untuk memudahkan pelaksanaan tugas.

b.      Pengawas sosial
Pengawas sosial mencakup sistem dari ketentuan-ketentuan yang mengatur kegiatan dan tindakan
anggota msyarakat, pengetahuan empiris yang digunakan manusia untuk mengulangi lingkungan, dan
pengetahuan empiris yang mengatur sikap dan tingkah laku manusia seperti agama, kepercayaan,
ideologi dan sebagainya.

c.       Media sosial
Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sosial, diperlukan adanya komunikasi dan relasi antar
anggota masyarakat.Komunikasi dan relasi itu dilangsungkan dengan menggunakan bahasa dan alat
transportasi.

62
d.      Standar sosial
Standar sosial merupakan ukuran untuk menilai tingkah laku anggota masyarakat serta menilai
tingkah cara masyarakat mencapai tujuan.

2.      Kebudayaan
Kebudayaan merupakan keseluruhan cara masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah
laku para anggotanya. Kebudayaan tercipta oleh banyak faktor orga biologis manusia, lingkungan alam,
lingkungan sejarah, dan lingkungan psikologis.Masyarakat budaya membentuk pola budaya berupa
nilai misalnya keagamaan, ekonomi, ideologi, dan sebagainya.
Setelah dikemukakan masing-masing arti kata dari sosial budaya, maka pengertian sosial budaya
dapat dirumuskan adalah sebagai kondisi masyarakat (bangsa) yang mempunyai nilai-nilai dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang dilandasi denga falsafah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Ketahanan di bidang sosial budaya dimaksud menggambarkan kondisi dinamis suatu, bangsa
(masyarakat), berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan penegmbangan kekuatan
nasional di dalam menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, dari dalam maupun dari
luar yang langsung maupun tudak langsung membahayakan kelangsungan kehidupa sosial budaya
bangsa dan negara.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Dibidang Sosial Budaya

A. Tradisi
Tradisi ini memberikan kepada masyarakat/bangsa seperangkat nilai dan kaidah yang diperlukan
untuk menjawab tantangan setiap tahap perkembangan. Tradisi sosial ini pada dasarnya bersifat
dinamis, karena itu nilai-nilai serta kaidah-kaidah yang tidak dapat menjawab tantangan akan lenyap
serta wajar. Dalam hal ini perlu dihindari ialah tradisionalisme, yaitu sikap atau pandangan menuju dan
mempertahankan “peninggalan masa lampau secara berlebiha dan tidak wajar.”Masyarakat harus dapat

63
menilai dan menyadari bahwa suatu tradisi tertentu pada suatu tahap perkembangan mungkin tidak
sejalan sehingga merugikan dan menghambat kemajuan.

2.      Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap ketahanan di bidang sosial budaya.
Melalui pandidikan, masyarakat akan memperoleh kemampuan untuk menilai tradisi yang sudah tidak
sesuai lagi. Pendidikan bersifat mengubah secara tertib ke arah tujuan yang dikehendaki.Pendidikan
dalam arti luas ialah usaha untuk mendewasakan manusia agar dapat mengembangkan potensinya serta
berperan serta secara penuh dalam menumbuhkan kehidupan sosial sesuai dengan tuntutan jaman.Untuk
itu diperlukan adanya suatu sistem pendidikan yang kondusif sehingga mampu membawa masyarakat
ke arah pencapaian tujuannya.Sistem pendidikan mempunyai berbagai sarana diantaranya yang penting
adalah:
a. Seluruh aparatur pemerintahan modern.
b. Sarana komunikasi masa.
c. Pendidikan formal dan non formal.
d. Sarana masa.
e. Kehidupan kota.
Di dalam masyarakat berkembang inisiatif pemerintah dan potensi yang ada padanya merupakan
yang paling kuat dan mampu menggerakan pendidikan secara luas.Pemerintah harus mampu mengatur
pendidikan formal berencana dengan memanfaatkan segenap sistem komunikasi yang tersedia dan
adanya kata merangsang harapan baru serta keinginan berkompetisi untuk kemajuan.

3. Kepemimpinan dan Penyelenggara Negara


Unttuk membina dan membangun masyarakat modern, diperlukan kepemimpinan nasional yang
kuat dan berwibawa. Kepemimpinan yang demikian ditentukan oleh banyak faktor, yaitu pribadi
(moral, akhlak, semangat dan akuntabilitas) pemimpin, komitmen pimpinan, tujuan nasional, nilai-nilai
sosial budaya, keadaan sosial atau masyarakat, sistem politik dan ilmu pengetahuan.

4. Tujuan Nasional

64
Tujuan nasional dapat merupakan unsur pengarah, pemersatu, pemberi motivasi, dan merupakan
salah satu identitas nasional.Tujuan nasional selalu berintikan falsafah negara.

5. Kepribadian Nasional
Kepribadian nasional merupakan hasil perkembangan sejarah dan cita-cita bangsa yang dirumuskan
sebagai dasar kehidupan bangsa.Kepribadian ini perlu dipupuk, dibina dan dimasyarakatkan pada setiap
generasi karena kepribadian nasional inilah merupakan daya tangkal yang sangat strategis untuk
menghadapi tantangan pengaruh asing.

6. Bidang pertahanan dan keamanan


Pertahanan dan keamanan adalah upaya rakyat semesta dengan TNI dan POLRI sebagai
intinya.Merupakan fungsi pemerintahan Ketahanan Nasional dengan tujuan mencapai keamanan bangsa
dan negara serta keamanan hasil perjuangannya.Pelaksanaannya dilakukan dengan menyusun,
mengerahkan, serta menggerakkan seluruh potensi dan kekuatan masyarakat dalam semua bidang
kehidupan nasional secara terintegrasi dan terkoordinasi.

E. Kondisi Bangsa yang perlu dicermati


1. Situasi global
    Dengan perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang sangat pesat
terbentuklah masyarakat dunia, sering disebut sebagai borderless world, cybernetic society atau
masyarakat maya, sehingga hubungan manusia menjadi person to person tidak perlu melewati institusi
kelompok, golongan dan negara bangsa. Peran dan eksistensi masyarakat negara bangsa terabaikan.

Teknologi informasi, komunikasi dan transportasi mengakibatkan nilai persatuan suatu bangsa
terabaikan dan digeser oleh nilai-nilai dari luar, yang dipandang universal.Nilai-nilai kebebasan,
kesetaraan dan faham liberal, pluralisme diterapkan tanpa dilandasi oleh adat budaya bangsa.

Liberalisasi perdagangan yang dikembangkan kapitalisme modern seperti yang dimotori oleh
multinational corporations mendorong terbentuknya sikap individualistik, materialistik, hedonistik,

65
profit making and property right berakibat merosotnya perhatian dan kepedulian terhadap eksistensi
negara bangsa, sehingga warganegara tidak lagi peduli terhadap bangsanya.

2. Situasi Nasional
Belum terwujudnya kesejahteraan secara merata sehingga terjadi kesenjangan sosial yang semakin
besar.Warga masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dan bergelimang dalam ketertinggalan
dan kebodohan serta pengangguran masih cukup tinggi, telah menimbulkan anggapan keterikatan dan
pengorbanan rakyat adalah sia-sia belaka.

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) telah terjadi di seluruh strata masyarakat dan di semua
lembaga negara / pemerintah pusat dan daerah.Penegakan hukum tidak berjalan sebagaimana
diharapkan rakyat.Keadaan ini dapat dianggap bahwa negara telah mengabaikan keadilan dan kejujuran
serta kepastian hukum.
Merosotnya kepedulian rakyat terhadap negara bangsanya dapat berlanjut dan bermuara pada
tindakan yang mengakibatkan disintegrasi dan kehancuran negara bangsa.
kesadaran dan wawasan kebangsaan tidak pernah timbul dengan sendirinya, tetapi harus diupayakan
dan diperjuangkan secara terus menerus oleh segenap warganegaranya.

3. Penyelenggaraan otonomi daerah


Otonomi daerah yang bertujuan meningkatkan efisiensi pelayanan publik justru mengundang
terjadinya berbagai tindakan yang kurang terpuji dan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan
diselenggarakan-nya otonomi daerah.Misalnya terjadinya pemekaran yang tidak terkendali serta
pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat yang justru terabaikan.

Pengembangan potensi daerah dan budaya lokal yang tanpa kendali, mengarah pada tindakan
kedaerahan, tanpa memperhatikan norma dan kepentingan bangsa.
Munculnya kembali gerakan-gerakan separatis lama yang berpotensi pada pembentukan negara baru
seperti GAM, RMS dan OPM, serta gerakan separatis baru.
Timbulnya konflik/perpecahan antar kelompok dan golongan yang bernuansa SARA (Suku, Agama,
Ras dan Antar Golongan).Terlepasnya kendali Pusat terhadap aktivitas pemerintahan yang
diselenggarakan daerah.

66
F. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu mawas yang artinya melihat atau memandang, jadi
kata wawasan dapat diartikan cara pandang atau cara melihat.Wawasan Kebangsaan adalah cara
pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dan sikap bangsa Indonesia diri
dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia adalah merupakan sebuah pedoman
yang masih bersifat filosofia normatif.Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan yang
melahirkan bangsa Indonesia.  Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang terus berubah sejalan
dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu ke waktu. Wawasan Kebangsaan atau
Wawasan Nasional Indonesia harus senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan perkembagan dan
berbagai bentuk implementasinya.

Memahami serta mempedomani secara baik ajaran yang terkandung di dalam konsepsi Wawasan
Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia akan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan dari
setiap warga bangsa tentang posisi dan peran masing-masing ditengah-tengah masyarakat yang serba
majemuk. Hal ini berarti suasana kondisi yang mendorong perkembangan setiap individu sehingga
terwujud ketahanan pribadi dapat menciptakan suatu ketahanan nasional Indonesia.

1. Wawasan kebangsaan sebagai konsep politik


Wawasan Kebangsaan adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia
sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di
bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara
utuh menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hankam.

Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi
pemikiran politik bangsa Indonesia.Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual,
67
geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara
dan politik luar negeri bebas aktif.Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep
Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.

2. Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan


Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam
budaya.Bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan
kenegaraan dalam wujud supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah
berbagai kelembagaan dalam wujud infra struktur politik.

  Isi (Content)

Adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan nasional.

  Tata laku (Conduct)

Hasil interaksi antara wadah dan isi wasantara yang terdiri dari :

1.      Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari
bangsa Indonesia.

2.      Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam tindakan, perbuatan dan perilaku dari bangsa
Indonesia.

Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas jati diri/kepribadian bangsa berdasarkan
kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air
sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional.

   Asas Wawasan Kebangsaan

Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar
terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur pembentuk bangsa Indonesia(suku/golongan)
68
terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas wasantara terdiri dari:
1. Kepentingan/Tujuan yang sama

2. Keadilan

3. Kejujuran

4. Solidaritas

5. Kerjasama

6. Kesetiaan terhadap kesepakatan

G. Hakekat Wawasan Kebangsaan

Keutuhan nusantara atau nasional, dalam pengertian cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam
lingkup nusantara, demi kepentingan nasional serta memiliki rasa cinta tanah air, menjunjung tinggi kesatuan
dan persatuan, memiliki rasa kebersamaan sebagai bangsa untuk membangun Indonesia menuju masa depan
yang lebih baik  tanpa harus kehilangan akar budaya dan nilai-nilai dasar pancasila yang telah kita
miliki.Berarti setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh
menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan oleh
lembaga negara.

      Nilai dan Makna yang terkandung dalam wawasan kebangsaan

a.       Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki enam
dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu:

1.      Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

2.      Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka, dan besatu;

3.      Cinta akan tanah air dan bangsa;

69
4.      Demokrasi atau kedaulatan rakyat

5.      Kesetiakawanan sosial;

6.      Masyarakat adil-makmur.

b.      Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna:

1.      Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;

2.      Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka
Tunggal Ika dipertahankan;

3.      Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik;

4.      Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah
berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-c) Makna Wawasan Kebangsaan Wawasan

5.      NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan bangsa yang
maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju.

Keterkaitan antara Ke- Indonesiaan dan Wawasan Kebangsaan

Wawasan kebangsaan merupakan pedoman sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan yang
melahirkan bangsa Indonesia, wawasan kebangsaan juga membahas tentang keindonesiaan dari segala aspek.
Geopolitik Indonesia ( Wawasan Kebangsaan )
Secara umum geopolitik adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri, lingkungan, yang
berwujud Negara kepulauan berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Pentingnya geopolitik bagi Indonesia adalah untuk dapat mempertahankan Negara dan berperan penting
dalam pembinaan kerjasama dan penyelesaian konflik antarnegara yang mungkin muncul dalam proses
pencapaian tujuan.

Kedudukan dan Fungsi Wawasan Nusantara


Kedudukan Wawasan Nusantara
a.       Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini
kebenaran oleh seluruh rakyat  agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan
70
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, Wawasan Nusantara menjadi landasan visional
dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.

b.        Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari spesifikasinya sebagai berikut :

1). Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa, dan dasar negara; berkedudukan sebagai landasan idiil.

2). Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai landasan konstitusi negara; berkedudukan sebagai
landasan konstitusional.

3). Wawasan Nusantara sebagai visi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional

4). Ketahanan Nasional sebagai konsepsi nasional; berkedudukan sebagai landasan konsepsional.

5). GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar nasional; berkedudukan
sebagai landasan operasional.

Fungsi Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, serta perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat
pusat dan daerah, maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara.

H. Pengertian Wawasan Nusantara


1.  Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
meyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi TAP MPR, yang dibuat
Lemhannas tahun 1999, yaitu “cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya
yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehipan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional.”

HakikatWawasan Nusantara.
Hakikat Wawasan Nusantara adalah:

71
Keutuhan Nusantara atau Nasional, dalam pengertian : Cara pandang yang utuh menyeluruh dalam lingkup
nusantara dan demi kepentingan nasional. Ini berarti, setiap warga dan aparat negara, harus berpikir, bersikap
dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Wawasan nasional merupakan visi bangsa yang
bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara
adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.Kedudukan Wawasan Nusantara
sebagai salah satu konsepsi ketatanegaran Republik Indonesia.

72
BAB VIII
NILAI – NILAI MUSYAWARAH DAN DEMOKRASI GLOBAL

A. Pengantar
Negara kita adalah Negara demokrasi dimana dalam Negara demokrasi
dibutuhkan banyak sekali persamaan pendapat dalam penentuan aspirasi,yaitu
dengan cara musyawarah.Musyawarah merupakan bagian dari demokrasi, dalam
demokrasi pancasila terutama sila ke-4, hasil akhir semestinya di lakukan dengan
cara musyawarah mufakat dan jika terjadi perselisihan yang berkepanjangan
barulah dilakukan votting, jadi demokrasi tidak bisa disetarakan dengan votting
karena kedua hal tersebut berbeda adanya.

Musyawarah berasal dari kata Syawara yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti berunding,di
Negara kita serta di kehidupan modern hal tentang musyawarah dikenal dengan sebutan “syuro”,
“rembug desa”, “kerapatan nagari” bahkan “demokrasi”.Bermusyawarah berarti
berhubungan,”hubungan” dalam kata tersebut mengandung makna pesan dan penyelesaian masalah
dengan cara berunding, yang secara jelas tidak akan menimbulkan masalah lain.

Ada pun kaitannya dengan sila ke-4 yaitu “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan” adalah bahwa dalam sila tersebut terkandung makna
“musyawarah” dimana musyawarah adalah salah satu media perekat kehidupan bersama, dimana hal
tersebut sangat penting jika terjadi suatu permasalahan antarindividu dengan individu serta individu
dengan kelompok ataupun sebaliknya.

Sebagai masyarakat yang demokratis, bagaimanakah cara kita mengamalkan sila ke-4 dalam
kehidupan sehari-hari? adapun jawaban yang berkaitan dengan tema tersebut adalah mengutamakan
musyawarah dalam pengambilan keputusan bersama dimana hal tersebut sangat dapat
dipertanggungjawabkan dikarenakan keputusan tersebut adalah mufakat bersama dari hasil
musyawarah tadi.

73
B. Pengertian Sila Keempat

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan dan Perwakilan“
Masyarakat Indonesia memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan
hak-haknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan mengutamakan kepentingan negara dan
kepentingan masyarakat.

Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada dasarnya tidak boleh
ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang
menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan  dilakukan
secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini, diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang
merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.

Setiap manusia Indonesia harus menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan
musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya
dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan
di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal
sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam melaksanakan permusyawaratan,
kepercayaan diberikan kepada wakil- wakil yang dipercayanya.

Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh


rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-
lembaga perwakilan. Nilai ini menganut paham demokrasi. Akan tetapi, saat ini
Indonesia sudah menggunakan paham liberalis, yaitu dimana setiap individu
mempunyai hak penuh untuk menentukan pilihan. Dan cara pemilihan ini
biasanya dengan cara votting.

74
C. Makna Sila Keempat
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan di dasari oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab serta Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia.

Nilai Filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat Negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Hakikatnya rakyat
adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu
bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah Negara. Rakyat merupakan
subjek pendukung pokok Negara.Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat
merupakan asal mula kekuasaan Negara. Sehingga dalam sila Kerakyatan terkandung nilai demokrasi
yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup Negara. Maka nilai-nilai demokrasi yang
terkandung dalam sila keempat adalah :

1. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap masyarakat
bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa
2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan
3. Menjamin dan memperkokoh persaatuan dan kesatuan dalam hidup bersama
4. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, kerana perbedaan adalah
meruapakan suatu bawaan kodrat manusia
5. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku
maupun agama
6. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab
7. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab
8. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan
bersama
Pelaksanaan dan pengamalan sila ini dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara dan
bermasyarakat yang demokratis. Meskipun praktik demokratisasi juga diterapkan di Negara-negara

75
lain, demokrasi di Indonesia memiliki cirri yang khusus, yaitu ada keseimbangan antara hak dan
kewajiban warga Negara dalam membentuk dan menjunjung tinggi pemerintahannya. Berbeda
dengan demokrasi Negara-negara lain, ada demokrasi yang mengutamakan hak dan
mengesampingkan kewajiban. Seperti yang dianut oleh Negara yang berpaham liberal ataupun
demokrasi yang mengutamakan kewajiban dan mengabaikan hak-hak warga negaranya seperti di
terapkan di Negara-negara sosialis. Di Indonesia penerapan demokrasi ada  keseimbangan antara hak
dan kewajiban warga Negara, yaitu demokrasi Pancasila. Dalam demokrasi Pancasila partisipasi
masyarakat atau warga Negara dapat ditampung dan diakomodasi dalam menentukan kebijakan
publik sehingga kebijakan dan ketentuan yang dibuat Pemerintah mendapat dukungan serta
pengawasan jalan musyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun
intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat. Karakteristik sila ke-empat meliputi:
1. Penyelengggaraan Negara secara demokratis
2. Demokrasi di Indonesia adalah demokrasi Pancasila, dan
3. Bercirikan musyawarah untuk mufakat

D. Pokok yang Terkandung dalam Sila  Keempat


Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang dimaksud adalah melibatkan
segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung dalam pemerintahan dan kemudian adalah
peran rakyat yang diutamakan.

Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu diadakan tindakan
bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan keputusan secara bulat. Bulat yang
dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama.
Dengan demikian berarti bahwa penentu demokrasi yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan
mufakat sebagai hasil kebikjasanaan. Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang sebaik-
baiknya didalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu harus merupakan suatu nilai
yang ditempatkan lebih dahulu Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam
hal ini perlu diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
konsekuensi adanya kejujuran bersama. Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia
76
yaitu terletak pada permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan
keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.
Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila pengambilan keputusan secara
bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan pemungutan suara. Kebijaksanaan ini
merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat
banyak. Jika demokrasi diartikan sebagai kekuatan, maka dari pengamatan sejarah bahwa kekuatan
itu memang di Indonesia berada pada tangan rakyat atau masyarakat. Pada zaman pemerintahan
Hindia Belanda saja, di desa-desa kekuasaan ditentukan oleh kebulatan kepentingan rakyat, misalnya
pemilihan kepala desa. Musyawarah yang ada di desa-desa merupakan satu lembaga untuk
menjalankan kehendak bersama. Bentuk musyawarah itu bermacam-macam, misalnya pepatah
Minangkabau yang mengatakan : “Bulat air karena pembunuh, bulat kata karena mufakat”.

Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang mana dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas,
terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah
pemimpin yang berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang
profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara demokratis yang dipimpin oleh
orang yang dewasaprofesional dilakukan melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan.
Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin
oleh orang profesional-dewasa melalui sistem musyawarah (government by discussion).

E. Musyawarah
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan atau
memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga keputusan yang berdasarkan kebulatan
pendapat atau mufakat. Cita permusyawaratan mengajarkan kehendak untuk menghadirkan Negara
persatuan yang dapat mengatasi faham perseorangan dan golongan, dari pluralitas kebangsaan
Indonesia dengan mengakui adanya “ kesederajatan/bersamaan dalam perbedaan “.

77
Musyawarah merupakan ciri khas bangsa Indonesia, artinya identitas yang dapat membedakan
bangsa kita dengan negara lainnya. Mengapa musyawarah merupakan ciri khas bangsa Indonesia ?
Sebab dalam menghadapi setiap persoalan yang menyangkut kepentingan umum, bangsa kita akan
merundingkannya dengan sesamanya untuk mencapai penyelesaiannya.
Pentingnya diadakan Musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama dan terhindar dari
sebuah konflik. Adapun beberapa nilai dasar yang harus di perhatikan dalam melakukan musyawarah.
beberapa nilai dasar tersebut antara lain :
1. Kebersamaan,
2. Persamaan hak,
3. Kebebasan mengemukan pendapat,
4. Penghargaan terhadap pendapat orang lain, dan
5. Pelaksanaan hasil keputusan secara bertanggung jawab.
Musyawarah dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Masalah akan dipecahkan jika masing-
masing peserta ingin mengeluarkan pendapat, saran, dan masukan.Tanpa saran atau usulan yang
dikeluarkan oleh peserta, diskusi mungkin tidak akan dicapai dalam arti bahwa tidak ada masalah
mungkin akan dipecahkan.

Musyawarah adalah upaya bersama dengan kerendahan hati untuk memecahkan persoalan
(mencari tahu) untuk membuat keputusan bersama dalam penyelesaian atau solusi dari masalah yang
berkaitan dengan urusan duniawi.Dalam musyawarah diajarkan tentang nilai nilai ekuitas dan umum.
Dimana musyawarah harus mampu menghasilkan keputusan yang paling adil untuk kepentingan
bersama. Dalam musyawarah, kita didorong untuk mematuhi setiap peraturan yang berlaku untuk
kursus kelancaran pembahasan. Sikap untuk melakukan hormat pendapat orang lain bahkan jika
bertentangan dengan pendapat kami, tidak boleh dipotong pendapat orang lain dan harus tertib
musyawarah.
Ciri Musyawarah yang baik :
1. Sesuai dengan kepentingan bersama.
2. Pembicaraan harus bisa diterima dengan akal sehat sesuai dengan hati nurani.
3. Usul atau pendapat yang disampaikan mudah dipahami dan tidak memberatkan.
4. Dalam proses musyawarah, pertimbangan moral lebih diutamakan dan bersumber dari hati
nurani yang luhur.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan musyawarah
78
1. Dalam menyampaikan pendapat, maka harus dilakukan dengan baik dan santun dari segi
sikap, bahasa atau gerak tubuh. Sikap santun dapat mengurangi ketersinggungan orang lain
apabila ada perbedaan pendapat.
2. Menghargai dan tidak menganggap remeh pendapat orang lain dengan mendengarkan secara
keseluruhan sehingga mengetahui substansi pendapat orang lain.
3. Jika hasil mufakat ternyata tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita harus tetap
menerimanya dengan sabar dan ikhlas. Selain itu kita harus mau melaksanakan putusan hasil
mufakat tersebut dengan tanpa keraguan meskipun bukan pendapat kita yang diterima.
Manfaat Musyawarah, yaitu :
a. Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)
b. Masalah dapat segera terpecahkan
c. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan
d. Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak
e. Dapat menyatukan pendapat yang berbeda
f. Adanya kebersamaan
g. Dapat mengambil kesimpulan yang benar
h. Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan
i. Menghindari celaan
j. Menciptakan stabilitas emosi
Ada beberapa nilai luhur yang perlu dilestarikan dalam musyawarah, nilai-nilai tersebut
diantaranya :
1. Setiap orang diberikan kesempatan untuk mengikuti musyawarah dengan mengemukakan
pendapat.
2. Setiap orang berkesempatan untuk mendengarkan pendapat orang lain yang menjadi peserta
musyawarah.
3. Musyawarah dapat memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Musyawarah dapat menimbulkan kewajiban yang mengikat, yakni kewajiban untuk
melaksanakan semua keputusan musyawarah.
5. Musyawarah dapat menimbulkan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
6. Musyawarah dapat menghilangkan permusuhan, dan lain-lain.
Dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam musyawarah itu maka bangsa Indonesia yakin
akan dapat melaksanakan pembangunan di segala bidang karena segala beban pembangunan itu akan
79
dipikul bersama-sama. Bukan hanya kewajiban pemerintah saja, tetapi juga merupakan kewajiban
setiap warga negara dan sebaliknya.

F. Demokrasi Global
Menurut beberapa ahli, pengertian demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan atau tata negara,
yang memberikan hak yang sama kepada setiap warga negaranya sebagai bentuk kedaulatan rakyat
dan negara. Sehingga negara yang menganut sistem demokrasi, menempatkan kedaulatan tertinggi
berada di tangan rakyatnya, seperti di negara Indonesia kita tercinta ini.

Karena dalam demokrasi pemerintahan berada di tangan rakyat, maka seluruh rakyat memiliki
kesetaran hak untuk berpartisipasi dalam sistem pemerintahan, yaitu dengan mendapatkan
kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih dan memilih, tanpa membeda-bedakan status
sosial, SARA (suku, agama, ras, antargolongan), dan lain sebagainya.

Negara dengan sistem demokrasi memiliki lembaga penyelenggara negara sebagai representasi
dari rakyatnya. Lembaga-lembaga tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu legislatif, eksekutif,
dan yudikatif, yang selanjutnya kita sebut dengan trias politica. Merupakan lembaga penyelenggara
negara dengan kedudukan yang setara, dan bersifat independen.

Prinsip Prinsip Demokrasi


Prinsip terpenting demokrasi ada tiga, yaitu :
1. Persamaan Diantara Warga Negara, Setiap warga negara memiliki kesetaraan dalam praktik
politik
2. Keterlibatan Warga Negara dalam Mengambil Keputusan Politik
3. Kebebasan diakui dan dipakai juga diterima oleh warga negara
Ciri-ciri Pemerintahan Demokrasi
Adapun ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan atas sistem demokrasi adalah
sebagai berikut :
1. Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak.

80
2. Ciri Konstitusional, yaitu hal yang berkaitan dengan kepentingan, kehendak, ataupun
kekuasaan rakyat dituliskan dalam konstitusi dan undang-undang negara tersebut.
3. Ciri Perwakilan, yaitu dalam mengatur negaranya, kedaulatan rakyat diwakilkan oleh
beberapa orang yang telah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
4. Ciri Pemilihan Umum, yaitu suatu kegiatan politik yang dilakukan untuk memilih pihak dalam
permerintahan.
5. Ciri Kepartaian, yaitu partai menjadi sarana / media untuk menjadi bagian dalam pelaksaan
sistem demokrasi.
6. Ciri Kekuasaan, adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan.
7. Ciri Tanggung Jawab, adanya tanggung jawab dari pihak yang telah terpilih untuk ikut dalam
pelaksaan suatu sistem demokrasi.
 Macam-Macam Demokrasi
Setelah memahami pengertian demokrasi, selanjutnya dianggap perlu untuk mengetahui macam-
macam demokrasi. Seiring berkembangnya sistem pemerintahan modern, demokrasi juga diadopsi
oleh banyak negara dengan ideologi, kultur, dan prinsip sosial yang berbeda. Maka secara
penyampaian aspirasi, ideologi, serta fokus sasarannya, penyelenggaraan demokrasi dalam sebuah
negara memiliki bermacam bentuk, berikut ini beberapa di antaranya:

Demokrasi Pancasila
Pengertian Demokrasi Pancasila adalah salah satu bentuk demokrasi yang penyelenggaraan
didasarkan atas aspirasi, keinginan, serta kepentingan masyarakat (rakyat pada umunya), bukan atas
dasar perseorangan atau kelompok (baik mayoritas maupun sebaliknya), oleh karenanya dalam
perjalannya dikembalikan kepada rakyat (hati nurani rakyat yang memutuskan). Negara dengan
sistem Demokrasi Pancasila tidak lain tidak bukan adalah Indonesia, karena ideologi yang dipakai
negara kita adalah Pancasila.

  Demokrasi Liberal
Pengertian Demokrasi Liberal adalah salah satu bentuk demokrasi yang diselenggarakan atas
dasar kebebasan,  yaitu dengan memberikan keleluasaan atau kebebasan kepada rakyatnnya dan tidak
turut campur atau mengatur terhadap kehidupan warga negaranya. Saat era pemerintahan orde lama,
negara Indonesia pernah menganut bentuk demokrasi ini, namun diubah menjadi demokrasi terpimpin

81
oleh Presiden Soekarno memalului dekrit presiden tahun 1959. Contoh negara dengan sistem
demokrasi liberal seperti Amerika Serikat, Perancis, Kanada, dll.

Demokrasi Komunis
Pengertian Demokrasi Komunis adalah bentuk demokrasi yang mengatur atau mengurus seluruh
kehidupan warga negaranya dan segala sesuatunya akan dijadikan milik negara. Bahkan untuk
mencapai visinya itu segala cara bisa dilakukan seperti pemerasan dan pemaksaan. Negara dengan
sistem demokrasi komunis umumnya memiliki ciri seperti: segala urusan perekonomian diatur oleh
pusat; kekuasaan dimiliki oleh satu golongan; tidak percaya Tuhan; tidak mengakui HAM;
memperbolehkan kekerasan; dan lain sebagainya.

Demokrasi Terpimpin
Pengertian Demokrasi Terpimpin adalah salah satu bentuk demokrasi yang memberikan
keleluasaan kepada rakyatnya namun diatur dan diarahkan oleh pimpinan negara, bentuk ini disebut
juga sebagai semi otoriter atau pimpinan tunggal. Istilah demokrasi terpimpin dikenalkan oleh
Presiden Soekarno melalui dekrit presiden tahun 1959, yang menyatakan bahwa demokrasi terpimpin
bukanlah diktator, sentralistik, ataupun liberal, akan tetapi demokrasi terpimpin merupakan
permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan, bukan dengan perdebatan dan
penyiasatan.

Demokrasi Langsung
Pengertian Demokrasi Langsung adalah bentuk demokrasi yang memberikan keleluasaan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam mengambil keputusan. Seperti dalam pelaksaan
pemilihan umum, seluruh masyarakat berhak untuk memilih atas dirinya dan kehendaknya sendiri
tanpa diwakili oleh siapapun. Jenis demokrasi ini yang sekarang diterapkan di negara kita, bagi Anda
yang berusia banyak, atau telah memiliki KTP (kartu tanda penduduk), pastinya Anda pernah
mengalami pemilihan umum (pemilu), pemilihan presiden (pilpres), pilkada, dan lain sebagainya.

Demokrasi Tidak Langsung


Pengertian Demokrasi Tidak Langsung adalah kebalikan dari demokrasi langsung, yaitu
masyarakat tidak dapat menyampaikan kehendaknya secara langsung. Artinya rakyat terlebih dahulu
memilih wakilnya (sebagai wakil rakyat) yang mengemban amanat dan dipercayai untuk
82
menyampaikan kehendak, aspirasi, atau opini mereka. Jadi dalam pelaksaan demokrasi tidak
langsung, rakyat memberikan aspirasinya kepada wakilnya (sebagai pelantara) terlebih dahulu, baru
wakil rakyat tersebut yang akan menyampaika kehendak rakyat kepada negara.

Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi


Kelebihan Demokrasi antara lain :
1. Pemegang Kekuasaan dipilih berdasarkan keinginan rakyat
2. Mencegah terjadinya monopoli kekuasaan
3. Kesetaraan hak membuat setiap masyarakat dapat berpartisipasi dalam sistem politik
Kekurangan Demokrasi :
1. Kepercayaan rakyat mudah digoyangkan oleh pengaruh media
2. Kesetaraan hak dianggap tak wajar karena oleh beberapa ahli, karena pengetahuan politik
setiap orang tidak sama
3. Fokus pemerintah yang sedang menjabat akan berkurang saat menjelang pemilihan umum
berikutnya

83
BAB IX
PANCASILA SUMBER NILAI EKONOMI KERAKYATAN
A. Pengantar
Terciptanya suatu masyarakat yang adil dan makmur adalah cita-cita setiap negara. Keadilan dan
kemakmuran bukanlah dua hal yang mudah untuk diwujudkan. Untuk mewujudkannya perlulah
komitmen kebangsaan yang konsekwen dan sungguh-sungguh.

Masalah kemiskinan bukanlah suatu masalah yang timbul dengan sendirinya atau tanpa sebab,
melainkan terjadi karena ketidakadilan. Memang tak dapat dipungkiri bahwa keadilan dalam bidang
ekonomi di negara kita belum terwujud sebagaimana yang diharapkan. Pancasila dan UUD 1945 telah
menegaskan hal itu, namun sampai saat ini bangsa Indonesia, pemerintah dan masyarakat masih
berupaya kearah itu, yakni upaya untuk menciptakan keadilan rakyat bagi seluruh rakyat Indonesia.
Salah satu aspek dari keadilan sosial adalah keadilan di bidang Ekonomi. Berikut adalah penjelasan
mengenai keadilan dalam bidang ekonomi yang ada di Indonesia.

84
B. Keadilan

Secara Istilah, adil yang berasal dari bahasa Arab, Kata adil berarti tengah,
adapun pengertian adil adalah memberikan apa saja sesuai dengan haknya.
Keadilan berarti tidak berat sebelah, menempatkan sesuatu ditengah-tengah, tidak
memihak, berpihak pada kebenaran, tidak sewenang-wenang. Keadilan juga
emiliki pengertian lain, yaitu suatu keadaan dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara memperoleh yang menjadi haknya sehingga dapat
melaksanakan kewajibannya.

Menurut Aristoteles, Keadilan adalah tindakan yang terletak diantara


memberikan terlalu banyak dan sedikit yang dapat diartikan memberikan sesuatu
kepada setiap orang sesuai dengan apa yang menjadi haknya.
Menurut Frans Magnis Suseno, Keadilan adalah keadaan antar manusia yang
diperlakukan dengan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.
Menurut Plato, Keadilan adalah diluar kemampuan manusia biasa dimana
keadilan hanya dapat ada di dalam hukum dan perundang-undangan yang dibuat
oleh para ahli yang khususnya memikirkan hal itu.
Macam-macam Keadilan secara umum
1. Keadilan Komunikatif (Lustitia Communicativa) adalah keadilan yang memberikan kepada
masing-masing orang terhadap apa yang menjadi bagiannya dengan berdasarkan hak
seseorang pada suatu objek tertentu. Contoh: Iwan membeli tas Andri yang harganya 100rb
maka Iwan membayar 100rb juga yang telah disepakati.
2. Keadilan Distributif (Lustitia Distributiva) adalah keadilan yang memberikan kepada masing-
masing terhadap apa yang menjadi hak pada suatu subjek hak yaitu individu. Keadilan
Distributif adalah keadilan yang menilai dari proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan
jasa, kebutuhan, dan kecakapan. Contoh: Karyawan yang telah bekerja selama 30 tahun maka
dia pantas mendapatkan kenaikan jabatan atau pangkat.
3. Keadilan Legal (Lustitia Legalis) adalah keadilan menurut UU dimana objeknya adalah
masyarakat yang dilindungi UU untuk kebaikan bersama. Contoh: Semua pengendara wajib
menaati rambu-rambu lalu lintas.

85
4. Keadilan Vindikatif (Lustitia Vindicativa) adalah keadilan yang memberikan hukuman atau
denda sesuai dengan pelanggaran atau kejahatannya. Contoh: Pengedar narkoba pantas
dihukum seberat-beratnya.
5. Keadilan Kreatif(Lustitia Creativa) adalah keadilan yang memberikan masing-masing orang
berdasarkan bagiannya yang berupa kebebasan untuk menciptakan kreatfitas yang dimilikinya
pada berbagai bidang kehidupan. Contoh: Penyari yang diberikan kebebeasan dalam menulis,
bersyair tanpa interfensi atau tekanan apapun.
6. Keadilan Protektif(Lustitia Protectiva) adalah keadilan dengan memberikan penjagaan atau
perlindungan kepada pribadi-prabadi dari tindak sewenang-wenang oleh pihak lain. Contok:
Polisi wajib menjaga masyarakat dari para pejahat

B. Ekonomi

Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos dan Nomos, Oikos berarti
rumah tangga sedangkan Nomos berarti aturan, kaidah, atau pengelolaan. Dengan
demikian, secara sederhana ekonomi dapat diartikan sebagai kaidah-kaidah,
aturan-aturan caMi pengelolan suatu rumah tangga.
Menurut Ahli, Ekonomi sebagai usaha dan tindakan manusia untuk
mencukupi kebutuhannya akan benda-benda, yang terbatas jumlahnya.

Faktor

Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumber


daya manusia, modal, usaha, teknologi, dsb. Semua itu merupakan faktor
ekonomi.
1. Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam
atau tanah. Tanah sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam
seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air,

86
sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya smber
alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber
alam tidak akan dapat membangun dengan cepat.

2. Sumber daya manusia modal

Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi yang mempunyai arti
penting khusus bagi negara kurang berkembang. Pembentukan modal diperlukan untuk
memenuhi permintaan penduduk yang meningkat di negara itu. Pembentukan modal ini pula
yang membawa ke arah teknologi yang membantu usaha penyediaan mesin, alat dan
perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat.

3. Usaha

Usaha merupakan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan salah satunya organisasi yang
merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan dengan penggunaan
faktor produksi didalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen)
modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya.

4. Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting didalam proses petumbuhan
ekonomi. Salah satunya menaikan poduktivitas buruh, modal, dan faktor produksi yang lain.
Tujuan

Untuk menciptakan keseimbangan tetap antara kebutuhan dan persediaan.


Karna baik jumlah pendudukan dan konsumsi senantiasa bertambah maka
kebutuhan terus menerus meningkat.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan keadilan dalam bidang ekonomi


adalah satu keadaan atau situasi dimana setiap orang memperoleh apa yang
menjadi haknya. Ini lantas berarti bahwa keadilan dalam bidang ekonomi adalah
perlakuan yang adil bagi setiap orang untuk mendapatkan penghidupan yang
layak sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada.
87
Sistem Ekonomi Pancasila
Para pelopor
Hangatnya polemik tentang sistem ekonomi indonesia sekita tahun 1980-1981
berkisar pada gagasan Mubyato dan Emil Salim.
Di kalagan para pakar terdapat dua cara pandang terhadap sistem ekonomi
pancasila. Pertama jalur yuridis formal, yang dipelopori oleh Sri Edi Swasono dan
Potan Arif Harahap berkeyakinan bahwa landasan hukum sistem ekonomi
pancasila adalah pasal 33 UUD 1945, yang dilatarbelakangi oleh jiwa pembukaan
UUD 1945 dan dilengkapi pasal 23, 27, ayat 4, 34, serta penjelasan pasal 2 UUD
1945.
Jalur kedua adalah jalur orientasi yang menghubungkan sila-sila dalam
pancasila yang dipelopori oleh Emil Slim, Mubyarto, dan Sumitro
Djojohadikusumo. Pada dasarnya mereka menafsirkan sisten ekonomi pancasila
sebagai sistem ekonomi yang berorientasi pada sila I, II, III, IV, dan V. Berikut
adalah perbandingan pemikiran ketiga tokoh
SUMITRO
SILA EMIL SALIM MUBYARTO
DJOJOHADIKUSUMO
Roda perekonomian Ikhtiar untuk senantiasa
Mengenal etika dan
I digerakan oleh rangsangan hidup dekat dengan
moral agama
ekonomi, sosial, dan moral Tuhan YME
Ikhtiar untuk
Titik berat pada nuansa
Ada kehendak kuat dari mengurangi dan
manusiawi dalam
masyarakat untuk memberantas
menggalang hubungan
II mewujudkan kemerataan kemiskinan dan
ekonomi dalam
sosial (egalitarian), sesuai pengangguran dalam
perkembangan
asas kemanusiaan penataan perekonomian
masyarakat
masyarakat
Pola kebijakan ekonomi
dan cara
Membuka kesempatan
penyelenggaraannya
ekonomi secara adil bagi Nasionalisme menjiwai
tidak menimbulkan
III semua, lepas dari setiap kebijaksaan
kekuatan yang
kedudukan suku, agama, ekonomi
mengganggu persatuan
ras, atau daerah
bangsan dan kesatuan
negara
IV Bermuara pada Koperasi merupakan Rakyat berperan dan
pelaksanaan demokrasi sokoguru perekonomian berpartisipasi aktif
ekonomi dan politik dan merupakan bentuk dalam usaha

88
paling konkret usaha
pembangunan
bersama
Memberi warna Imbangan yang tegas Pola pembagian hasil
egalitarian dan social antara perencanaan di produksi lebih merata
V
equity dalam proses tingkat nasional dan antar golongan, daerah,
pembangunan desentralisasi kota-desa

Dari tabel tersebut terlihat bahwa ketiganya berusaha menjabarkan ideologi


pancasila dalam dunia ekonomi dan bisnis. Hal ini sejalan dengan pandangan
yang menyatakan bahwa pancasila merupakan ideologi terbuka, yang artinya nilai
dasarnya tetap, namun penjabarannya dapat dikembangkan secara kreatif dan
dinamis sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat Indonesia.
Ekonomi pancasila mewujud dan terdiri atas tiga pilar sub sistem, yaitu.
1. Pilar ekonomi negara yang berfungsi untuk mendukung penyelenggaraan tugas negara dengan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa, dengan tgas pokok lain untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Pilarekonomi rakyat yang berebentuk koperasi, berfungsi untuk mewujudkan masyarakat adil
dan makmur, dengan tugas pokok mewujudkan kehidupan layak bagi seluruh anggotanya.
3. Pilar ekonomi swasta yang berfungsi untuk ikut melaksakan keteriban dunia, dengan tugas
pokok mewujudkan kemajuan usaha swasta yang memiliki daya kompetisi tinggi di dunia
internasional.

Sistem ekonomi yang cocok bagi masyarakat Indonesia adalah system


ekonomi tertutup yang bersifat kekeluargaan atau eknomi rumah tangga, yaitu
bangun koperasi yang menguasai seluruh proses ekonomi.
Implementasi keadilan social dalam bidang ekonomi diwujudkan dengan
pengbangan tiga kerangka penyangga ekonomi nasional yaitu swasta, BUMN, dan
koperasi. Perusahaan-perusahaan swasta memiliki agresifitas dalam konsolidasi
modal, mobilisasi sdm dan pembesaran skala usaha. Keberadaannya didorong
untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional dan penyediaan lapangan
kerja. BUMN difungsikan untuk pengelolaan dan pengembangan sarana-sarana
perekonomian vital serta pengembangan industry-industri strategis. Sedangkan
koperasi difungsikan sebagai wadah pemberdayaan ekonomi mikro.

89
Landasan idiil pancasila dapat dilihat antara lain dari kandungan yang terdapat
dalam prinsip koperasi :
1. Ketuhanan yang maha esa meliputi prinsip koperasi yang bersifat terbuka dan sukarela. Berarti
koperasi tidak menekankan pada keyakinan, kepercayaan tertentu saja. Tidak membedakan suku,
budaya, dan bersifat sukarela, terbuka bersifat ketuhanan. Hal ini merupakan keputusan yang
tepat, mengingat Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku, agama, dan budaya. Selanjutnya
ketentuan khusus dan jenis koperasi, diatur tersendiri di dalam anggaran dasar, anggaran rumah
tangga dan peraturan lainnya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Dikembangkan sikap saling enghormati dan diberi hak
dan kewajiban yang sama bagi anggota koperasi. Didalam point ke 5 dalam prinsip koperasi
mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat umumnya, berarti dikandung
nilai setiap manusia hendaknya jangan hanya mementingkan diri sendiri.
3. Persatuan Indonesia diantaranya dijelaskan, pesyaratan keanggotaan koperasi tidak membeda-
bedakan agama, suku, bangsa, warna kulit. Asala mempunyai kepentingan yang sama dan
dipenuhi persyaratan lain, dapat diterima sbgai anggota koperasi.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaan dalam permusyawaratan. Disini diliat dari
prinsip koperasi, bahwa koperasi dikelola secara demokratis, hal ini dijiwai oleh kerakyatan yang
dipinim oleh hikmah kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan. Juga pemegang kekuasaan
tertinggi dari koperasi adalah keputusan rapat anggota koperasi. Demikian pula setiap keputusan
diambil dengan mengedepankan musyawrah untuk mufakat.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Koperasi dibentuk untuk meningkatkan taraf
hidup para anggota khususnya dari masyarakat pada umumnya. Koperasi sebagai kumpulan
orang-orang dan bukan perkumpulan modal. Sebagaimana tersebut dalam melaksanakan
pembagian sisa hasil koperasi. Bahwa sisa hasil yang timbul akibat dari pemberian pelayanan
terhadap anggota, sisa tersebut dibagikan dengan adil sesuai dengan jasa partisipasinya kepada
koperasi. Sedangkan konsep koperasi sosialis, koperasi direncanakan da dikendalikan oleh
pemerintah dan dibentuk dengan tujuan merasionalkan produksi, untuk menunjang perencanaan
nasional. Menurut konsep ini, koperasi tidak berdiri sendiri tetapi merupakan subsistem dari
system sosialisme untuk mencapai tujuan-tujuan system sosialis-komunis.

90
BAB X

PANCASILA DALAM TATANAN KEISLAMAN DAN


KEINDONESIAAN

A. Pengantar
Pancasila adalah bagian ajaran agama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai
perdamaian dan persamaan hak serta pengalaman agama dalam konteks
bernegara.Dalam suatu negara dibutuhkan suatu tata aturan yang bisa
mengkoordinir seluruhmasyarakat dibawah naungan negara tersebut.

Demikian halnya dengan Indonesia sebagaimana kita ketahui bersama


dalamsejarah bahwa sejak lama Pancasila telah menopang dan mengkoordinir
berbagaisuku, ras, dan agamayang ada di Indonesia. Pancasila dirasa sangat
sesuai dan tepatuntuk mengakoordinir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang
ada di Indonesia.Hal ini dibuktikan bahwa sila-sila Pancasila selaras dengan apa
yang telah tergarisdalam al-Qur’an.

Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup


dandiamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk.
Artinya,rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945
sebenarnyamerupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di
91
dalamnya bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang
dianut bangsaIndonesia.

Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini
tentumemiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Namun
kenapa justrusaat ini seolah-olah islam agama islam satu-satunya yang berhak
atas pancasila.Bukankah kita tahu, pancasila lahir tidak hanya dibawah naungan
agam islamsemata. Namun, indonesia memiliki keberagaman agama yang
diakui.

B. Relasi Islam, Negara, dan Pancasila

Terdapat perbedaan pendapat dalam memandang hubungan agama dan


negara. Ada yang berpendapat negara harus berdasarkan pada agama (Islam) dan
ada yang berpendapat sebaliknya, bahwa negara harus dipisah dari agama
(nasionalisme sekuler). Perdebatan dianggap selesai setelah disepakati rumusan
Piagam Jakarta, meskipun kemudian dianulir setelah disahkannya UUD tanggal
18 Agustus 1945. Sejarah ini menunjukkan bahwa pengorbanan umat Islam
untuk negeri ini tidak ternilai harganya baik ditinjau dari segi perjuangan fisik
(jiwa raga) maupun ideologis (nilai-nilai keislaman). Dari pengorbanan tersebut,
mengembalikan kewenangan kepada umat Islam untuk menentukan arah
pembangunan negaraini menjadi keniscayaan.

C. Islam, Negara, Nasionalisme

Terdapat perbedaan pendapat dalam memandang hubungan agama dan negara. Ada yang
92
berpendapat negara harus berdasarkan pada agama (Islam) dan ada yang berpendapat sebaliknya,
bahwa negara harus dipisah dari agama (nasionalisme sekuler). Perdebatan dianggap selesai setelah
disepakati rumusan Piagam Jakarta, meskipun kemudian dianulir setelah disahkannya UUD tanggal
18 Agustus 1945. Sejarah ini menunjukkan bahwa pengorbanan umat Islam untuk negeri ini tidak
ternilai harganya baik ditinjau dari segi perjuangan fisik (jiwa raga) maupun ideologis (nilai-nilai
keislaman). Dari pengorbanan tersebut, mengembalikan kewenangan kepada umat Islam untuk
menentukan arah pembangunan negaraini menjadi keniscayaan. Menguraikan hubungan antara
agama dan negara bukanlah pekerjaan yang mudah.

Jalinan hubungannya telah memancing perdebatan yang sangat dinamis


dalam ketatanegaraan Indonesia. Pokok soal yang sering diperdebatkan adalah
keberadaan posisi agama dalam hubungan dengan negara, dalam hal ini
termasuk keberadaan hukum agama (hukum Islam) dalam tata hukum
Indonesia. Sejauh dapat ditangkap dari perjalanan sejarah, perdebatan tersebut
telah dimulai sejak awal kemerdekaan, pada masa pembentukan negara bangsa,
tatkala para pendiri negara kita (the founding fathers and mothers) dihadapkan
pada persoalan prinsipil, yakni di atas dasar apa Negara Indonesia didirikan
dan dioperasikan kelak. Dalam hal ini terdapat dua kutub pandangan yang
berbeda secara diametral, yaitu negara yang harus berdasarkan agama (Islam)
dan negara yang berdasarkan nasionalisme sekuler. Perdebatan itudianggap
selesai ketika disepakati rumusan Jakarta Charter (Piagam Jakarta 22 Juni
1945). Kemudian kompromi yang dianggap sementara, dilakukan ketika
pengesahan UUD pada 18 Agustus 1945 dari Piagam Jakarta, yaitu yang
menghapuskan tujuh kata “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. Kesepakatan ini menyimpan bara perdebatan pada
masa selanjutnya. Karena kesepakatan pada 18 Agustus 1945 itu
dianggapsebagai kesepakatan sementara agar tidak menghambat Indonesia
yang baru sehari merdeka.

Pada periode ketatanegaraan berikutnya dialektika ini kian berkembang.


Ketika tatanan negara berdasarkan kesepakatan 18 Agustus 1945 telah berproses,
persentuhan antara agama dannegara faktanya sering berjalan secara dikotomis,
dan sering tidak sinergis sehingga menghasilkan hubungan yang bersifat

93
antagonistik sekaligus akomodatif. Masa persidangan konstituante 1957-1959
dianggap gagal mengesahkan konstitusi baru karena persoalan hubungan antara
agama (Islam) dan negara ini. Demikian juga pada masa Orde Baru, agama
dalam hal ini ditempatkan vis-a-vis dengan negara, sebagaimana tercermin dari
kebijakan asas tunggal Pancasila bagi semua organisasi massa dan organisasi
politik yang banyak mendapat kecaman dan kritikan tajam. Namun pada saat
yang sama, aspirasi keagamaan mendapat tempat dalam tata perundangan dan
hukum.

Dengan kata lain, hukum agama (Islam) justru tetap diakomodasi dalam
tata hukum nasional, bahkan jauh lebih baik dari masa sebelumnya.
Fenomena ini kian nampak ketika Indonesia memasuki masa reformasi.
Dalam hal ini, hukum Islam mengalami perkembangan secara
berkesinambungan, baik melalui jalur infrastruktur politik maupun
suprastruktur politik. Indikator yang mencerminkan kecenderungan tersebut
dapat dilihat dari lahirnya sejumlah perundang-undangan yang dalam
ketentuan-ketentuannya menyerap jiwa dan prinsip-prinsip hukum Islam,
bahkan banyak undang-undang Islam dilahirkan. Kecenderungan yang paling
signifikan nampak dalam bentuk transplantasi hukum Islam ke dalam hukum
pidana Indonesia seperti yang diterapkan di Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD). Hal ini kemudian diikuti oleh pemerintah daerah lainnya dengan
sejumlah peraturan daerah yang bernuansa syari’ah.

Hanya saja, pemberlakukan hukum Islam sebagai hukum formal tersebut


telah menimbulkan perdebatan publik yang luas. Banyak pertanyaan mengenai
formalisasi hukum Islam tersebut baik dari sisi efektivitas maupun
penerapannya dalam bingkai Negara bangsa Indonesia.Terlebih, muncul
kekhawatiran akan terjadi diskriminasi dalam pemberlakukan hukumagama
dalam negara indonesia. Secara politik hal ini dianggap dapat membuka arena
konstetasi antar agama di satu pihak, dan antar agama dan negara di pihak lain.
Apakah memang demikian? Lantas bagaimana seharusnya hubungan agama dan
negara itu dibangun dalam kerangka yang lebih ideal dan konstitusional. Maka
disini kami akan membahas beberapa daripada hal tentang hal tersebut.
94
D. Islam dan Negara dalam Tinjauan Sejarah Indonesia

Secara historis, dialektika agama dan negara sebenarnya sudah berlangsung


lama, jauh sebelum kolonialisasi mengakar di Indonesia. Dalam hal ini, Islam
telah berakar dalam kesadaran hukum masyarakat dan mempunyai pengaruh
yang bersifat normative dalamkebudayaan Indonesia.

Ketika Belanda sampai di Nusantara sekitar abad 16-17 Masehi, mereka menemukan beberapa
kerajaan besar atau kecil yang tersebar di berbagai pelosok nusantara telah memberlakukan hukum
Islam dan corak pemerintahan Islam. Intinya, secara politik raja-raja di nusantara memberlakukan
hukum Islam meski tidak dalam konteks peraturan atau perundangundangan kerajaan. Namun dalam
perkembangan selanjutnya, hukum Islam kian berada dalam posisi yang tidak pasti dan terpinggirkan,
karena terdorong oleh kepentingan kolonialisme pada saat itu. Sejak rezim colonial Belanda
menguasai kepulauan Indonesia seutuhnya, politik hukum pun berubah secara sistematis. Pemerintah
kolonial Belanda berupaya melakukan pembatasan keberlakuanhukum Islam yang antara lain
didasarkan pada teori reseps yang digagas Snouck Hurgronje dengan pemberlakuan Staatsblad 1937
no. 116.

Lemahnya posisi hukum Islam ini terus terjadi hingga menjelang


berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda pada tahun 1942. Demikian halnya
pada masa pendudukan Jepang. Meski tidak ada perubahan berarti bagi posisi
agama, Islam, selama masa ini, namun dapat dikatakan lebih baik dari rezim
sebelumnya, karena beberapa badan atau komite bentukan Jepang seperti
BPUPKI, duduk tokoh-tokoh yang mewakili kelompok Islam. Ada kehendak
Jepang merangkul umat Islam untuk kepentingan Perang Asia Timur Raya.

Masa Indonesia merdeka adalah saat paling penting dalam sejarah


ketatanegaraan Indonesia, dengan semangat membawa perubahan nilai-nilai
revolusioner dalam tata hukum di Indonesia, termasuk perjuangan para tokohnya
dalam menjadikan hukum Islam sebagai dasar tata hukum Indonesia. Ketika
95
UUD 1945 akan disahkan, dialektika mengenai relasi agama dan negara menjadi
awal perdebatan yang menguras energi. Waktu itu ada perbedaan pandangan
1yang cukup tajam diantara para founding fathers yaitu, antara faksi Islam dan
faksi nasionalis dalam sidingBPUPKI. Faksi Islam menghendaki negara berdasar
Islam, sedangkan faksinasionalis menginginkan negara yang tidak berdasarkan
agama.

Faksi Islam berprinsip bahwa agama, dalam hal ini Islam, tidak dapat
dipisahkan dari urusan kenegaraan, karena agama tidak hanya mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan saja, melainkan juga hubungan sesama
manusia, lingkungan dan alam semesta.

Sedangkan faksi nasionalis berprinsip bahwa agama dan negara harus


dipisahkan secara tegas dan proporsional, dengan keyakinan bahwa fungsi
agama hanya mengurusi ajaran-ajaran yang berkaitan dengan kehidupan akhirat
dan urusan pribadi saja, sementara negara memang merupakan masalah politik
yang berurusan dengan duniawi.

Sekalipun proses perdebatan mengenai pilihan dasar negara sangat keras,


perdebatan itu berakhir pada suatu titik kompromi atau kesepakatan (concensus)
yang dituangkan dalam Piagam Jakarta yang dimaksudkan sebagai rancangan
Pembukaan UUD, tanggal 22 Juni 1945 Prinsipnya, piagam ini merupakan
gentleman’s agreement8 atau social contract dari wakil-wakil yang ada dalam
forum penyusunan UUD tersebut. Formulasi resmi pertama Pancasila terdapat
dalam Piagam Jakarta, yang sila pertamanya adalah “ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syar’iat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Konsekuensinya, kalimat tersebut juga dicantumkan dalam Pasal 29 ayat (1)
UUD 1945 dan adanya ketentuan yang mengharuskan Presiden orang Indonesia
asli dan beragama Islam. Di sini, nampak kedudukan hukum Islam disebutkan
secara ekplisit dan mempunyai posisi yang kuat sebagai cita hukum (rechtsidee).
Ini berbeda dengan masa sebelumnya. Pada zaman Belanda, hukum Islam secara
sistematik direduksi dengan diberlakukannya hukum adat bagi golongan bumi
96
putera dan hukum barat bagi golongan Eropa. Politik hukum tersebut didasarkan
pada teori resepsi atauteori konflik Snouck Hourgronje sebagaimana yang telah
disebutkan diatas. Sehingga menurut Hazairin adalah reaksi yang wajar dari
pihak Islam untuk merehabilitasi hidup keagamaannyamelalui “tujuh kata” di
Piagam Jakarta. Namun, kompromi yang tertuang dalam Piagam Jakarta itu
diformulasikan kembali pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam siding PPKI,
dengan alasan kekhawatiran kalangan rakyat Indonesia Timur terhadap
kandungan yang ada dalam Piagam Jakarta. Alhasil, “tujuh kata” dalam Piagam
Jakarta dihilangkan menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kendati tanpa
memuat delapan kata dari Piagam Jakarta, prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa
tetap mempertegas bahwa ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara
negara dan agama dalam bangunan ideal Negara Indonesia di cita-citakan. Dalam
posisi demikian, Negara Republik Indonesia tidak mengenal doktrin pemisahan
antara agama dan negara. Prinsip inilah yang menurut Tahir Azhary merupakan
ciri khusus dari Negara Hukum Pancasila sekaligus yang membedakannya dari
semua konsep negara hukum lain baik rechstaat, rule of law, dan socialist
legalitiy. Itulah cerminan konsep monoteisme atau tauhid (unitas). Prinsip ini
pula merupakan dasar kerohanian dan dasar moral bagi Bangsa Indonesia dalam
bernegara, bermasyarakat, artinya penyelenggaraan kehidupan bernegara dan
bermasyarakat wajib memperhatikan dan mengimplementasikan petunjuk-
petunjuk Tuhan Yang Maha Esa. Proses pembentukan Konstitusi di Konstituante
sepanjang rentang 1957-1959 menjadi factor pemicu mencuatnya kembali
dialektika agama dan negara. Arus pemikiran yang digagas oleh faksi nasionalis
Islamdengan dasar negara Islam ataupun faksi nasionalis sekuler mewarnai
perdebatan-perdebatan dalam sidang Konstituante. Dalam hal ini, faksi
nasionalis mengusulkan Pancasila, sedangkan faksi Islam menyodorkan Islam
sebagai dasar negara.

Tetapi, upaya ini menemui jalan buntu, dan dengan alasan Konstituante telah
gagal memenuhi tugasnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959.
Walaupun demikian, Dekrit Presiden nampaknya mengakomodasi dua arus
pemikiran yang berkembang dalam Konstituante, yaitu dengan mengakomodasi

97
pandangan faksi Islam dengan mencantumkan dalam salah satu konsiderannya
bahwa Piagam Jakarta 22 Juni 1945 Menjiawi UUD 1945, dan merupakan suatu
rangkaian Kesatuan dengan konstitusi tersebut. Kata Menjiawi pada satu sisi
berarti tidak boleh dibuat paraturan perundang-undangan yang bertentangan
dengan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Sedangkan pada sisi lain,
berarti para pemeluk Islam diwajibkan menjalankan syariat Islam. Hal ini tentu
saja memperjelas posisihukum Islam dalam UUD 1945, sehingga dapat
dikatakan kedudukan hukum Islam dalam UUD 1945 sesudah Dekrit Presiden
lebih kuat daripada dalam UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI. Karena,
penerimaan hukum islam telah menjadi sumber otoritatif dalam hukum tata
Negara Indonesia, dan bukan lagi sekedar sumber persuasif.

Pada praktiknya, setidak-tidaknya kondisi tersebut dapat dilihat pada masa


orde baru. Selain hukum Adat ataupun hukum Barat, hukum Islam telah
menjadi salah satu sumber hukumnasional, (meski pada masa orde lama pun,
justifikasi terhadap hukum Islam telah ada, sebagai contoh dengan lahirnya UU
No.5 tahun 1960 yang menyandarkan kesahan hukum agraria pada hukum
agama).

Upaya ini diawali dengan lahirnya UU No.14 tahun 1970 tentang


Kekuasaan Kehakiman, yang mengakui Peradilan Agama sebagai salah satu
badan peradilan yang berinduk pada Mahkamah Agung. Dengan undang-
undang ini – menurut Hazairin – hukum Islam telah berlaku secara langsung
sebagai hukum yang berdiri sendiri. Hal ini kemudian disusul dengan
berlakukannya UU No.1 tahun 1974 yang mengatur sahnya perkawinan
berdasarkan hukum agama. Bagi umat Islam hukum agama adalah hukum
Islam. Berdasarkan undangundang ini, perkawinan penduduk hanya sah bila
dilakukan menurut keyakinan agamanya, dan setelah itu dicatatkan pada
negara. Warga beragama Islam, pencatatannya di Kantor Urusan Agama,
sedangkan non muslim di Kantor Catatan Sipil.

Suatu kemajuan eksistensial hukum Islam yang dapat dicatat dalam kerangka

98
ius constitutum adalah dengan ditetapkannya UU No.7 tahun 1989 tentang
Peradilan Agama (kini UU No.3 tahun 2006) dan Inpres No.1 tahun 1991
tentang Kompilasi Hukum Islam. Dengan kedua peraturan tersebut, hukum Islam
bukan saja diakui keberadaannya, akan tetapi secara definitive telah menjadi
bagian hukum nasional, dan pilar peradilan negara, baik secara materil maupun
formil. Artinya, hukum Islam menjadi bagian penting dalam restrukturisasi dan
reformasi hukum nasional. Dalam bidang hukum materil, pengadilan agama
diberi kewenangan untuk mengadili perkara perkawinan, kewarisan, wasiat,
hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, serta wakaf dan shadaqah
(bahkan kewenangan tersebut telah diperluas, yakni juga menangani persoalan
hukum terkait dengan sengketa ekonomi syariah termasuk perbankan.16 Dengan
demikian, secara implicit hukum Islam diterima dan diakomodasi dalam hukum
negara. Selain itu secara normatif, ketentuan-ketentuan hukum Islam tidak saja
mewarnai undangundang sebagaimana yang telah disebutkan diatas, tetapi juga
turut masuk dalam peraturan pemerintah, antara lain PP No.9 tahun 1975 tentang
Petunjuk Pelaksanaan UU Perkawinan dan PP No.28 tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik.

Dengan demikian dapat dikatakan, politik hukum Orde baru terhadap hukum
Islam secara praktis-empiris tidak saja mengukuhkan sejarah perkembangan
hukum Islam sebagai hukum positif ke dalam model pelembagaan yuridis, akan
tetapi telah menempatkannya pada posisi yang penting, meski masih dalam batas-
batas tertentu.

Pada sisi lain, pada era ini, dengan ditetapkan UU No.8 tahun 1985 tentang
UU Keormasan, maka partai politk dan ormas di Indonesia sejak tahun 1985
diwajibkan mencantumkan asas tunggal, yaitu Pancasila. Hal ini menimbulkan
hubungan antara negara dan Islam kembali bergejolak. Alasan penetapan
tersebut lebih dikarenakan kekuatan-kekuatan politik yang berdasarkan Islam
dipandang sebagai pesaing kekuasaan yang potensial yang dapat mengancam,
menganggu, dan bahkan merobohkan landasan negara yang nasionalis. Karena
alasan-alasan tersebut, rezim penguasa selalu berupaya melemahkan dan
menjinakan kekuatankekuatan politik Islam saat itu karena dicurigai menentang
99
ideology negara, Pancasila. Bahkan, politik Islam sering dicurigai sebagai anti
ideologi Negara Pancasila. Kondisi ini menandakan, pola yang dikembangkan
Orde Baru sendiri yang tidak mentolelir perbedaan

Inilah bukti bahwa perjalanan sejarah Orde Baru yang berlangsung selama 32 tahun terdapat
kesenjangan antara das sollen dan das sein yang cenderung bersifat legal-formal dari pada sisi
substantif. Realitas empirik inilah yang kemudian memperjelas bahwa hubungan agama dan
negara pada masa ini bersifat akomodatif di satu sisi, dan antagonistik di sisi lain.

Artinya, agama dan negara satu sama lain saling mengisi bahkan ada
kecenderungan memiliki kesamaan untuk mengurangi konflik, namun pada saat
yang sama ada ketegangan antara Islam sebagai sebuah agama dengan negara.

Pada Perubahan UUD 1945 (1999-2002) muncul kembali dialektika agama


dan negara. Selama proses perubahan dari tahun 1999 sampai tahun 2002, isu-
isu peka dan pernah tabu untuk dibicarakan, seperti isu apakah Pembukaan
UUD 1945 perlu diubah, isu untuk memasukkan kembali “tujuh kata: dengan
kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk- pemeluknya” seperti
dirumuskan pada rancangan Piagam Jakarta akan dimasukkan kembali ke dalam
Pasal 29 UUD, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia dibicarakan
secara terus- terang dalam forum lembaga resmi pada masa itu. Sebagai contoh
Fraksi PBB dan PPP mengusulkan redaksi Pasal 29 UUD 1945 sebagai berikut:

1) negara berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa dengan berkewajiban menjalankan


syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya;

2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-


masing dan untuk beribadat menurut agamanya itu. Pada ayat (2) ini kata “kepercayaan”
dihilangkan karena di masa lalu, kata-kata itu disalahtafsirkan dan disalahgunakan untuk
menumbuh suburkan aliran kepercayaan,dan dianggap bertentangan dengan maksud
rumusan semula.

3) Negara melindungi penduduk dari penyebaran paham-paham yang bertentangan dengan


Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua fraksi tersebut menegaskan bahwa dengan usulan
seperti ini, maka larangan terhadap komunisme dalam TAP Nomor XXV/MPRS/1966 yang
100
semula di dalam UUD bersifat implisit, menjadi eksplisit. Dengan demikian di masa depan
tidak ada lagi kontroversial TAP MPRS itu dengan UUD.

Dalam sidang PAH I, pembahasan pasal 29 berjalan sangat seru dan cukup alot, sehingga
melahirkan empat alternatif. Rancangan rumusan alternatif pertama adalah tetap seperti rumusan
lama. Kedua, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan
syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Ketiga, Negara berdasar atas Ketuhanan

Yang Maha Esa dengan kewajiban melaksanakan ajaran agama bagi masing-masing
pemeluknya. Keempat, Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa, kemanusiaan yangadil
dan beradab, persatuan Indonesia,kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terhadap alternatif ini Fraksi PPP dan Fraksi PBB memilih alternatif kedua. Fraksi Reformasi
dan Fraksi PKB memilih alternatif ketiga, sisanya termasuk Fraksi PDIP memilih alternatif
pertama.

Di luar saluran institusi-institusi politik, isu Piagam Jakarta dalam usulan perubahan Pasal 29
UUD 1945, juga terjadi pro kontra antar beberapa kelompok masyarakat. Alhasil, akhir perdebatan
yang berlangsung selama 1999-2002, mayoritas fraksi dan anggota MPR menyepakati rumusan
Pasal 29 UUD 1945 tidak ada perubahan. Pada saat yang sama, pada Perubahan Keempat disepakati
adanya penegasan bahwa UUD 1945 adalah UUD yang disahkan pada 18 Agustus 1945 dan
diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.21 Adanya penegasan demikian, bahwa
pemberlakuan kembali UUD 1945 dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah hendak menyatakan
bahwa piagam tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dari UUD ini.

E. Agama Islam

Islam merupakan salah satu agama di Indonesia. Agama adalah jalan hidup (way of life) yang
merupakan sumber sistem nilai yang harus dijadikan pedoman oleh manusia. Sedangkan agama
Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw untuk disampaikan
serta diteruskan kepada seluruh umat manusia. Sesuai dengan pengertian di atas dapat diketahui
bahwa Islam mengandung aturan yang mengatur kehidupan manusia di segala aspek kehidupan.
101
Seperti dalam pengertian syariah bahwa syariah bermakna umum (identik dengan agama) yang
mencakup hukum-hukum amaliyah yang memuat hukum amaliyah manusia dengan Tuhannya,
sesama manusia dan alam semesta. Adapun sumber syariah adalah Al-Quran yang merupakan
wahyu Allah dan dilengkapi dengan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

F. Pancasila

Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia. Berdasarkan pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan
menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang memiliki nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial. Nilai-nilai ini oleh bangsa Indonesia dinyatakan
sebagai hasil kesepakatan untuk menjadi dasar negara, pandangan hidup, jati diri bangsa, dan
ideologi negara yang tidak dapat diubah oleh siapapun.

G. Hubungan Sila Pancasila dengan Agama Islam

Seperti yang telah kita ketahui bahwa sila pancasila itu ada 5:
1. Ketuhanan yang Maha Esa, dimana ia memiliki relevansi dengan ajaran islam
untukberaqidah atau memiliki keyakinan. Ketuhanan adalah prinsip semua agama. Dan
prinsip keesaan Tuhan merupakan inti ajaran Islam, yang dikenal dengan konsep tauhid.
Dalam Islam tauhid harus diyakini secara kaffah (totalitas), sehingga tauhid tidak hanya
berwujud pengakuan dan pernyataan saja. Akan tetapi, harus dibuktikan dengan tindakan
nyata, seperti melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, baik dalam konteks hubungan
vertikal kepada Allah (ubudiyyah) maupun hubungan horisontal dengan sesama manusia
dan semua makhluk (hablun minan nas). Dalam pandangan Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah tauhid bagi umat Islam. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu
mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan. Dalam kacamata Islam,
Tuhan adalah Allah semata. “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
102
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” QS. al-Baqarah: 163

2. Kemanusiaan yang adil dan Beradab, Prinsip kemanusiaan dengan keadilan dan keadaban
adalah juga menjadi ajaran setiap agama yang diakui oleh negara Indonesia, termasuk
Islam. Dalam ajaran Islam, prinsip ini merupakan pengamalan dari ajaran tauhid.
Muwahhidun (orang yang bertauhid) wajib memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi
dengan sikap yang adil dan berkeadaban. Dalam Sila Kemanusiaan terkandung nilai –
nilai bahwa setiap Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang beradab. Sikap adil sangat ditekankan oleh ajaran Islam, dan sikap adil
adalah dekat dengan ketaqwaan kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al
Maidah ayat 8: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
danbertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” Demikian juga konsep beradab (berkeadaban) dengan menegakkan etika dan
akhlak yang mulia menjadi misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw dengan
sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

3. Persatuan Indonesia, Semua agama termasuk Islam mengajarkan kepada umatnya untuk
selalu bersatu dan menjaga kesatuan dan persatuan. Ajaran Islam memerintahkan agar
umat Islam menjalin persatuan dan kesatuan antar manusia. Persatuan dan kesatuan juga
sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, karena akan membawa masyarakat
menjadi lebih tentram dan damai. Jika dalam kepemimpinan muslim berlandaskan pada
persatuan dan kesatuan, maka peranan ajaran agama Islam akan lebih mantap dalam
masyarakat Pancasila dilingkungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Dan
berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai
berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah)
bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya
kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” Qs. Ali Imron: 103

103
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan,
Prinsip yang ada pada sila keempat ini merupakan serapan dari nilai-nilai Islam yang
mengajarkan kepemimpinan yang adil, yang memperhatikan kemaslahatan rakyatnya dan di
dalam menjalan roda kepemimpinan melalui musyawarah dengan mendengarkan berbagai
pandangan untuk didapatkan pandangan yang terbaik bagi kehidupan bersama dengan
kemufakatan. “Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan
kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” Qs. Shaad: 20 “Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.” Qs. Ali Imran: 159.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Mengelola negara dengan prinsip keadilan
yangmeliputi semua aspek, seperti keadilan hukum, keadilan ekonomi, dan sebagainya, yang
diikuti dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat merupakan amanat setiap agama bagi para
pemeluknya. Dalam Islam di ajarkan agar pemimpin negara memperhatikan kesejahteraan
rakyatnya, dan apabila menghukum mereka hendaklah dengan hukuman yang adil. Sila yang
menggambarkan terwujudnya rakyat adil, makmur, aman dan damai. Hal ini disebutkan dalam
surat al-Nahl ayat 90. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran”

104
BAB XI
GEOPOLOTIK DAN WAWASAN NUSANTARA
A. Pengantar

Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di
bawah kakinya. Demikian, kata Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 dihadapan sidang BPUPKI. Oleh
karena itu, setelah membangsa orang menyatakan tempat tinggal sebagai negara. Dalam
perkembangan selanjutnya pengertian negara tidak hanya tempat tinggal, tetapi diartikan lebih luas
lagi yang meliputi institusi, yaitu pemerintah, rakyat, kedaulatan, dan lain - lain.
      Karena orang dengan tempat tinggalnya tidak dapat dipisahkan, perebutan ruang yang menjadi
hal yang menimbulkan konflik antar manusia induvidu, keluarga, masyarakat dan bangsa hingga kini,
meskipun bentuknya dapat secara fisik ataupn nonfisik. Untuk dapat mempertahankan ruang
hidupnya, suatu bangsa harus mempunyai kesatuan cara pandang yang dikenal sebagai wawasan
nasional. Para ilmuwan politik dan militer menyebutnya sebagai geopolitik yang merupakan
kepanjangan dari geografi politik.
      Konsep wawasan bangsa tentang wilayah mulai dikembangkan sebagai ilmu pada akhir  abad
XIX dan awal abad XX dan dikenal sebagai geopolitik, yang pada mulanya membahas geografi dari
segi politik negara (state). Selanjutnya, berkembang konsep politik _dalam arti distribusi kuatan_
pada hamparan geografi negara sehingga tidaklah berlebihan bahwa geopolitik sebagai ilmu “baru”
dicuragai sebagai pembenaran pada kosepsi ruang. Oleh karena itu, dalam membahas masalah
wawasan nasional bangsa, di samping membahas sejarah terjadinya konsep wawasan nasional, akan
dibahas pula teori geopolitik dan implementasinya pada negara Indonesia.
      Geopolitik, dibutuhkan oleh setiap negara di dunia, untuk memperkuat posisinya terhadap
negara lain, untuk memperoleh kedudukan yang penting di antara masyarakat bangsa-bangsa, atau
secara lebih tegas lagi, untuk menempatkan diri pada posisi yang sejajar di antara negara-negara
raksasa.
      Konsep wawasan nasional setiap bangsa berbeda. Hal ini berkaitan dengan profil diri bangsa
sejarah, pandangan hidup, ideology, budaya dan sudah barang tentu ruang hidupnya, yaitu geografi.
Kedua unsur pokok profil bangsa dan geografi inilah yang harus diperhatikan dalam membuat konsep
geopolitik bangsa dan Negara.

105
B. Pengertian Geopolitik

Kata geo-politik berasal dari kata geo dan politik. “geo” berarti bumi dan “politik” berasal dari
bahasa Yunani politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan teia yang
berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip),
keadaan, cara yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu.
            Dari pengertian di atas, pengertian geopolitik dapat lebih disederhanakan lagi. Geopolitik
adalah suatu studi yang mengkaji masalah-masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk
kepada percaturan politik internasional. Geopolitik  mengkaji makna strategis dan politis suatu
wilayah geografi, yang mencakup lokasi, luas serta sumber daya alam wilayah tersebut. Geopolitik
mempunyai 4 unsur pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi, hubungan timbal balik
antara geografi dan politik, serta unsur kebijaksanaan.

C. Perkembangan Teori Geopolitik

Istilah geopolitik semula sebagai ilmu politik, kemudian berkembang menjadi


pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan konstelasi ciri _khas
negara yang berupa bentuk, Luas, letak, iklim, dan sumber daya alam_ sutau
negara untuk membangun dan membina negara. Para penyelenggara pemerintah
nasional hendaknya menyusun pembinaan politik nasional berdasarkan kondisi
dan situasi geomorfologi secara ilmiah berdasarkan cita-cita bangsa. Adapun
geostrategi diartikan sebagai pelaksanaan geopolitik dalam negara.
Kemudian, teori geopolitik berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional bangsa. Oleh karena
itu, wawasan nasional bangsa selalu mengacu pada geopolitik. Dengan wawasan nasional suatu
negara, dapat dipelajari kemana arah arah perkembangan sautu negara.
Beberapa Pandangan Para Pemikir Mengenai Geopolitik
Sebelum membahas wawasan nasional, terlebih dahulu perlu pembahasan
tentang beberapa pendapat dari para penulis geopolitik. Semula geopolitik adalah
ilmu bumi politik yang membahas masalah politik dalam suatu negara, lalu
berkembang menjadi ajaran yang melegitimasi Hukum Ekspansi suatu negara. Hal
ini tidak terlepas sumbangsih pemikiran dari pada penulis, diantaraya:

106
a. Teori Geopolitik Kontinental

Friedrich Ratzel (1844-1904).


Teori yang dikemukakannya adalah teori ruang yang dalam konsepsinya
dipengaruhi oleh ahli biologi Charles Darwin. Ia menyamakan negara sebagai
makhluk hidup yang makin sempurna serta membutuhkan ruang hidup yang
makin meluas karena kebutuhan. Dalam teorinya, bahwa bangsa yang berbudaya
tinggi akan membutuhkan sumber daya yang tinggi dan akhirnya mendesak
wilayah bangsa yang “primitif”. Pendapat ini dipertegas Rudolf Kjellen (1864-
1922) dengan teori kekuatan, yang pada pokoknya menyatakan bahwa negara
adalah satuan politik yang menyeluruh serta sebagai satuan biologis yang
memiliki intelektual. Dengan kekuatannya, ia mampu mengeksploitasi negara
“primitif” agar negaranya dapat swasembada. Beberapa pemikir sering
menyebutnya sebagai Darwinisme social.

Karl Haushofer (1869-1946).


Haushofer yang pernah menjadi atase militer di Jepang meramalkan bahwa
Jepang akan menjadi negara yang jaya di dunia. Untuk menjadi jaya, suatu bangsa
harus mampu menguasai benua-benua di dunia. Ia berpendapat bahwa pada
hakekatnya dunia dapat dibagi atas empat kawasan benua (Pan Region) dan
dipimpin oleh negara unggul. Teori Ruang dan Kekuatan merupakan hasil
penelitiannya serta dikenal pula sebagai  teori Pan Regional, yaitu:
1. Lebensraum (ruang hidup) yang “cukup”;
2. Autarki (swasembada); serta
3. Dunia dibagi empat Pan Region, tiap region dipimpin satu bangsa (nation) yang unggul, yaitu
Pan Amerika, Pan Asia Timur, Pan Rusia India, serta Pan Eropa Afrika. Dari pembagian
daerah inilah, dapat diketahui percaturan politik masalah lalu dan masa depan.

            Pengaruh Haushofer _menjelang Perang Dunia II_ sangat besar di Jerman ataupun di Jepang.
Semboyan Macht und Erde di Jerman serta doktrin Fukoku Kyohei di Jepang melandasi pembangunan
kekuatan angkatan perang kedua negara tersebut menjelang Perang Dunia II.

107
D. Wawasan Geopilitik

Selanjutnya masih ada beberapa pandangan geopolitik lain, akan tetapi lebih
cenderung menunjukkan kepada suatu wawasan yaitu
1)   Wawasan Benua
Sir Halford Mackinder (1861-1947)
Teori Daerah Jantung (dikenal pula sebagai wawasan benua). Dalam teori
ahli geografi ini, mungkin terkandung maksud agar negara lain selalu berpaling
pada pembentukan kekuatan darat. Dengan demikian, tidak mengganggu
pengembangan armada laut Inggris. Teorinya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dunia terdiri atas 9/12 air, 2/12 pulau dunia (Eropa, Asia, Afrika), serta sisanya 1/12 pulau
lainnya.

b. Daerah terdiri atas Daerah Jantung (Heartland), terletak di pulau dunia, yaitu Rusia, Siberia,
sebagian Mongolia, Daerah Bulan Sabit Dalam (inner cresent) meliputi Eropa Barat, Eropa
Selatan, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Timur, serta Bulan Sabit Luar (outer cresent)
meliputi Afrika, Australia, Amerika / Benua Baru.

c. Apabila suatu negara ingin menguasai dunia, harus menguasai Dunia Jantung, untuk itu
diperlukan kekuatan darat yang memadai.

Teori geopolitik Mackinder dapat disimpulkan sebagai berikut Who rules


East Europe commands the Heartland; who rules the Heartland commands the
world; Island, Who rules the world Island commands the World.

2)   Wawasan Bahari


Sir Walter Raleigh (1554-1618) dan Alfred T. Mahan (1840-1914)          
Teori Kekuatan Maritim yang direncanangkan oleh Raleigh, bertepatan
dengan kebangkitan armada Inggris dan belanda yang ditandai dengan kemajuan
teknologi perkapalan dan pelabuhan, serta semangat perdagangan yang tidak lagi

108
mencari emas dan sutra di Timur (Simbolon,1995 : 425).  
Pada masa ini pula, lahir pemikiran hukum laut internasional yang berlaku
sampai tahun 1994 (setelah UNCLOS 1982 disetujui melalui SU PBB).
a. Sir W.Raleigh: Siapa yang kuasai laut akan menguasai perdagangan dunia/kekayaan dan
akhirnya menguasai dunia, karena itu ia harus memiliki armada laut yang kuat. Sebagai tindak
lanjut, maka Inggris berusaha menguasai pantai-pantai benua, paling tidak menyewanya.
b. Alfred T.Mahan: Laut untuk kehidupan, sumber daya alam banyak terdapat di laut, maka
harus dibangun armada laut yang kuat untuk menjaganya. Menurut Mahan, di samping hal
tersebut, juga perlu diperhatikan masalah akses ke laut dan jumlah penduduk karena faktor ini
juga akan memungkinkan kemampuan industri untuk kemandirian suatu bangsa dan negara.

3)   Wawasan Dirgantara


Giulio Douhet (1869-1930) William Mitcel (1879-1936).
Awal abad XX merupakan kebangkitan ilm pengetahuan penerbangan. Kedua
orang ini mencita-citakan berdinya Angkatan Udara. Dalam teorinya, disebutkan
bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga belakang lawan, serta
kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.

4)   Wawasan Kombinasi


Nicholas J. Spijkman (1893-1943).
Teori Daerah Batas (Rimland theory).  Teorinya dipengaruhi oleh Mackinder
dan Haushover, terutama dalam membagi daerah. Karena ia adalah bangsa
Belanda yang pada dasarnya bangsa mari_tim, maka menurutnya penguasa daerah
jantung harus ada akses ke laut hendaknya menguasai pantai Eurasia. Dalam
teorinya tersirat:
a. Dunia menurunya terbagi empat daerah, yaitu daerah jantung (Hearland), Bulan Babit
Dalam(Rimland), Bulan Sabit Luar, dan Dunia Baru(Benua amerika);
b. Menggunakan kombinasi kekuatan darat, laut, udara untuk kuasai dunia;
c. Daerah Bulan Sabit Dalam (Rimland) akan lebih besar panga_ruhnya dalam percaturan politik
dunia dari pada daerah jantung; serta
d. Wilayah Amerika yang paling ideal dan menjadi negara terkuat.

109
E. Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan


berasal dari kata wawas (bahasa Jawa) yang berarti pandangan, tinjauan atau
penglihatan indrawi. Selanjutnya muncul kata mawas yang berarti memandang,
meninjau atau melihat. Wawasan artinya pandangan, tujuan, penglihatan, tanggap
indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang, cara melihat. Nusantara berasal dari
kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan. Antara artinya
menunjukkan letak anatara dua unsur. Nusantara artinya kesatuan kepulauan yang
terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia dan dua samudera, yaitu
Samudera Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara”
digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam. Atau cara pandang dan sikap bangsa Indonesia menganai diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayahh dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Wawasan nasional suatu bangsa terbentuk karena bangsa tersebut tinggal


dalam suatu wilayah yang diakui sebagai miliknya untuk kehidupannya. Oleh
karena itu, apabila suatu bangsa dibahas, akan terkait pula masalah sejarah diri
dan budaya, falsafah hidup, serta tempat tinggal dan lingkungan bangsa tersebut.
Dari ketiga aspek itu, tercetus aspirasi bangsa yang kemudian dituangkan dalam
perjanjian tertulis-konstitusi-ataupun tidak tertulis. Perjanjian ini tetap menjadi
catatan hidup motivasi yang semuanya dituangkan menjadi ajaran doktrin dasar
untuk membanngun negara yang berupa wawasan nasional.

Wawasan nasioal bangsa Indonesia dinamakan wawasan nusantara yang


merupakan implementasi perjuangan pengakuan se-bagai negara kepulauan yang
disesuaikan dengan kemajuan zaman. Pada masa lalu negara kepulauan yang
110
meliputi kumpulan pulau-pulau_berdasarkan contour yang dipisahkan oleh laut.
Paham Nusantara menunjukkan dua arah pengaruh, yaitu :
1. ke dalam: berlaku asas kepulauan yang menuntut terpenuhnya unsur tanah dan air yang selaras
dan serasi untuk merealisasikan wujud tanah air;serta
2. ke luar: berlakunya asas posisi antara yang menuntut posisi kuat bagi Indonesia untuk dapat
berdiri tegak dari tarikan segala penjuru.

F. Kedudukan Wawasan Nusantara

Dalam sistem kehidupan nasional Indonesia sebagai paradigma kehidupan


nasional Indonesia yang urutannya sebagai berikut :
1. Pancasila sebagai falsafah, ideology bangsa, dan dasar negara.
2. UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
3. Wawasan Nusantara sebagai geopolitik bangsa Indonesia.
4. Ketahanan Nasional sebagai geostrategi bangsa dan Negara Indonesia.
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam pebangunan nasional.

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional sebagai doktrin dasar


pengaturan kehidupan nasional. Sementara itu, politik dan strategi nasional,
sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam bentuk GBHN masa ORBA yang
dijabarkan lebih lanjut dalam kebijaksanaan strategi pada strata di bawahnya.

Doktrin dasar adalah himpunan prinsip atau teori yang diajarkan,  dianjurkan
dan diterima sebagai kebenaran, untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan
kegiatan, serta dalam usaha mencapai tujuan. Doktrin dasar adalah doktrin yang
timbul dari pemikiran yang bersifat falsafah.

G. Peranan Wawasan Nusantara

Dalam kehidupan kehidupan nasional, Wawasan Nusantara dijelaskan


peranannya untuk :

111
1. Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan, yang serasi dan selaras pada segenap
aspek kehidupan nasional.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pamanfaatan lingkungannya. Peranan ini berkaitan
dengan adanya hubungan yang erat dan saling terkait dan ketergantungan antara bangsa dan
ruang hidupnya. Oleh karena itu, pemanfaatan lingkungan harus bertanggung jawab. Jika
tidak, maka akan menimbulkan kerusakan lingkugan yang pada akhirnya akan merugikan
bangsa.
3. Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional. Kepentingan nasional menjadi
dasar hubungan antara bangsa. Apabila suatu bangsa kepentingan nasionalnya sejalan atau
parallel dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu akan mudah terjalin
hubungan persahabatan.
4. Merentang hubungan Internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.

H. Wasantara Sebagai Landasan Konsepsi Ketahanan Nasional

Wajah Wasantara dalam pengembangannya dipandang sebagai konspsi politik


ketatanegaraan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Sebagai suatu konsepsi
politik yang di dasarkan pada pertimbangan konstelasi geografis, wawasan
nusantara dapat di katakan merupakan penerapan teori geopolitik dari bangsa
Indonesia.
Dengan demikian, wawasan nusantara selanjutnya menjadi landasan
penentuan kebijaksanaan politik Negara. Dalam perjuangan mencapai tujuan
nasional, akn banyak menghadapi tantangan, hambatan dan gangguan baik yang
datang dari luar negri maupun dari dalam negri sendiri. Untuk
menanggulanginya,dibutuhkan suatu kekuatan baik fisik maupun mental. Semakin
tinggi kekuatan itu makin tinggi pula kemampuannya. Kekuatan dan kemampuan
yang diistilahkan ketahanan nasional berdasarkan rangkaian pemikiran tersebut
maka ketahanan nasional diartikan sebagai konsepsi pengaturan dan
penyelenggaraan dalam mencapai persatuan serta kesatuan nasional dalam rangka
mencapai kesejahteraan dan keamanan nasional. Bertolak dari pandangan ini
maka ketahanan nasional merupakan geostrategi nasional untuk mencapai sasaran

112
yang telah ditegaskan dalam wawasan nusantara dan perlu ditingkatkan dengan
berpedoman pada wawasan nusantara.

I. Wasantara sebagai Wawasan Pembangunan Nasional

Menurut UUD 1945 MPR wajib membuat GBHN. GBHN_masa ORBA_


menegaskan bahwa wawasan dalam penyelenggaraan pembangunan nasional
adalah Wawasan Nusantara yang bersumber pada pancasila dan UUD 1945.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri serta lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa.
Di samping itu, dengan mengutamakan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini mencakup :
1. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, yang berarti :

a. bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan kesatuan
wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa serta menjadi modal dan
milik bersama bangsa
b. bahwa bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku dan berbicara dalam berbagai bahasa
daerah, serta memeluk/menyakini berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa harus merupakan suatu kesatuan bangsa yang bulat dalam artian seluas-luasnya.
c. bahwa secara psikologis bangsa Indonesia harus merata satu, senasib sepenanggungan,
sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa.
d. bahwa Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta ideology bangsa dan negara yang
melandasi, membimbing dan menyerahkan bangsa menuju tujuannya.
e. bahwa kehidupan politik diseluruh wilayah Nusantara merupakan suatu kesatuan politik yang
diselenggarakan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
f. bahwa seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan system hukum dalam arti bahwa
hanya ada satu hukun nasional yang mengabdi kepentingan nasional;serta
g. bahwa bangsa Indonesia yang hidup berdampingan dengan bangsa lain ikut menciptakan
ketertiban nasional yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
melalui politik luar negri bebas dan aktif serta diabadikan pada kepen_tingan nasional

113
2. Pewujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi,   yang berati:

a. bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik
bersama bangsa dan bahwa keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di seluruh
wilayah tanah air;
b. tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa
meninggalkan kehidupan ekonominya; serta
c. kehiduan perekonomian di setiap wilayah Nusantara meru_pakan satu kesatuan ekonomi yang
diselenggarakan sebagai usaha bersama mendasar atas asas kekeluargaan dan ditujukan bagi
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
3. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya yang berarti:
a. bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, maka perikehidupan bangsa harus merupakan
kehidupan yang serasi dengan terdapat tingkat kemajuan masyarakat yang sama merata dan
seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai dengan tingkat kemajuan bangsa;
serta
b. bahwa budaya bangsa Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya
yang ada menggambarkan kekanyaan budaya bangsa. Kekayaan ini menjadi modal dan
landasan pengembagan budaya bangsa seluruhnya. Tentunya dengan tidak menolak nilai-nilai
budaya lain yang tidak bertentangan dengan nilai budaya bangsa, serta hasil-hasilnya dapat
dinikmati oleh bangsa.

4. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai kesatuan pertahanan dan keamanan, yang


berarti:
a. bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya merupakan ancaman
terhadap seluruh bangsa dan Negara; serta
b. bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka
pembelaan negara dan bangsa. 

Dari rangkaian uraian di atas, dapat di  simpulkan sebagai berikut.


1. Wawasan Nusantara merupakan penjabaran tujuan nasional yang telah diselaraskan dengan
kondisi, posisi dan potensi geografi, serta kebhinnekaan bangsa dalam rangka mewujudkan
persatuan dan kesatuan.

114
2. Wawasan Nusantara merupakan pola tindak dan pola pikir dalam melaksanakan pembangunan
nasional.

J. Wasantara sebagai Wawasan Pertahanan dan Keamanan Negara.

Wawasan Nusantara adalah pandangan geopolitik Indonesia dalam


mengartikan tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang me-liputi seluruh
wilayah dan segenap kekuatan negara.
Mengingat bentuk dan letak geografis Indonesia yang merupakan suata
wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya dan mempunyai letak ekuator
besarta segala sifat dan corak khasnya,maka implementasi nyata dari Wawasan
Nusantara yang menjadi kepentingan-kepentingan pertahanan keamanan negara
harus ditegakkan. Realisasi penghayatan dan pengisian Wawasan Nusantara di
satu pihak menjamin keutuhan wilayah nasional dan melindungi sumber-sumber
kekayaan alam beserta penyelarasannya, sedangkan di lain pihak dapat
menunjukkan kedaulatan negara Republik Indonesia.

Untuk dapat memenuhi tuntutan itu dalam perkembangan dunia, maka seluruh
potensi pertahanan ke amanan Negara haruslah sedini mungkin ditata dan di atur
menjadi suatu kekuatan yang utuh dan menyeluruh. Kesatuan pertahanan dan
keamanan negara mengandung arti bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah
mana pun pada hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan
negara.

K. Wasantara sebagai Wawasan Kewilayahan

Sebagai faktor eksistensi suatu Negara, wilayah nasional perlu di tentukan


batas-bataasnya agar tidak terjadi sengketa dengan Negara tetangga. Oleh karena
itu, pada umumnya batas-batas wilayah suatu negara dirumuskan konstitusi
negara (baik tertulis maupun tidak tertulis). Namun, UUD’45 tidak memuat secara
115
jelas ketentuan wilayah negara Republik Indonesia, baik dalam Pembukaan
maupun dalam pasal-pasalnya. Adapun pasal-pasal yang menyebut
wilayah/daerah, yaitu:
1. Pada pembukaan UUD’45, alinea IV di sebutkan “…seluruh tumpa darah Indonesia…”; serta
2. Pasal 18, UUD’45: “Pembagian daerah indnesia atas daerah besar dan kecil…”.

Untuk dapat memahami manakah yang di maksudkan dengan wilayah atau


tumpah darah Indonesia itu, maka perlu ditelusuri pemba_hasan-pembahasan
yang terjadi pada siding-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), pada Mei s.d. Juni 1945,  yang ditetapkan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), sehari setelah Proklamasi
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Adapun pembahasan-pembahasan
tersebut bersumberkan pada Rancangan UUD dan Piagam Jakarta yang dihasilkan
oleh BPUPKI. Dalam rangkaian siding-sidang BPUPKI bulan Mei s.d. Juni 1945,
telah dibahas masalah wilayah Negara Indonesia merdeka yang lebih populer
disebut tanah air atau juga “tumpah darah” Indonesia.
Dalam sidang-sidang ini yang patut dicatat adalah pendapat Dr. Supomo, S.H.
dan Muh.Yamin, S.H. pada 31 Mei 1945, serta Ir.Sukarno pada 1 Juli 1945.
Supomo menyatakan,antara lain:
“Tentang syarat mutlak lain –lainnya, pertama tentang daerah, saya mufakat
dengan pendapat yang menga-takan: pada dasarnya Indonesia yang harus meliputi
batas Hindia Belanda…”.
Muh.Yamin menghendaki, antara lain:
“….. bahwa Nusantara terang meliputi Sumatera, Jawa-Madura, Sunda Kecil,
Borneo, Selebes, Maluku-Ambon, dan Semenanjung Malaya, Timor dan
Papua…..Daerah kedaulatan negara Republik Indonesia ialah daerah yang delapan
yang menjadi wilayah pusaka bangsa Indonesia”.
Sokarno dalam pidaonya, antara lain:
 “…Orang dan tempat tidak dapat dipisihkan. Tidak dapat di pisahkan rakyat
dari bumi yang ada di bawah kakinya. … Tempat itu yaitu tanah-air. Tanah-air itu
adalah satu kesatuan. Allah SWT  membuat peta dunia, meyusun peta dunia, kita
dapat menunjukkan di mana “kesatuan-kesatuan” di situ. Seorang anak kecil pun,
116
jikalau ia melihat dunia, ia dapat menunjukakan bahwa kepulauan Indonesia
merupakan satu kesatuan…”.

Adapun yang disepakati sebagai wilayah negara Indonesia adalah bekas


wilayah Hindia Belanda. Namun, dalam rancangan UUD atau pun dalam
keputusan PPKI tentang UUD 1945 ketentuan tentang wilayah negara Indonesia
itu tidak dicantumkan. Hal ini di jelaskan oleh ketua PPKI__Ir. Sukarno__bahwa
dalam UUD yang modern, daerah (=Wilayah) tidak perlu masuk dalam UUD
(Setneg RI, tt: 347). Berdasarkan penjelasan dari Ketua PPKI tersebut, jelaslah
bahwa wilayah, tanah air, atau tumpah darah Indonesia meliputi batas bekas
Wilayah Hindia Belanda.

Untuk menjamin pelestarian kedaulatan, serta melindungi unsur wilayah dan


kepentingan nasional, dibutuhkan ketegasan tentang batas wilayah. Ketegasan
batas wilayah tidak saja untuk mempertahankan wilayah, tetapi juga untuk
menegaskan hak bangsa dan negara dalam pergaulan internasional. Wujud
geomorfologi Indonesia berdasarkan pancasila—dalam arti persatuan dan
kesatuan—menuntut suatu konsep kewilayahan yang memandang daratan/pulau,
lautan, serta udara angkasa di atasnya sebagai satu kesatuan wilayah. Dari dasar
inilah, laut bukan lagi sebagai alat pemisah wilayah.

Dalam menentukan batas wilayah negara, Pemerintah RI meng-acu pada


Aturan Peralihan UUD’45, Pasal II—“Segala  badan Negara dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar ini”—yang memberlakukan undang-undang sebelumnya.
Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan
wilayah dan termuat dalam Ordonantie tahun 1939 yang diundangkan pada 26
Agustus 1939 yang dimuat dalam Staatblad No. 422 tahun 1939, tentang
“Territoriale Zee en Maritiem Kringen Ordonantie”.

Berdasarkan ketentuan ordonansi ini, penentuan lebar laut wilayah sepanjang


3 mil laut dengan cara penarikan garis pangkal berdasarkan garis pasang surut,
117
yang dikenal pula mengikuti contour pulau/darat. Ketentuan demikian itu
mempunyai konsekuensi bahwa secara hipotetis setiap pulau yang merupakan
bagian wilayah negara Republik Indonesia mempunyai laut territorial sendiri-
sendiri.
Sementara itu, di sisi luar atau sisi laut (outer limits) dari tiap-tiap laut
territorial dijumpai laut bebas. Jarak antara satu pulau dengan pulau lain yang
menjadi bagian wilayah negara Republik Indonesia “dipisahkan” oleh adanya
kantong-kantong laut yang berstatus sebagai laut bebas yang berada di luar
yuridiksi nasional. Dengan demikian, dalam kantong-kantong laut nasional tidak
berlaku hukum nasional.

118
BAB XII
GEOSTRATEGIS DAN KETAHANAN NASIONAL

A. Pengantar

Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa, baik pada masa lampau, kini,
maupun masayang akan datang. Geostrategi menjadi sangat penting karena setiap bangsa yang
telah menegaramembutuhkan strategi dalam memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang hidup
nasional. Semua inidalam rangka menentukan kebijakan, sarana, dan sasaran perwujudan
kepentingan, serta tujuan nasionalmelalui pembangunan. Dengan demikian, suatu bangsa itu
tetap eksis dalam arti ideologis, politis,ekonomis, sosial budaya, dan hankam.

Pembukaan UUD 1945 memberikan amanat kepada para penyelenggara negara agar dalam
hidupberbangsa dan negara dalam lingkup nasional diarahkan untuk mewujudkan upaya
melindungi segenapbangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Selain itu, untuk
memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Geostrategi Indonesia pada dasarnya adalah strategi nasional bangsa Indonesia dalam
memanfaatkanwilayah negara Republik Indonesia sebagai ruang hidup nasional untuk
merancang arahan tentangkebijakan, sarana, serta sasaran pembangunan untuk mencapai
kepentingan dan tujuan nasional tersebut.Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud
Konsepsi “Ketahanan Nasional”.

119
B. Pengertian Geostrategis

Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan sebagai usaha
denganmenggunakan segala kemampuan atau sumber daya baik SDM maupun SDA untuk
melaksanakankebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan kehidupan suatu negara,
geostrategi diartikansebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujdkan cita-cita dan tujuan
melalui proses pembangunanyang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan dan keputusan yang terukurdan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang
lebih baik, lebih aman dan bermartabat.

Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara untuk


menentukankebijakan, tujuan, serta sarana-sarana untuk mencapai tujuan nasional. Geostrategi
dapat pula dikatakansebagai pemanfaatan kondisi lingkungan dalam upaya mewujudkan tujuan
politik. Suatu strategimemanfaatkan kondisi geografi Negara dalam menentukan kebijakan,
tujuan, sarana utk mencapai tujuannasional (pemanfaatan kondisi lingkungan dalam mewujudkan
tujuan politik). Geostrategi Indonesiadiartikan pula sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita
proklamasi sebagaimana yang diamanatkandalam pembukaan dan UUD 1945. Ini diperlukan utk
mewujudkan dan mempertahankan integrasi bangsadalam masyarakst majemuk dan heterogen
berdasarkan Pembukaan dan UUD 1945.

Pada awalnya geostrategi diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan militer atau perang.
Di Indonesiageostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi,
sebagaimana tercantumdalam Mukadimah UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional.
Karena tujuan itulah maka iamenjadi doktrin pembangunan dan diberi nama Ketahanan
Nasional. Mengingat geostrategi Indonesiamemberikan arahan tentang bagaimana membuat
strategi pembangunan guna mewujudkan masa depanyang lebih baik, lebih aman.

C. Perkembangan Konsep Geostrategi Indonesia

Konsep geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada tanggal 10 Juni

120
1948 diKotaraja. Namun sayangnya gagasan ini kurang dikembangkan oleh para pejabat
bawahan, karena sepertiyang kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada akhir
Desember 1948, sehingga kurang berpengaruh. Dan akhirnya, setelah pengakuan kemerdekaan
1950 garis pembangunan politik berupa “Nation and character and building “ yang merupakan
wujud tidak langsung dari geostrategi Indonesia yakni sebagai pembangunan jiwa bangsa.
Berikut beberapa tahapan geostrategi Indonesia dari awal pembentukan hingga sekarang.
1. Pada awalnya pengembangan awal geostrategi Indonesia digagas. Sekolah Staf dan
KomandoAngkatan Darat (SESKOAD) Bandung tahun 1962. Isi konsep geostrategi
Indonesia yang tenimusadalah pentingnya pengkajian terhadap perkembangan
lingkungan strategi di kawasan Indonesia yangditandai dengan meluasnya pengaruh
Komunis. Geostrategi Indonesia pada waktu itu dimaknaisebagai strategi untuk
mengembangkan dan membangun kemampuan teritorial dan kemampuangerilya untuk
menghadapi ancaman komunis di Indocina.
2. Pada tahun 1965-an lembaga ketahanan nasional mengembangkan konsep geostrategi
Indonesiayang lebih maju dengan rumusan sebagai berikut: Bahwa geostrategi Indonesia
harus berupa sebuahkonsep strategi untuk mengembangkan keuletan dan daya tahan, juga
mengembangkan kekuatannasional dalam menghadapi dan menangkal ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan, baikbersifat internal maupun eksternal. Gagasan ini
agak lebih progresif, tapi tetap terlihat konsepgeostrategi Indonesia baru sekadar
membangun kemampuan nasional sebagai faktor kekuatanpenangkal bahaya.
3. Sejak tahun 1972 Lembaga Ketahanan Nasional terus melakukan pengkajian tentang
geostrategiIndonesia yang lebih sesuai dengan konstelasi Indonesia. Pada era itu konsepsi
geostrategi Indonesiadibatasi sebagai metode untuk mengembangkan potensi ketahanan
nasional dengan pendekatankeamanan dan kesejahteraan untuk menjaga identitas
kelangsungan serta integritas nasional sehinggatujuan nasional dapat tercapai.
4. Terhitung mulai tahun 1974 geostrategi Indonesia ditegaskan wujudnya dalam bentuk
rumusanketahanan nasional sebagai kondisi, metode, dan doktrin dalam pembangunan
nasional.Pengembangan konsep geostrategi Indonesia bahkan juga dikembangkan oleh
negara-negara yanglain dengan bertujuan:
a. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional, baik yang berbasis pada
aspekideologi, politik, sosial budaya, dan hankam maupun aspek-aspek alamiah. Hal ini

121
untuk upayakelestarian dan eksistensi hidup negara dan bangsa dalam mewujudkan cita-
cita proklamasi dantujuan nasional.

b. Menunjang tugas pokok pemerintahan Indonesia dalam:


1. Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order),
2. terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and prosperity)
3. Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and prospety),
4. terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (yuridical justice and social justice),
5. tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri (freedom of the
people).

D. Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan berasal dari kata “tahan” ; tahan menderita, tabah, kuat, dapat menguasai
diri, tidak kenal menyerah. Ketahanan berarti berbicara tentang perihal kuat, keteguhan hati,
atau ketabahan. Sedangkan pengertian nasional adalah penduduk yang tinggal di suatu wilayah
dan berdaulat. Jadi, ketahanan nasional adalah perihal keteguhan hati dalam memperjuangkan
kepentingan nasional.

Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional,
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan
baik yang datang dari luar maupun dalam yang secara langsung dan tidak langsung
membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
mengejar tujuan nasionalnya.

Keadaan atau kondisi selalu berkembang dan keadaan berubah-ubah. Oleh karena itu,
ketahanan nasional harus dikembangkan dan dibina agar memadai sesuai dengan
pekembangan zaman. Jika kita mengkaji ketahanan nasioanal secara luas, kita akan mendapatkan
tiga wajah ketahanan nasional, walaupun ada persamaan tetapi ada perbedaan satu sama lain.

122
E. Unsur – Unsur Ketahanan Nasional

1. Gatra dalam Ketahanan Nasional

Unsur,elemen,atau faktor yamg memengaruhi kekuatan/ketahana nasional suatu negara


terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu negara.
a. Unsur kekuatan nasional negara menurut Hans J.Morgenthau terbagi menjadi dua
faktor,yaitu:

1) Faktor tetap (stable factors),terdiri atas geografi dan sumber daya alam.
2) Faktor berubah (dyinamic factors),terdiri atas kemampuan industri, militer,
demografi, karakter nasional, moral nasional,dan kualitas diplomasi.

b. Unsur kekuatan nasional menurut James Leeray terbagi menjadi dua faktor, yaitu

1) Tangible factors, terdiri atas penduduk,kemampuan industri dan militer.


2) Intagible factors, terdiri atas karakter nasional, moral nasional,dan kualitas
kepemimpinan.

c. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer dan Peerkins terdiri atas tanah, sumber
daya, penduduk, teknologi, ideologi, moral, dan kepemimpinan.

d. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandra terdiri atas :

1) Alamiah :geografi, sumber daya, dan penduduk


2) Sosial :perkembangan ekonomi, struktur politik, serta budaya dan moral nasional
3) Lain-lain :ide, intelegensi dan diplomasi, kebijaksanaan kepemimpinan.

123
e. Unsur kekuatan nasional menurut Alfret T.Mahan terdiri atas letak geografi, wujud
bumi, luas wilayah, jumlah penduduk, watak nasional, dan sifat pemerintahan.
f. Unsur kekuatan nasional menurut Ray Celine terdiri atas sinergi antara potensi demografi
dan geografi, kemampuan ekonomi, militer, strategi nasional, dan kemauan nasional.

g. Unsur kekuatan nasional model IndonesiaUnsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia


dikenal dengan gatra dalam ketahanan nasional Indonesia.Pemikiran tentang gatra
dalam ketahanan nasionaldirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas.Unsur-
unsur kekuatan nasional Indonesia dikenal dengan nama Asta Gatra yang terdiri atas Tri
Gatra dan Panca Gatra.

F. Urgensi Ketahanan Nasional Terhadap Eksistensi Negara

Ketahanan Nasional ditinjau secara antropologis mengandung arti kemampuan manusia atau
suatukesatuan kemampuan manusia untuk tetap memperjuangkan kehidupannya. Rumusan
ketahanan nasionalsebagaimana disusun oleh Lemhamnas adalah: Ketahanan Nasional Idonesia
adalah kondisi dinamis Bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek, kehidupan nasional yang
terintegrasi, berisi keuletan danketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalammenghadapi dan mengatasi segala ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan, baik yang datang dariluar maupun dari dalam untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara,serta perjuangan mencapai
tujuan nasional.

G. Ketahanan Nasional Sebagai Perwujudan Dan Geostrategi Indonesia


1. Perkembangan Konsep Pengertian Tannas
a. Gagasan Tannas oleh Seskoad tahun 1960-an. Tannas adalah pertahanan wilayah oleh
seluruhrakyat.

124
b. Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1963-an. Tannas adalah keuletan dan daya
tahannasional dalam menghadapi segala kekuatan, baik yang datang dari luar maupun
dan dalam yanglangsung ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan
negara dan bangsa Indonesia.

c. Gagasan Tannas oleh Lemhanas tahun 1969-an. Tannas adalah keuletan dan daya
tahannasional dalam menghadapi segala ancaman, baik yang datang dari luar maupun
dari dalamyang langsung ataupun tidak langsung membahayakan kelangsungan
negara dan bangsaIndonesia.

d. Gagasan Tannas berdasar SK Menhankam/Pangab No. SKEP/1382/XG/1974.


KetahananNasional adalah merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan
dan ketangguhan yangmengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
di dalam menghadapi danmengatasi segala ancaman, gangguan, dan tantangan, baik
yang datang dari dalam maupun dariluar yang langsung ataupun tidak langsung ,
membahayakan integritas, identitas, kelangsunganhidup bangsa dan negara, serta
perjuangan nasional.

e. Gagasan Tannas menurut GBHN 1978-1997. Tannas adalah kondisi dinamis yang
merupakanintegritasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.

2. Hakikat Ketahanan NasionalPada hakikatnya Ketahanan Nasional adalah kemampuan


dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapatmenjamin kelangsungan hidupnya menuju
kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional inibergantung pada kemampuan bangsa
dan seluruh warga negara dalam membina aspek alamiah serta sosial sebagai landasan
penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang. Ketahanan Nasionalmengandung
makna keutuhan semua potensi yang terdapat dalam wilayah nasional, baik fisik
maupunsosial, serta memiliki hubungan erat antargatra di dalamnya secara komprehensif

125
integral. Kelemahansalah satu bidang akan mengakibatkan kelemahan bidang yang lain,
yang dapat memengaruhi kondisikeseluruhan.

BAB XIV

PENUTUP

Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi dasar
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia, nilai-nilai
Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu
diamalkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia mampu
mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban masyarakat
dapat diminimalisir, secara tidak langsung juga akan mengurangi kriminalitas di
Indonesia, meningkatkan keamanan dan kesejahteraan bangsa Indonesia

126
DAFTAR PUSTAKA

Suryana,Effendy & Kaswan, pancasila & ketahanan jati diri bangsa Bandung: Pt Refika
Aditama,2015

Lubis,Maulana Arafat, Pembelajaran ppkn di SD/MI implementasi pendidikan abad 21,


Medan: AKASHA SAKTI, 2018
Ronto. 2012. Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Jakarta: PT Balai Pustaka.
http://satujam.com/pancasila-dan-lambangnya/

Lubis, Maulana Arafat. 2018. Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21 di SD/
MI). Yogyakarta: Samudra Biru.
Gesmi, Irwan & Yun Hendri.2018. Buku Ajar Pendidikan Pancasila. Ponorogo: Uwais
Inspirasi Indonesia.
KAELAN.2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta, Paradigma
A. UBAEDILLAH & ABDUL ROZAK. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan Civic  Education
Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. , Jakarta. ICCE UIN Syarif Hidayatullah

KAELAN, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, 2010, hlm.86


A. UBAEDILLAH & ABDUL ROZAK, Pendidikan Kewarganegaraan Civic  Education Pancasila,
Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2003, hlm.32-
33
https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
https://thegorbalsla.com/pengertian-pancasila/
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-dasar-negara/

127
https://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi
Surbakti, K. (2018). UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL TALKING STICK MATERI SISTEM
PEMERINTAHAN PUSAT. JURNAL TEMATIK, 8(1), 166-171.

Surbakti, K. (2017). Pengaruh Game Online terhadap Remaja. JURNAL CURERE, 1(1).
Ajat Sudrajat. 2008. Din Al Islam. Yogyakarta: UNY Press.

Salam Burhanudin.1985 filsafat pancasilaisme .Bandung: bina aksara

Ahmad Supadie Didiek dan Sarjuni. 2012.Pengantar studi islam. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada
Kaelan, 1999.PendidikanPancasilaYuridisKenegaraan. Yogyakarta.Paradigma.
https://www.pancasila.weebly.com/Makna-sila-kedua-pancasila/
https://www.susirananingsih26.wordpress.com/
https://www.kompasiana.com/masnanang4738/5e021f7bd541df21ce4e8f93/makna-arti-sila-ke-2

https://binus.ac.id/character-building/pancasila/memaknai-nilai-kemanusiaan-dalam-sila-
kedua/#:~:text=Sila%20kedua%20yang%20berbunyi%20%E2%80%9CKemanusiaan,sama%2C
%20tanpa%20membeda%2Dbedakan%20agama
https://rumus.co.id/makna-sila-ke-2/
https://ekodavidsr.wordpress.com/2012/02/24/keindonesiaan/
https://jamsblogs.wordpress.com/2013/02/13/analisis-keindonesiaan-tentang-wawasan-kebangsaan-
sebagai-landasan-penggerak-kebangkitan-bangsa
http://www.slideshare.net/d3perpus/materi-kuliah-pancasila
http://demokrasipancasilaindonesia.blogspot.co.id/2015/03/wawasan-kebangsaan-pengertian-
makna.html
http://afifrahmanmsi8.blogspot.co.id/2012/01/wawasan-kebangsaan.html
http://budisansblog.blogspot.co.id/2013/08/makna-keindonesiaan.html
LingTangSwie.2006.MasaGelapPancasila.
ErwinMuhammad.2010.PendidikanKewarganegaraanRepublikIndonesia.Bandung: PT. Refika
Aditama.
 http : pmiiattanwir.blogspot.co.id/2015/06/keindonesiaan.html?m=1
 https://elinzanuars.wordpress.com/2015/04/22/wawasan-nusantara-sebagai-geopolitik-indonesia/

128
Pimpinan MPR&Tim, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : Sekretariat
Jenderal MPR RI, 2012
http://pengertian-isp.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-demokrasi-pancasila-terpimpin-liberal.html
http://www.softilmu.com/2015/01/Pengertian-Ciri-Macam-Macam-Demokrasi-adalah.html
Drs. Kaelan, M.S. Pendidikan Pancasila. 2004. PARADIGMA.
Wiyono, Hadi. Kewarganegaraan. 2007. GANECA.
http://adietsaputra91.blogspot.com/2010/11/arti-dan-makna-sila-ke-4.html
Anonim, 2011, Penyimpangan Demokrasi Pancasila. http://www.selamatkan-indonesiaku.net. : 26
April 2011
https://leonardoansis.wordpress.com/goresan-pena-sahabatku-yono/”keadilan-dalam-bidang–
ekonomi”/
https://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertian-keadilan-macam-macam-keadilan.html?
m=1
Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Jhingan, M. L. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2013.
Kuncoro, Mudrajad. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan. Jakarta :
Erlangga, 2010.
http://soeharto.co/tag/keadilan-sosial
www.pusakaindonesia.org/koperasi-sebagai-implementasi-ekonomi-pancasila/
Cik Hasan Bisri. Hukum Islam dalam Hukum Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia.
Jakarta: Logos Publishing, 1988 (ed). Endang Saifuddin Anshari. Piagam Jakarta 22 Juni 1945:
Sebuah Konsensus Nasional tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1959). Cet. 1.

Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Hamka. Sejarah Umat Islam. Bukit Tinggi: N.V.
Nusantara, 1961. Hazairin. Demokrasi Pancasila. Cet.6. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. M. Imam
Aziz. Agama. Demokrasi dan Keadilan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993. Nurcholish
Madjid. Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008.
Pendidikan Kewarganegaraan 2012. Hartomo Media Pustaka. Jakarta
Pendidikan Pancasila. 201. Ghalia Indonesia. Bogor
2005. Geopolitik Indonesia, Jakarta, Dirjendikti, Makalah SUSCADOS Angkatan I 2005
Bedjo dan Zainul Akhyar. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. FKIP UNLAM: Lab PKn.

129
Afandi, Widoyo, .Reformasi Indonesia, Bahasan dari sudut pandang Geografi Politik
danGeopolitik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sumarsono, S., Drs., MBA, at al., 2005, Pendidikan Kewarganegaraan, PT. Gramedia
PustakaUtama, Jakarta.

130

Anda mungkin juga menyukai