Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH PENYAKIT TUMOR OTAK

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah III


Dosen Pengampu : Asmat Burhan S.Kep.,Ns.,Kep.,ETN

Disusun oleh : S1 Keperawatan 5A


Kelompok 2

1. Anika Sulistia (190103005)


2. Anisa Puji Rahayu (190103007)
3. Farah Wahyu Prastiwi (190103026)
4. Feti Fajri Khayatul Mei (190103029)
5. Lulu Mawadatusulhi (190103047)
6. Maulida Hasanah (190103051)
7. Nisa Sofiana (180103068)
8. Putri Pramudya Wardhani (190103073)
9. Rahkita Settia Nofeni (190103074)
10. Riskiana (190103079)
11. Rizki Aji Saputro (190103080)

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2021/2022

I
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................... ii
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN MATERI...................................................................................................... 3
A. Definisi.............................................................................................................................. 3
B. Etiologi............................................................................................................................. 16
C. Patofisiologi.................................................................................................................... 17
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................................... 18
E. Penatalaksaan................................................................................................................ 20
F. Pemeriksaa Penunjang.............................................................................................. 21
G. Komplikasi...................................................................................................................... 27
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................. 29

A. Pengkajian....................................................................................................................... 29
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................. 29
C. Pathway........................................................................................................................... 29
D. Intervensi Keperawatan............................................................................................ 30
E. Implementasi................................................................................................................. 35
F. Evaluasi Keperawatan................................................................................................ 35
BAB IV PENUTUP................................................................................................................................ 36
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 36
B. Saran.................................................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 37

II
III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intracranial) atau
di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Diagnose tumor otak ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan
radiologi dan patologi anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan
diagnose tumor apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala
klinis yang ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa
tumor dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intracranial serta efek dari massa
tumor ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak.
Jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya 6 per 100.000 dari
pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut menjadi hal yang
sangat menakutkan bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor
yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang
ditimbulkan umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak ±10% dari neoplasma seluruh
tubuh, dengan frekuensi 80% terletak pada intracranial dan 20% di dalam kanalis
spinalis. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.
Insiden tumor otak pada anak-anak terbanyak decade I, sedang pada dewasa pada usia
30-70 dengan pundak usia 40-65 tahun.
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal
secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan
intracranial). Hal ini ditandai dengan nyeri kepala, nausea, muntah dan papil edema.
Penyebab dari tumor belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukkan
bahwa beberapa agent bertanggungjawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu.
Agent tersebut meliputi factor herediter, congenital, virus, toksin dan defisiensi
immunologi. Ada juga yang mengatakan bahwa tumor otak dapat terjadi akibat

1
sekunder dari trauma cerebral dan penyakit peradangan (Fagan Dubin, 1979; Larson,
1980; Adams dan Maurice, 1977; merit, 1979).
Untuk penatalaksanaan tumor otak, yang perlu diperhatikan adalah usia,
general health, ukuran tumor, lokasi tumor dan jenis tumor. Metode yang dapat
digunakan antara lain : pembedahan, radiotherapy dan chemotherapy. Seorang
perawat berperan untuk membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan
tumor otak serta mengimplementasikan secara langsung mulai dari pengkajian,
diagnose, hingga intervensi yang harus diberikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari tumor otak ?
2. Apa etiologi dari tumor otak ?
3. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak ?
4. Apa manifestasi dari tumor otak ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada tumor otak ?
6. Apa pemeriksaan penunjang dari tumor otak ?
7. Apa komplikasi dari tumor otak ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak ?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi tumor otak.
2. Mengetahui tentang etiologi tumor otak.
3. Mengetahui tentang patofisiologi tumor otak.
4. Mengetahui tentang manifestasi pada tumor otak.
5. Mengetahui tentang penatalaksanaan pada tumor otak.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada tumor otak.
7. Mengetahui tentang komplikasi dari tumor otak.
8. Mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasien tumor otak.

2
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

1. Definisi

Tumor otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor
yang berbeda-beda. Beberapa tumor bukan merupakan kanker (jinak) dan beberapa
tumor otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal dari otak (tumor
otak primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan merambat ke otak
(tumor otak sekunder/metastatic).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Sylvia
A, 1995 : 1030). Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan
neurologis ini disebabkan oleh adanya gangguan fokal oleh tumor dan peningkatan
TIK.
WHO membagi tumor otak primer berdasarkan asal sel tumor dan tingkat
keganasan tumor pada otak. Hingga saat ini terdapat sekitar 120 jenis tumor otak yang
telah diketahui. Namun, beberapa jenis tumor pada otak yang sering terjadi
diantarranya :
1) Glioma, tumor yang tumbuh dan berkembang pada jaringan glia dan saraf tulang
belakang.
2) Meningioma, tumor yang menyerang jaringan selaput otak pada otak kecil dan
otak besar yang tidak bersifat kanker.
3) Adenoma pituitary, tumbuh dan berkembang pada pemukaan kelenjar pituitary.
4) Tumor neuroma, tumor yang berasal dari pelindung serat saraf, baik di dalam
tengkorak maupun pada tulang belakang.

3
5) Limfoma system saraf pusat, tumor yang terjadi pada system limfatik yang terdiri
dari nodus limfa. Sangat ganas dan merupakan manifestasi dari pertumbuhan
tumor lainnya pada otak.
6) Craniomapharyngiomma, terjadi pada area otak yang berdekatan dengan mata
atau sekitar bawah otak yang berdekatan dengan kelenjar pituitary.
7) Tumor kelenjar pineal, bermula pada kelenjar pineal yang berdekatan dengan
pusat otak.
8) Tumor metastasis (tumor otak sekunder).
1.1 Klasifikasi Tumor otak
1) Klasifikasi stadium (klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan
berdasarkan grading) :
a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca
reseksi cukup baik.
b. WHO grade II : tumor bersifat infiltrative, aktivitas mitosis rendah, namun
sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif
kea rah derajat keganasan yang lebih tinggi.
c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi
tinggi dan terdapat anaplasia.
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post
operasi.
2) Jenis – jenis tumor otak berdasarkan WHO 2000, tumor otak dibagi menjadi :
a. Tumors of the Neuroepithelial tissue :
- Astrocytic tumor terdiri dari :
a) Pilocytic astrocytoma (grade I)
b) Diffuse astrocytoma (grade II)
c) Anaplastic astrocytoma (grade III)
d) Glioblastoma multiforma (grade IV)
- Oligodendroglioma tumors :
a) Oligodendroglioma (grade II)
b) Anaplastic oligodendroglioma (grade III)
- Glioma campuran :
a) Oligoastrocytoma (grade III)
b) Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)

4
b. Ependymal tumors
c. Choroid plexus tumors
d. Pineal parenchymal tumors
e. Embryonal tumors :
- Medullaoblastoma
- Primitive neuroectodermal tumors (PNET)
f. Meningeal tumors : meningioma
g. Primary CNS Lymphoma
h. Germs cell tumors
i. Tumors of the sellar region
j. Brain metastase of the systemic cancers
Tabel skema untuk mengklasifikasi Tumor Otak
Tipe Tumor Kriteria
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit;astrosit matang; astrosit yang
berkembang dengan normal.
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit yang kurang matur; kemungkinan
anaplastik ada gambaran mitotic (gambaran mitotic menunjukkan
peningkatan pembelahan sel dan perubahan keganasan).
Glioblastoma Peningkatan jumlah sel astrotis;astrotis imatur;adanya
multiformis gambaran mitosis;perdarahan;nekrosis, pembengkakan dan
batas tumor yang tidak jelas.

3) Berdasarkan Jenis Tumor


a. Jinak
Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul sehingga mudah
dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena berbatas tegas. Pembesaran
tumor akan menekan jaringan di dekatnya dan dapat menyebabkan obstruksi
atau atrofi.
 Acoustic Neuroma
Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma,
tumbuh dari sel selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region
meatus auditorius internus. Manifestasi awal yang khas adalah
gangguan pendengaran sensorineural unilateral, yang disebabkan oleh
kerusakan nervus VIII dalam meatus (lesi intrakanalikular). Ekspansi

5
tumor lebih lanjut ke sudut sereblopontin melibatkan nervus kranialis
yang berdekatan (nervus V dan VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut
menyebabkan ataksis ipsilateral akibat kompresi batang otak –
serebelum dan palsi nervus kranialis bagian bawah (bulbar). Akhirnya,
terjadi gambaran peningkatan tekanan intracranial, terutama jika terjadi
hidrosefalus akibat obstruksi pada tingkat ventrikel ke empat. Tumor
lain yang dapat mengenai sudut sereblopontin termasuk meningioma
dan metastasis.
 Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak
menginfiltrasi jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada
di bawahnya. Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih
seringg terkena dari pada laki – laki. Tumor ini sering kali memiliki
banyak pembuluh darah sehingga mampu menyerap isotop radioaktif
saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
 Pituitary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat
mengenai struktur di atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi
suprasela dan parasela). Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini
adalah hemianopia bitemporal yang disebabkan oleh kompresi kiasma
optikum oleh ekstensi suprasela suatu adenoma. Keadaan patologis
lainnya yang dapat menyebabkan kompresi kiasma, sehingga
menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma karotis, meningioma
suprasela, dan kraniofaringioma (tumor yang berasal dari sel
perkembangan epitel bukan yang secara embriologis dekat dengan
tangkai hipofisis).
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin
bersamaan dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor
dapat bersifat fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis anterior
(akromgeali yang disebabkan oleh kelebihan hormone, prolaktinoma,
penyakit Cushing akibat tumor yang mensekresi kortikortropin). selain
itu, dapat terjadi hipopituitarisme akibat supresi sel normal kelenjar
oleh tumor. Terkadang adenoma hipofisis dapat mengalami infark

6
akut. pasien menunjukkan gejala nyeri kepala akut dan muntah-muntah
(menyerupai perdarahan subarachnoid) dan hipopituitarisme akut
(aplopeksi hipofisis). Pembengkakan jaringan tumor nekrotik
menyebabkan hemianopia bitemporal yang berkemebang cepat dengan
oftalmoplegia bilateral akibat ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.
 Astrocytoma (Grade I)
b. Malignan
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan
cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak tegas dan
jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama sesuai dengan asal
jaringan saat embrio. Tumor ganas yang berasal dari ectoderm dan endoderm
disebut karsinoma, dan yang berasal dari mesoderm disebut sebagai sarcoma.
Jika jaringan tumor ganas sangat menyerupai jaringan embrio, tumor ini
disebut sebagai blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut
berasal dari dua lapis jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal
dari tiga lapis jaringan embrio disebut sebagai teratoma.
 Astrocytoma (Grade 2,3,4)
 Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang
dapat muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan
menyebabkan simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan
intrakranial dan merupakan keganasan pada manusia yang paling
bersifat kemosensitif.
 Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat
pada ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling
sering terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis.
Dua faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan
kemampuan bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak
anatomi tumor. Makin muda usia pasien maka makin buruk
progmosisnya.
 Metastase Tumor Otak

7
Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru,
payudara, dan ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama
kanker otak metastasis. Tumor metastasis pada otak umumnya multiple
yang membuatnya lebih sulit ditangani. Lokasi tumor dapat terletak di
dalam otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak itu sendiri
atau di meningen yang melapisi otak.
4) Berdasarkan Lokasi Tumor
I. Tumor Supratentorial
 Glioma :
1. Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi palingsering
terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar ke sisi kontra
lateral melalui korpus kolostum. Tumor di dalam otak
berkembang dari sel otak, disebut sel glial. Sel ini adalah
beberapa dari yang disebut sel pendukung yang tidak
mengirimkan impuls saraf, tapi melaksanakan tugas-tugas yang
berarti bagi otak, misalnya membersihkan zat kimia yang
berlebihan. Terkadang tumor glial tumbuh sangat lambat dan
orangnya bisa hidup normal selama bertahun-tahun sebelum
masalah muncul. Tumor sel glial lainnya tumbuh dengan cepat
sekali dan berisi sel yang membagi dengan sangat cepat. Obat
belum menjadi alat efektif untuk mengobati tumor yang
tumbuh dengan cepat semacam itu. Jenis tumor yang
merupakan masalah pengobatan terbesar dalam bentuk tumor
glial, glioblastoma.
Glioblastoma atau glioblastoma multiform adalah
stadium tertinggi glioma (grade IV), tumor paling ganas dalam
kelas astrocytoma dan sama dengan grade IV glioma.
Gambaran histologist yang ditampilkan glioblastoma dari
seluruh grade menunjukkan adanya nekrosis dan peningkatan
pembuluh darah di sekitar tumor. Tumor grade IV tumbuh
dengan cepat dan memiliki tingkat keganasan yang tinggi.
Banyak peneliti berusaha muncul dengan terapi lebih baik

8
untuk tumor terberat, Glioblastoma. Satu pendekatan adalah
memasukkan obat penghancur kanker langsung ke dalam tumor
dalam bentuk tablet berisi obat bubuk yang dikeluarkan dengan
lambat. Pendekatan ini memperpanjang kelangsungan dan
kualitas hidup, tapi sejauh ini belum memproduksi obat. Teknik
genetic modern juga di uji yang dapat memasukkan gen ke
dalam tumor, dengan harapan akan membunuh tumor, atau
membuatnya lebih responsive terhadap pengobatan dengan
kemoterapi atau radiasi.
Terdapat 2 subtipe glioblastoma :
 De Novo (baru atau primer)
Tumor de novo tumbuh sangat cepat dan segera
membentuk sel yang terlihat berbahaya. Tumor tersebut
merupakan kejadian tumor terbanyak dan sangat
berbahaya dari glioblastoma.
 Sekunder
Glioblastoma sekunder sering ditemukan pada pasien
berusia kurang dari 45 tahun. Glioblastoma sekunder
ditandai dengan dimulainya grade astrocytoma awal
hingga grade sedang yang berasal dari kelahiran gen
yang akan berubah menjadi ganas, tumbuh cepat
menjadi glioblastoma.
Tampilan makroskopis glioblastoma yaitu massa
yang berbatas tegas atau neoplasma yang infiltrative
secara difus. Hamper 60% tumor ini merupakan massa
yang solid dan sisanya kistik. Nekrosis tumor juga dapat
dijumpai. Potongan tumor dapat berupa massa yang
lunak berwarna keabu- abuan atau kemerahan atau
berupa daerah nekrosis dengan konsistensi seperti krim
kekuningan atau berwarna coklat kemerahan. Tampilan
mikroskopik glioblastoma berupa massa hiperseluler,
pleiomorfisme sel dan nucleus serta nekrosis. Garam
kalsium dijumpai pada 3% kasus. Kadang ada
kecenderungan sel untuk berkumpul disekitar daerah

9
nekrosis, dimana tampilan ini dikenal dengan istilah
pseudopalisade. Terjadi pertambahan jumlah kapiler
dan proliferasi endotelnya. Gejala yang dialami pasien
mulai dari nyeri kepala, gangguan motorik, perubahan
mental, kejang, abnormalitas neurologis berupa reflex
yang abnormal, konfusi atau disorientasi, kesadaran
menurun, gangguan lapang pandang, koma dan parese
nervus ke III dan VI.

2. Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel
predominan diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti
bintang). Pada orang dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada
anak-anak dan dewasa muda di serebellum, dan pada umumnya
berisi cairan atau kistik.
3. Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai
astrositoma tetapi terdiri dari sel oligodendroglia. Tumor
relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi
biasanya dijumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
 Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid.
Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan
durameter yang lebar (broad base) berbatas tegas karena adanya
psedokapsul dari membrane araknoid. Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang dan

10
kadang disertai reaksi tulang berupa hyperostosis. Karena merupakan
massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai dengan tempat
perlekatannya pada durameter, seperti Falk (25%), Sphenoid ridge
(20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tubercullum
sellae (10%), konveksitas serebellum (5%) dan Cerebello-Pontine
angle. Karena tumbuh lambat deficit neurologic yang terjadi juga
berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan struktur otak di
sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada meningioma
konveksitas 70% ada di region frontalis dan asimptomatik sampai
berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii sekitar sella turcika
(tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial sphenoid ridge)
tumor akan segera mendesak saraf optic dan menyebabkan gangguan
visual yang progresif. Secara mikroskopis, sel tumor terlihat bundar,
oligonal, oval atau bentuk spindle. Intinya teratur, bundar atau oval,
leptokromatik. Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. Tumor ini
vaskularisasinya banyak, sehingga untuk pendekatan tindakan operatif
mutlak dilakukan angiografi. CT-Scan non kontras terlihat hiperdens.
Post kontras enhancemennya homogeny, kecuali bila terjadi nekrotik,
kistik dan hemoragis.

 Meningioma
.
II. Tumor Infratentorial
1. Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering
berkembang pada saraf akustikus sehingga muncul gejala
gangguan pendengaran.
2. Tumor metastasis

11
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5% - 10% dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.
Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara.
Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna,
tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak. Organ tubuh
seperti tulang, paru dan otak mempunyai kecenderungan lebih
besar sebagai tempat metastatis jika dibandingkan dengan organ
tubuh lain, sebaliknya limpa, ginjal dan hati merupakan organ yang
paling jarang tertekan.
Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat cukilan
kecil tumor pecah dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan
terbawa ke orang lain, yang memulai aksinya. Kanker yang
menyebar ke otak paling umum menimpa orang lanjut usia, kanker
paru, payudara, usus dan kanker kulit yang disebut melanoma yang
berbahaya. Kanker prostat adalah kasus khusus karena atas suatu
alasan, penyebarannya mengarah ke penutup otak, daripada
jaringan otak itu sendiri.
Pada saat kanker menyebar ke otak, biasanya tumbuh sebagai
tumor tunggal. Jadi, tumor otak metastatis memiliki gejala sama
sebagai tumor otak primer dan terlihat mirip sekali pada studi
pencitraan. Dokter bisa memberitahu perbedaan hanya dengan
melihat tumor di bawah mikroskop dan mengenali bahwa sel-sel
yang membentuk tumor tidak. Secara normal, berada di dalam otak
tapi bergerak kesana dari paru-paru atau payudara, tak jarang gejala
dari otak adalah tanda pertama yang menandai munculnya kanker
di waktu-waktu yang lain, keterlibatan otak dalam penyakit sudah
terlambat, setelah kanker sudah menyebar ke oragan-organ lain.
III. Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid
dan dural.
IV. Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsure-unsur vaskuler embriologis
yang paling sering dijumpai dalam serebellum.

12
1.2 Anatomi Fisiologi
susunan saraf adalah sistem yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus
menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistem
hormone, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari
berbagai jaringan tubuh, organ dan sistem organ manusia.
Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang
dikendalikan oleh keinginan atau kemauan. Saraf ini mengontrol otot rangka dan
menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini dapat melakukan gerakan
aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh dan secara sadar mengendalikannya.
Susunan saraf otonom/tak sadar, saraf ini menjaga organ tubuh bagian dalam
supaya berfungsi dengan baik, seperti hati, paru-paru, jantung dan saluran cerna.
Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolism, sirkulasi
darah dan pernapasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom.
Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatik (menyebabkan
tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan saraf parasimpatik (sistem mengontrol
konstruktif dan menyenangkan).

Serebrum terdiri dari 2 hemifer yaitu kiri dan kanan, empat lobus, yaitu :
a. Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan,
kepribadian, dan menahan diri.
b. Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan
sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak
bagian tubuhnya.

13
c. Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau,
pendengaran dan ingatan jangka pendek.
d. Lobus oksipital bertanggungjawab menginterpretasikan penglihatan. Otak
menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energy setiap harinya. Otak
merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh tubuh
dan terutama berasal dari proses metabolism oksidasi glukosa.

Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

a. Batang otak, yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri


dari medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah).
 Medulla oblongata, adalah bagian otak yang langsung menyambung
dengan medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari
serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medulla
oblongata berkas ini menyerang ke sisi yang berlawanan yang disebut
jalan/traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri
akan menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya.
Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat
di medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital
seperti pernapasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
 Pons, berupa inti (nucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang
menghubungkan korteks serebri dan serebllum.
 Mesensefalon, merupakan bagian otak yang sempit terletak antara
medulla oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat
formation retikularis, suatu rangkaian penting yang antara lain
mengatur irama tidur dan bantu mengontrol reflex menelan dan
muntah.
b. Otak kecil (cerebellum)
Terletak di belakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang
otak. Cerebellum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan
mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmen posterior medulla
spinalis yang member informasi tentang keregangan otot dan tanda serta
posisi-posisi sendi.

14
c. Otak besar (cerebrum)
Adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas 2 belahan, yaitu hemifer
kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemifer dipisahkan oleh pistula
longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar
(korpus kolosum).
d. Diensefalon
Dibagi menjadi 4 wilayah :
 Thalamus
Merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls dari
seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak
yang lebih tinggi. Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus
berupa berkas saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres
kedalam rongga yang kecil.
 Hipotalamus
Merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga
mempengaruhi metabolism, observasi makanan dan mengatur suhu
tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
 Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada
subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut
nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang
terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Gerakan infolunter biasanya lebih
nyata pada tangan dan kaki.
 Epitalamus
Epitalamus dengan sistem limbic dan berperan pada beberapa
dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang memperdarahi otak terdiri dari :
- Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat
diraba di leher depan, sebelah kiri dan kanan di bawah mandibula,
sepasang pembuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan
bercabang menjadi 3 :
1) Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
2) Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)

15
3) Sebagian menuju orak bagian dalam (arteri serebri inferior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang
disebut arteri komunikan posterior.
Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini
tidak dapat diraba oleh karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke
bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak
dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah tersebut akan saling
berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut
anastomosis.
2. Etiologi
Tidak ada factor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak primer.
Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat diidentifikasi,
mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum diketahui.
Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan factor – factor lingkungan sedang diteliti.
Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah decade kelima dank e tujuh. Selain
itu, pria terkena lebih sering daripada wanita.
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Adapun factor
– factor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota
sekeluarga. Di bawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang
menderita brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge – Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan factor
familial yang jelas. Selain jenis – jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti – bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya factor – factor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
b. Sisa – sisa sel embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan – bangunan embrional berkembang menjadi bangunan – bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, terutama intracranial dan kordoma.
c. Radiasi

16
Jaringan dalam system saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada bintang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada system saraf pusat.
e. Substansi – substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.
f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak.
3. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan
oleh dua factor, yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial
(TIK). Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut
dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat
kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak. Peningkatan TIK
dapat diakibatkan oleh beberapa factor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak,
edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas menyebabkan edema
dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang
menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume intracranial dan
meningkatkan TIK.

17
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat. Mekanisme
kompensi memerlukan waktu berhari – hari atau berbulan – bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah intracranial, volume CSS,
kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel – sel parenkim otak. Kenaikan tekanan
yang tidak di atasi akan mengakibatkan herniasi untuk serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi
menekan mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ke 3. Pada herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan terhentinya
pernapasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat
peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik
dan gangguan pernapasan.
4. Manifestasi Tumor Otak
a. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan oleh edema
dan peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh lokasi anatomi tertentu.
 Perubahan status mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan
tingkat kesadaran atau sensoris dapat ditemukan. Perubahan status
emosional dan mental, seperti letargi dan mengantuk, kebingungan,
disorientasi, serta perubahan kepribadian dapat ditemukan.
 Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak
yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan
intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan
posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan
bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral
pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian
frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput
dan leher. 

18
Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya
intermiten dengan durasi meningkat dan dapat diperparah dengan
perubahan posisi atau mengejan. Sakit kepala parah dan berulang pada
klien yang sebelumnya bebas sakit kepala atau sakit kepala berulang di
pagi hari yang frekuensi dan keparahannya meningkat dapat
menandakan suatu tumor intrakranial dan membutuhkan pengkajian
lebih lanjut.
 Mual dan muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena
tekanan pada medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering
mengeluhkan sakit kepala parah setelah berbaring di ranjang. Saat sakit
kepala makin nyeri, klien juga dapat mengalami mual atau muntah
yang spontan. Selama episode muntah biasanya nyeri kepala akan
berkurang.
 Papil edema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat
menyebabkan papiledema. Mekanisme patofisiologis yang mendasari
hal ini masih belum diapahami. Peningkatan tekanan intrakranial
mengganggu aliran balik vena dari mata dan menumpuk darah di vena
retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked disc”, papiledema umum
pada klien dengan tumor intrakranial dan mungkin merupakan
manifestasi awal dari peningkatan tekanan intrakranial. Papiledema
awal tidak menyebabkan perubahan ketajaman penglihatan dan hanya
dapat dideteksi dengan pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah
dapat bermanifestasi sebagai penurunan tajam penglihatan.
 Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan
tumor intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat
parsial atau menyeluruh. Kejang parsial biasanya membantu
membatasi lokasi tumor.
b. Manifestasi local
Manifestasi klinis lokal disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau kompresi dari
sebagian otak tempat tumor terletak.

19
 Kelemahan Fokal ( misal, hemiparesis)
 Gangguan sensoris, antara lain tidak dapat merasakan (anestesia), atau
sensasi abnormal (Parestesia)
 Gangguan bahasa
 Gangguan koordinasi (misal, jalan sempoyongan)
 Gangguan penglihatan seperti diplopia (pandangan ganda) atau
gangguan lapang pandang (monopia)

c. Trias klasik
Trias klasik adalah tanda atau ciri khas pada tumor otak, diantaranya :
- Nyeri kepala
- Papil edema
- Muntah
5. Penatalaksanaan
Faktor-faktor prognostic sebagai pertimbangan penatalaksanaan :
- Usia
- General Health
- Ukuran tumor
- Lokasi tumor
- Jenis tumor
Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikosteroid
yang bertujuan untuk memberantas edema otak. Pengaruh kortikosteroid terutama
dapat dilihat pada keadaan-keadaan seperti nyeri kepala yang hebat, deficit motorik,
afasia dan kesdaran yang menurun. Beberapa hipotesis yang dikemukakan :
meningkatkan transportasi dan reabsorbsi cairan serta memperbaiki permeabilitas
pembuluh darah. Jeniskortikosteroid yang dipilih yaitu glukokortikoid, yang paling
banyak dipakai ialah deksametason, selain itu dapat diberikan prednisone atau
prednisolon. Dosis deksametason biasa diberikan 4-20 mg intravena setiap 6 jam
untuk mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan tekanan tinggi
intracranial (Greenberg et al., 1999). Selain itu terapi suportif yang dapat dilakukan
yaitu IVFD RL XX tetes/menit (makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam, ranitidine
ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1 ampul/6 jam.
Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksanaa,
yaitu :

20
a. Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor primer
maligna, atau sekunder biasanya sulit disembuhkan. Pembedahan tumor biasanya
harus melalui diagnosis yang histologis terlebih dahulu.
b. Terapi medikamentosa
 Antikonvulsan untuk epilepsy
 Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan intrakranial.
Steroid juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan
mengobati edema otak
 Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan
pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik neuro
onkologi.

c. Terapi radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan
akselerator linier. Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000 Gy
yang diberikan lima kali seminggu selama 6 minggu. Untuk klien dengan tumor
metastasis, dosis standar radiasi kurang lebih 3.000 Gy. Dosis pasti akan
bergantung pada karakteristik tumor, volume jaringan yang harus diradiasi
biasanya diberikan dalam periode yang lebih pendek untuk melindungi jaringan
normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi radiasi, walaupun tidak dianggap
konvensional dan belum tersedia luas, adalah terapi radiasi partikel berat,
radioterapi neutron cepat, terapi fotodinamik, dan terapi tangkapan neutron boron.
Walaupun penggunaannya luas, terapi radiasi bukan tanpa konsekuensi.
6. Pemeriksaan Penunjang
a) CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik
dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari
abses ataupun proses lainnya.
b) Foto Polos Dada

21
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple
pada otak.
c) Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan
massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui
pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan
tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
d) Biopsi Stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam
dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e) Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
f) Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang
digunakan dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya adalah
sebagai berikut:
 Computed Tomography Scan (CT-Scan)
Computed Tomography (CT) Scan merupakan suatu teknik diagnostik
dengan menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk memindai kepala dalam
lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi gambaran
potongan melintang dari otak, dengan membandingkan perbedaan jaringan
padat pada tulang kepala, korteks, struktur subkortikal, dan ventrikel.
Bayangan ditunjukkan pada osiloskop atau monitor TV dan difoto. Lesi-lesi
pada otak terlihat sebagai variasi kepadatan jaringan yang berbeda dari
jaringan otak normal sekitarnya. Jaringan abnormal sebagai indikasi
kemungkinan adanya massa tumor, infark otak dan atrofi kortikal. Oleh karena
itu, CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi

22
tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil.
Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal
berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor
otak dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih
rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan
jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan
terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan
pemberian zat kontras.

Penilaian CT Scan pada tumor otak:

a. Tanda proses desak ruang:


1. Pendorongan struktur garis tengah itak
2. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
b. Kelainan densitas pada lesi:
1. Hipodens
2. Hiperdens atau kombinasi
c. Klasifikasi, perdarahan
1. Edema perifokal

 Positron Emmision Tomography (PET)


Positron Emmision Tomography (PET) adalah teknik pencitraan nuklir
berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi organ secara

23
aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan dengan zat radioaktif
yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila positron ini berkombinasi
dengan elektron-elektron bermuatan negatif (normalnya didapat dalam sel-sel
tubuh), resultan sinar gamma dapat dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-
alat pemindai, detektor tersusun dalam sebuah cincin dan seri-seri yang
dihasilkan berupa gambar dua dimensi pada berbagai tingkatan otak. Informasi
ini terintegrasi oleh komputer dan memberikan sebuah komposisi bayangan
kerja otak. PET memungkinkan pengukuran aliran darah, komposisi jaringan,
dan metabolisme otak. PET mengukur aktifitas ini secara spesifik pada daerah
otak dan dapat mendeteksi perubahan penggunaan glukosa. Uji ini digunakan
untuk melihat perubahan metabolik otak, melokasikan lesi seperti adanya
tumor otak. PET digunakan untuk mendiagnosa kelainan metabolisme pada
otak dan mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer serta penyebab lain dari
demensia.

 Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan menggunakan
fasilitas multiplanar pada bidang aksial, koronal dan sagital dengan gambaran
yang sangat baik pada fosa posterior, karena tidak ada artefak tulang. MRI
merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif dalam mendeteksi tumor seperti
adenoma hipofisis dan neuroma akustik. MRI menunjukkan gejala yang
progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu
tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit
membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya. Pada keadaan tumor

24
otak ini akan nampak warna yang kontras dengan warna organ normal dan
terjadi penebalan jaringan otak.

 Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di otak,
dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau dengan
menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini
memberikan kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG bertindak sebagai
indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut, bekuan darah, dan
infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan. Pemeriksaan ini pada tumor otak berfungsi untuk mengevaluasi
lobus temporal pada saat kejang.

 MR-Spectroscopy
MR-Spectroscopy (MRS) mampu membedakan berbagai lesi pada otak.
Derajat akurasinya mencapai 95-100% untuk membedakan lesi neoplasma
atau nonneoplasma. Choline adalah marker spesifik pada neoplasma

25
intrakranial. Peningkatan konsentrasi choline atau jumlah rasio Cho/Cr atau
Cho/NNA menunjukkan adanya suatu neoplasma (Castillo et al, 1998).
Kelainan spesifik tertentu dapat mempersulit untuk membedakan diagnostik
antara tumor atau proses inflamasi seperti pada high grade glioma dan abses
serebri dimana puncak konsentrasi choline dapat tidak muncul karena adanya
proses nekrosis. Berbagai cara tertentu dapat digunakan seperti penggunaan
long TE dapat mempermudah identifikasi puncak choline. Adanya puncak
cytosolic amino acids pada 0,9 ppm adalah karakteristik khusus untuk abses.
Pada diffusion weight image, abses menunjukkan high signal intensity
sedangkan pada tumor dengan degenerasi nekrosis menunjukkan ISO sampai
low signal intensity. Pada abses biasanya menunjukkan hipoperfusi sedangkan
pada glioma menunjukkan hiperperfusi (Fatterpekar et al, 2001).

 Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh darah pada
siklus Willis di cabang arteri otak yang kecil akan mengalami pembesaran
masa pembuluh darah saat dilakukan pemeriksaan ini.

26
 Pemeriksaan Lumbal Pungsi
Menunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang
mencerminkan TIK, peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa, dan
terkadang sel-sel tumor pada CSS.  Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel
tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan
terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara
yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).

7. Komplikasi tumor otak


Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg (2008) komplikasi yang
dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
a. Peningkatan tekanan intracranial
Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun
semua faktor yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah
cairan serebrospinal mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu
faktor diatas akan memicu:

27
- Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak.
- Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena
adanya gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa
tumor akan mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu
terjadinya hidrosefalus.
- Herniasi Otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra,
unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon
sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga (okulomotor) (Fransisca, 2008).
b. Epilepsy
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di
dalam selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa
tumor (Yustinus, 2006).
c. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak
adalah khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi neurologis
ini tergantung pada bagian otak yang terkena tumor.
d. Ensefalopati radiasi
e. Metastase ke tempat lain 
f. Kematian

28
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien & penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan durasinya
makin meningkat.
- Riwayat penyakit sekarang
Saat klien timbul keluhan yang semakin parah danklien memerlukan
pengobatan/perawatan di rumah sakit.
- Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan tumor kepala.
c. Pemeriksaan fisik
1) Pernapasan B1 (Breath)
2) Kardiovaskular B2 (Blood)
3) Persarafan B3 (Brain)
4) Perkemihan B4 (Bladder)
5) Pencernaan B5 (Bowel)
2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b.d perembesan tumor : peningkatan tekanan intracranial
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d penekanan medulla oblongata
c. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan
intracranial, pembedahan tumor, edema serebri
d. Resiko cedera b.d vertigo sekunder terhadap hipotensi ortostatik
e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d efek kemoterapi dan
radioterapi
f. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan sensorik dan motorik
g. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri akibat tidak mampu menggerakkan leher
3. Pathway

29
4. Intervensi
NO DX NOC NIC
1. Nyeri akut b.d NOC : NIC :
peningakatan a. Pain level Pain Management
intracranial b. Pain control (1400) :
c. Comfort level 1.Lakukan pengkajian
Setelah dilakukan tindakan nyeri secara
selama 3 x 24 jam diharapkan komprehensif
pasien tidak mengalami nyeri termasuk lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
a. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas
nyeri (tahu penyebab dan faktor presipitasi.
nyeri, mampu 2. Observasi reaksi
menggunakan teknik nonverbal dari
nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, 3. Bantu pasien dan

30
mencari bantuan). keluarga untuk
b. Melaporkan bahwa mencari dan
nyeri berkurang menemukan
dengan menggunakan dukungan.
manajemen nyeri. 4. Kontrol lingkungan
c. Mampu mengenali yang dapat
nyeri (skala, mempengaruhi nyeri,
intensitas, frekuensi, seperti suhu ruangan,
dan tanda nyeri) pencahayaan dan
d. Menyatakan rasa kebisingan.
nyaman setelah nyeri 5. Kurangi faktor
berkurang. presipitasi nyeri.
e. Ttv dalam rentang 6.Kaji tipe dan
normal. sumber nyeri untuk
f. Tidak mengalami menentukan
gangguan tidur. intervensi.
7.Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi :
napas dalam,
relaksasi, distraksi,
kompres
hangat/dingin.
8. Berikan analgetik
untukmengurangi
nyeri.
9. Evaluasi
keefektifan control.
10. Tingkatkan
istirahat
11. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
31
berhasil.
12. Monitor
penerimaan pasien
tentang management
nyeri.

2. Ketidakefektifan NOC : NIC :


pola napas b.d a. Respiratory status : Airway management
penekanan medulla ventilation (3140) :
oblongata b. Respiratory status : 1. Buka jalan napas,
airway patency gunakan teknik chin
c. Vital sign status lift atau jaw thrust
Setelah dilakukan tindakan bila perlu.
keperawatan selama 3 x 24 2. Posisikan pasien
jam diharapkan pola napas untuk
kembali normal dengan memaksimalkan
kriteria hasil : ventilasi
a. Mendemostrasikan 3. Identifikasi pasien
batuk efektif dan perlunya pemasangan
suara napas yang alat jalan napas
bersih, tidak ada buatan.
sianosis dan dispneu 4. Lakukan fisioterapi
(mampu dada jika perlu.
mengeluarkan sputum, 5. Keluarkan secret
mampu nernapas dengan batuk atau
dengan mudah, tidak suction.
ada pursed lips). 6. Auskultasi suara
b. Menunjukkan jalan napas, catat adanya
napas yang paten suara tambahan.
(klien tidak merasa 7. Berikan
tercekik, irama napas, bronkodilator bila
frekuensi pernapasan perlu.
dalam rentang normal, 8. Atur intake untuk
tidak ada suara napas cairan mengoptimal

32
abnormal). keseimbangan.
c. TTV dalam rentang 9. Monitor respirasi
normal. dan status O2
Oxygen Therapy :
1.Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea.
2. Pertahankan jalan
napas yang paten
3. Atur peralatan
oksigenasi
4. Monitor aliran
oksigen
5. Pertahankan posisi
pasien
6. Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital Sign
Monitoring :
1.Monitor TD, nadi,
suhu, RR
2. Catat adanya
fluktuasi TD
3. Monitor TTV
sebelum, selama dan
setelah aktivitas
4. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
3. Keseimbangan NOC : NIC :

33
nutrisi kurang dari a. Nutritional status : Nutrition
kebutuhan tubuh b.d adequacy of nutrient Management :
mual muntah b. Nutritional status : 1.Kaji adanya alergi
food and fluid intake makanan.
c. Nutritional status : 2. Kolaborasi dengan
nutrient intake ahli gizi untutk
d. Weight control menentukan jumlah
Setelah dilakukan tindakan kalori dan nutrisi
selama 3 x 24 jam diharapkan yang dibutuhkan
masalah nutrisi teratasi pasien.
dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan pasien
1. Adanya peningkatan untuk meningkatkan
BB intake.
2. Mampu 4. Anjurkan pasien
mengidentifikasi untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
3. Tidak ada tanda-tanda 5. Berikan substansi
malnutrisi gula
4. Menunjukkan 6. Yaknkan diet yang
peningkatan fungsi dimakan mengandung
pengecapan dari tinggi serat untuk
menelan mencegah konstipasi
5. Tidak terjadi 7. Berikan makanan
penurunan BB yang yang terpilih (sudah
berarti dikonsultasikan
dengan ahli gizi
8. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
Nutrition
Monitoring (1160) :
1.BB pasien dalam
batas normal
2. Monitor adanya
34
penurunan BB
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas

5. Implementasi
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan prioritas masalah yang telah
disusun. Yang paling penting implementasi mengacu pada intervensi yang telah
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.
6. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a. Pasien tidak mengalami nyeri
b. Ketidakefektifan pola napas teratasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

35
otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar
1.350 cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf
atau neuron. Metabolism otak digunakan kira-kira 18% dari total konsumsi oksigen
oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5% dari berat badan seluruhnya tapi otak merupakan
organ yang paling banyak menerima darah dari jantung yaitu 20% dari seluruh darah
yang mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan
ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (price,
A. Sylvia, 1995 :1030). Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi
sekarang telah diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi,
virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala. Penatalaksanaan pasien
dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan, kemoterapi dan radioterapi.
2. Saran
Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan tumor otak secara holistic didasari dengan pengetahuan yang mendalam
mengenai penyakit tersebut.
Klien dan keluarga hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksanaan serta
meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.

DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg,Lionel. 2005. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga

36
Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell

Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier

Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement of
health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier

37

Anda mungkin juga menyukai