Kel 5 Batu Saluran Kemih 2
Kel 5 Batu Saluran Kemih 2
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................2
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................3
D. Manfaat.....................................................................................................4
E. Metode Penulisan.....................................................................................4
F. Ruang Lingkup Penulisan.........................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5
A. Kesimpulan..............................................................................................31
B. Saran........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
menjadi urosepsis dan merupakan kedaruratan urologi, keseimbangan
asam basa, bahkan mempengaruhi beban kerja jantung dalam memompa
darah ke seluruh tubuh.(Nathan and Scobell 2012)
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien Urolithiasis
b. Untuk memenuhi memenuhi tugas sebagai tugas sebagai salah satu
salah satu syarat dari syarat dari mata kuliah mata kuliah KMB I
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperdalam anatomi fisiologi organ yang berhubungan
dengan batu saluran kemih yang merupakan merupakan dasar
pengkajian dan pengkajian dan intervensi keperawatan intervensi
keperawatan
b. Untuk memperdalam pengetahuan tentang konsep penyakit batu
saluran kemih.
c. Untuk memperdalam pengetahuan tentang askep teoritis batu
saluran kemih
D. Manfaat
1. Agar pembaca memahami anatomi fisiologi dan konsep penyakit
batu saluran kemih
3
2. Agar pembaca teredukasi tentang batu saluran kemih dan
pencegahannya
E. Metode Penulisan
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan
dengan melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang
relevan dan pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang
digunakan yaitu data dari skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka
yang relevan
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan :
Terdiri dari tinjauan Pustaka, terdiri dari konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan teoritis
BAB III :
Terdiri dari penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis
ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Brunner dan
Suddarth, 2003).
Jadi batu saluran kemih adalah batu yang terbentuk di saluran kemih yang
disebabkan oleh pengendapan substansi dalam air dalam jumlah yang
berlebihan sehingga menimbulkan rasa nyeri serta pendarahan.
6
Meskipun cairan serta elektrolit dapat hilang melalui jalur lain dan
ada organ lain yang turut serta dalam mengatur keseimbangan asam basa,
namun organ yang mengatur kimia internal tubuh secara akurat adalah
ginjal. Fungsi ekskresi ginjal diperlukan untuk mempertahankan
kehidupan. Namun demikian, berbeda dengan sistem kardiovaskuler dan
respiratorius, gangguan total fungsi ginjal tidak menimbulkan kematian
dalam waktu yang singkat. Ginjal harus mampu untuk mengekskresikan
berbagai produk limbah makanan dan metabolisme dalam jumlah yang
dapat diterima serta tidak dieliminasi oleh organ lain. Jika diukur tiap hari,
jumlah produk tersebut biasanya berkisar dari 1 hingga 2 liter air, 6 hingga
8 gram garam (natrium klorida), 6 hingga 8 gram kalium klorida dan 70
mg ekuivalen asam perhari. Di samping itu, ureum yang merupakan
produk akhir metabolisme protein dan berbagai produk limbah lainnya
diekskresikan dalam urin (Brunner & Suddarth, 2002).
1. Ginjal
7
ginjal. Didalam ginjal terdapat satuan fungsional ginjal yang
paling kecil, yaitu nefron. Tiap ginjal terdiri dari sekitar 1,2
juta nefron. Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler yaitu
glomerulus dan komponen tubulus, keduannya secara struktural
dan fungsional bekaitan erat (Sloane, 2003).
Glomerulus
Kapsul bowman
8
Tubulus kontroktul proksimal merupakan bagian utama
nefron. Tubulus ini dilapisi oleh lapisan tunggal sel
epitel yang memperlihatkan suatu brush border yang
menonjol pada permukaan lumen dan sejumlah besar
mitokondria dan sitoplasma. Karasteristik histologik
epitel tubulus kontroktus proksimal ini mungkin
berkolerasi dengan aktivitas reabsorpsinya yang luas.
Cairan yang difiltrasi akan mengalir ketubulus
kontrotus proksimal. Letak tubulus ini didalam korteks
ginjal, sepanjang 15 mm dengan diameter 50-60 mm.
Bentuknya berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran
yang lurus yang berjalan kearah medulla, yaitu ansa
henle (Marya, 2013).
Ansa henle
9
ditandai dengan tidak adanya brush border dan
memiliki banyak mitokondria pada tepi basalis yang
menunjukkan peranan sekresi pada sel-sel tersebut
(Marya, 2013).
10
merupakan gelungan kapiler panjang yang berjalan
turun kedalam medulla renal serta membentuk gelungan
seperti penjepit rambut disepanjang sisi ansa henle.
Vasa rekta memiliki peranan yang penting dalam
memelihara hiperosmolalitas interstisium medularis
(Marya, 2013).
Pembentukan urin
2. Ureter
Ureter merupakan tabung fibromuskular yang
menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih (ureter kiri
sedikit lebih panjang dari ureter kanan), dikelilingi oleh tiga lapis
dinding. Berperan sebagai saluran yang membawa urine dari ginjal
11
ke kandung kemih. Mempunya gelombang peristaltik satu sampai
lima kali setiap menit untuk mengalirkan urine ke kandung kemih.
Ureter dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
Pelvis renalis: pelvis renalis adalah bagian atas yang
mengembang. Struktur ini bermula sebagai alat
berbentuk mangkuk yang dikenal sebagai kaliks.
Ureter: ureter memiliki panjang sekitar 25,4 cm. Bagian
atas terletak di depan otot belakang abdomen; bagian
bawah masuk ke dalam rongga pelvis sejati dan
berakhir di permukaan belakang kandung kemih di
mana ureter menembus dinding kandung kemih
tersebut. Setiap ureter tersusun atas:
Jaringan fibrosa: lapisan paling luar
Jaringan otot bebas: lapisan tengah; urine mengalir dari
ginjal ke dalam kandung kemih melalui gerak peristaltic
Jaringan epitel transisional: menyusun lapisan dalam
ureter dan menjaganya dari keasaman urine
12
Bagian atas kandung kemih di tutupi oleh peritoneum yang
membentuk eksafasio retrovesikalis, sedangkan bagian bawah
permukaan posterior dipisahkan oleh rectum oleh duktus deferens,
vesika seminalis, dan vesiko retro vesikalis. Permukaan posterior
seluruhnya di tutupi oleh peritoneum dan berbatasan dengan
gulungan ileum dan kolon sugmoid. Sepanjang lateral permukaan
peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis.
Pengisian kandung kemih
Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun
dalam berkas spiral longitudinal dan sekitar lapisan otot
yang tidak terlihat. Kontraksi peristaltic ureter 1-5 kali
per menit. Akan menggerakkan urin pada pelvis renalis
kedalam andung kemih dan disemprotkan setiap
gelombang peristaltic. Ureter yang berjalan miring
melalui dinding kandung kemih untuk menjaga ureter
tertutup kecuali selama gelombang peristaltic untuk
mencegah urin tidak kembai di uretra.
Apabila kandung kemih terisi penuh permukaan
superior membesar, menonjol ke atas masuk ke dalam
rongga abdomen. Peritenium akan menutupi bagian
bawah dinding anterior kolum kandung kemih yang
terletak dibawah kandung kemih dan permuaan atas
prostat. Serabut otot polos dilanjutkan sebagai serabut
otot polos prostat kolum kandung kemih yang
dipertahankan. Pada tempatnya oleh liga mentum
puborostatika pada pria oleh ligamentum pubovesikalis.
Pada wanita yang merupaan penebalan fasia pubis.
Membran mukosa kandung kemih dalam keadaan
kosong akan berlipat-lipat. Ipatan ini akan hilang
apabila kandung kemih berisi penuh. Daerah membrane
mukosa meliputi permukaan dalam basis kandung
13
kemih yang dinamakan trigonum. Vesika ureter
menembus dinding kandung kemih secara miring
membuat seperti katup yang mencegah aliran balik urin
ke ginjal pada waktu kandung kemih terisi.
Pengosongan kandung kemihna
Kontraksi otot muskulus detrusor bertanggung jawab
pada pengosongan kandung kemih selama berkemih
(miksturasi) berkas otot tersebut berjalan pada sisi
uretra, serabut ini dinamakan sfingter uretra interna.
Sepanjang uretra terdpat sfingter otot rangka yaitu
sfingter uretra membrannosa (sfingter uretra eksterna).
Epitel kemih dibentuk dari lapisan superfisialis sel
kuboid.
4. Uretra
Menurut Saputra dan Dwisang Evi (2014) uretra adalah suatu
saluran sambungan yang membawa urine dari kandung kemih ke
arah luar. Uretra pada perempuan berukuran pendek dengan
panjang 3,8 cm. Lubang keluarnya membuka di antara bibir
vagina, di atas lubang vagina. Otot sfringter uretra perempuan
terdapat di permulaan saluran tersebut. Pada laki-laki uretra
memiliki panjang 15 hingga 20 cm dari kandung kemih ke lubang
keluarnya di ujung penis. Uretra laki-laki menjalankan dua tugas:
tugas pertama adalah menyalurkan urine dan yang kedua adalah
menyalurkan mani. Uretra laki-laki dibagi menjadi beberapa
bagian:
Bagian prostat: kelenjar prostat mengelilingi uretra di
bagian ini; otot sfringter uretra terdapat di bagian bawah
14
Bagian penis: bagian yang terdapat di dalam penis
2. Faktor ekstrinsik
Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin,
oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu).
Menurut Purnomo (2011) dalam Wardani (2014), Terbentuknya batu
saluran kemih diduga ada hubungannya gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran
Menurut Grace & Barley (2006) Teori dalam pembentukan batu saluran
kemih adalah sebagai berikut:
1. Teori Nukleasi
Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan batu berasal dari inti batu
yang membentuk kristal atau benda asing. Inti batu yang terdiri dari
15
senyawa jenuh yang lama kelamaan akan mengalami proses kristalisasi
sehingga pada urin dengan kepekatan tinggi lebih beresiko untuk
terbentuknya batu karena mudah sekali untuk terjadi kristalisasi.
2. Teori Matriks
Batu Matriks akan merangsang pembentukan batu karena memacu
penempelan partikel pada matriks tersebut. Pada pembentukan urin
seringkali terbentuk matriks yang merupakan sekresi dari tubulus
ginjal dan berupa protein (albumin, globulin dan mukoprotein) dengan
sedikit hexose dan hexosamine yang merupakan kerangka tempat
diendapkannya kristal-kristal batu.
3. Teori Inhibisi yang Berkurang
Batu saluran kemih terjadi akibat tidak adanya atau berkurangnya
faktor inhibitor (penghambat) yang secara alamiah terdapat dalam
sistem urinaria dan berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta salah
satunya adalah mencegah terbentuknya endapan batu. Inhibitor yang
dapat menjaga dan menghambat kristalisasi mineral yaitu magnesium,
sitrat, pirofosfat dan peptida. Penurunan senyawa penghambat tersebut
mengakibatkan proses kristalisasi akan semakin cepat dan
mempercepat terbentuknya batu (reduce of crystalize inhibitor). Batu
terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu
juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti
sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi
lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin
dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi)
(Boyce, 2010; Moe, 2006)
16
masuk dalam tubuh dapat merangsang pembentukan batu, sedangkan
faktor eksogen seperti kurang minum atau kurang mengkonsumsi air
mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal
akibat ketidakseimbangan cairan yang masuk, tempat yang bersuhu
panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat, yang akan
mempermudah pengurangan produksi urin dan mempermudah
terbentuknya batu, dan makanan yang mengandung purin yang tinggi,
kolesterol dan kalsium yang berpengaruh pada terbentuknya batu
(Boyce, 2010; Corwin, 2009; Moe, 2006)
D. Manifestasi Klinis
Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu saluran
kemih sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya.
Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala umum yaitu
hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan
kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya.
Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan
gejala berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi
aliran kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :
1. Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam
bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat
karena adanya pionefrosis.
2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada,
sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya
hidronefrosis.
3. Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta
pada sisi ginjal yang terkena.
4. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
5. Gangguan fungsi ginjal
6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.
17
E. Patofisiologi
18
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah
terbentuknya batu saluran kemih.
F. Pathway
19
IV berdasarkan klasifikasi New York Heart Association (NYHA),
penyakit jantung koroner, dan penyakit serebrovaskuler, serta penyakit
arteri perifer. Namun, pasien dengan faktor risiko kardiovaskular dapat
diberikan diklofenak dengan pengawasan dokter dan diberikan dosis
rendah dengan durasi yang singkat. Penambahan obat anti spasmodik pada
pemberian NSAID tidak menghasilkan kontrol nyeri yang lebih baik.
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran
kemih adalah :
a) Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
b) Infeksi Gangguan fungsi ginjal.
20
c)
H. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang
I. Penatalaksanaan
21
kemungkinan terjadinya rekurensi. Adapun mencapai tujuan tersebut,
dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
22
J. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola
pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui
anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium
serta pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan,
suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada
daerah pinggang, urine lebih sedikit, hematuria,
pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine
berwarana kuning keruh, sulit untuk berkemih, dan
nyeri saat berkemih.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung
kemih penuh dan rasa terbakar, dorongan berkemih,
mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul, kolik
23
ginjal, kolik uretra, nyeri waktu kencing dan
demam.
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya,
riwayat kolik renal atau bladder tanpa batu yang
keluar, riwayat trauma saluran kemih.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau
kelainan ginjal lainnya.
f) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya
banyak mengandung kapur, perlu dikaji juga daerah
tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau
tidak.
g) Pengkajian Kebutuhan Dasar
h) Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan
pasien teratur saat inspirasi dan ekspirasi dan tidak
ada penggunaan otot bantu pernapasan
i) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen,
diet tinggi purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau
ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak cukup
minum, terjadi distensi abdomen, penurunan bising
usus.
j) Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi
sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urin,
kandung kemih penuh, rasa terbakar saat buang air
kecil. Keinginan dorongan ingin berkemih terus,
24
oliguria, hematuria, piuri atau perubahan pola
berkemih.
k) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan
pekerjaan apakah pasien terpapar suhu tinggi,
keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit
yang kronis atau adanya cedera pada medulla
spinalis.
l) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri,
cemas akan hospitalisasi.
m) Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di
luar penampilan luar mereka.
n) Kebutuhan Kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi
tergantung pada lokasi batu misalnya pada panggul
di regio sudut costovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen dan turun ke lipat paha
genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri
yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area
ginjal pada palpasi.
o) Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan
selama dirawat di rumah sakit.
p) Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada
vesikolitiasis serta proses penyakit dan
penatalakasanaan.
25
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), Putri dan Wijaya (2013) dan
Wijayaningsih (2013) diagnosa keperawatan yang muncul untuk
penderita batu saluran kemih adalah:
A. Intervensi Keperawatan
Hr/Tgl Diagnosa
Keperawatan Tujuan/Kriteria Tindakan Rasional
(NIC)
Hasil (NOC)
26
kerusakan jaringan n rasa frekuensi, kualitas dan gerakan
yang aktual atau nyaman factor presipitasi. kalkulus
potensia setelah 2. Observasi reaksi
ataudigambarkan nyeri nonverbal dari Bermanfaat
dalam hal kerusakan berkurang ketidaknyamanan. dalam
sedemikian rupa 3. Gunakan teknik mengenali
(international komunikasi terapeutik adanya
association for the untuk mengetahui nyeri ; akan
study of pain) : pengalaman nyeri pasien. tetapi, isyarat
awitan yang tib-tiba 4. Evaluasi pengalaman yang tidak
atau lambat dari nyeri masa lampau. sesuai
intensitas ringan 5. Kontrol lingkungan dengan
hingga berat dengan yang dapat mempengaruhi laporan
akhir yang dpat nyeri seperti suhu ruangan, verbal
diantisipasi atau pencahayaan dan mengindikasi
diprediksi dan kebisingan berulang). kan
berlangsung <6 kebutuhan
bulan. untuk
Batasan evaluasi lebih
karasteristik : lanjut.
- Perubahan
selera makan
- Perubahan Lingkungan
tekanan tenang akan
darah menurunkan
- Perubahan stimulus
frekwensi nyeri
jantung eksternal dan
- Perubahan menganjurka
frekwensi n pasien
pernapasan untuk
- Laporan beristirahat
isyarat. dan
Retensi urin pembatasan
Definisi : 1. Eliminasi Urine NIC: pengunjung
pengosongan Manajemen Nyeri akan
kandung kemih tidak Kriteria hasil : 1. Lakukan pengkajian membantu
komplit - Pengeluara nyeri secara komperhensif meningkatka
Batasan n urine termasuk lokasi, n kondisi O2
karasteristik : tanpa nyeri, karakteristik, durasi ruangan yang
- Disuria kesulitan di frekuensi, kualitas dan akan
- Sensasi awal, atau factor presipitasi. berkurang
kandung urgensi 2. Observasi reaksi apabila
kemih penuh - Bau, nonverbal dari banyak
- Distensi jumlah dan ketidaknyamanan. pengunjung
kandung warna urine 3. Gunakan teknik yang berada
27
kemih dalam komunikasi terapeutik diruangan
- Urine rentang untuk mengetahui dan menjaga
menetes yang pengalaman nyeri pasien. privasi
- Inkontinensia diharapkan 4. Evaluasi pengalaman pasien.
- Urine residu nyeri masa lampau. Mengarahkan
- Keluaran 2. Kontinensia 5. Kontrol lingkungan kembali
urine sering Urine yang dapat mempengaruhi perhatian dan
dan sedikit nyeri seperti suhu ruangan, membantu
atau Kriteria hasil: pencahayaan dan dalam
Eliminasi kebisingan berulang). relaksasi otot.
secara
mandiri
28
5. Menganjurkan klien untuk dengan kondisi pasien
meningkatkan istirahat. .
BAB III
29
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca bisa saling berbagi edukasi atau
pembelajaran terhadap sesama terkait penyakit batu saluran kemih agar
masyarakat sama sama tau cara penanganan penyakit ini dan cara
pengobatannya
30
Daftar Pustaka
Agustin, 2019. “Hubungan Hiperrensi Dan Obesitas Dengan Pasien Batu Saluran
Kemih Pada Pasien Poliklinik Urologi Di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.” Health Science Journal
Nathan, Andrew J., and Andrew Scobell. 2012. “How China Sees America.”
Foreign Affairs 91(5): 1689–99.
31
Nurlina. 2008. Faktor-faktor risiko kejadian batu saluran kemih pada laki-laki.
(Studi kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani, dan RSI Sultan Agung
Semarang. Semarang
Potter & Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. EGC, jakarta.
Putri & Wijaya. S.A. 2013. KMB I Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika
Rais. 2015. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah “Vesikolitiasis” Pada Tn. A di
Ruang Asoka BLUD RSU Bahteramas Provinsi sulawesi Tenggara 2015.
Kendari. Avicenna
Rubenstein, dkk.2007. Lecture Notes. Kedokteran Klinis. Edisi Keenam.
Erlangga. Jakarta
Saputra. 2014. Organ system: Visual Nursing, Genitourinaria. Tangerang selatan :
Binarupa Aksara Publisher
Saputra dan Dwisang Evi. 2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan
Paramedis. Tangerang selatan : Binarupa Aksara Publisher
Sloane Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
STIK Avicenna. 2016. Buku Panduan Seminar Keperawatan Program Studi Ners.
Kendari : SULTRA
Suharyanto & Madjid. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
System Perkemihan. Jakarta : Transinfo Media.
Syaifuddin, 2009. Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika
Wardani F.A.M, 2014. Hubungan Batu Saluran Kemih dengan Penyakit Ginjal
Kronik Di Rumah Sakit An-Nur Yogyakarta Periode Tahun 2012-2013.
Yogyakarta (Tidak Di Publikasikan).
Wijayaningsi. S. K. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info
Media
Willkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil / NOC. Alih bahasa : Esty
32
Wahyuningsih, editor edisi bahasa Indonesia: Dwi Widiarti. Edisi 9.
Jakarta: EGC
33