HAJI
Disusun oleh:
Muliadi Efendi
KELAS: D
EKONOMI SYARIAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat dan Karunia-Nya kami telah diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah fiqih yang berjudul “HAJI”. Tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberi dukungan kepada
kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan HAJI, dan serta
informasi dari media massa yang berhubungan dengan FIQIH. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya.Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
a.Latar belakang……………………………………………………………………………..
b.Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
c. Tujuan………………………………………………………………………………………….
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………………..
a.Pengertian haji………………………………………………………………………………
b.Syarat wajib haji……………………………………………………………………………
c.Rukun haji……………………………………………………………………………………..
d.Wajib Haji……………………………………………………………………………………..
e.Sunah haji……………………………………………………………………………………..
f.Dam(Denda) dalam haji………………………………………………………………….
g.Hikmah haji…………………………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..
a.Kesimpulan………………………………………………………………………………………
b.Saran……………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Haji merupakan rukun islam yang kelima setelah mengeluarkan zakat. Haji menjadi sesuatu
yang wajib bagi orang mukmin yang mampu. Mampu disini diartikan bukan hanya dalam
bidang ekonomi yaitu harta dan kekayaan saja tetapi juga mampu secara jasmani dan
rohaninya. Disamping mampu dalam biaya, orang yang di wajibkan haji juga harus memiliki
kesehatan jasmani dan rohani. Karna apabila ada salah satu diantara tiga aspek tersebut
tidak dimiliki maka kewajiban haji dapat gugur, karna haji tidak mungkin di wajibkan pada
mereka yang sakit.
Barang siapa yang berhaji karena Allah dengan tidak berkata jelek dan tidak berbuat dosa,
maka ia seperti baru keluar dari perut Ibunya (HR. Bukhori – Muslim). Hadis Ini menunjukan
bahwa dalam berhaji hendaklah kita meniatkan diri hanya untuk Allah, semata-mata hanya
untuk Allah dan hanya mengharap ridho Allah, bukan dijadiakan sesuatu untuk sombong
dan ria’ kepada tetangga dan sanak saudara.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang syarat haji, rukun haji, wajib haji, beberapa hal
yang menjadi sunah haji, serta denda dan hikmah haji.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan mencari materi yang akan dijelaskan dalam makalah ini, kami membuat
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan haji?
2. Bagaimana syarat-syarat wajib haji?
3. Apa saja rukun haji?
4. Apa yang dimaksud dengan wajib haji?
5. Hal apa saja yang menjadi sunah haji ?
6. Apa yang dimaksud dengan Dam ?
7. Apa saja hikmah haji?
C.Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar pembaca dapat mengetahui apa itu hakikat haji.
2. Agar pembaca dapat mengetahui syarat-syarat bagi orang yang hendak mengerjakan haji
3. Agar pembaca mengetahui rukun atau rangkaian amalan yang harus dilakukan saat
berhaji.
4. Agar pembaca dapat mengetahui apa saja wajib haji.
5. Agar pembaca mengetahui hal-hal yang menjadi sunah dalam haji.
6. Agar pembaca mengetahui hal apa saja yang dapat mengakibatkan Dam.
7. Agar pembaca mengetahui hikmah dari melaksanakan haji.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Menurut bahasa, haji berarti ibadah sengaja datang menuju ke suatu tempat yang di ulang-
ulang. Menurut istilah, haji adalah berkunjung ke Baitullah (Kabah) pada waktu tertentu,
dengan sengaja mengerjakan beberapa amal ibaah dengan syarat-syarat tertentu, demi
memenuhi panggilan Allah SWT an mengharapkan ridho-NYA
Menurut jumhur ulama’, ibadah haji iwajibkan pada tahun keenam hijriyah an paa tahun
itulah kaum muslimin dengan pimpinan Rosulullah pergi melakukan umroh. Haji diwajibkan
sekali dalam seumur hidup bagi yang mampu an telah memenuhi syarat. Firman Allah yang
artinya :
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah, barang siapa yang mengingkari (kewajiban haji) maka
sesungguhnya Allah Maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta. (Q.S. Ali
Imron : 97).
D.Wajib Haji
Wajib haji adalah serangkaian amalan yang harus dikerjakan dalam ibadah haji, bila tidak
dikerjakan maka harus ibayar dengan dam (denda). Adapun yang termasuk wajib haji aalah
sebagai berikut:
1. Ihram dari miqod yaitu berniat melaksanakan ibadah haji atau umroh dari tempat yang
sudah ditentukan dengan memakai pakaian ihram.
2. Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 ulhijah. Berada di
Muzdalifah pada tengah malam walaupun sebentar. Pada saat di Muzdalifah hendaknya
bertalbiyah, berzikir, beristighar, berdoa atau membaca Al Quran. Selanjutnya menari kerikil
sebanyak 7 atau 70 butir.
3. Bermalam di Mina. Bagi jamaah haji wajib bermalam di Mina pada hari-hari Tasyrik
yaitu tanggal 11,12, an 13 Zulhijah.
4. Melempar jumroh aqobah pada tanggal 10 Zulhijah dengan tujuh kerikil. Waktunya
mulai tengah malam tanggal 10 Zulhijah sampai 11 Zulhijah.
5. Melempar ketiga jumroh, yaitu jumroh ula, wusta, dan aqobah pada tanggal 11, 12, dan
13 Zulhijah masing-masing dengan tujuh kerikil, dimulai dari jumroh ula, wusta kemudian
aqobah. Waktunya mulai tergelincir matahari sampai subuh.
6. Tawaf wada’ yakni tawaf sebagai penghormatan akhir kepada Baitullah.
7. Meninggalkan segala yang di haramkan.
E.Sunah Haji
Adapun yang menjadi sunah haji adalah sebagai berikut :
1. Membaca talbiyah, bagi laki-laki dilakukan dengan suara nyaring dan suara pelan bagi
perempuan. Membaa talbiyah disunahkan selama ihram sampai melempar jumroh aqobah
pada hari raya qurban.
2. Berdoa an membaa shalawat sesudah membaca talbiyah.
3. Masuk ke Kabah dan Hijr Ismail.
4. Salat sunah dua rakaat sesudah tawaf.
B.Saran
Ibadah haji diwajibkan sekali dalam seumur hidup bagi mereka yang mampu dan
memenuhi syarat, jadi alangkah baiknya jika kita melakukan ibadah ini dengan penuh
kekhusyukan, ikhlas dan semata-mata mengharap ridho Allah. Tak perlu bersikap ria’ dan
menyobongkan diri apabila kita telh mampu melakukan haji, tetap merendahkan diri karena
sesungguhnya ibdah kita hanya untuk Allah aza wajalla.
Daftar Pustaka
Mutmainah. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Piranti Darma Kaloka.
Bahresi Hussein. Hadist Shahih Al- Jamius Shahih Bukhari-Muslim. Surabaya: Karya Utama
Sarwad Ahmad. 2011. Seri Fiqih Kehidupan (6) Haji dan Umroh. Jakarta : DU Publishing