Anda di halaman 1dari 11

LEMBAGA-LEMBAGA AUDIT DAN PENGAWASAN BANK SYARIAH

SERTA FUNGSI DAN PERAN BANK INDONESIA DAN OJK DALAM


AUDIT DAN PENGAWASAN BANK SYARIAH

Disajikan untuk memenuhi Tugas Presentasi


Semester Ganjil Tahun Akademik 2021/2022

Mata Kuliah
SISTEM AUDIT BANK SYARIAH
Senin, 29 November 2021

Oleh:
Galih Permadi (2019310004)
Dewi Lusiana (2019310009)

DOSEN PENGAMPU:
Ninik Mulyani, S.E.I., M.Pd

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH (ES)


JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Sekolah Tinggi Agama Islam Ash-Shiddiqiyah Lempuing Jaya OKI
LEMPUING JAYA
2021
KATA PENGANTAR
‫ال َّر ِح ْي ِمالرَّحْ َمنِالل ِهبِس‬
‫ْــــــــــــــــــم‬
ِ

‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َوبَ َر َكاتُه‬


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘’Lembaga-Lembaga Audit
dan Pengawasan Bank Syariah serta Fungsi dan Peran BI dan OJK dalam Bank
Syariah’’ yang diampu oleh dosen mata kuliah ‘’Sistem Audit Bank Syariah’’ Ibu.
Ninik Mulyani, S.E.I.,M.Pd
Dalam menulis makalah ini penulis menyampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan review buku ini. Dan
terkhusus kepada Ibu. Ninik Mulyani, S.E.I.,M.Pd Selaku dosen pengampu yang
telah memberikan tugas ini kepada kami dalam mata kuliah ‘’Sistem Audit Bank
Syariah’’.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam menyelesaikan tugas ini, oleh sebab itu penulis memerlukan kritik
dan saran dari pembaca sekalian untuk dapat menyempurnakan tugas ini.
Dan pada akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT, memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, amin ya roball’allamin.
ُ‫َوال َّسالَ ُم َعلَ ْي َك ْم َو َرحْ َمةُهللاِ َوبَ َر َكاتُه‬

Burnai Jaya, 27 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Lembaga-Lembaga Kegiatan Audit Dan Pengawasan Bank Syariah.....
B. Fungsi Dan Peran BI Dan OJK Dalam Kegiatan Audit Dan
Pengawasan Bank Syariah......................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

ii
BAB I
PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apasaja lembaga-lembaga audit dalam kegiatan audit dan pengawasan di
bank syariah?
2. Bagaimana peran dan fungsi BI dan OJK dalam kegiatan audit dan control
di bank syariah?
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui apasaja lembaga-lembaga audit dalam kegiatan audit
dan pengawasan di bank syariah.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi BI dan OJK dalam
kegiatan audit dan control di bank syariah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga-Lembaga Kegiatan Audit Pengawasan Bank Syariah


1. Bank Indonesia (BI)
2. Otoritas Jasa Keuangan Syariah (OJK)
3. Dewan Syariah Nasional (DSN)
4. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

B. Peran dan Fungsi Bank Indonesia (BI)


Bank Sentral adalah bank bertugas memelihara agar sistem moneter
berjalan atau bekerja secara efisien sehingga dapat menjamin tercapainya
tingkat pertumbuhan kredit, dan menjamin jumlah uang yang beredar sesuai
denganyang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tanpa
mengakibtkan inflasi.
Adapun Fungsi dan peran Bank Indonesia antara lain:
1. Menjaga Stabilitas Moneter
Dalam hal ini, BI selaku Bank Sentral memiliki fungi dan peran
menjaga stabilitas moneter di Indonesia. BI harus menjaga stabilitas
moneter agar jumlah uang yang beredar dimasyarakat tetap terjamin sesuai
dengan kebutuhan. Dengan terjaga dan terkendalinya peredaran jumlah
uang tersebut maka ekonomi Indonesia akan bertumbuh tanpa berakibat
pada tingginya inflasi. Terkendalinya inflasi tersebut, tentunya mampu
mempertahankan kondisi perekonomian bangsa agar tidak terjadi krisis
ekonomi.
2. Mengatur dan Mengawasi Aktivitas Perbankan
Dalam hal ini, BI memiliki fungsi dan peran sebagai pengatur dan
pengawas aktivitas perbankan yang ada di Indonesia maka dari itu BI
disebut Banker Bank atau bank dari para bank yang ada Indonesia.

2
3. Mengatur dan Menjaga Sistem Pembayaran
Mengatur dan menjaga sistem kelancaran di masyarakat merupakan
fuungsi dan juga peran Bank Indonesia. Sebagai Bank Sentral, BI harus
mengatur mekanisme sistem pembayaran yang berlaku yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya. Hal-hal yang di atur BI
menyangkut media sistem pembayaran, siapa saja yang terlibat, dan lain
sebagainya.
4. Melacarkan Pembiayaan Pembangunan Ekonomi
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia tentunya menyelenggarakan
negara dengan tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya. Untuk itu
pemerintah Indonesia memerlukan simpanan dana pembangunan di bank,
bank yang digunakan pemerintah untuk menyimpan dana pembangunan
adalah Bank Inonesia. Dengan begitu BI merupakan pengelola rekening
pemerintah Indonesia sederhananya BI menjadi pemegang kendara, dalam
menjalankan perannya BI akan selalu berkoordinasi dengan kementrian
keuangan.
5. Sebagai Lender of The Last Resort
Dalam ha ini, ketika ada bank yang mengalami kesulitan keuangan
maka Bank tersebut bisa meminta bantuan kepada BI. Peran BI sebagai
pemberi pinjaman dana disebut sebagai Lender of The Last Resort.

C. Peran dan Fungsi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)


Fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan, termasuk perbankan
syariah dan unit usaha syariah pada awalnya berada dalam otoritas Bank
Indonesia. Regulasi ini melekat pada Bank Indonesia sebagai mana diatur
dalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah
terakhir dengan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang.

3
Pengawasan terhadap Bank Syariah dan Unit Usaha Syaria’ah juga
dilakukan Bank Indonesia, sebagai mana pada perbankan konvensional.
Untuk melaksanakan kepentingan tersebut Bank Indonesia, sebagaimana pada
perbankan konvensional. Untuk melaksanakan kepentingan tersebut Bank
Indonesia telah dibentuk perbankan syariah. Depertement ini terdiri dari 4
devisi yaitu Divisi Penelitian Pengembangan dan Pengaturan Perbankan
Syariah, Divisi Pengawasan Bank Syariah, Divisi Informasi Perbankan
Syariah dan Divisi Perijinan, Administrasi dan Dokumentasi Perbankan
Syariah.
Menurut Pasal 34 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Bank
Indonesia mengatur bahwa fungsi pengawasan tidak lagi berada di bawah
otoritas Bank Indonesia tetapi akan diserahkan kepada lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang.
Ditetapkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan yang mengokohkan kedudukan lembaga OJK sebagai lembaga
keuangan yang independen dan bebas campur tangan dari pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagai mana diatur dalam undang-undang di
maksud. Lembaga tersebut melaksanakan lembaga sektor perbankan, pasar
modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga
keuangan lainnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Otoritas Jasa Keuangan.
Fungsi pengaturan dan pengawasan tersebut tidaklah sepenuhnya
diberikan kepada OJK. Akan tetapi OJK tetap bekerjasama dengan BI dan
memiliki kewenangannya masing-masing dalam menjalankan fungsi
pengaturan dan pengawasan. Pengaturan dan Pengawasan kelembagaan,
kesehatan, aspek kehatihatian, dan pemeriksa bank merupakan lingkup

4
microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup
pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan tugas dan
wewenang BI. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudentia,
OJK berkordinasi dengan BI untuk melakukan himbauan moral (moral
suasion) kepada perbankan.
Adapun dalam upaya menjalankan tugasnya, OJK memiliki kewenangan
penngawasan dan pengaturan.
Wewenang pengawasan OJK:
1. Melakukan pengawasan dan perlindungan konsumen sector perbankan,
pasar modal, dan IKNB memberikan dan atau mencabut izin usahan dan
pembubaran
2. Persetujuan atau penetapan pembubaran
3. Memberikan perintah tertulis pada LJK dan menunjuk pengella statuter
4. Menetapkan saksi administratif
Terkait akan hal ini, tentunya pengawasannya adalah mengawasi
semua lembaga keuangan itu apakah benar-benar menjalankan tugasnya
sesuai dengan peraturan yang telah dibuat OJK atau tidak.
Wewenang pengaturan OJK:
1. Menetapkan peraturan pelaksanaan UU OJK
2. Menetapkan peraturan perundang-undangan disektor jasa keuangan
3. Menetapkan pengaturan dan pengawasan
4. Menetapkan peraturan dan tata cara perintah tertulis

Setelah kita mengetahui bahwa OJK memiliki wewenang mengatur dan


mengawasi, maka OJK juga memiliki wewenang untuk memberikan sanksi
apabila OJK menemukan lembaga-lembaga yang diawasinya tersebut
melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan yang telah dibuat oleh OJK.

5
Adapun dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini OJK
melaksanakan sisitem pengawasannya dengan mengadakan 2
pendekatan yaitu:
1. Pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance Based
Supervision/CBS), yaitu pemantauan kepatuhan bank terhadap
ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank
dimasa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah
beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip
kehati-hatian. Pengawasan terhadap pemenuhan aspek kepatuhan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan pengawasan
bank berdasarkan risiko.
2. Pengawasan berdasarkan risiko (Risk Based Supervision/RBS) yaitu
pengawasan bank yang menggunakan strategi dan metologi berdasarkan
risiko yang memungkinkan pengawas bank mendeteksi risiko yang
signifikan secara dini dan mengambil tindakan pengawasan yang sesuai
dan tepat waktu.
Adapun tujuan OJK dibentuk adalah sebagai berikut:
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel
2. Mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, serta
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Maka
dengan tujuan tersebut diharapkan OJK dapat menjalankan fungsinya
dengan baik menjadi lembaga keuangan yang memiliki peran penting
meningkatkan perekonomian di Indonesia, menjaga kepentingan nasional
dan menjaga segala kegiatan sektor jasa keuangan berjalan dengan baik
dan sesuai aturan termasuk hubungan lembaga keuangan termasuk
perbankan syariah dengan nasabah. OJK diharapkan dapat
menghindarkan perbankan syariah dari perbuatan sewenang-wenang
yang dapat merugikan nasabah dalam hal ini penerapan kelausula
eksonerasi atau pengalihan tanggung jawab pada klausula baku yang

6
dibuat oleh pihak perbankan syariah sebagai pelaku usaha yang mana
perbuatan tersebut jelas melanggar ketentuan yang berlaku.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Demikianlah  makalah ini kami buat. Tentunya masih banyakkesalahan
yang ada terdapat dalam makalah ini ntuk menuju yang lebih baik lagi, kritik
dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami
ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, Amin Yaa Robbal Alamin.

7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai