Sap Pingsan
Sap Pingsan
I. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, santrimampu mengetahui dan
memahami tentang pertolongan pertama pada korban pingsan
1.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan santri diharapkan mampu:
1. Mengetahui tentang pengertian pingsan
2. Mengetahui penyebab pingsan
3. Mengetahui pencegahan pingsan
4. Mengetahui penanganan pingsan
II. Sasaran
Sasaran ditujukan pada santri yang telah ditetapkan menjadi kader kesehatan.
Awal
Pemberian Materi
Akhir
Keterangan :
: Penyaji
: Moderator
: Observer
: Fasilitator
: Peserta penyuluhan
V. Pengorganisasian Kelompok
a.Moderator : Heny Dwi Ambikasari
b. Pemateri : Novira Dwi Prapti
c.Fasilitator : Heny Ermawati
d. Observer : Isdawati Ika Lestari
VII. Evaluasi
a. EvaluasiStruktural
Kesepakatanpertemuandengansantri
Kesiapan pemateri darimahasiswa S1 Keperawatan Universitas NU
Surabaya
b. Evaluasi Proses
Peserta
- santrimengikuti kegiatan sampai selesai.
- Pertemuanberjalandenganlancar.
Pemateri
- Bisamemfasilitasijalannya pendidikan kesehatan
- Bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggung jawab.
c. EvaluasiHasil
Di awal : Curah pendapat tentang kpenanganan korban pingsan
Di Akhir : pemateri menanyakan apa yang sudah di sampaikan
kepada audience dan Audience menjawab lalu pemateri akan
menyimpulkan.
LAMPIRAN MATERI
“PENANGANAN PINGSAN”
1. Pengertian Pingsan
Sinkop istilah medis untuk pingsan, didefinisikan sebagai kehilangan
kesadaran sementara dan lemahnya / jatuhnya postural tubuh ditandai dengan
onset cepat, berdurasipendek, dan pemulihan spontan akibat hipoperfusi
serebral global yang disebabkan oleh hipotensi.
Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran yang
mendadak, dan biasanya sementara, yang disebabkan oleh kurangnya aliran
darah dan oksigen ke otak. Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang
sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, tinitus, dan
rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia
akan jatuh atau terkulai. Jika orang tersebut tidak dapat berganti posisi menjadi
hampir horizontal, ia dapat mati karena efek trauma suspensi.
Pingsan didefinisikan sebagai gejala hilangnya kesadaran yang mendadak
dan sementara, kelemahan otot penyangga tubuh yang kembali normal secara
spontan.
2. Penyebab Pingsan
Ada 7 penyebab seseorang mudah pingsan, diantaranya :
a. Anemia
Anemia atau kekurangan jumlah sel darah merah dapat menyebabkan
pingsan karena tidak cukup sel darah merah untuk memasok oksigen ke
otak. Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi, penyakit
atau perdarahan (misalnya, menstruasi berlebihan).
b. Reaksi saraf vagus
Pingsan kebanyakan dipicu oleh saraf vagus yang menghubungkan
sistem pencernaan ke otak dan berperan mengelola aliran darah ke otak dan
usus. Overstimulasi saraf vagus memperlambat denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi asupan darah ke otak yang
menyebabkan pingsan. Stres berat, ketakutan, kecemasan, panik, dan rasa
sakit yang kuat dapat merangsang saraf vagus.
c. Syok
Syok adalah kondisi yang ditandai oleh tekanan darah rendah yang
kemudian dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Korban syok biasanya
terlihat bingung, sebelum kehilangan kesadaran saat kondisinya semakin
buruk.
d. Perubahan tekanan darah
Perubahan tekanan darah dapat menyebabkan pingsan. Kadang-
kadang, jantung dan pembuluh darah tidak bereaksi cukup cepat ketika
kebutuhan oksigen tubuh berubah. Hal inisangat umum pada orang tua dan
pada orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes.
Pingsan dapat terjadi bila berdiri terlalu lama atau bekerja lebih keras dari
kemampuan.
e. Hipoglikemi
Kekurangan gula darah atau hipoglikemi dapat membuat pingsan.
Hipoglikemi tidak hanya disebabkan oleh diabetes, tetapi juga karena tidak
makan untuk waktu yang lama.
f. Obat
Obat-obatan yang dimaksudkan untuk mengendalikan tindakan
tekanan darah tinggi dapat terlalu banyak menurunkan tekanan darah
sehingga menyebabkan pingsan. Alkohol, kokain dan ganja juga dapat
menyebabkan pingsan.
g. Dehidrasi
Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh juga dapat
menyebabkan pingsan. Dehidrasi dapat disebabkan oleh muntah, diare,
demam, berkeringat, luka bakar atau kurang minum. Beberapa penyakit
seperti diabetes juga dapat menyebabkan dehidrasi karena terlalu sering
buang air kecil. Muntah dan diare, khususnya, juga merangsang saraf vagus
sehingga berefek ganda.
h. Panas
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat yang bekerja di
tempat yang sangat panas. Biasanya penderita mula-mula merasa jantung
berdebar-debar, mual, muntah, sakit kepala, dan pingsan. Keringat yang
bercucuran pada orang pingsan di udara yang sangat panas merupakan
gejala petunjuk adanya pingsan karena panas.
5. Pencegahan Pingsan
Untuk mencegah agar jangan sampai pingsan, sewaktu gejalanya terasa
masih ringan misalnya jantung terasa berdebar-debar, cobalah gerakkan
tungkai atau kaki sambil sekali-kali batuk kecil. Adakalanya cara tersebut
dapat dibantu lagi dengan mengalihkan perhatian kita sesaat. Kalau dengan
cara tersebut gejala tidak juga berkurang, tetapi justru mulai mengeluarkan
keringat dingin dan kepala terasa melayang, lebih baik kita langsung jongkok,
menundukkan kepala diantara dua kaki, apabila berbaring usahakan tungkai
dapat dinaikkan lebih tinggi dari kepala, minum minuman segar, jangan
dipaksakan untuk berdiri dan jalan kalau dirasa belum kuat. Untuk mencegah
terjadinya keadaan mudah pingsan yang bukan karena kelainan jantung dapat
dilakukan dengan berolahraga seperti jogging, bersepeda, berenang, atau
melakukan olahraga dinamis yang menguatkan otot tungkai. Kalau pingsan
yang jelas disebabkan oleh kelainan jantung, diajurkan untuk berkonsultasi
dengan dokter jantung agar dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang lebih
tepat.
6. Penanganan Pingsan
a. Bawalah penderita ke tempat yang teduh dengan sirkulasi baik (hindarkan
dari kerumunan orang).
b. Baringkanlah mendatar dengan mengangkat ujung kaki setinggi 450 (hal
itu bertujuan untuk memudahkan darah kembali ke jantung dan otak).
c. Longgarkan pakaian atau apapun yang ketat dan menghambat aliran darah.
d. Berikanlah stimulus suara, sentuhan, atau cubitan untuk membantu
mengembalikan kesadaran penderita.
e. Hindari stimulus bau-bauan karena kita tidak mengetahui riwayat alergi
penderita.
f. Setelah penderita sadar, seringlah mengajak berbicara untuk menjaga
kesadarannya (kesempatan ini dapat digunakan untuk mengetahui keluhan
dan penyebab pingsan).
g. Rujuk ke pelayanan kesehatan terdekat apabila memerlukan pengobatan
lanjutan.
DaftarPustaka