Mata Kuliah
SISTEM AUDIT BANK SYARIAH
Senin, 29 November 2021
Oleh:
Galih Permadi (2019310004)
Dewi Lusiana (2019310009)
DOSEN PENGAMPU:
Ninik Mulyani, S.E.I., M.Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Lembaga-Lembaga Kegiatan Audit Dan Pengawasan Bank Syariah.....
B. Fungsi Dan Peran BI Dan OJK Dalam Kegiatan Audit Dan
Pengawasan Bank Syariah......................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
ii
BAB I
PEBDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apasaja lembaga-lembaga audit dalam kegiatan audit dan pengawasan di
bank syariah?
2. Bagaimana peran dan fungsi BI dan OJK dalam kegiatan audit dan control
di bank syariah?
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui apasaja lembaga-lembaga audit dalam kegiatan audit
dan pengawasan di bank syariah.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran dan fungsi BI dan OJK dalam
kegiatan audit dan control di bank syariah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Mengatur dan Menjaga Sistem Pembayaran
Mengatur dan menjaga sistem kelancaran di masyarakat merupakan
fuungsi dan juga peran Bank Indonesia. Sebagai Bank Sentral, BI harus
mengatur mekanisme sistem pembayaran yang berlaku yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya. Hal-hal yang di atur BI
menyangkut media sistem pembayaran, siapa saja yang terlibat, dan lain
sebagainya.
4. Melacarkan Pembiayaan Pembangunan Ekonomi
Dalam hal ini, pemerintah Indonesia tentunya menyelenggarakan
negara dengan tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya. Untuk itu
pemerintah Indonesia memerlukan simpanan dana pembangunan di bank,
bank yang digunakan pemerintah untuk menyimpan dana pembangunan
adalah Bank Inonesia. Dengan begitu BI merupakan pengelola rekening
pemerintah Indonesia sederhananya BI menjadi pemegang kendara, dalam
menjalankan perannya BI akan selalu berkoordinasi dengan kementrian
keuangan.
5. Sebagai Lender of The Last Resort
Dalam ha ini, ketika ada bank yang mengalami kesulitan keuangan
maka Bank tersebut bisa meminta bantuan kepada BI. Peran BI sebagai
pemberi pinjaman dana disebut sebagai Lender of The Last Resort.
3
Pengawasan terhadap Bank Syariah dan Unit Usaha Syaria’ah juga
dilakukan Bank Indonesia, sebagai mana pada perbankan konvensional.
Untuk melaksanakan kepentingan tersebut Bank Indonesia, sebagaimana pada
perbankan konvensional. Untuk melaksanakan kepentingan tersebut Bank
Indonesia telah dibentuk perbankan syariah. Depertement ini terdiri dari 4
devisi yaitu Divisi Penelitian Pengembangan dan Pengaturan Perbankan
Syariah, Divisi Pengawasan Bank Syariah, Divisi Informasi Perbankan
Syariah dan Divisi Perijinan, Administrasi dan Dokumentasi Perbankan
Syariah.
Menurut Pasal 34 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Bank
Indonesia mengatur bahwa fungsi pengawasan tidak lagi berada di bawah
otoritas Bank Indonesia tetapi akan diserahkan kepada lembaga pengawasan
sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-undang.
Ditetapkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa
Keuangan yang mengokohkan kedudukan lembaga OJK sebagai lembaga
keuangan yang independen dan bebas campur tangan dari pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagai mana diatur dalam undang-undang di
maksud. Lembaga tersebut melaksanakan lembaga sektor perbankan, pasar
modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga
keuangan lainnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga independen dan bebas dari
campur tangan pihak lain, tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Otoritas Jasa Keuangan.
Fungsi pengaturan dan pengawasan tersebut tidaklah sepenuhnya
diberikan kepada OJK. Akan tetapi OJK tetap bekerjasama dengan BI dan
memiliki kewenangannya masing-masing dalam menjalankan fungsi
pengaturan dan pengawasan. Pengaturan dan Pengawasan kelembagaan,
kesehatan, aspek kehatihatian, dan pemeriksa bank merupakan lingkup
4
microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup
pengaturan dan pengawasan macroprudential merupakan tugas dan
wewenang BI. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudentia,
OJK berkordinasi dengan BI untuk melakukan himbauan moral (moral
suasion) kepada perbankan.
Adapun dalam upaya menjalankan tugasnya, OJK memiliki kewenangan
penngawasan dan pengaturan.
Wewenang pengawasan OJK:
1. Melakukan pengawasan dan perlindungan konsumen sector perbankan,
pasar modal, dan IKNB memberikan dan atau mencabut izin usahan dan
pembubaran
2. Persetujuan atau penetapan pembubaran
3. Memberikan perintah tertulis pada LJK dan menunjuk pengella statuter
4. Menetapkan saksi administratif
Terkait akan hal ini, tentunya pengawasannya adalah mengawasi
semua lembaga keuangan itu apakah benar-benar menjalankan tugasnya
sesuai dengan peraturan yang telah dibuat OJK atau tidak.
Wewenang pengaturan OJK:
1. Menetapkan peraturan pelaksanaan UU OJK
2. Menetapkan peraturan perundang-undangan disektor jasa keuangan
3. Menetapkan pengaturan dan pengawasan
4. Menetapkan peraturan dan tata cara perintah tertulis
5
Adapun dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini OJK
melaksanakan sisitem pengawasannya dengan mengadakan 2
pendekatan yaitu:
1. Pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance Based
Supervision/CBS), yaitu pemantauan kepatuhan bank terhadap
ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank
dimasa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah
beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip
kehati-hatian. Pengawasan terhadap pemenuhan aspek kepatuhan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan pengawasan
bank berdasarkan risiko.
2. Pengawasan berdasarkan risiko (Risk Based Supervision/RBS) yaitu
pengawasan bank yang menggunakan strategi dan metologi berdasarkan
risiko yang memungkinkan pengawas bank mendeteksi risiko yang
signifikan secara dini dan mengambil tindakan pengawasan yang sesuai
dan tepat waktu.
Adapun tujuan OJK dibentuk adalah sebagai berikut:
1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel
2. Mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil, serta
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Maka
dengan tujuan tersebut diharapkan OJK dapat menjalankan fungsinya
dengan baik menjadi lembaga keuangan yang memiliki peran penting
meningkatkan perekonomian di Indonesia, menjaga kepentingan nasional
dan menjaga segala kegiatan sektor jasa keuangan berjalan dengan baik
dan sesuai aturan termasuk hubungan lembaga keuangan termasuk
perbankan syariah dengan nasabah. OJK diharapkan dapat
menghindarkan perbankan syariah dari perbuatan sewenang-wenang
yang dapat merugikan nasabah dalam hal ini penerapan kelausula
eksonerasi atau pengalihan tanggung jawab pada klausula baku yang
6
dibuat oleh pihak perbankan syariah sebagai pelaku usaha yang mana
perbuatan tersebut jelas melanggar ketentuan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat. Tentunya masih banyakkesalahan
yang ada terdapat dalam makalah ini ntuk menuju yang lebih baik lagi, kritik
dan saran kami butuhkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Kami
ucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, Amin Yaa Robbal Alamin.
7
DAFTAR PUSTAKA