Tugas Kuali
Tugas Kuali
“Grounded Theory”
Oleh:
AULIA FITRI
JURUSAN SYARIAH
SORONG
2018
GROUNDED THEORY
Grounded theory pada awalnya dikembangkan pada tahun 1960-an oleh ahli sosiologi
Barney Glaser dan Anselm Strauss yang hasil riset mereka, Discovery of Grounded Theory,
diterbikan pada tahun 1967. Kemudian, mereka berbeda pendapat. Strauss cenderung untuk
berkonsentrasi dalam menentukan prosedur dalam mengaplikasikan pendekatan, sedangkan
Glaser menentang perubahan apapun dari gagasan awalnya. Dua versi grounded theory
kemudian muncul, Straussian dan Glaserian. Dalam kajian-kajian yang berkaitan dengan
komunikasi dan manajemen, pendekatan Straussian lebih popular, walaupun kedua format
Glaserian dan Straussian terus berubah perlahan-lahan dari tahun ke tahun seiring dengan
banyaknya peneliti yang menggunakan pendekatan tersebut.
Grounded theory salah satu jenis metode kualitatif, karena analisanya tidak menggunakan
angka. Coraknya induktif, karena hendak menemukan teori baru. Objek penelitiannya adalah
salah suatu fenomena yang ada dalam konteksnya yang alamiah dan dimengerti sesudah data
lapangan diperoleh, entah melalui wawancara atau observasi, diinterpretasi.
Dasar filosofis dari grounded theory adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik sendiri
berasal dari psikologi social. Interaksi yang dilakukan oleh manusia selalu bergantung pada
lingkungannya. Asumsi ini mendorong peneliti, yang menggunakan metode grounded theory,
untuk melihat secara jeli pemahaman terhadap tindakan atau perilaku seseorang. Setiap
tindakan manusia selalu memiliki arti tertentu. [ CITATION JRR08 \l 2057 ]
Menurut Daymon dan Holloway, grounded theory adalah sebuauh pendekatan yang
refleksif terbuka, di mana pengumpulan data, pengembangan konsep-konsep teoritis, dan
ulasan literature berlangsung dalam proses siklis-berkelanjutan. Riset kualitatif lain memang
kurang lebih juga mengandung sifat-sifat semacam itu. Namun, ada tigas aspek yang
membedakan grounded theory bila dibandingkan dengan pendekatan lain.
Metode grounded theory memang jarang digunakan, tetapi merupakan pendekatan riset
yang potensial untuk disiplin ilmu hungan masyarakat dan komukasi pemasaran. Pendekatan
ini berpotensi besar untuk melacak proses social dalam konteks masing-masing. Penelitian
dengan menggunakan metode grounded theory dimulai tanpa hipotesis, dan memungkinkan
data serta penarikan sampel teoritis sebagai panduan untuk memilih kerangka koseptual dan
teori yang muncul. Para peneliti menempuh proses analisis dan pengumpulan data sistematis
dan terstruktur.
Riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory memang tidak terlalu
mudah dilakukan terutama oleh peneliti pemula, sebab memiliki model analisis data yang
terus-menerus, karena data masih tetap dikumpulkan selama di lapangan. Dalam riset
grounded theory ini, peneliti langsung terjun ke lapangan tanpa membawa rancangan
konseptual, proposisi, dan teori tertentu. Secara provokatif, sering dikatakan bahwa peneliti
masuk ke lapangan dengan kepala kosong, tanpa membawa apapun yang sifatnya apriori,
apakah itu konsep, proposisi, ataupun teori. Ini disebabkan, dengan memakai konsep,
proposisi (peryataan yang memiliki arti penuh dan utuh) maupun teori yang bersifat apriori
(teori yang bertemu sebelum memiliki pengalaman), akan dikahawatirkan terjebak pada
kecenderungan studi verifikatif yang memaksa. Istilah kepala kosong menjelaskan bahwa
peneliti menyingkirkan sikap, pandangan, keberpihakan terhadap teori atau ilmu tertentu,
yang dikhawatirkan menjadi bahaya besar bagi penyusunan teori, dan sepenuhnya
berpedoman pada apa yang ditemukannya di lapangan. Peneliti memiliki desain atau
perencanaan riset hingga tuntas, namun kesemuanya itu bersifat fleksibel. Berdasarkan
keadaan kepala kosong inilah, diharapkan peneliti dapat sepenuhnya terpancing kepada
kenyataan berdasarkan data lapangan, baik dalam mendeskripsikan apa yang terjadi maupun
menjelaskan apa penyebabnya. Sehingga apa yang ditemukan berupa konsep, proposisi, dan
teori benar-benar berdasarkan data yang dikembangkan secara induktif. Terkait proses
tersebut, terdapat tiga unsur dasar yang perlu dipahami dan tidak bisa saling dipisahkan, yaitu
konsep, kategori, dan proposisi. Unsur pertama adalah konsep, yang diperoleh melalui
konseptualisasi data. Peristiwa atau kejadian diperhatikan dan dianalisis sebagai indikator
potensial dari fenomena yang kemudian diberikan nama/label secara konseptual.
Dibandingkan dengan kejadian yang lain, apabila terdapat keserupaan, maka diberikan nama
dengan istilah yang sama. Begitupun berlaku dengan peristiwa yang berbeda. Unsur kedua
adalah kategori, yang merupakan kumpulan lebih tinggi dan abstrak dari konsep. Kategori
diperoleh melalui proses analisis yang sama dengan cara membuat perbandingan dengan
melihat persamaan dan perbedaan. Kategori merupakan landasan dasar dari penyusunan teori.
Unsur ketiga adalah proposisi, yang menunjukkan adanya hubungan konseptual, yakni suatu
pernyataan berdasarkan hubungan berbagai konsep yang mengandung deskripsi sistem
pemahaman tertentu yang relevan dengan kondisi di lapangan. Pembentukan dan
pengembangan konsep, kategori, dan proposisi merupakan suatu keharusan dalam proses
penyusunan teori, atau melalui proses interaktif. Berdasarkan keterangan tersebut dapat
dikatakan bahwa meskipun riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory
terdiri dari tiga bentuk desain yaitu sistematik, emerging, dan konstruktivis, namun secara
umum metode riset ini mempunyai karakteristik penting: 1) riset diarahkan pada proses yang
berhungan dengan topic yang jelas; 2) jaringan data yang dilakukan secara bersamaan dengan
analisis data dengan menggunakan sampel teoritis; 3) analisis data dilakukan, sambil
melaksanakan perbandingan konstan dan membuat pertanyaan tentang data-data yang
diperoleh; 4) sewaktu menganalisis data untuk memunculkan kategori-kategori, sebuah
kategori inti diidentifikasi; 5) kategori inti yang diidentifikasi kemudian dikembangkan dan
dirumuskan menjadi teori; dan 6) selama melakukan riset, peneliti membuat catatan (memo)
untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori yang dikodekan.
Salah satu kekuatan dari grounded theory adalah sifat komprehensif dari perspektif
yang dapat diperoleh oleh peneliti. Dengan cara langsung terjun ke dalam fenomena
sosial dan melakukan observasi secara lengkap, agar peneliti dapat mengembangkan
pengertian yang mendalam dan lengkap.
Mengenai karakteristik kunci dari Straussian Grounded Theory, telah ada banyak ahli
yang mencoba untuk mengkajinya, dan secara khusus menetapkan perbedaan-perbedaan
mendasar dari pendekatan tersebut dengan pendekatan klasik (Classic Grounded Theory).
Menurut pendapat Annells, perbedaan antara karakteristik kunci dari straussian grounded
theory dengan classic GT adalah yang menyangkut dengan focus dari pendekatan tersebut,
ada tujuan, hasil dan tindak lanjut yang bisa dilakukan terkait teori yang dihasilkan
Karkteristik kunci yang awal dari straussian GT adalah yang tertuju pada fokusnya. Hal
ini sedikit berbeda dengan Classic GT, yang mana menetapkan fokusnya suatu area minat
yang masih umum, yang mana permasalahan pun masih belum ditemukan atau
diidentifikasi. Straussian GT menetapkan suatu fenomena sebagai fokus penelitian. Yang
disebut sebagai area minat yang masih umum itu dapat dicontohkan seperti “pola tidur anak
usia 8-10 di Sekolah X”, atau contoh yang lain, “Respons Karyawan terhadap Implementasi
Teknologi Informasi di Perusahaan Y”. Area minat yang umum menjadi focus penelitian bila
menggunakan pendekatan klasik. Sedangkan pendekatan straussian lebih berfokus pada
situasi seperti “insomnia pada anak usia 8-10 tahun di sekolah X”. Dengan
demikian, Straussian GT sudah lebih membingkai dirinya pada suatu permasalahan spesifik
yang terjadi pada suatu tempat atau kondisi tertentu.
Karakteristik kunci yang kedua dari staussian GT yakni menyangkut dengan pendakatan
yang ingin dilakukan. Annells menggunakan istilah yang berbeda dalam classic GT dan
Straussian GT menyangkut dengan hal ini. Classic GT, bertujuan untuk menghasilkan atau
memunculkan, atau juga membangkitkan (bahasa Inggris: To generate) suatu teori secara
induktif dari data empiris, sedangkan Straussian GT bertujuan untuk mengembangkan
(Bahasa Inggris: To develop, Developing) teori dari data empiris.
Rekonstruksi teori
Mendeteksi fenomena
5 lapangan 2
Analisis komparatif adalah salah satu cara yang strategis dan sering digunakan para ahli
berbagai cabang ilmu social untuk menemukan sesuatu maupun teori, melalui verifikasi dan
pengkategorian secara koseptual sehingga dapat menghasilkan bukti-bukti yang akurat. Di
samping itu perlu juga mendapat perhatian bahwa dalam analisis komparatif perlu
menetapkan keadaan umum suatu fakta, sehingga jelas batasannya. Selanjutnya adalah
menspesifikasi analisis per kasus.
Yang dikemukakan oleh Strauss dan Corbin tentang gounded theory, dapat ditarik
kesimpulan tentang ciri-ciri gerounded theory yakni [ CITATION Zal14 \l 2057 ]:
a) Grounded theory dimulai dari data tentang suatu fenomena, buka suatu hasil teori
yang sudah ada,
b) Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif bukan secara
deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada kajian kuantitatif.
c) Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus dipenuhi 4
(empat) kriteria iaitu: sesuai (fit), difahami (understanding), generalisasi umum
(generality), pengawasan (controll), juga diperlukan dimilikinya kepekaan teoretik
(theoretical sensitivity) dari si penyelidik. Kepekaan teori adalah kualiti peribadi si
penyelidik yang mempunyai pengetahuan yang mendalam sesuai bidang yang diteliti,
mempunyai pengalaman penyelidikan dalam bidang yang relevan. Dengan
pengetahuan dan pengalamannya tersebut si penyelidik akan mampu memberi makna
terhadap data dari suatu fenomena atau kejadian dan peristiwa yang dilihat dan
didengar selama pengumpulan data. Selanjutnya si penyelidik mampu menyusun
kerangka teori berdasarkan hasil analisis induktif yang telah dilakukan. Setelah
dibandingkan dengan teori-teori lain boleh disusun teori baru.
d) Kemampuan penyelidik untuk memberi makna terhadap data sangat diperngaruhi oleh
kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman dan kajian dari bidang yang relevan dan
banyaknya sastera yang dibaca. Hal-hal tersebut menyebabkan si penyelidik
mempunyai maklumat yang kaya dan peka atau sensitif terhadap kejadian-kejadian
dan peristiwaperistiwa dalam fenomena yang diteliti.
Substansi perumusan masalah dalam metode grounded theory bersifat umum yaitu
masih dalam bentuk pertanyaan yang memberikan kebebasan dalam menggali berbagai
fenomena secara luas maupun secara spesifik, namun belum sampai pada penegasan atas
variabel apa saja yang berhubungan dengan ruang lingkup permasalahan dan variabel yang
apa saja yang tidak berhubungan. Tipe hubungan antar variabelnya juga tidak perlu
dieksplisitkan dalam pembuatan rumusan masalahnya. Rumusan masalah dalam riset
grounded theory dilakukan dengan beberapa tahap. Rumusan masalah pada tahap awal
sebelum dilakukan pengumpulan data adalah bersifat lebih luas atau umum dengan maksud
rumusan masalah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan mengumpulkan data.
Setelah data yang bersifat umum telah dikumpulkan, kemudian rumusan masalahnya semakin
dipersempit dan lebih berfokus pada sifat data yang dikumpulkan dengan maksud sebagai
pedoman dalam menyusun teori. Masalah riset merupakan bagian integral dari metode,
sebagai langkah penting pertama dalam urutan kegiatan riset. Ciri-ciri dari rumusan masalah
dalam riset grounded theory adalah: 1) berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang
diteliti, 2) berorientasi pada proses dan tindakan, dan 3) mengungkapkan secara tegas
mengenai objek yang akan diteliti.[ CITATION IGu14 \l 2057 ]
SAMPLING TEORETIS
Dalam grounded theory, digunakan “sampling teoretis”. Penarikan
sampel jenis ini berpedoman pada gagasan-gagasan yang signifikan bagi
teori yang muncul. Salah satu perbedaan utama anatara metode
penarikan sampel jenis ini dengan jenis yang lain terletak pada faktor
waktu dan kesinambungan. Tidak seperti jenis sampling yang
direncanakan lebih dahulu di mana kerangka sampling telah ada sejak
permulaan riset, sampling teoretis berlanjut sepanjang seluruh proses
riset (sampling teoretis, meskipun lahir dari grounded theory, juga sering
digunakan dalam analisis kualitatif jenis lain).
PENGERTIAN CODING
Coding pada dasarnya merupakan proses analisis data, iaitu data diperincikan,
dikonsepkan dan diletakkan kembali bersama-sama dalam cara baru. Ini merupakan proses
sentral di mana teoriteori dibentuk dari. Prosedur Coding Apa yang menjadikan proses
coding sedemikian menarik dalam pembangunan grounded theory? Apa yang membuatnya
berbeda dari kaedah-kaedah analisis yang lain? yaitu bahwa kaedah ini mempunyai tujuan
yang lebih luas, tidak hanya membolehkan penyelidik memberikan beberapa tema, atau
mengembangkan rangka kerja deskriptif yang teorinya berdasarkan konsep-konsep yang
terjalin secara longgar. Menurut Strauss dan Corbin prosedur analisis dalam grounded theory
direka sebagai berikut: a) Membina teori lebih daripada sekadar menguji pada teori. b)
Memberikan proses kajian suatu kepastian / keketatan yang diperlukan untuk membuat teori
menjadi ilmu pengetahuan “yang baik”. c) Membantu penganalisaan yang bebas dari bias-
bias dan andaian-andaian yang terbawa, dan yang boleh berkembang selama proses kajian
berlangsung. d) Memberikan dasar atau alas (grounding), membina kepaduan, dan
mengembangkan kepekaan dan integrasi yang diperlukan untuk menghasilkan teori yang
kaya, tersusun secara ketat (tightly woven), penerangan teori yang lebih mendekati kenyataan
/ realiti yang ada.
Riset kualitatif dengan metode grounded theory sangat menekankan pada penggalian
secara mendalam data prilaku yang sedang berlangsung untuk melihat prosesnya secara
langsung dan bertujuan untuk melihat berbagai hal yang memiliki hubungan sebab akibat.
Penyampelan dilakukan berdasarkan keterwakilan konsep dan bukan pada besarnya jumlah
populasi. Teknik penyampelan dilakukan dengan cara penyampelan teoritis yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan atas konsepkonsep yang telah terbukti memiliki hubungan
secara teoritis dengan teori yang sedang dibangun, yang bertujuan untuk mengambil sampel
fenomena yang menggambarkan tentang sifat, katagori dan ukuran yang secara langsung
dapat menjawab masalah risetnya. Fenomena yang terpilih kemudian digali oleh si peneliti
pada saat proses pengumpulan data. Karena fenomenanya melekat dengan subjek yang
diteliti, maka jumlah subjeknyapun terus bertambah sampai pada tidak ditemukannya lagi
informasi baru yang diungkapkan oleh beberapa subjek yang terakhir. Jadi dapat dikatakan
bahwa penentuan sampel subjek dalam riset grounded theory tidak dapat direncanakan dari
awal dilakukan riset, namun subjek yang diteliti akan berproses nantinya sesuai dengan
keadaan di lapangan pada saat dilakukan pengumpulan data.