Anda di halaman 1dari 2

Definisi

 Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada appendix vermicularis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Appendisitis
akut merupakan kasus bedah emergensi yang paling sering ditemukan pada anak-anak dan
remaja (NANDA, 2015).
 Appendisitis adalah peradangan pada appendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 4 30 tahun. Kasus ini
merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga
abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Klasifikasi
appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik (Nugroho
2011).
 Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing. Infeksi ini
bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat, 2010).
 Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks)
(Wim de jong, 2005 dalam Nurarif, 2015). Apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan
obstruksi pada vermiforis. Apendisitis adalah inflamasi saluran usus yang tersembunyi dan
kecil yang berukuran sekitar 4 inci yang buntu pada ujung sekum (Rosdahl dan Mary T.
Kowalski, 2015).
 Apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendiks vermiformis.
Apendiks vermiformis yang disebut dengan umbai cacing atau lebih dikenal dengan nama
usus buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan melekat pada sekum (Nurfaridah,
2015).

Patofisiologi
Apendisitis terjadi karena disebabkan oleh adanya obstruksi pada lamen apendikeal oleh
apendikolit, tumor apendiks, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit (material garam kalsium,
debris fekal), atauparasit E-Histolytica. Selain itu apendisitis juga bisa disebabkan oleh kebiasaan
makan makanan yang rendah serat yang dapat menimbulkan konstipasi. Kondisi obstruktif akan
meningkatkan tekanan intraluminal 9 dan peningkatan perkembangan bakteri. Hal ini akan
mengakibatkan peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut
pada nekrosis dan inflamasi apendiks. Pada fase ini penderita mengalami nyeri pada area
periumbilikal. Dengan berlanjutnya pada proses inflamasi, akan terjadi pembentukan eksudat pada
permukaan serosa apendiks. Ketika eksudat ini berhubungan dengan perietal peritoneum, maka
intensitas nyeri yang khas akan terjadi (Santacroce, 2009 dalam dalam muttaqin & kumala sari,
2011).

Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berproliferasi dan meningkatkan


tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding apendiks yang ditandai dengan
ketidaknyamanan pada abdomen. Adanya penurunan perfusi pada dinding akan menimbulkan
iskemia dan nekrosis serta diikuti peningkatan tekanan intraluminal, juga akan meningkatkan risiko
perforasi dari apendiks. Pada proses fagositosis terhadap respon perlawanan terhadap bakteri
ditandai dengan pembentukan nanah atau abses yang terakumulasi pada lumen apendiks.
Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya perforasi dan pembentukan
masa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen
kemudian akan memberikan respon inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis.
Apabila perforasi apendiks disertai dengan abses, maka akan ditandai dengan gejala nyeri lokal
akibat akumulasi abses dan kemudian akan memberikan respons peritonitis. Gejala yang khas dari
perforasi 10 apendiks adalah adanya nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah
(Tzanaki, 2005 dalam muttaqin, Arif & kumala sari, 2011).

Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek pada appendiks lebih panjang, maka dinding
appendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
sehingga memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah (Ariawan, 2014).

Komplikasi yang dapat terjadi adalah perforasi appendiks, tanda-tanda perforasi yaitu
meningkatnya nyeri,meningkatnya spasme dinding perut kanan bawah, ileus, demam, malaise, dan
leukositisis. Kemudian peritonitis abses yang bila terbentuk abses appendik 7 maka akan teraba
massa pada kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung pada rektum atau vagina. jika
terjadi perintonitis umum tidakan spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal
perforasi tersebut. Tandanya berupa dehidrasi, sepsis, elektrolit darah tidak seimbang dan
pneumonia (Ariawan, 2014)

Anda mungkin juga menyukai